Ini Jalan Keluar Agar Doa Mau Cepat Dikabulkan

DOA adalah senjata orang-orang yang beriman. Dalam hadis disebutkan, doa adalah inti ibadah, penghubung antara hamba dan Sang Khalik.

Terkadang suatu doa cepat pengabulannya, meski kerap kali pula pengabulannya lama atau bahkan tidak terjawab sama sekali. Mengapa?

Alkisah, seorang sahabat datang menghadap Baginda Rasululullah Saw. Dia mengadukan perihal doa-doanya yang tidak diijabah Allah SWT meski dia mengulangnya untuk waktu yang lama.

“Ya Rasulullah, saya ingin doa saya dikabulkan.” Sahabat itu mencari jalan keluar.

Rasul menjawab dengan sesuatu yang di luar perkiraannya. “Sucikan makananmu,” kata Rasul, “dan hindari memakan makanan haram.”[Islamindonesia]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2377913/ini-jalan-keluar-agar-doa-mau-cepat-dikabulkan#sthash.QrkIR4iC.dpuf

 

baca juga:

Doa Terkabul tapi Si Pendoa Tak Siap Menerimanya

Doa untuk Anak Tertolak karena Makanan

Doa Rasul bagi Bayi yang Baru Lahir

ADA beberapa redaksi yang diajarkan para ulama terkait doa untuk orangtua yang baru dikaruniai anak. Ada yang diriwayatkan secara maqthu (sampai tabiin) dan ada yang secara marfu (sampai Nabi shallallahu alaihi wa sallam). Kita akan simak beberapa diantaranya,

Pertama, riwayat dari Hasan al-Bashri ulama Tabiin , Dari al-Haitsam bin Jammar, beliau mencerikatan, Ada orang yang memberikan ucapan selamat kepada kawannya yang baru saja memiliki anak, “Selamat, semoga anaknya pandai menunggang kuda” Mendengar ini, Hasan al-Bashri langsung berkomentar, “Boleh jadi anaknya tidak menjadi penunggang kuda. Bisa saja dia pandai menunggang sapi atau unta..” Ucapkanlah, “Semoga Allah memberkahi anak yang dianugerahkan kepadamu, semoga kamu bisa mensyukuri Sang Pemberi (Allah), semoga cepat besar dan dewasa, dan engkau mendapatkan baktinya si anak.”

Keterangan: Doa ini diriwayatkan Ali bin al-Jad dalam al-Musnad (hlm. 488). Sebagian ulama menilai sanadnya dhaif karena posisi al-Haitsam bin Jammar. Dia dinilai dhaif oleh Yahya bin Main. Imam Ahmad menyatakan, Tarakahu an-Nas (ditinggalkan umat). An-Nasai juga menilainya matruk. (Lisan al-Mizan, 8/352). Hanya saja, mengingat inti dari doa untuk kelahiran anak adalah memohonkan keberkahan dan kebaikan untuk anak dan orang tuanya, maka tidak ada lafadz yang menjadi ketentuan khusus dalam hal ini. Karena itu para ulama, semacam an-Nawawi dalam al-Majmu (8/443), atau dalam al-Azkar (hlm. 289), dan Ibnu Qudamah dalam al-Mughni (9/464), mereka menganjurkan untuk memilih doa dari Hasan al-Bashri.

Kedua, riwayat dari Ayyub as-Sikhtiyani. Diriwayatkan dari Ayyub as-Sikhtiyani, bahwa beliau ketika mendengar kabar ada tetangga yang punya anak, beliau mendoakan, “Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi untukmu dan untuk umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.”

Keterangan: Doa ini diriwayatkan Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-Iyal (no. 202), dari Khalid bin Khaddas dari Hammad bin Zaid. Keterangan Ayyub ini juga dikuatkan dengan riwayat Thabrani dalam kitab ad-Dua (no. 870) dari jalur Amr bin Rabi, dari as-Siri bin Yahya, dari Hasan al-Bashri, bahwa ada salah satu muridnya yang anaknya lahir laki-laki. Lalu dia mendoakan, Semoga menjadi ahli menunggang kuda. Kata Hasan al-Bashri, Dari mana kamu tahu dia akan menjadi penunggang kuda? Bisa jadi dia menjadi tukang kayu atau penjahit. Lalu apa yang harus kuucapkan? tanya orang itu. Perintah Hasan, “Bacalah, “Semoga Allah menjadikannya anak yang diberkahi untukmu dan untuk umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. ”

Ketiga, riwayat Anas bin Malik radhiyallahu anhu. Hadis yang menceritakan pernikahan Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah dengan syarat masuk islamnya Abu Thalhah. Hingga mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang lincah dan sehat, yang membuat Abu Thalhah sangat mencintainya.

Qadarullah, anak ini meninggal ketika ayahnya sedang safar. Ketika pulang, Abu Thalhah langsung menanyakan tentang anaknya. Setelah Abul Thalhah ditenangkan istrinya, dihidangkan makanan, dan dilayani dengan baik, baru Ummu Sulaim menyampaikan, bahwa anaknya telah dipanggil yang punya (Allah). Karena merasa resah, Abu Thalhah langsung mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan kejadiannya bersama Ummu Sulaim. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendoakan keberkahan untuk hubungan mereka. Hingga Ummu Sulaim melahirkan anak lelaki.

Beliau berpesan, jika tali pusarnya telah putus, jangan diberi makan apapun sampai dia diantarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Di situlah Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan tahnik, dan mendoakan, “Semoga Allah memberkahi anak ini untukmu dan menjadikannya orang berbakti yang bertaqwa”. Keterangan: Hadis ini memiliki banyak redaksi. Sementara yang ada kutipan doa di atas, diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Musnadnya (no. 7310). Sanadnya dinilai shahih oleh al-Haitsami. Dalam Majma az-Zawaid, beliau mengatakan, “Diriwayatkan al-Bazzar dan para perawinya adalah perawi kitab shahih, selain Ahmad bin Manshur ar-Ramadi, beliau perawi Tsiqqah.” (Majma az-Zawaid, 9/216)

Jika riwayat ini sahih, doa ini yang bisa kita rutinkan, karena matsur (diriwayatkan) dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2364089/doa-rasul-bagi-bayi-yang-baru-lahir#sthash.ZvKxB3ao.dpuf

 

 

——————————————————————————
Manfaatkan Smartphone Anda untuk mempelajari AlQuran.
Segera Download aplikasi yang menyediakan ayat-ayat/surat
yang sering digunakan imam sholat
Download di sini!
——————————————————————————

Ini Alasan Kenapa Doa belum Juga Dikabulkan?

‘BERDOALAH alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian,” demikian firman Allah, memberikan garansi kepada seluruh manusia bahwa Dia akan memenuhi dan mengabulkan setiap doa-doa yang kita panjatkan. Namun pada kenyataannya lebih banyak doa yang tidak dikabulkan. Mengapa bisa demikian?

Berdoa adalah salah satu bentuk perwujudan hubungan hamba dengan Tuhan, dimana si hamba yang tiada berdaya memohon kepada Tuhan Yang Maha Segalanya sehingga si hamba selalu sadar bahwa dirinya adalah hamba yang senantiasa memerlukan Tuhan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya bahkan untuk hidupun dia memerlukan Tuhan. Merendahkan diri dihadapan Allah lewat doa dan munajat meskipun doa tidak dikabulkan Allah akan membuat kedudukan kita mulia dihadapan Allah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di hadapan Allah subhanahu daripada doa.” (At Tirmidzi).

Maka doa adalah ibadah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, semakin banyak kita berdoa maka akan semakin banyak pula ibadah dan semakin dekat kita dengan Allah.

Doa juga merupakan senjata bagi orang beriman yang dapat melawan musuh baik yang nyata maupun yang gaib. Rasulullah bersabda: “Manusia yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dalam berdoa dan manusia yang paling kikir adalah orang yang kikir dalam mengucapkan salam.” (HR. Ibnu Hibban).

Lewat doa Allah memberikan bantuan kepada hamba-Nya dalam menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Doa yang dipanjatkan dalam keadaan benar-benar diperlukan biasanya akan lebih dikabulkan Allah SWT.

Guru Sufi menganjurkan murid-muridnya untuk selalu berdoa kepada Allah dan Beliau mengatakan siapa yang tidak mau berdoa maka dia tergolong jenis manusia yang sombong. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

“Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan dirinya dari beribadah (berdoa) kepada-Ku akan masuk jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir: 60)

Dan Rasulullah SAW juga menegaskan dalam sebuah hadist : “Barangsiapa yang tidak mau berdoa (dalam riwayat lain: tidak mau meminta) kepada Allah subahanahu, niscaya Allah memurkainya.” (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah).

Mengapa doa tidak dikabulkan?

Sebenarnya bahasa yang lebih halus adalah kenapa Allah menunda doa kita? Dan sedemikian lamanya Tuhan menunda dan sedemikian banyak pula doa yang tertunda akhirnya kita mengambil kesimpulan bahwa Tuhan menolak doa kita. Sebelum berburuk sangka kepada Tuhan alangkah baiknya kita instropeksi diri, kira-kira apa yang menyebabkan Tuhan tidak mengabulkan doa kita :

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang muslim berdoa dengan sesuatu yang bukan untuk suatu dosa atau memutuskan silaturrahmi melainkan pasti Allah akan memberikan salah satu dari tiga hal; disegerakan baginya pengabulannya, disimpan baginya di akhirat, atau dihindarkan darinya keburukan yang semisal dengannya.” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 547, dari sahabat Abu Said Al Khudri )

Ibnu Hajar Al Asqalani berkata: “Setiap orang yang berdoa akan dikabulkan, hanya saja pengabulan itu berbeda-beda. Terkadang dikabulkan sesuai dengan permintaan, terkadang pula diganti dengan sesuatu yang lain.

Anda mungkin sudah sering membaca hadist tersebut dan anda merasa itu hanya untuk menyenangkan orang-orang yang doanya tidak dikabulkan. Andai cara anda berdoa sudah benar, zikir terlebih dulu dalam waktu tertentu, sudah shalat hajat dan seluruh rukun syarat doa telah dipenuhi akan tetapi doa anda belum dikabulkan Tuhan, maka saya ingin mengajak anda melihat dari sudut pandang lain.

Tuhan pasti mengabulkan doa untuk sesuatu yang kita perlukan dan Dia belum tentu mengabulkan doa untuk sesuatu yang kita inginkan. Memerlukan dengan menginginkan adalah dua hal yang berbeda. Misalnya anda menginginkan sebuah mobil kemudian anda berdoa kepada Allah, namun sekian lama berdoa Allah belum memberikan anda mobil jangankan yang baru yang bekas pakai pun tidak diberikan Tuhan. Ada apa? Coba dengan jujur tanyakan pada diri anda, apakah anda memang benar-benar memerlukan mobil atau hanya inginkedudukan lebih tinggi dari tetangga yang hanya memiliki sepeda motor atau hanya sekedar ingin merasakan bagaimana enaknya memiliki sebuah mobil. Coba anda renungkan dalam-dalam, andai Tuhan memberikan sebuah mobil, apakah anda siap dengan kebutuhan bensin dan biaya perawatan mobil dan apakah keuangan anda saat ini benar-benar bisa mengatasinya? Apakah anda sudah menghitung uang yang akan anda keluarkan jika anda benar-benar memiliki mobil?

Berdoalah yang jelas..

Penyebab lain kenapa doa tidak dikabulkan karena doanya tidak jelas. Contohnya, “Ya Allah mudahkanlah rizki bagiku..” Kira-kira semudah apa rizki yang anda inginkan? :

– Sebelum meminta sudah di kabulkan.

– Berusaha sedikit tapi hasilnya banyak.

– Tuhan mengarahkan anda kepada sumber rizki.

– Tuhan memberikan anda semangat sehingga walaupun gagal tetap berusaha.

Dari 4 point sederhana tersebut, kira-kira jenis “mudah” seperti apa yang anda inginkan, kalau point pertama itu jelas hanya dimiliki oleh para kekasih Allah yang sebelum mereka meminta Allah sudah menyiapkan segalanya. Jadi, doa anda harus lebih jelas dan detail agar Tuhan mengabulkan dengan jelas dan detail.

Contoh doa lain, “Ya Allah, berikanlah aku kekayaan..” ini juga tergolong doa yang tidak jelas yang membuat para malaikat bingung untuk mengirim kekayaan kepada anda (bercanda). Kaya seperti apa yang anda inginkan, apakah kaya hati atau kaya materi? Yup! Anda memilih kaya materi, kaya seperti apa? Kalau anda hidup di desa di balik desa yang jauh dari kota, memiliki sepeda motor dan punya rumah sederhana sudah dianggap kaya. Tapi kalau anda hidup dikota, dengan hanya punya sepeda motor anda akan tergolong orang biasa-biasa aja. Buat jenis kekayaan yang anda inginkan kemudian barulah anda meminta kepada Allah.

Doa yang baik adalah keinginan dari lubuk hati yang paling dalam dan anda bukan sekedar menginginkan tapi juga memerlukannya. Buatlah alasan keperluan anda ada hubungannya dengan Ketuhanan, misalnya Anda memerlukan sebuah kenderaan yang akan memudahkan anda dakwah atau memudahkan anda untuk berkarya dalam mengagungkan nama-Nya. Paling tidak juan anda anda memohon agar diberikan kenderaan agar keluarga anda bisa bersyukur atas nikmat dan karunia Allah.

Semua doa pasti dikabulkan

Guru Sufi memberikan nasihat : “Yakinlah engkau akan hasil PASTI tiap-tiap usaha spiritual (Doa, Shalat, Dzikir dll) akan tetapi engkau harus memiliki kesabaran untuk menantikan hasil-hasilnya”. Tuhan pasti mengabulkan doa yang anda panjatkan, iringi dengan zikir dalam waktu tertentu, ditambah dengan puasa dan dilakukan secara terus menerus niscaya Allah akan mengabulkan doa anda.

Saya selalu membayangkan rahmat Allah berupa apapun, baik materi maupun non materi, seperti air PAM yang terus menerus mengalir ke rumah kita. Kapan pun kran dibuka maka air tersebut akan mengalir kepada kita. Selama kran ditutup maka air yang seharusnya memang mengalir mengikuti hukumnya tidak akan mengalir sama sekali.

Tanpa sadar seringkali kita menutup diri dengan Tuhan sehingga rahmat dan karunia Tuhan yang setiap saat menunggu di depan pintu ikut tertutup. Bukalah penutup itu dengan doa, dzikir, shalat hajat dan ikhtiar agar semua karunia itu bisa mengalir kepada anda. []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2362615/ini-alasan-kenapa-doa-belum-juga-dikabulkan#sthash.0swsYGtJ.dpuf

 

———————————————————————————————
Anda sering mengirim paket lewat jasa JNE? Download APLIKASI ANDROID ini agar bisa ngecek tarif JNE tanpa koneksi internet. Download di sini!


 

Sertakan Doa untuk Orang Lain Jadikan Doa Terkabul

IMAM ABDUL WAHHAB ASY SYA’RANI menyimak nasihat dari gurunya, Syeikh Ali Khawwash, agar tidak sibuk dengan doa untuk diri sendiri ketika berdoa, namun juga mendoakan orang lain, karena hal itu memudahkan terkabulnya doa.

Ketika Imam Asy Sya’rani melakukan haji pada tahun 947 H, merasakan apa yang disampaikan sang guru, dimana ia berdoa di hijr untuk mendoakan saudara-saudaranya hingga waktu shubuh, maka ia memperoleh semua apa yang ia doakan untuk saudara-saudaranya itu. Imam Asy Sya’rani pun berkata,”Kalau seandainya aku berdoa mengenai hal-hal tersebut untuk diriku sendiri mungkin saja aku tidak memperolehnya. Alhamdulillahi Rabbil Alamin.” (Lawaqih Al Anwar Al Qudsiyyah, hal. 177)

 

sumber:HidayatullahCom

Gejala Ibadah Baru: Doa Bersama Antar Agama

Kaum Muslimin rahimakumullah, ada yang perlu dicermati, pada momen-momen tertentu, orang kadang menyamakan antara yang haq dan yang batil. Sebagaimana kita dapat menyimak adanya gejala menyamakan yang haq dengan yang batil, lalu dipraktekkan dalam rangka ibadah baru, misalnya do’a bersama antar agama. Dalihnya, karena Nabi pernah mengajak orang Nasrani untuk mubahalah. Sedang mubahalah itu sama-sama berdoa, katanya. Jadi boleh dong kita mengadakan doa bersama antar agama, kata mereka yang dikenal sebagai dedengkot liberal.

Kita katakan, cara menyimpulkan hukum seperti itu, jelas cara yang tidak benar. Karena menyamakan mubahalah dengan do’a begitu saja, itu tidak tepat. karena mubahalah itu bukan sekadar do’a.

Mari kita runtut masalahnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam disuruh Allah Ta’ala untuk mubahalah dengan pihak Nasrani dari Najran, lalu di masa sekarang ini ada tokoh yang dengan lancangnya menjadikan mubahalah itu    sebagai landasan bolehnya doa bersama antar agama. Padahal mubahalah itu adalah dua belah pihak saling berdoa agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Itu ada di dalam Al-Qur’an:

فَمَنْ حَاجَّكَ فِيهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ فَقُلْ تَعَالَوْا نَدْعُ أَبْنَاءَنَا وَأَبْنَاءَكُمْ وَنِسَاءَنَا وَنِسَاءَكُمْ وَأَنْفُسَنَا وَأَنْفُسَكُمْ ثُمَّ نَبْتَهِلْ فَنَجْعَلْ لَعْنَةَ اللَّهِ عَلَى الْكَاذِبِينَ (٦١)

  1. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka Katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak Kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri Kami dan isteri-isteri kamu, diri Kami dan diri kamu; kemudian Marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya la’nat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta[197]. (QS Ali ‘Imran: 61)

[197] Mubahalah ialah masing-masing pihak diantara orang-orang yang berbeda pendapat mendoa kepada Allah dengan bersungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan la’nat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. (catatan kaki dalam Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI).

Orang sekarang yang berani menjadikan ayat tentang mubahalah sebagai landasan untuk bolehnya doa bersama antar agama, itu tidak dapat membedakan mana yang diridhoi Allah dan mana yang tidak. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam jelas diridhai Allah Ta’ala. Sedang utusan Nasrani Najran jelas tidak. Karena mereka mengusung kekafiran.

Dengan menjadikan mubahalah sebagai landasan untuk bolehnya doa bersama antara agama,  berarti menganggap bahwa Allah ridho’ terhadap kekufuran sebagaimana ridho’ kepada Islam. Ini sangat bertentangan dengan firman Alah:

وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ

…dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya…[Az-Zumar:7]

وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

…dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. [Al- Ma‘idah :3].

Ketika Allah sudah jelas tidak ridho kekafiran, maka otomatis tidak boleh ibadah (dalam hal ini doa) dicampur atau digabung dengan kekafiran sama sekali. Dan kalau digabung, berarti memberi peluang untuk masuknya aneka kekafiran sekaligus mempraktekkan untuk memakai dan memfungsikan kekafiran. Sedangkan Allah telah memerintahkan:

[فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ [غافر/14

Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya). (QS Al-Mu’min= Ghafir/ 40: 14).

Ketika kita mengaku berdo’a (ibadat) murni ikhlas untuk Allah Ta’ala, tetapi orang kafir menyukai do’a yang kita lakukan itu bahkan suka rela mereka bergabung, atau bersama-sama, maka perlu dipertanyakan: apakah kemurnian iman Islam kita yang sudah tergadaikan kepada orang kafir, atau memang orang kafir sudah berubah jadi murni ke Islam.

Apabila masih teguh dalam kekafiran mereka, dan mereka rela berdoa bersama kita atas kekafiran mereka, berarti justru keimanan kita yang dipertanyakan. Karena tidak ada kekafiran yang suka kepada murninya keimanan. Dan sebaliknya tidak ada keridho’an Allah Ta’ala kepada kekafiran sebagaimana tersebut di atas. Hingga Allah Ta’ala memberikan ancaman:

وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ لِتَفْتَرِيَ عَلَيْنَا غَيْرَهُ وَإِذًا لَاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا (73) وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا (74) إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا (75)  [الإسراء/73-75]

  1. Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.
  2. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka,
  3. kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami.(QS Al-Israa’/ 17: 73, 74, 75).

Imam Al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya:

{ وَإِذاً لاَّتَّخَذُوكَ خَلِيلاً } أي : لو اتبعت أهواءهم لاتخذوك خليلاً لهم

“dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Artinya kalau kamu telah mengikuti hawa nafsu mereka tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia.

وقال ابن عباس: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم معصوما، ولكن هذا تعريف للامة لئلا يركن أحد منهم إلى المشركين في شئ من أحكام الله تعالى وشرائعه. تفسير القرطبي – (ج 10 / ص 300)

Ibnu Abbas berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ma’shum (terjaga dari dosa), tetapi ini adalah pemberitahuan kepada ummat agar tidak seorang pun di antara mereka (Muslimin) yang condong kepada orang-orang musyrikin dalam hal apapun dari hukum-hukum Allah Ta’ala dan syari’at-Nya. (Tafsir Al-Qurthubi juz 10 halaman 300).

Dalam ayat itu dijelaskan, kalau kamu telah mengikuti hawa nafsu mereka tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dalam kenyataan, orang-orang yang mengaku Muslim tetapi mengadakan doa bersama dengan orang-orang kafir (bukan Islam) tampaknya memang jadi sahabat setia. Berarti yang terjadi adalah perbuatan yang telah mengikuti hawa nafsu mereka (orang-orang kafir).

Yang namanya mengikuti hawa nafsu diri sendiri saja sudah tercela, apalagi ini mengikuti hawa nafsu orang kafir, betapa tercelanya!

Semoga Allah Ta’ala memberikan kefahaman kepada kita dan kaum Muslimin pada umumnya bahwa yang haq itu tampak haq, sehingga kita mampu mengikutinya. Dan semoga Allah memahamkan bahwa yang batil itu tampak batil sehingga kita mampu menghindarinya. Dan semoga Ummat Islam terhindar dari bahaya orang-orang yang mencampur adukkan kekafiran dan keimanan, sehingga iman yang ada di dada Ummat Islam senantiasa terhindar dari kekafiran. Amien ya Rabbal ‘alamien. (Hartono Ahmad Jaiz/bumisyam)

 

sumber:Bumi Syam

Doa dan Kesehatan

DALAM satire X dari puisi Romawi “Juneval” ada kalimat mutiara yang potongannya diabadikan dunia, yaitu: “mens sana in corpore sano” yang biasa diterjemahkan dengan “di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.”

Dengan motto inilah maka olahraga menjadi kegiatan lazim di mana-mana. Banyak yang tidak tahu bahwa bunyi satire lengkapnya adalah: “orandum est ut sit mens sana in corpore sano” yang artinya adalah “Anda harus berdoa untuk memperoleh jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat.” Titik tekannya ternyata bukan pada olahraganya melainkan pada doanya.

Kalau dalam teks agama, kita temukan perintah berdoa berulang kali seberulangkali janji Allah untuk mengabulkan, dan dalam hadits Nabi juga jelas dinyatakan bahwa doa adalah otak ibadah dan bahwa doa adalah senjata orang beriman, harusnya doa merupakan sesuatu yang paling vital dalam kehidupan kita. Faktanya adalah bahwa doa selalu saja dilupakan, doa selalu ditinggalkan, dan kita senantiasa sibuk dengan pikiran kita sendiri dengan mengandalkan tips, strategi dan kemampuan kita sendiri.

Kalau Allah yang memerintahkan kita untuk berdoa dan berjanji untuk mengabulkan, maka sesungguhnya itu bermakna bahwa tak ada masalah yang tak memiliki solusi, tak ada penyakit yang tak punya titik akhir sekaligus tak ada gembok kehidupan yang tak memiliki kunci. Lalu, alasan apa lagi yang bisa membenarkan kita untuk tidak berdoa? Inilah alasan mengapa Rasulullah mengajarkan dan mewariskan banyak doa keseharian untuk umatnya.

Yakinlah bahwa dengan doa maka kesehatan badan, kesehatan jiwa, kesehatan kehidupan sungguh akan lebih mudah diwujudkan. Badan yang sakit, jiwa yang sakit dan kehidupan yang sakit sungguh berada dalam posisi sangat butuh akan doa.

Kehidupan kita dalam berbangsa pun, yang sedang sakit ini, ditandai dengan hilangnya etis dan terpinggirkannya “Tuhan” dalam banyak urusannya, sungguh dalam kebutuhan yang sangat akan doa ini. Mari kita berdoa. Salam, AIM@Ponpes Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2286460/doa-dan-kesehatan#sthash.l9Uca6YW.dpuf

Jangan Malas untuk Berdo’a

Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala. Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa beribadah

 

Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa menghasilkan sesuatu tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala.

Sebagian manusia terlalu sombong, tidak mau berdoa, seakan ia bisa beribadah tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala.

Sebagian manusia terlalu sombong, jarang berdoa, seakan kekuatan manusiawinya lah yang dapat mewujudkan seluruh asa dia tanpa pertolongan dari Allah Ta’ala.

Coba perhatikan hal-hal berikut, niscaya kita akan semangat selalu berdoa kepada Allah Ta’ala atas keperluan dunia dan akhirat kita.

Seorang yang tidak berdoa adalah orang sombong

{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]

Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60).

Asy Syaukani rahimahullah berkata, “Ayat ini memberikan faedah bahwa doa adalah ibadah dan bahwa menginggalkan berdoa kepada Rabb yang Maha Suci adalah sebuah kesombongan, dan tidak ada kesombongan yang lebih buruk daripada kesombongan seperti ini, bagaimana seorang hamba berlaku sombong tidak berdoa kepada Dzat yang merupakan Penciptanya, Pemberi rezeki kepadanya, Yang mengadakannya dari tidak ada dan pencipta alam semesta seluruhnya, pemberi rezekinya, Yang Menghidupkan, Mematikan, Yang Memberikan ganjarannya dan yang memberikan sangsinya, maka tidak diragukan bahwa kesombongan ini adalah bagian dari kegilaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah Ta’ala. (Lihat kitab Tuhfat Adz Dzakirin, karya Asy Syaukani).

Seorang yang berdoa adalah orang yang paling dimuliakan oleh Allah ta’ala

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَيْسَ شَىْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ»

“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah dibandingkan doa.” (HR. At Tirmidzi).

Para ulama mengatakan kenapa doa sesuatu yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan yang lainnya: “Karena di dalam doa terdapat bentuk sikap perendahan diri seorang hamba kepada Allah dan menunjukkan kuasanya Allah Ta’ala.”

Allah Ta’ala sangat, sangat, sangat menyukai hamba-Nya merendah diri kepada-Nya dan menunjukkan bahwa hanya Allah Ta’ala satu-satu-Nya Yang Berkuasa, Yang Maha Pengatur, yang Maha Pencipta, tiada sekutu bagi-Nya.

Dengan doa kita melawan, menahan, meringankan bala dan musibah

عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يغني حذر من قدر و الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل وإن البلاء لينزل فيتلقاه الدعاء فيعتلجان إلى يوم القيامة.

“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Sikap kehati-hatian tidak menahan dari takdir, dan doa bermanfaat dari apa yang terjadi (turun) ataupun yang belum terjadi (turun) dan sesungguhnya bala benar-benar akan turun lalu dihadang oleh doa, mereka berdua saling dorong mendorong sampai hari kiamat.” (HR. Al Hakim dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7739).

Seorang yang berdoa tidak pernah rugi

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ «اللَّهُ أَكْثَرُ»

“Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tidak ada seorangpun yang berdoa dengan sebuah doa yang tidak ada dosa di dalamnya dan memuutuskan silaturrahim, melainkan Allah akan mengabulkan salah satu dari tiga perkara, baik dengan disegerakan baginya (pengabulan doanya) di dunia atau dengan disimpan baginya (pengabulan doanya) di akhirat atau dengan dijauhkan dari keburukan semisalnya”, para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, kalau begitu kami akan memperbanyak doa?” Beliau menjawab: “Allah lebih banyak (pengabulan doanya)” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib, no. 1633).

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelasakan tentang ajaibnya doa

“Dan demikian pula doa, sesungguhnya ia adalah salah satu sebab yang paling kuat menahan keburukan, mewujudkan permintaan, akan tetapi berbeda pengaruh doanya, baik karena lemahnya pada doa tersebut yaitu doanya merupakan sesuatu yang tidak dicintai Allah karena di dalamnya terdapat permusuhan, maka doanya seperti busur yang tipis sekali, maka anak panah keluar darinya sangat lemah, atau karena terdapat yang menahan dari pengabulan doa, seperti; makan harta yang haram, perbuatan zhalim, dosa-dosa yang menutupi hati, terlalu lalai, penuh hawa nafsu dan kelalaian. Sebagaimana yang di sebutkan di alam kitab Al Muastdarak akrya Al Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak menerima sebuah doa dari hati yang lalai,” maka (doa seperti) ini adalah doa yang bemanfaat, menghilangkan penyakit akan tetapi lalainya hati terhadap Allah membatalkan kekuatannya dan begitujuga memakan yang haram membatalkan kekuatannya dan mengguranginya. Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu berkata, “Cukup doa disertai dengan amalan yang baik sebagaimana makanan disertai dengan garam.”

Beliau juga berkata, “Dan doa termasuk obat yang paling manjur, ia adalah musuhnya bala, melawannya, melarang turunya dan mengangkat dan meringankannya jika ia turun, dan ia adalah senjatanya orang beriman. Doa berhadapan dengan bala tiga keadaan;

  1. Doanya lebih kuat daripada bala maka ia menolaknya.
  2. Doanya lebih lemah daripada bala, maka akhirnya bala yang menang, dan mengenani hamba akan tetapi terkadang meringankannya jika ia lemah.
  3. Doa dan bala’ saling berlawanan dan manahan setiap salah satu dari keduanya.”

Lihat kitab Al Jawab Al Kafi, karya Ibnul Qayyim rahimahullah.

*) Kamis, 7 Jumadal Ula 1433 H, Lombok Indonesia

Penulis: Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Sumber: Muslim.Or.Id

10 Faedah Berdoa dengan Lemah Lembut

Pelajaran dari Surat Maryam (seri 1): Di antara contoh yang bisa diambil dari Nabi Zakariya, bagaimanakah ketika ia berdoa memohon keturunan pada Allah hingga usia tua. Ia pun meminta doa pada Allah dengan serius, ia berdoa dengan suara lembut atau lirih.

Apa yang dimaksud doa semacam itu? Apa faedah dari doa yang lirih dan lemah lembut?

Perintah Berdoa dengan Lemah Lembut

Allah Ta’ala berfirman,

كهيعص (1) ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا (3)

Kaaf Haa Yaa ‘Ain Shaad. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 1-3)

Dalam kisah Zakariya terdapat pelajaran yang bisa digali. Di antaranya, salah satu adab doa adalah dengan suara lemah lembut, tidak dengan suara keras.

Kenapa sampai Zakariya memilih berdoa dengan suara lemah lembut, tidak dengan suara keras?

 

Asy Syaukani memberikan beberapa alasan dari berbagai pendapat ulama:

  • Berdoa dengan suara lirih lebih menjauhkan diri dari riya’, yaitu ingin dipuji dalam beramal.
  • Karena Zakariya meminta memiliki keturunan pada usia yang sudah uzur dan yang diminta pun adalah perihal dunia.
  • Zakariya berdoa seperti itu karena takut dari kaumnya.
  • Usianya yang sudah lemah dan tua renta yang tidak memungkinkan suara keras.

Itulah beberapa alasan yang disebutkan oleh para ulama mengapa sampai Zakariya bisa berdoa dengan suara lemah lembut dan lirih. Lihat Fathul Qodir, 3: 443.

Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat di atas, “Allah itu mengetahui hati yang bertakwa dan Maha Mendengarsuara orang yang berdoa dengan lirih.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 5: 206).

Faedah Berdoa dengan Lemah Lembut

Disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengenai faedah berdoa dengan lemah lembut:

1- Menunjukkan keimanan yang benar karena yang memanjatkan doa tersebut mengimani kalau Allah itu mendengar doa yang lirih.

2- Ini lebih menunjukkan adab dan pengagungan. Hal ini dimisalkan seperti rakyat, ia tidak mungkin mengeraskan suaranya di hadapan raja. Siapa saja yang berbicara di hadapan raja dengan suara keras, tentu akan dibenci. Sedangkan Allah lebih sempurna dari raja. Allah dapat mendengar doa yang lirih. Sudah sepantasnya dalam doa tersebut dengan beradab di hadapan-Nya yaitu dengan suara yang lemah lembut (lirih).

3- Lebih menunjukkan kekhusyu’an dan ini adalah ruh dan inti doa.

4- Lebih menunjukkan keikhlasan.

5- Lebih mudah menghimpun hati untuk merendahkan diri dalam doa, sedangkan doa dengan suara keras lebih cenderung tidak menyatukan hati.

6- Doa yang lemah lembut menunjukkan kedekatan orang yang berdoa dengan Allah. Itulah pujian Allah pada Zakariya,

إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

Tatkala Zakariya berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 3)

Disebutkan bahwa para sahabat pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perjalanan. Mereka mengeraskan suara mereka saat berdoa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ أَرْبِعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ؛ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا وَإِنَّمَا تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا إنَّ الَّذِي تَدْعُونَهُ أَقْرَبُ إلَى أَحَدِكُمْ مِنْ عُنُقِ رَاحِلَتِهِ

Wahai sekalian manusia, lirihkanlah suara kalian. Kalian tidaklah berdo’a pada sesuatu yang tuli lagi ghoib (tidak ada). Yang kalian seru (yaitu Allah), Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Sungguh yang kalian seru itu lebih dekat pada salah seorang di antara kalian lebih dari leher tunggangannya.” (HR. Ahmad 4: 402. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Kedekatan di sini yang dimaksud adalah qurb khosh(kedekatan yang khusus), bukan qurb ‘aam (kedekatan yang umum) pada setiap orang. Allah itu dekat pada hamba-Nya yang berdoa, Allah dekat dengan setiap hamba-Nya yang beriman dan Allah itu dekat dengan hamba-Nya ketika sujud.

7- Doa yang dibaca lirih akan ajeg (kontinu) karena anggota tubuh tidaklah merasa letih (capek) yang cepat, beda halnya jika doa tersebut dikeraskan. Doa yang dikeraskan tidak bisa berdurasi lama, beda halnya dengan doa yang lirih.

8- Doa lirih lebih selamat dari was-was dibandingkan dengan doa yang dikeraskan. Doa yang dijaherkan akan lebih membangkitkan sifat basyariah (manusiawi) yaitu ingin dipuji atau ingin mendapatkan maksud duniawi, sehingga pengaruh doa jadi berkurang.

9- Setiap nikmat pasti ada yang hasad (iri atau dengki). Termasuk dalam hal doa, ada saja yang iri (hasad) baik sedikit atau banyak. Karena bisa ada yang hasad, maka baiknya memang doa itu dilirihkan biar tidak ada iri ketika yang berdoa itu mendapatkan nikmat.

10- Dalam doa diperintahkan untuk lemah lembut, sebagaimana dalam dzikir. Perintah dalam dzikir,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf: 205). Mujahid dan Ibnu Juraij menyatakan bahwa ayat tersebut berisi perintah untuk mengingat Allah dengan hati dengan menundukkan diri dan bersikap tenang tanpa mengeraskan suara dan tanpa berteriak-teriak. Bersikap seperti inilah yang merupakan ruh doa dan dzikir. (Disarikan dari Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 15: 15-20)

Semoga bermanfaat.

 

 

sumber: Rumaysho

13 Adab dalam Berdoa

Sebagai manusia, tentu saja kita harus selalu menjalin hubungan dengan Sang Pencipta, Allah SWT. Untuk semua itu, kita perlu memahami adab-adab yang diajarkan rasulullah SAW.

Berikut ini, ada sekitar 13 adab dalam berdoa atau berkomunikasi dengan Allah SWT.

 

Pertama, Mencari Waktu yang Mustajab. Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ينزل الله تعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الأخير فيقول عز وجل: من يدعونى فأستجب له، من يسألنى فأعطيه، من يستغفرنى فأغفر له

Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)

 

 

Kedua, Memanfaatkan Keadaan yang Mustajab Untuk Berdoa
Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka.

Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklahberdoa.” (HR. Muslim)

 

 

Ketiga, Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)
Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)
Cara mengangkat tangan:

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (HR. Thabrani)
Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.

 

 

Keempat, Dengan Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا

Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakariya ‘alaihis salam, yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih.

ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut
.” (QS. Maryam: 2–3)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)

Dari Abu Musa radhiallahu’anhu bahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا ، إِنَّهُ مَعَكُمْ ، إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ

Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari)

 

 

 

Kelima, Tidak Dibuat Bersajak. Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.

 

 

 

Keenam, Khusyu’, Merendahkan Hati, dan Penuh Harap.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)

 

 

Ketujuh, Memantapkan Hati Dalam Berdoa dan Berkeyakinan Untuk Dikabulkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يقل أحدكم إذا دعا اللهم اغفر لي إن شئت اللهم ارحمني إن شئت ليعزم المسألة فإنه لا مُكرِه له

Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)

Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)

Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.

 

 

Kedelapan, Mengulang-ulang Doa dan Merengek-rengek Dalam Berdoa
Mislanya, orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah…. Dia ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)

 

 

Kesembilan, tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى

Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم، ما لم يستعجل، قيل: يا رسول الله وما الاستعجال؟ قال: يقول قد دعوت وقد دعوت فلم أر يستجيب لي، فيستحسر عند ذلك ويدع الدعاء رواه مسلم

Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting baguku.”

 

 

 

Kesepuluh, Memulai Doa dengan Memuji Allah dan Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini terburu-buru.” kemudian beliau bersabda,

إذا صلى أحدكم فليبدأ بتحميد ربه جل وعز والثناء عليه ثم ليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بما شاء

Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)

 

 

 

Kesebelas, Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun Kepada Allah
Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ….، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi..” (HR. Bukhari)

Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan taubat…”

 

 

 

Kedua Belas, Hindari Mendoakan Keburukan, Baik Untuk Diri Sendiri, Anak, Maupun Keluarga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk,

وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً

Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)

وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ

Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (QS. Yunus: 11)

Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.

Dari Jabir radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تدعوا على أنفسكم، ولا تدعوا على أولادكم، ولا تدعوا على خدمكم، ولا تدعوا على أموالكم، لا توافق من الله ساعة يسأل فيها عطاء فيستجاب لكم

Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يزال الدعاء يستجاب للعبد ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم

Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Daud)

 

 

 

Ketiga Belas, Menghindari Makanan dan Harta Haram
Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)

Allahu a’lam.

 

sumber: Konsultasi Syariah

 

 

Mengapa Doaku tidak Diijabah

Ada yang bertanya Ustaz, mengapa doa doaku tidak diijabah Allah?

Sahabatku,

1. Tugas kita sebagai hamba-Nya berdoa, hak mutlak Allah untuk mengijabahnya.

2. Allah ingin kita selalu berdoa pada-Nya, boleh jadi kalau dikabulkan kita tidak berdoa lagi.

3. Tidak dikabulkan karena kalau dikabulkan membawa fitnah untuk kita, tidak jadi kaya, boleh jadi setelah kaya jadi sombong.

4. InsyaAllah dikabulkan hanya waktu kemudian, atau

5. Allah hanya kabulkan di akhirat saja, jadi doa sebagai tabungan akhirat.

6. Allah kabulkan dalam bentuk lain, Allah tahu baik buruknya untuk kita,

7. Kalau tidak juga tetaplah baik sangka,

8. Dan saatnya untuk muhasabah diri, mungkin hidup kita dari rizki tidak halal, Rasulullah mengisahkan seseorang yang rambutnya acak-acakan dan berdebu lalu menengadahkan tangannya ke langit untuk berdoa, “Ya Rabi, ya Rabi.’

Padahal, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan keluarganya diberi makan dari sumber yang haram. Bagaimana doanya akan dikabulkan?” (HR Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad). Mungkin ibadah kita masih diiringi ma’siyat, atau masih sering menyakiti orang lain atau aurat kita masih belum terjaga.

9. Perbaiki diri, sungguh sungguhlah taat dan jangan pernah putus asa dalam berdoa. Baca dengan iman, “Berdoalah kalian kepada-Ku, pasti KU ijabah doa kalian!!”(QS al Mu’min : 60).

SubhanAllah, terus, terus, dan terus berdoa karena kita tidak tahu kapan, dimana, dan bagaimana doa kita diijabah Allah…insyaAllah, aamiin.

Sumber: Akun Facebook Ustaz Arifin Ilham/Republika Online