Ternyata ini Sunah Sahur yang Banyak Dilupakan

YANG sangat perlu diperhatikan dalam sahur ini dan sunnah yang sangat banyak dilupakan kaum Muslimin sekarang adalah disunnahkannya mengakhirkan sahur sampai mendekati waktu Shubuh (fajar) sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .

Dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

“Kami bersahur bersama Rasululluh Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian beliau pergi untuk shalat.” Aku (Ibnu Abbas) bertanya, “Berapa lama antara adzan dan sahur?” Beliau menjawab, “Sekitar membaca 50 ayat.” [HR Bukhari dan Muslim].

Maka seyogyanyalah bagi seorang Muslim mencontoh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam perbuatannya pada masalah ini, hingga memperoleh keberkahannya dan keutamaan-keutamaannya serta manfaat dunia dan akhirat.

Wallahu Alam. [Al-Hujjah]

 

INILAHMOZAIK

Periode Ke Dua Turunnya Alquran di Madinah

MASA turunnya Alquran selama 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode, sebagai berikut:

2. Periode kedua adalah periode Madinah.

Yaitu, wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah disebut surat/ayat Madaniyyah dan merupakan 11/30 dari Al-Quran. Selama 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari, yang terdiri dari 24 surah yang meliputi 1463 ayat.

Surat dan ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya panjang lebar dan lebih jelas (Ithnab), karena sasarannya bukan hanya orang-orang arab asli, melainkan juga non arab dari berbagai bangsa yang telah mulai masuk Islam dan sudah tentu mereka belum menguasai bahasa arab.

Mengenai isi surat/ayat Madaniyyah pada umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan suatu masyarakat / umat islam dan Negara yang adil dan makmur yang diridhai Allah Ta’ala.

 

INILAH MOZAIK

Periode Pertama Turunnya Alquran di Mekkah

MASA turunnya Alquran selama 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode, sebagai berikut:

1. Periode pertama adalah Makkah.

Yaitu, wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah tersebut di sebut surat/ ayat makkiyah merupakan 19/30 dari Alquran, yang menurut Ahli Tahkiq selama 12 tahun 5 bulan dan lebih 13 hari.

Dan terdiri dari 90 surah yang mencakup 4.773 ayat. Surat dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya singkat-padat (Ijaz), karena sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang arab asli (Suku Quraisy) yang sudah tentu paham benar akan bahasa Arab.

Mengenai isi surat/ayat Makkiyah pada umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang Maha Esa secara murni dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.

 

INILAH MOZAIK

Mereguk Nikmat Ramadan bersama Alquran

RAMADAN disamping bulan untuk berpuasa dan qiamullayl diapun merupakan bulannya Al-Quran, padanya Allah azza wa jalla turunkan Al-Quran dan pada bulan ini pula Rasulullh shalallahu alaihi wasallam saling memperdengarkan Al-Quran bersama Jibril alaihis salaam.

“Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah orang yang sangat dermawan dengan kebaikan terlebih pada bulan Ramadhan karena Jibril senantiasa menemui beliau tiap malam pada bulan Ramdhan hingga Ramadhan usai untuk memperdengarkan Al-quran kepada Jibril, dan saat Jibril menemui beliau, beliau lebih dermawan dibanding angin yang bertiup.” [HR Bukhari no. 1902 Muslim no. 2308].

Maka sebuah anugrah yang amat besar tentunya, apabila pada bulan yang agung ini Allah azza wa jalla berkenan memberikan taufiq kepada kita untuk bisa maksimal membaca serta menghafal Al-Quran sebagai bentuk sikap tauladan kita kepada Nabi kita.

Saudaraku seiman, ketahuilah diantara kebaikan yang akan engkau peroleh dari kebaikan yang sangat banyak dalam Al-quran yaitu gelar sebagai manusia terbaik dan mulia akan engkau sandang. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari no. 5027].

Sungguh tidak ada yang sia-sia darimu ketika engkau bermuamalah dan berinteraksi dengan Al-Quran, baik tatkala membacanya, terlebih ketika menghafal ayat-ayatnya, itu semua akan terhitung sebagai pahala di sisi Allah azza wa jalla, baik ketika engkau kesulitan dalam melafalkannya terlebih apabila engkau lancar membacanya. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

“Orang yang pandai membaca alquran dia akan bersama para malaikat-malaikat mulia, adapun yang masih tebata-bata dan masih merasakan susah dalam membacanya maka untuknya dua pahala.” [HR. Muslim no. 798].

 

INILAH MOZAIK

Berpuasalah karena Iman dan Mengharapkan Pahala

NABI kita Shallallhu ‘alayhi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadn karena imn dan mengharapkan pahala, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 37, versi Fathul Bari nomor 38 dan Muslim nomor 1268, versi Syarh Muslim nomor 760)

Kalau kita cermati dari sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam diatas, maka betapa besar pahala yang dijanjikan oleh Raslullh shallallhu ‘alayhi wa sallam bagi yang berpuasa Ramadn

Betapa tidak bahwa dia akan mendapatkan ganjaran berupa ampunan dosa dari seluruh dosanya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Namun kalau kita cermati lebih dalam bahwa ternyata untuk mendapatkan ampunan dosa dengan sebab puasa tidak semudah yang dibayangkan. Karena di dalamnya ada dua persyaratan yang disyaratkan oleh Nabi kita Muhammad Shallallhu ‘alayhi wa sallam yaitu :

1. Imnan (dengan landasan keimnan)
2. Ihtisban

Apakah yang dimaksud dengan 2 (dua) persyaratan tersebut ?

*Keimanan*

Maka untuk dikatakan seseorang itu bahwa puasanya dilandasi dengan keimnan yang bersama dia berimn secara umum dalam arti bahwa orang yang berpuasa tersebut harus orang yang berimn.

Artinya secara pribadi dia memiliki keimanan yang sah.

  • Jadi dia bukan orang kafir, bukan orang yang telah batal imannya disebabkan tindakan atau perilaku, walaupun dia asalnya muslim (misalnya) tapi ternyata pada dirinya ada kekafiran sehingga tidak layak dia mendapatkan predikat orang yang berimn.
  • Dia beriman tentang wajibnya puasa Ramadhn tersebut. Ini terkait dengan syarat keimanan.

*Ihtisban*

*Ihtisaban yaitu mengharapkan ganjaran.*

Bahwa yang dimaksudkan seseorang yang berpuasa meniatkan dengan puasanya mendapatkan pahala, yaitu pahala akhirat. Dan pahala akhirat yang terbesar adalah melihat Allh Ta’la di surga. Jadi dia mengharapkan ganjaran dimana Allh Ta’la mengganjarnya di akhirat.

Maka bukanlah puasanya hanya semata-mata dia mengikuti kebanyakan kaum muslimin berpuasa. Tidak enak kalau tidak puasa atau berpuasa dalam rangka untuk supaya sehat atau berpuasa demi mendapatkan kenikmatan duniawi tetapi dia berpuasa untuk mengharapkan pahala akhirat.

Ganjaran yang disediakan oleh Allh diakhirat. Di surga kelak. Dan apabila ternyata dia puasanya tidak memenuhi dua persyaratan diatas, maka dia tidak mendapatkan ampunan dosa. Apakah ada disana orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan ganjaran? Banyak.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallhu ‘alayhi wa sallam :

Telah menceritakan kepada kami Amr bin Raafi, telah menceritakan kepada kami Abdullaah bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Saiid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda,

“Berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan kantuk.” (Sunan Ibnu Maajah no. 1690] Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata “hasan shahih” dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380)

“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidaklah dia dapatkan dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.” (Hadts Riwayat At- Tabrani dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Syaikh Al-Albniy rahimahullh dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadts ini shahh ligoirihi yaitu shahh dilihat dari jalur lainnya)

Sebagaimana juga beliau bersabda :

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang dusta, yang buruk dan mengamalkan amalan yang buruk, maka tidak ada kepentingan terkait dengan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (Hadts Riwayat Bukhri nomor 1770, versi Fathul Baru nomor 1903)

Artinya tidak mendapatkan sedikitpun dari makan dan minumnya, tidak mendapatkan ganjaran sama sekali. Ini menunjukan bahwa di sana ada orang-orang yang dia telah lapar dan dahaga dengan puasanya tapi yang dia dapatkan, hanya lapar dan dahaga.

Di samping dua syarat di atas tentang keimanan dan juga ihtisb dengan penjelasan yang telah disampaikan tentunya dia juga harus memenuhi syarat dan rukunnya puasa sehingga dia sah secara fiqih dan juga dia layak untuk mendapatkan ganjaran yang besar yaitu berupa ampunan Allh Ta’ala atas dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang.

Mudah-mudahan kita bisa menyiapkan diri untuk menghadapi Ramadhn dengan keimanan yang benar dan dengan betul-betul mengharapkan pahala dari sisi Allh Ta’ala.

Demikian mudah-mudahan bermanfa’at bagi kita semuanya. Wa billhi taufiq wal hidayah. [Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam]

 

INILAH MOZAIK

Berapa Jarak antara Sahur Rasul dan Azan Subuh?

FAWAID Hadits ke-188 dari Syarh Umdatil Ahkam Kitabus Shiyaam, oleh Syaikh Dr. Saad asy-Syatsri hafizhaahullaah

“Dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahuanhu beliau berkata: “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau bangkit untuk shalat. Anas lantas bertanya kepada Zaid, kira-kira berapa jarak waktu antara Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam makan sahur sampai adzan dikumandangkan?, Zaid berkata: “kira-kira selama seseorang membaca 50 ayat”. [HR. al-Bukhari dan Muslim]

Faidah-Faidah Hadits sebagaimana dijelaskan oleh Dr. Saad asy_syafri

  • Disyariatkannya makan sahur, dan Rasulullah shallallhu alaih wasallam sangat menaruh perhatian pada amalan makan sahur ini. Ini adalah salah satu sunnah Nabi shallallahu alaihi wasalam yang sangat beliau tekankan.
  • Dan dari hadits ini juga dipetik faidah bolehnya mengadakan walimah (makan makan) ketika sahur. Syekh DR. Saad asy-Syatsri menyebutkan bahwa Rasulullah mengundang Zaid bin Tsabit untuk makan sahur bersama.
  • Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berkumpul makan sahur secara berjamaah.
  • Boleh berkumpul di malam hari, di akhir malamnya, jika di perlukan. Di sini, karena hendak melakukan makan sahur, Rasulullah berkumpul dgn sahabat-sahabat beliau di waktu sahur.
  • Dalam hadits ini terdapat dalil disyariatkannya makan dgn cara duduk. Diambil dari lafadz; “kemudian rasulullah bangkit menuju shalat”, berarti sebelumnya beliau duduk melakukan makan sahur.
  • Dari hadits ini diambil faidah disyariatkannya untuk menyegerakan shalat shubuh di bulan ramadhan karena dekat sekali jarak antara waktu shalat dan adzan.
  • Dari hadits ini bisa dipetik faidah disyariatkannya makan sahur sampai sejenak lagi akan masuk waktu fajar. Yang demikian ini tidak menjadikan puasa seseorang batal itu batal, sekalipun sahur dilakukan di saat-saat akhir menjelang adzan.

Para ulama juga -berdasarkan hadits ini- mengatakan bahwasanya waktu imsak yg diadakan oleh orang-orang di zaman ini, merupakan pembatasan yg tidak disyariatkan sama sekali. Tidak ada pada zaman Rasulullah pembatasan makan sahur dengan waktu imsak (5-10 menit sebelum fajar terbit), justru sunnahnya adalah mengakhirkan sahur itu sendiri.

Rasulullah bahkan bersabda: “Segerakanlah berbuka puasa dan akhirkanlah sahur”.

Ini adalah beberapa Fawaaid dari hadits ini semoga bermanfaat. Berikut catatan tambahan dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah:

  • Yang dimaksud dengan “Jarak antara sahur dan adzan” adalah; jarak waktu setelah Rasulullah kelar makan sahur sampai dikumandangkannya iqomah Shalat Subuh.
  • Yang dimaksud dengan “jarak waktu seseorang membaca 50 ayat” adalah; waktu yang dihabiskan oleh seseorang yang membaca 50 ayat yang sedang, yaitu ayat yang tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek, dibaca dengan tempo sedang, tidak cepat tidak juga lambat. Kata Syaikh al-Utsaimin: kira-kira 6 menit lamanya.

[Referensi: Tanbiihul Afhaam Syarh Umdatil Ahkam (hal. 419); Al-Hujjah]

 

INILAH MOZAK

Bagaimana Hukumnya Berhubungan Intim di Siang Hari Saat Ramadan?

Membina keluarga dalam islam merupakan kesunnahan, apapun yang dilakukan oleh pasangan suami istri akan mendapatkan ganjaran, asalkan sesuai dengan syariat islam dan tidak melenceng dari ketentuannya. Namun bagaimana hukumnya jika berhubungan intim di siang hari saat berpuasa di bulan Ramadan?

Tak hanya dianjurkan untuk tidak dilakukan, hubungan intim di siang hari sangatlah dilarang dan bisa membuat puasa orang yang melakukannya batal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Umi Tatu, ibunda Almarhum Ustad Jefri Al Bukhari. Kepada merdeka.com, Umi Tatu mengungkapkan, “Bulan Ramadan itu kan banyak larangannya. Nggak boleh ghibah, nggak boleh bohong apalagi berhubungan intim di siang hari. Kalau berhubungan intim di siang hari saat Ramadan, ini hukumnya ada sendiri. Orang yang melakukan hubungan intim di siang hari harus mengganti puasanya selama 2 bulan berturut-turut di hari lain. Ini tentunya lebih berat lagi kan.”

Apa yang diungkapkan oleh Umi Tatu ini juga sama dengan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari. Abu Hurairah r.a berkata,

Suatu hari kamu duduk-duduk dekat Nabi Muhammad SAW kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau. Pria tersebut mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, celaka aku.’ Rasulullah pun mengatakan, ‘apa yang terjadi padamu?’ Si pria pun menjawab, ‘Aku telah menyetubuhi istriku, padahal aku sedang berpuasa’. Rasulullah pun lantas bertanya, ‘apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?’ Pria itu pun menjawab, ‘tidak’. Rasulullah kembali bertanya, ‘apakah engkau mampu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?’ Jawaban pria itu pun tetap tidak. Rasulullah kembali bertanya, ‘apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?’ Jawaban pria tersebut tetap saja tidak.

Saat bersamaan, Abu Hurairah menceritakan bahwa ada seseorang yang memberi hadiah kurma sebanyak satu wadah untuk Rasulullah. Rasulullah pun memanggil si pria dan menyuruh pria tersebut untuk bersedah dengan kurma tersebut. Rasulullah berkata, ‘ambillah kurma ini dan bersedekahlah dengannya.’ Lantas, pria tersebut menjawab, ‘wahai Rasulullah, apakah akan aku berikan kurma ini kepada orang yang lebih miskin dariku, demi Allah, dari ujung timur hingga ujung barat kota Madinah tidak ada yang lebih miskin dari keluargaku.’ Rasulullah pun tersenyum lantas mengatakan, ‘Berikanlah kurma tersebut untuk keluargamu.'(HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadist tersebut bisa diambil pelajaran bahwa berhubungan intim di siang hari saat puasa Ramadan sangatlah dilarang. Kalau memang terlanjur melakukannya, hukumannya adalah memerdekakan budak. Kalau tidak ada budak yang dimerdekakan, diharuskan berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Kalau tidak sanggup melakukannya, diwajibkan untuk memberi makan 60 orang miskin.

Untuk melakukan hubungan intim selama puasa saat Ramadan terutama saat siang memang sangat dilarang. Meski begitu, saat malam yakni setelah berbuka dan sebelum imsak berhubungan intim bagi pasangan suami istri diperbolehkan. Dan agar puasa esok hari tetap sah, diharuskan melakukan mandi wajib/junub sebelum imsak.

Itulah hukum melakukan hubungan di siang hari saat berpuasa di bulan Ramadan. Saat berpuasa, umat muslim tak hanya diwajibkan untuk menahan hawa nafsu dari makan dan minum saja. Lebih jauh, umat muslim juga diwajibkan untuk menahan berbagai hawa nafsu lainnya. Termasuk hawa nafsu untuk melakukan hubungan intim bersama istri atau suami tercinta. Semoga, informasi ini bisa menambah pengetahuan kita semua dan kita pun semakin bijak dalam menjalankan segala perintah Allah atau pun menjauhi segala laranganNya.

Sumber: Vemale

Tujuh Pencuri di Bulan Ramadan

BERIKUT beberapa pencuri di bulan Ramadan yang kita biarkan berkeliaran di hidup kita:

1. TV, ini merupakan pencuri yang berbahaya, yang bisa merusak puasa orang-orang dan mengurangi pahala mereka berupa film sinetron dan iklan murahan.

2. Pasar, juga merupakan pencuri spesial dalam menghabiskan uang dan waktu tanpa batas. Maka tentukan belanjaanmu begitu pergi ke pasar.

3. Begadang, pencuri yang mengambil waktu yang paling berharga, pencuri yang mengambil salat tahajjud dari seorang hamba di sepertiga malam terakhir, dan mencuri kesempatan tuk istighfar serta taubat.

4. Dapur, merupakan pencuri yang banyak mengambil waktu yang panjang untuk membuat beragam jenis masakan berupa makanan dan minuman, hampir-hampir semuanya tidaklah lewat di mulut kecuali sejenak saja.

5. HP, sebagian orang hanya sekedar menjawab panggilan masuk, iapun diserang dengan dosa berupa ghibah, namimah, dusta, memuji diri atau orang lain, membeberkan rahasia, berdebat tanpa ilmu, ikut campur urusan orang, dan sebagainya dari kesalahan-kesalahan mulut yang banyak yang juga merupakan majlis yang kosong dari zikir.

6. Kikir, sedekah akan melindungimu dari neraka, dan sebaik-baik sedekah adalah di bulan Ramadan maka bersedekahlah secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.

7. Majelis yang kosong dari mengingat Allah. Pencuri ini adalah yang mempersiapkan bagimu penyesalan di hari kiamat, semoga Allah melindungi kita semua.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah suatu kaum bermajelis, tidak mengingat Allah padanya, tidak juga berselawat kepada Nabi mereka, kecuali mereka meninggalkan penyesalan, bila Allah mau maka Allah akan menyiksa mereka, atau Allah akan mengampuni mereka bila Allah kehendaki.

Dan “at tirah” adalah penyesalan. Maka lakukanlah amalan sesuai yang Allah perintahkan. “Ingatlah Allah, baik berdiri, duduk atau berbaring”

Adapun pencuri besar adalah FACEBOOK atau WHATSAPP apabila tidak digunakan dengan benar dalam kebaikan.

Dalam menyambut tamu yang berharga ini (Ramadan). Aku wasiatkan diriku dan kelalaian untuk bersiap-siap menyambut bulan mulia ini; kalaulah anda mendapatinya pada tahun ini, maka belum tentu kamu dapatkan pada tahun yang akan datang. [Ustaz Zainal Abidin]

 

INILAH MOZAIK

Membersihkan Batin

Bulan Ramadhan menjadi momentum bagi kaum muslimin untuk membersihkan batin agar bisa mendekatkan diri kepada Allah. Dengan mengasah batin, maka akan akan membuat diri kita jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Seperti halnya pisau, jika terus diasah maka akan semakin tajam untuk lebih dekat dengan Allah.

Salah satu cara untuk mengasah batin di Bulan Ramadhan ini adalah dengan cara memaksimalkan ibadah puasa. Karena, bulan puasa ini merupakan jihadul akbar untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu.

“Puasa itu kan memang medannya membersihkan hati. Bagian dari jahdul akbar. Bagaimana agar manusia bisa mengontrol hawa nafsunya, sehingga hatinya menjadi bersih,” ujar Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani saat dihubungi Republika.co.id,  Selasa (22/5).

Selain berpuasa, menurut dia, banyak yang bisa dilakukan selama Ramadhan untuk membersihkan batin. Misalnya, dengan acara memperbanyak muhasabah dan refleksi. Namun, menurut dia, ada sitem tersendiri untuk membersihkan batin, yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli.

Takhalli berarti mengosongkan jiwa dari sifat-sifat buruk seperti sombong, dengki, iri, cinta dunia, riya, dan sebagainya. Sedangkan Tahalli berarti menghiasi jiwa dengan sifat-sifat mulia, seperti kejujuran, kasih sayang, tolong menolong sabar, ikhlas, dan sebagainya.

Kiai Manan mengatakan, di bulan Ramadhan ini sudah sepatutnya umat menghiasi diri dengan amal shaleh, seperti memperbanyak ibadah, dzikir, membaca Alquran, sedekah, dan pergi ke masjid. “Itu namanya tahalli menghiasi dengan amalan-amalan sunnah, tidak hanya cukup shalat wajib saja. Sehingga tertanam kecintaan terhadap Allah dan mendekatkan diri kepada Allah,” ucapnya.

Setelah menempuh takhalli dan tahalli, sampailah para pengamal tasawuf kepada maqam tajalli, yaitu terbukanya tabir yang menghalangi hamba dengan Tuhan sehingga hamba menyaksikan tanda-tanda kekuasaan-Nya.

“Kalau sudah takarrub ilallah dampaknya bisa terbuka atau namanya tajalli, akan terbuka kemahakuassaan Allah SWT,” kata kiai Manan.

Menurut dia, esensi Ramadhan sendiri merupakan bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu, menurut dia, di Bulan Ramadhan ini seharusnya umat bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi dan lebih bertakwa. “Ramadhan itu kan tidak hanya lewat begitu saja, tapi bagaimana dengan Ramadhan ini kaum muslimin bisa berubah menjadi lebih baik,” jelasnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas. Menurut dia, di bulan suci ini hendaknya umat Islam bisa meningkatkan kesalehan individu untuk mengasah batinnya, seperti melakukan puasa selama sebulan penuh, shalat malam, tadarus, memperbanyak dzikir, dan melakukan iktikaf.

“Kemudian ditambah dengan amalan sosial, itu semua juga bisa membersihkan batin,” ujar Yunahar saat dihubungi lebih lanjut.

Menurut dia, kesalehan individu seseorang seharusnya berdampak pada kesalehan sosial, seperti lebih peduli terhadap lingkungannya, tentangganya, orang miskin, dan anak jalanan. Namun, kata dia, kadang kesalehan-kesalehan itu hanya dilakukan di Bulan Ramadhan saja.

“Nah yang lebih problem lagi itu mempertahankannya. Karena begitu selesai Ramadhan itu bisa hilang tak berbekas,” kata Guru Besar Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.

Aga kesalehan itu tetap terjaga dan batin tetap terasah, maka nabi menganjurkan agar umatnya melaksanakan ibadah puasa sunnah di bulan-bulan selain Ramadhan. Namun, jika tidak terus dilatih maka setelah Ramadhan hilang tak berbekas.

“Itu lah sebabnya nabi menganjurkan agar puasa sunnah. Biar tidak pendaratan darurat,” ucapnya.

Sentara itu, Pengasuh Ponpes Daarul Rahman Jakarta, KH Syukron Makmun mengatakan bahwa Ramadhan menjadi ajang umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Karena, di bulan ini banyak terdapat keistimewaan yang diberikan oleh Allah.

Dalam melaksanakan ibadah puasa sendiri, menurut dia, Imam Ghazali dalam kitab Ihya’nya membagi orang berpuasa pada tingkatan. Pertama, //shaumul umum// yaitu puasa yang dilaksanakan oleh kebanyakan orang, di mana saat berpuasa mereka tidak makan dan tidak minum, tapi dosa-dosa lainnya tetap dilakukan.

“Orang semecam ini Rasululah mengatakan bahwa orang itu tidak dapat apa-apa dari puasanya kecuali dapat lapar dan haus,” ujarnya.

Kemudian, lanjut dia, tingkatan puasa yang lebih tinggi lagi yaitu shaumul khusus. Menurut dia, pada tingkatan ini seseorang tidak makan, tidak minum, serta seluruh panca indranya juga turut berpuasa.

Tingkatan ketiga, yaitu tingkatan paling tinggi merupakan cara berpuasanya wali dan para nabi. Pada tingkatan ini, hamba Allah akan berpuasa tidak makan dan tidak minum, dan seluruh anggota badannya, mulai subuh sampai terbenam matahari, pikirannya hanya berzikir kepada Allah, tidak ada pikiran-pikiran soal duniawi.

“Tentu dalam puasa itu paling tidak yang nomor dua tadi. Kemudian ditambah dengan bacaan-bacaan Alquran dan dzikir kepada Allah. Karena kita bulan puasa itu bulan pembersihan,” jelasnya.

Dia menambahkan, Ramdahan ini merupakan latihan yang sangat baik untuk memperbaiki diri. Karena itu, kata dia, aturlah dirimu sebelum mengatur orang lain, kuasailah dirimu sebelum menguasai orang lain, disiplin lah lah dirimu sebeum mendisiplinkan orang lain, pimpinlah dirimu sebelum memimpin orang lain.

“Kalau puasanya benar, insyaAllah nanti membekas, sehingga kalau nanti keluar dari Ramdhan nanti akan terjadi perubahan-perubahan bagi orang yang Ramadhannya diterima,” kata mubaligh yang mendapat julukan singa podium ini.

 

REPUBLIKA

Keajaiban Berpuasa

Salah satu ungkapan yang kerap didengar di bulan Ramadhan ini adalah Shumu Tashihhu/, yang artinya berpuasalah niscaya kamu akan sehat. Ungkapan ini menunjukkan bahwa manfaat puasa bagi kesehatan jasmani sangat besar.

Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif iHAQi, ustaz Erick Yusuf mengatakan, dimensi puasa itu seringkali hanya dipahami hanya mencakup ritual dan ibadah saja, padahal puasa juga menyangkut soal kehidupan sehari-hari, seperti soal kesehatan.

Menurut Ustaz Erick, saat ini sudah mulai banyak penelitian yang mengungkapkan keajaiban berpuasa selama 30 hari penuh selama Bulan Ramadhan. Salah satunya, dengan berpuasa maka akan terjadi detoksifikasi atau proses mengeluarkan racun secara alami dari dalam tubuh.

“Kalau kita berpuasa dimensi fisik atau jasadiyah, kita itu kan sebtulnya mendetok. Ini sudah mulai ada penelitian yang mengatakan bahwa kita memang di dalam puasa satu bulan penuh ini, setiap harinya mendetok,” ujar Ustaz Erick saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (24/5).

Dia mengatakan, dengan berpuasa juga bisa membakar penyakit, sehingga dalam sebuah penelitian tidak ada orang yang menderita penyakit maag lalu kambuh saat berpuasa. “Sakit maag itu justru sembuh dengan berpuasa karena makan dengan teratur, metabolismenya menjadi teratur. Ini hal-hal yang jasadiyah,” ucapnya.

Menurut Ustaz Erick, orang yang sedang berpuasa juga tidak lemah dan tetap memiliki stamina selama Ramadhan. Karena, secara tidak sadar konstelasi alam ketika Bulan Ramadhan juga berubah. “Bukannya kita jadi lemah tetapi justru mempunyai energi tersendiri puasa ini,” katanya.

Ustaz yang akrab disapa Kang Erick ini lalu menceritakan tentang kisah perang Badar, di mana umat Islam menang melawan seribuan pasukan kaum kafir Quraisy. Saat perang itu, umat Islam sedang berpuasa di Bulan Ramadhan.

“Bayangkan berpuasa saat perang, gak makan, dalam logika penalaran itu pasti lemas. Ternyata tidak lemas, karena ada energi Ramadhan,” jelas Kang Erick.

Dijelaskan, ketika pola makan diatur dengan cara berpuasa, justru akan lebih bertenaga. Tidak heran jika ada sejumlah atlet yang ketika bertanding masih dalam keadaan berpuasa. Kang Erick mencontohkan seperti pemain basket asal Amerika, Kareem Abdul-Jabbar dan mantan pemain klub sepakbola Chelsea, Nicolas Anelka.

“Kita lihat juga bagaimana pemain basket, Karim Abdul- Jabbar bepuasa ketika dia bertanding, kemudian Anelka tetap berpuasa. Artinya tidak ada kaiatannya dengan lemah. Jadi, kalau kita agar tetap fit? Itu tinggal mengatur asupannya,” ujarnya.

Di Bulan Ramadhan ini, tambah dia, umat Islam akan diatur untuk makan setiap waktu buka dan sahur. Di waktu ini, menurut Ustaz Erick, harus mengonsumsi makanan yang bisa menyeimbangkan gizi.

“Nah keseimbangan gizi inilah yang kemudian perlu kita lihat juga bagaimana sunnah berbuka dengan yang manis, bagaimana memperbanyak makan di sahur, dan tidak memperbanyak makan di waktu buka,” katanya.

 

Kepala pelayanan kesehatan Islamic Medical Servieces (IMS), dr Juni Cahyati mengatakan meskipun dianjurkan untuk mengonsumsi yang manis saat berbuka puasa, tidak baik juga jika dikonsumsi terlalu banyak. Karena itu, dia menganjurkan agar di bulan Ramadhan ini, masyarakat mengonsumsi empat sehat lima sempurna.

“Kalau kita makan manis-manisnya terlalu banyak, maka kalau tidak terbakar semua sebagai sumber energi, gula itu akan masuk ke hati dan oleh hati akan diubah menjadi lemak. Jadi bukannya turun berat badannya tapi malah naik,” jelas dr Juni saat dihubungi lebih lanjut.

Manfaat Puasa di Bulan Ramadhan

Kini kita telah berada di awal bulan suci Ramadhan yang akan kita jalani hingga satu bulan ke depan. Ramadhan selalu membwa berkah tak terkira bagi mereka yang menjalankannya.

Dalam bukunya Buku “Oase Ramadhan: Panduan Sehat Selama Ramadhan “, Dr. Briliantono M. Soenarwo, SpOT, FICS, MD.PhD, MBA, menuliskan Allah selalu memberi janji kepada umatnya yang berpuasa dengan pahala  tiada tara. Selain pahala, kamu juga akan mendapat manfaat lainnya yang belum tentu dirasakan saat hari-hari biasa.

Saat bulan Ramadhan, seseorang akan mencegah dirinya untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Setiap waktu selalu diusahakan untuk mengamalkan perbuatan baik. Hal tersebut berdampak pada hati yang menjadi tenang.

Hati tenang akan membuat fisik lebih sehat, karena penyakit fisik berawal dari kotornya hati dan pikiran.

Melakukan kegiatan positif di bulan Ramadhan akan meningkatkan motivasi diri untuk mencapai apa yang diinginkan. Contih sederhana, seseorang akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyelesaikan puasa satu bulan penuh. Jika ia tidak memiliki motivasi kuat, pastinya puasa pun berantakan.

Emosi seseorang yang berpuasa akan lebih stabil. Ia akan merasa lebih bahagia dan bersyukur atas apa yang dimilikinya. Tidak ada keluh kesah atas setiap rintangan atau cobaan yang menimpa.

Ramadhan juga membuat seseorang ingat akan akhirat. Manusia berbondong-bondong mengumpulkan pahala untuk bekal di hari akhir. Ramadhan memiliki segudang pahala dibandingkan bulan lainnya yang dapat diperoleh jika mau berusaha.

Mungkin saat bulan biasa, seseorang sering melakukan perbuatan tidak baik. Tetapi, saat bulan suci ini ia akan merasa diawasli sehingga tingkat perilaku buruk pun menuru. Sesungguhnya Allah maha melihat dan mengetahui.

Sesuai janji Allah, jika manusia bersyukur atas apa yang dimiliki, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya kepada manusia. Saat senang atau pun susah, terus lah mengingat Allah. Ia selalu ada di mana pun dan kapan pun untuk menolong hambanya yang taat.

 

REPUBLIKA