Wabah Virus Corona, Pasangan Muslim Ini Gratiskan Dagangannya untuk Lansia

Virus corona telah mengambil banyak nyawa dan menginfeksi manusia. Alih-alih membantu, sebagian orang  justru meningkatkan harga masker dan keperluan medis lainnya di tengah situasi wabah.

Namun berkat ajaran Islam yang telah menunjukkan pada Muslim jalan yang benar. Sepasang suami istri di Skotlandia menyediakan masker gratis dan rela menanggung kerugian atas dagangan di tokonya. Tindakan cinta dan kemurahan hati mereka viral di media sosial.

keduanya adalah sepasang suami istri Asiyah Javed-Jawad. Pasangan Muslim ini merupakan pemilik sebuah toko sudut di Skotlandia. Mereka mengumpulkan paket-paket bantuan untuk pasien virus Corona, khususnya lansia dan orang-orang yang membutuhkan. Mereka mengirimkannya ke desa mereka secara gratis.

Asiyah Javed (34) sudah menyediakan gel tangan di Kasir sebelum virus corona mencapai Skotlandia. Tetapi pada hari Sabtu (7/3/2020), dia dan suaminya Jawad (35), memutuskan sudah waktunya untuk membantu pembeli tua setelah memikirkan bagaimana almarhum kakek neneknya berjuang.

“Kami telah memberikan 500 tas. Pada hari Sabtu saya keluar, dan saya bertemu dengan seorang wanita tua, dia menangis karena dia pergi ke supermarket dan tidak ada pencuci tangan. Saya merasa itu tidak adil untuk orang tua, beberapa tidak bisa keluar rumah. Kami mengirimkan 30 paket ke panti jompo di mana ada 30 orang yang tinggal, dan kami punya beberapa ratus lagi di toko. Beberapa orang meminta agar dikirimkan karena sudah tua, atau dinonaktifkan, atau tidak punya kendaraan. Kami hanya berusaha membantu orang yang tidak bisa keluar rumah,” cerita ibu dari tiga orang anak itu.

Dia mengatakan gerakan itu telah memprovokasi ejekan dari beberapa orang.

“Pembeli lain menyebut kami bodoh, dan mengatakan ‘mengapa Anda memberi mereka secara gratis?’ Tetapi uang bukanlah segalanya, akan ada peluang untuk menghasilkan uang di masa depan. Saya mulai menimbun gel tangan ketika saya mendengar tentang virus corona, dari uang tunai dan barang bawaan. Orang-orang mengira saya akan menjualnya, tetapi saya memikirkan hal ini. Saya pikir ‘saatnya memberi sekarang’, bukan ketika virus corona ada di sini. Anda tidak ingin memberi mereka ketika orang sudah memiliki virus. Pemilik toko lain membeli mereka untuk dijual, kami membeli mereka untuk diberikan,” tutur Asiyah.

Sebelumnya, Asiyah dan suaminya juga memberikan susu gratis kepada orang-orang tua selama Beast from the East, pada musim semi 2018.

“Kakek-nenek saya sudah meninggal, tetapi kita masih memikirkan mereka ketika kita melihat semua ini. Kami menghabiskan banyak waktu bersama kakek-nenek kami dan kami merasa bahwa jika mereka masih hidup, kami tidak ingin mereka berjuang. Kami mencoba membantu orang tua, jika mereka masih muda mereka akan pergi ke supermarket tetapi beberapa dari mereka tidak bisa karena mereka sudah tua. Kami mengalami kerugian, masing-masing tas berharga £2. Orang lain menaikkan harga tetapi kami memberikannya secara gratis,” tutur Asiyah.

Menurut Islam, kita tidak diperbolehkan menaikkan harga setiap kali epidemi menyebar di masyarakat. Ini sangat dilarang dalam Islam dan bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu, disarankan untuk membantu tanpa membedakan antara Muslim dan Non-Muslim. Pasangan ini telah menerapkan ajaran tersebut dengan baik. []

SUMBER: ISLAMTICS

ISLAM POS


Virus Jangan Menjadikanmu Rakus

Corona tak cukup hanya dilawan dengan ketakutan berlebihan.

​Seketika Novel Coronavirus meramaikan jagat dunia nyata terlebih dunia maya. Tak butuh waktu lama, media sosial pun gempar dipenuhi berita-berita baik based on fakta maupun yang belum jelas kesahihannya— pasca presiden Joko Widodo resmi mengumumkan; dua orang WNI Positif Corona! Apa  yang terjadi kemudian? Kurang dari dua jam, jamaah +62 memadati pusat perbelanjaan. Kepanikan maha dahsyat tak mampu terelakkan. Ada yang riuh mencari vitamin dan obat-obatan, hingga rela memenuhi antrian guna menyetok bahan makanan! Ya, hampir semuanya panic buying hingga kalap membeli barang-barang yang semestinya mampu ditahan. Satu hal yang paling mengagetkan; bukan hanya sabun dan cairan pencuci tangan instan yang sangat langka di pasaran— harga masker meroket hingga 10 kali lipat. Sungguh fenomena mencengangkan!

Sebenarnya—mengapa sih Corona menjadi momok yang amat ditakutkan? Apakah ia adalah virus yang sangat berbahaya dan sukar disembuhkan? Atau karena banyak pasien terinfeksi virus ini lantas berakhir dengan kematian? Disinilah keimanan sekaligus kecerdasan emosional kita sedang diuji. Andai mau membaca, menganalisa, menyelidiki dari berbagai sumber, maka sebenarnya, tak perlu ikut-ikutan percaya pada media yang menuliskan berita secara bombastis yang rentan terpapar virus hoax. Virus Corona, menurut berbagai pakar, sama seperti virus lainnya yang mudah menyerang ketika imun seseorang lemah. Tepat, saat seseorang menyikapi kabar ini dengan panik berlebih lantas ikut-ikutan menyetok bahan makanan yang sebenarnya nggak perlu-perlu amat, ia pun terserang rasa letih baik secara fisik juga psikis (pikiran), Nah, tentu saja dalam kondisi tersebut sangat memengaruhi kualitas imun tubuh hingga akhirnya rentan tertular penyakit.

Satu hal penting yang perlu kita telusuri bersama, dalam rilis berita yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO), Novel Coronavirus (2019- nCoV) situation reports (2020) per Selasa, 3 Maret 2020 menyebutkan, total kasus CoVid-19 berjumlah 91.347. Kasus yang masih aktif saat ini 39.936. Sebanyak 18% di antaranya dalam kondisi kritis, 82% dalam kondisi ringan. Sementara itu, kasus yang sudah selesai ditangani 51.411, sebanyak 6% di antaranya meninggal  dan 94% diantaranya berhasil sembuh.  

Jika kita melihat analisis data di atas, terbukti bahwa orang yang telah terinfeksi corona berhasil sembuh! Artinya bahwa, Corona tak cukup hanya dilawan dengan ketakutan berlebihan.  Sesungguhnya, ia bisa ‘pamit’ pulang dan tidak menghinggapi kita ketika kita mampu berpikir jernih, tetap tenang, dan mengendalikan diri. Rasa panik dan takut sangat wajar dan manusiawi sebab banyak Negara juga Indonesia dihadapkan mencekam karena wabah virus kian meluas. Namun, jangan sampai rasa ketakutan yang berlebihan menghalangi akal untuk berpikir dengan penuh pertimbangan. Berbelanja dengan berlebihan bahkan tega mendulang rupiah dalam kondisi yang tengah mengkhawatirkan bukanlah tindakan bijak seorang manusia beriman. Sebaliknya, selain tentu kita harus waspada dengan menjaga kesehatan dan berdoa pada Tuhan, rasa empati juga perlu diasah. Saatnya kita saling membantu dan bersedekah dengan apapun yang kita mampu. Sedekah satu masker pada mereka yang tak sanggup membeli karena harga yang meroket naik begitu tingginya, tentu menjadi ladang amal yang insyaAllah berpahala.

Upaya preventif lain dalam menghadapi wabah virus juga telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw memberikan anjuran untuk mengisolasi (karantina) diri ketika situasi tidak memungkinkan untuk banyak beraktivitas di luar.

Hal ini dipraktikkan langsung oleh Rasul dan para sahabat ketika wabah pes/ lepra menimpa kota Madinah. Rasulullah menganjurkan untuk tetap bertahan dan tidak mengunjungi daerah yang terindikasi wabah tersebut.

Upaya pencegahan ala Rasulullah Saw agar wabah virus tak meluas adalah suatu bentuk ikhtiar yang sangat bermanfaat bukan hanya untuk mencegah diri dari virus mematikan, namun juga melatih keimanan untuk lebih mendekat, berdoa, tawakkal dan memasrahkan hidup hanya kepada Allah, tentu dengan didahului oleh ikhtiar jasmani lainnya.

Semestinya, virus tak menjadikan iman kita melemah hingga rakus menimbun bahan makanan dan menaikkan harga kebutuhan padahal masih sangat banyak orang yang lebih membutuhkan.

Mari tetap tenang, jaga kesehatan, rajin mencuci tangan, berolahraga, berjemur dan makan makanan dengan gizi seimbang, ya! Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.  

Oleh: Ina Salma Febriany

KHAZANAH REPUBLIKA