Doa Berlindung Dari Hilangnya Nikmat Dan Kesehatan

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, dia berkata, “Di antara doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

“ Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu ” (HR. Muslim no. 2739).

Faidah Doa

  1. Yang dimaksud nikmat di sini adalah nikmat Islam, iman, anugerah ihsan (berbuat baik) dan kebajikan. Jadi dalam doa ini kita berlindung dari hilangnya nikmat-nikmat tersebut. Maksud hilangnya nikmat adalah nikmat tersebut hilang dan tanpa ada penggantinya.
  2. Yang dimaksud dengan berubahnya kesehatan (‘afiyah) adalah nikmat sehat tersebut berubah menjadi sakit. Yang dimaksud dengan ‘afiyah (sehat) di sini adalah berpindahnya nikmat ‘afiyah dari pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya. Jadi doa ini kita maksudkan meminta selalu kesehatan (tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh lainnya.
  3. Yang dimaksud fuja’ah adalah datang tiba-tiba. Sedangkan “niqmah” adalah siksa dan murka. Dalam doa ini berarti kita berlindung kepada Allah dari datangnya adzab, siksa dan murka Allah yang tiba-tiba.
  4. Dalam doa ini, kita juga meminta pada Allah agar terlindung dari murka-Nya yaitu segala hal yang dapat mengantarkan pada murka Allah.

Semoga doa ini bisa kita amalkan dan mendapatkan berbagai anugerah.

Referensi: ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Al ‘Azhim Abadi, 4/283, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, tahun 1415.

***

Penulis: dr. Adika Mianoki

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/27406-doa-berlindung-dari-hilangnya-nikmat-dan-kesehatan.html

Menjaga Kesehatan dengan Menjauhi Maksiat

Islam sangat menganjurkan kita agar menjaga kesehatan, karena seorang mukmin yang kuat dan sehat lebih Allah cintai daripada seorang mukmin yang lemah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah.” [HR. Muslim]

 

Maksud hadits di atas adalah kuat iman dan badannya. Badan yang kuat dan sehat juga diperlukan untuk beribadah dan melakukan ketaatan, sehingga kita meniatkan membuat badan sehat adalah agar bisa melakukan ibadah, ketaatan dan berbagai kebaikan. Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan maksud hadits,

أن المؤمن القوي في إيمانه ، والقوي في بدنه وعمله : خيرٌ من المؤمن الضعيف في إيمانه أو الضعيف في بدنه وعمله ؛ لأن المؤمن القوي يُنتج ويَعمل للمسلمين وينتفع المسلمون بقوته البدنية وبقوته الإيمانية وبقوته العملية

“(Yaitu) Seorang mukmin yang kuat iman dan kuat badan serta amalnya, ini lebih baik daripada seorang mukmin yang lemah imannya dan lemah badan serta amalnya, karena mukmin yang kuat akan produktif dan memberikan manfaat bagi kaum muslimin dengan kekuatan badan, iman dan amalnya.” [Al-Muntaqa 5/380]

Salah satu cara menjaga kesehatan agar tetap kuat dan fit adalah dengan menjauhi berbagai maksiat. Dengan menjaga diri dari berbagai maksiat Allah akan menjaga hamba-Nya. Termasuk dalam penjagaan Allah adalah penjagaan terhadap tubuhnya. Ini salah satu maksud hadits:

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.[HR. Tirmidzi, shahih]

Baca Juga: Doa Berlindung Dari Hilangnya Nikmat Dan Kesehatan

Beberapa ulama memiliki tubuh yang kuat dan sehat sampai usia mereka telah tua, ini bentuk penjagaan Allah pada mereka, bahkan ada ulama yang telah usia sangat tua tapi masih kuat dan fit.

Ibnu Rajab Al-Hambali mengisahkan beberapa ulama dahulu yang telah berusia lebih dari 100 tahun tapi masih fit fdan sehat. Hal itu mereka dapatkan karena menjaga diri dari maksiat kepada Allah di masa mudanya. Ibnu Rajab berkata,

كان بعض العلماء قد جاوز المائة سنة وهو ممتع بقوته وعقله، فوثب يوما وثبة شديدة، فعوتب في ذلك، فقال: هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر، فحفظها الله علينا في الكبر. وعكس هذا أن بعض السلف رأى شيخا يسأل الناس فقال: إن هذا ضعيف ضيع الله في صغره، فضيعه الله في كبره

“Sebagian ulama ada yang sudah berusia di atas 100 tahun, namun ketika itu, mereka masih diberi kekuatan dan kecerdasan. Ada seorang ulama yang pernah melompat dengan lompatan yang sangat jauh, lalu  ia diperingati dengan lembut. Ulama tersebut mengatakan,

 

 “Anggota badan ini selalu aku jaga dari berbuat maksiat ketika aku muda, maka Allah menjaga anggota badanku ketika waktu tuaku.”

Namun sebaliknya, ada yang melihat seorang sudah jompo/ dan biasa mengemis pada manusia. Maka ia berkata,

“Ini adalah orang lemah yang selalu melalaikan hak Allah di waktu mudanya, maka Allah pun melalaikan dirinya di waktu tuanya.” [Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 249]

Demikianlah maksiat dan dosa, tidak hanya berpengaruh pada hati dan keimanan, akan tetapi bisa berpengaruh terhadap tubuh seseorang, bahkan para salaf mengatakan dosa dan maksiat memiliki pengaruh pada lingkungan disekitar kita, pada istri, anak dan kendaraan kita. Para salaf mengatakan.

إن عصيت الله رأيت ذلك في خلق زوجتي و أهلي و دابتي

“Sungguh, ketika bermaksiat kepada Allah, aku mengetahui dampak buruknya ada pada perilaku istriku, keluargaku dan hewan tungganganku.”

Semoga Allah menjaga kita dari dosa dan maksiat

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/45745-menjaga-kesehatan-dengan-menjauhi-maksiat.html

Membakar Mushaf Al-Qur’an untuk Kesembuhan Orang Sakit

Fatwa Syaikh Muhammad bin ‘Abdullah Al-Imam

Pertanyaan:

Apa hukum membakar mushaf Al-Qur’an agar asap pembakaran yang muncul dapat dihirup oleh orang sakit?

Jawaban:

Ini adalah metode (ruqyah) yang batil, baik yang dibakar adalah lembaran-lembaran mushaf atau sejenisnya, atau membakar ayat Al-Qur’an yang ditulis di selembar kain, maka semua ini tidak diperbolehkan.

Di antara hal yang menunjukkan tidak bolehnya metode seperti ini adalah:

Pertama, tidak terdapat dalil dari Al-Qur’an, tidak pula dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan boleh dan disyariatkannya berobat dengan Al-Qur’an melalui metode dibakar dan dihirup asapnya. Jika tidak terdapat dalil dalam masalah ini, maka hal itu menunjukkan tidak disyariatkannya perbuatan tersebut. Demikian pula, para sahabat dan tabi’in tidak ada yang melakukannya. Dan mereka semua adalah para imam (yang mendapatkan) petunjuk. Mereka adalah teladan dan acuan dalam mengamalkan kalamullah (Al-Qur’an) dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ada sesuatu yang tidak diamalkan oleh mereka, padahal terdapat faktor pendorong untuk melakukannya, dan tidak terdapat faktor penghalang, maka hal ini menunjukkan tidak disyariatkannya sesuatu tersebut.

Ke dua, metode membakar seperti ini merupakan tindakan pelecehan terhadap Al-Qur’an. Orang yang melakukan perbuatan seperti ini tidaklah mengamalkan kandungan Al-Qur’an sesuai dengan tujuan diturunkannya Al-Qur’an, yaitu menjadikannya untuk mencari kesembuhan (obat) dengan memahaminya (tadabbur) dan mengamalkan kandungannya. Bahkan dia melakukan hal-hal yang menyelisihi kandungan Al-Qur’an.

Ke tiga, dalam metode tersebut terdapat tasyabbuh (penyerupaan) dengan metode klenik dan perdukunan yang melakukan perbuatan-perbuatan yang melecehkan Al-Qur’an, termasuk di antaranya adalah perbuatan (metode) semacam ini.

***

Diselesaikan di siang hari, Lab EMC Rotterdam NL, 9 Sya’ban 1439/ 26 April 2018

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

 

Catatan kaki:

[1] Diterjemahkan dari: Ahkaam At-Ta’aamul ma’a Al-Jinn wa Adaabu Ar-Ruqa Asy-Syar’iyyah hal. 121, karya Syaikh Abu Nashr Muhammad bin ‘Abdullah Al-Imam, penerbit Maktabah Al-Imam Al-Wadi’i, Shan’a (Yaman), cetakan pertama tahun 1434.

 

KESEHATANMUSLIM.com

Mengapa Kita Dilarang Kencing Berdiri?

Ada sebagian perintah ataupun larangan yang bersifat ta’abbudi (transendental) dan ada pula yang dikategorikan sebagai ta’lili (bisa dirasionalisasikan).  Baik yang bersumber dari Kalam Allah SWT maupun hadis yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Namun, tak semua pesan yang tersimpan di balik kedua hal tersebut mampu ditangkap oleh akal manusia.

Berangkat dari fakta ini, muncul sejumlah karya yang mencoba menguak hikmah dari sebuah perintah atau larangan. Salah satunya datang dari Al Hakim at-Tirmidzi (Bukan pakar hadis, Imam al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmizi (279 H).

Melalui karyanya yang berjudul Al-Manhiyyat,  tokoh yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Al Husain bin Basyar al-Hakim at-Tirmidzi itu, berusaha menguraikan pesan yang terkandung di balik larangan ataupun anjuran-anjuran yang pernah disampaikan oleh Rasulullah.

Ia membatasi ulasannya hanya pada hadis-hadis Rasulullah dengan derajat kesahihan yang beragam. Uraiannya itu diperkuat dengan argumentasi yang berasal dari Alquran, riwayat hadis lainnya, dan pendapat para ulama. Penjelasannya sangat sederhana. Sebab, pembahasan kitab yang salah satu naskah manuskripnya masih tersimpan di Dar al-Kutub, Kairo, Mesir, itu mudah dibaca dan tak terlalu sulit memahaminya.

Namun, analisis dan pembacaan pesan yang tersimpan dalam hadis Rasulullah oleh tokoh yang berasal dari Tirmidz, sebuah daerah yang kini berada di wilayah Uzbekistan dan sebagian barat Kazakhtan, tersebut tergolong mendalam.

Hal ini tak terlepas dari latar belakang tasawuf dan ilmu olah spiritual yang ia dalami. Kedalamannya itu juga tampak di beberapa karyanya. Sebut saja, Ilal al-Ubudiyyah, Syarh as-Shalat wa Maqashiduha, Alhajju wa Asraruhu, dan tentunya mahakaryanya yang terkenal, Khatm al- Awliya.’

Dalam pembukaan kitabnya, tokoh yang hidup hingga 320 H tersebut, menegaskan satu poin penting. Bahwasanya, semua larangan yang diberlakukan oleh Rasulullah kepada umatnya, memiliki tujuan positif dan benar.

Bila peringatan dan larangan itu diikuti, yang bersangkutan akan tetap berada dalam kebenaran. Sebaliknya, bila dilanggar, ia telah tergelincir dari hidayah-Nya.

Fakta tentang hadis larangan memiliki motif dan tujuan ini tak terbantahkan. Namun, barangkali tidak kasat mata oleh kebanyakan orang. Kesimpulannya itu sangat berasalan. Hal ini terlihat jelas pada upayanya menyibak tabir di 170 hadis tentang etika hidup sehari-hari yang ia kutip dalam kitab Al-Manhiyyat. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. (QS al-Hasyr [59] : 7)

Menurut dia, larangan-larangan yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya memiliki tingkatan yang berbeda. Dalam pandangan sosok yang dibesarkan oleh iklim intelektualitas yang heterogen di Khurasan kala itu, larangan-larangan Rasulullah yang tersebar di berbagai riwayat dapat dikategorikan menjadi dua bagian utama, yaitu larangan untuk alasan etika (nahy adab) dan larangan karena ada unsur haram (nahy tahrim).

Yang dimaksud dengan nahy adab ialah perkara yang dilarang oleh Allah untuk dilakukan. Tingkatan larangannya tidak terlalu kuat. Indikasinya bisa ditangkap dari teks itu sendiri. Misalnya, larangan untuk bertanya tentang hal-hal yang rumit kepada Rasulullah.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu. (QS al-Maidah [6]: 101).

Sedangkan pengertian nahy tahrim, ialah larangan yang bersifat pasti dan mutlak. Sebagaimana kategori sebelumnya, larangan ini bisa diketahui dari teks.

Misalnya, larangan mengonsumsi bangkai, darah, dan daging babi. Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah [394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul. (QS al-Maidah [5] : 3).

Nahy tersebut bersifat mutlak, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Siapa pun yang melanggarnya terancam siksa. Berbeda dengan nahy adab, mereka yang melakukannya tidak disiksa.

Hadis adab

Dari total 170 hadis yang ia uraikan, tokoh yang memutuskan terjun di dunia tasawuf saat berusia 27 tahun itu, menitikberatkan pada hadis-hadis adab. Keseluruhan menyangkut etika dan norma-norma hidup sehari-hari.

Hadis yang pertama kali ia uraikan ialah menyangkut tata cara berbusana yang baik. Di antaranya, hadis riwayat Bukhari Muslim dan sejumlah imam hadis lainnya larangan memakai baju (jubah atau gamis–Red) dengan posisi duduk, sementara kedua pahanya terlihat. Cara seperti ini dilakukan dengan bajunya terlipat separuh.

Apa maskud di balik larangan itu? Menurut ulama yang belajar hadis di Nisaphur pada 285 H itu, mengenakan pakaian dengan cara demikian akan memudahkan aurat tampak. Apalagi, bila yang bersangkutan tidak memakai pakaian dalam. Ketika masa awal Islam hadir di tengah-tengah masyarakat jahiliah, mereka belum terbiasa menutup aurat. Bahkan, tatkala mereka melaksanakan tawaf di Ka’bah sekalipun. Aurat mereka terlihat.

Maka saat Islam datang, bangsa Arab diperintahkan untuk menutup aurat mereka sebisa mungkin dan menjaga pandangan agar tidak melihat aurat orang lain.

Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya’. (QS an-Nuur [24] 31). Larangan yang tersebut dalam hadis di atas, pada dasarnya ialah bentuk pendisiplinan kepada mereka.

Al-Hakim at-Tirmidzi juga menyebutkan pesan yang ada di balik larangan kencing dengan posisi berdiri. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dan Ibnu Majah, Rasulullah menegaskan hal itu. Menurut analisis al-Hakim, ada dua motif pelarangan tersebut. Yaitu alasan yang pertama, posisi berdiri saat kencing rawan terkena percikan air seni.

Sedangkan, najis yang diakibatkan oleh kelalaian saat buang air kecil tersebut, bisa berujung pada siksa di alam kubur. Riwayat lain yang dinukil oleh Thabrani dan dan Al Bazzar menjelaskan peringatan tersebut. Rasulullah bersabda, Pastikanlah kalian bersih dari (najis) air seni, karena sesungguhnya sebagian besar azab kubur akibat (najis) air seni. Oleh karena itu, Rasulullah di riwayat lainnya menganjurkan agar kencing sambil duduk.

Sedangkan, motif yang kedua dari larangan kencing berdiri ialah berkenaan dengan kesehatan yang bersangkutan. Menurut tokoh yang terusir dari Tirmidz lalu pindah ke Balkh lantaran menulis kitab yang dianggap kontroversial: Khatm al-Awliya’ dan ‘Ilal Asy Syari’at itu, posisi berdiri kurang mendukung bagi kelancaran membuang air seni.

Di saat berdiri, vena terus aktif dan jantung tetap memompa darah dengan kencang. Semuanya bermuara di jantung. Berbeda dengan posisi duduk. Dengan posisi ini, jantung akan perlahan mengalami rileksasi. Dengan duduk pula, saluran kencing akan mudah terbuka dan semakin melancarkan. Kesemuanya itu tidak didapatkan lewat posisi berdiri.

Dan, menutup karyanya tersebut, al-Hakim menjelaskan larangan mengadakan transaksi menggunakan emas ditukar dengan emas. Larangan itu berlaku selama nilai dan kadarnya tidak setara.

Bila jual beli dengan emas sementara nilainya berbeda, menurut sosok yang terinspirasi dan belajar agama dari sang ayah, Syekh Ali, praktik semacam ini dikategorikan riba. Dan riba adalah perbuatan yang tidak diperkenankan dalam agama. Selain itu, riba juga merugikan salah satu atau kedua belah pihak.

Islam Beri Perhatian Kesehatan THT

Pengobatan dunia Islam dikenal dengan pengobatan tingkat tinggi dengan memperhatikan observasi klinis dan mengesampingkan mitos serta legenda.

Pengobatan telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) merupakan contoh partisipasi pengobatan dunia Islam dan kontribusi pada studi anatomi, fisiologi, dan penyakit bagi dunia Arab.

Inilah Alasannya Puasa Menyehatkan Tubuh

Bukan rahasia lagi bila puasa dapat menyehatkan tubuh, para dokter pun menyetujui pernyataan itu. Hasil penelitian Dr. Ebrahim Kazim, dari Trinidad Islamic Academy, dengan menggunakan EEG (perekam gelombang otak) menunjukkan puasa membuat tidur lebih berkualitas atau Deep sleep, sehingga berpengaruh pada perbaikan tubuh dan otak.

Dalam situs resmi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Ir Syopiansyah Jaya Putra pun mengungkapkan manfaat puasa bagi kesehatan. Ia mencontohkan, seseorang hanya tidur beberapa jam sebelum sahur, dibandingkan bila tak berpuasa, namun kondisi itu justru memperlancar metabolisme tubuh.

Mantan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta tersebut juga menjelaskan, ada lima fase saat tidur, seperti terjaga, mulai kantuk, tidur, serta bangun tidur. Menurutnya, kelima fase memancarkan getaran dalam diri yang berguna untuk menyehatkan tubuh.

Nurlela Fitriana (24) termasuk salah satu orang yang merasa lebih sehat saat puasa. Meski begitu, ia tak memungkiri, setiap siang perutnya terasa lapar, membuatnya tergoda ingin membatalkan puasanya, namun karyawan perusahaan travel ini berusaha meluruskan niat.

“Lapar sekali kalau puasa, tetapi malah lebih semangat bekerja, badan lebih ringan,” katanya.

Setiap hari, Lela berangkat kerja dari Bekasi pukul 06.00 WIB, lalu naik kereta menuju Senayan. Kemudian ia pulang pukul 17.00 dan harus berdesakan lagi di kereta. Kondisi semacam itu membuatnya sering sakit, seperti flu, vertigo, bahkan demam, tetapi di bulan Ramadhan, penyakit tersebut tak muncul.

“Tubuh terasa lebih segar, walau pun lapar, tapi kepala sudah jarang pusing,” ujar perempuan berkerundung ini. Ia percaya, bahwa ada keajaiban dalam puasa, yang membuat seseorang bisa bertahan mengerjakan segala aktivitas, walau tak makan dan minum. Bahkan Lela mengaku, pencernaannya lebih lancar selama berpuasa.

Dokter Yeni Purnamasari dari Layanan Kesehatan Cuuma-Cuma Dompet Dhuafa (LKC DD) menjelaskan, puasa memang dapat membersihkan segala racun dalam tubuh seperti kolesterol jahat, lemak jahat, kalori berlebih, radikal bebas dan lainnya. “Setiap hari kolesterol menumpuk dalam tubuh, maka ketika organ beristirahat saat puasa, proses pembersihan atau detoksifikasi terjadi,” ungkapnya.

Yeni uga menegaskan, berpuasa terbukti menurunkan risiko penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah seperti jantung. Hal itu dikarenakan, organ yang tak bekerja keras saat puasa, berkesempatan melakukan detoksifikasi secara sempurna, sehingga daya tahan tubuh pun meningkat.

Berbeda dengan orang yang tak puasa, organ mereka terus bekerja keras, sehingga proses detosifikasi sulit terjadi Meski begitu, dokter Yeni menyarankan, untuk tetap mangatur pola makan dan kadar air yang masuk ke tubuh. “Bila pola makan berantakan saat puasa, maka hasil sehat dari puasa pun tak bisa dirasakan, akan sama saja,” jelasnya.

 

REPUBLIKA

Doa dan Kesehatan

DALAM satire X dari puisi Romawi “Juneval” ada kalimat mutiara yang potongannya diabadikan dunia, yaitu: “mens sana in corpore sano” yang biasa diterjemahkan dengan “di dalam badan yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.”

Dengan motto inilah maka olahraga menjadi kegiatan lazim di mana-mana. Banyak yang tidak tahu bahwa bunyi satire lengkapnya adalah: “orandum est ut sit mens sana in corpore sano” yang artinya adalah “Anda harus berdoa untuk memperoleh jiwa yang sehat dalam tubuh yang sehat.” Titik tekannya ternyata bukan pada olahraganya melainkan pada doanya.

Kalau dalam teks agama, kita temukan perintah berdoa berulang kali seberulangkali janji Allah untuk mengabulkan, dan dalam hadits Nabi juga jelas dinyatakan bahwa doa adalah otak ibadah dan bahwa doa adalah senjata orang beriman, harusnya doa merupakan sesuatu yang paling vital dalam kehidupan kita. Faktanya adalah bahwa doa selalu saja dilupakan, doa selalu ditinggalkan, dan kita senantiasa sibuk dengan pikiran kita sendiri dengan mengandalkan tips, strategi dan kemampuan kita sendiri.

Kalau Allah yang memerintahkan kita untuk berdoa dan berjanji untuk mengabulkan, maka sesungguhnya itu bermakna bahwa tak ada masalah yang tak memiliki solusi, tak ada penyakit yang tak punya titik akhir sekaligus tak ada gembok kehidupan yang tak memiliki kunci. Lalu, alasan apa lagi yang bisa membenarkan kita untuk tidak berdoa? Inilah alasan mengapa Rasulullah mengajarkan dan mewariskan banyak doa keseharian untuk umatnya.

Yakinlah bahwa dengan doa maka kesehatan badan, kesehatan jiwa, kesehatan kehidupan sungguh akan lebih mudah diwujudkan. Badan yang sakit, jiwa yang sakit dan kehidupan yang sakit sungguh berada dalam posisi sangat butuh akan doa.

Kehidupan kita dalam berbangsa pun, yang sedang sakit ini, ditandai dengan hilangnya etis dan terpinggirkannya “Tuhan” dalam banyak urusannya, sungguh dalam kebutuhan yang sangat akan doa ini. Mari kita berdoa. Salam, AIM@Ponpes Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2286460/doa-dan-kesehatan#sthash.l9Uca6YW.dpuf

Rahasia Kesehatan Tubuh Rasulullah

Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah saw,”Ajari aku sebuah amalan agar tubuhku sehat.”

Rasul pun memberi resepnya,”Jika kau ingin badanmu sehat, perbanyaklah berpuasa !”Mungkin kita bertanya, mengapa harus puasa?Kita akan mencari jawabannya melalui kisah berikut ini,

Di zaman Rasulullah saw, Raja dari Mesir yang ingin memberi hadiah kepada beliau. Ia mengirimkan 3 macam hadiah berupa kuda, wanita bernama Mariam Qibtiyah yang akhirnya menjadi istri Nabi dan seorang dokter.

Singkat cerita, dokter itu memulai prakteknya di Madinah. Sudah beberapa hari berlalu, tapi ia belum menemukan pasien yang sakit. Ia pun terheran karena di negerinya ia selalu sibuk mendapati orang-orang yang sakit.

Akhirnya dokter ini mendatangi para sahabat (dalam riwayat lain mendatangi Rasul secara langsung) lalu bertanya, “Sudah beberapa hari aku disini namun sulit sekali mendapati orang yang sakit. Apa yang sebenarnya terjadi?”

Kemudian Rasul pun menjawab,”Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan kecuali ketika lapar dan ketika makan tidak sampai kenyang.”

Dalam riwayat yang lain, Rasul juga pernah bersabda,”Perut adalah rumahnya penyakit”Dari riwayat diatas akan kita temukan bahwa ribuan penyakit muncul akibat kekenyangan. Dan penelitian ilmiah mendukung hal ini.

Di waktu yang lain, ada seorang dokter non-muslim yang datang kepada Imam Jafar Shodiq (Guru dari Imam Madzhab Hanafi dan Maliki). Dokter itu berkata, “Coba tunjukkan padaku, apakah Al-Quran yang turun kepada Nabimu itu juga membicarakan tentang kedokteran?”

Imam pun menjawab, “Ya, dan hanya tercantum dalam satu ayat yaitu,

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS.Al-Araf:31)

Perut adalah sumber penyakit bila tidak dijaga. Jika kita ingin belajar kepada Rasulullah tentang cara hidup sehat, maka perhatikan cara serta makanan yang masuk ke perut kita. Sayidina Ali pun pernah berwasiat kepada putranya Hasan,”Wahai Hasan, jika engkau tidak ingin bertemu dokter selama hidupmu maka tinggalkanlah makananmu ketika engkau masih membutuhkan (masih bernafsu).”

Karena itulah, jika perut adalah sumber penyakit maka obatnya adalah puasa! Jika kau ingin sehat, perbanyaklah puasa, kata Rasulullah saw.

Tapi ingat, puasa yang dimaksud adalah puasa dengan menjaga tata cara yang sebenarnya. Bukan puasa menahan lapar di siang hari lalu balas dendam dengan makan berlebihan ketika berbuka. Apa artinya puasa jika tetap berlebihan ketika berbuka? Tak sedikit orang yang berbuka hingga tak mampu bernapas karena kekenyangan.

Karena itulah, mari kita jaga cara makan kita. Jika kita bisa membayangkan perut ini terbagi menjadi tiga bagian. Isi 1/3 nya dengan makanan, lalu 1/3 nya dengan minuman dan sisakan 1/3 nya untuk bernafas.

Namun anjuran untuk tidak berlebihan dalam makan hanya berlaku di dunia saja. “Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.”

Sementara di surga kelak, manusia dipersilakan untuk menikmati kenikmatan tanpa batas. Karena itu bersabarlah sejenak !

(kepada mereka dikatakan), “Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS.Al-Haqqah:24)

Jika kita yakin dengan resep dari Rasulullah ini, mari kita perbaiki cara makan kita sehari-hari dan mulai belajar untuk memperbanyak puasa. Dan semoga kita termasuk golongan ahli surga yang bisa menikmati kenikmatan tanpa batas.[ ]

Sumber khazanahalquran

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2257217/rahasia-kesehatan-tubuh-rasulullah#sthash.coxZH8e0.dpuf