Rasul Tak Pernah Dekati Maksiat Sejak Kecil

KEHIDUPAN Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebelum masa kenabian adalah mulia dan gemilang. Beliau semenjak masa kecil hidup dalam akidah yang benar, tidak terpengaruh dengan akidah dan moral jahiliyah, walaupun dikelilingi oleh agama dan budaya. Berikut di antara beberapa bukti penjagaan Allah sebelum beliau diangkat menjadi seorang Nabi.

Beliau sama sekali belum pernah meminum khamar dan tidak pernah mendekati kemaksiatan, dan tidak terlibat dalam permainan judi, atau permainan tidak berguna, walaupun beliau shallallahu alaihi wa sallam senantiasa bergaul bersama masyarakatnya, hidup dengan mereka, dan menemani mereka dalam aktivitas keseharian yang dibolehkan.

Ada ke-mashum-an yang menjaganya dari kesalahan-kesalahan moral. Dalam Shahih Al-Bukhari, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Tatkala Kabah dibangun oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ketika itu bersama Abbas memindahkan batu.

 

INILAH  MOZAIK

Rasulullah Sosok Paling Berjasa

ALHAMDULILLAH. Puji dan syukur hanya milik Allah Swt. Dialah Dzat Yang telah menciptakan seluruh alam dengan segala isinya ini, mengaturnya dengan sempurna tanpa kekurangan sesuatu apapun. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Kalau ada orang lain yang berbuat baik kepada kita, tentu kita akan senang kepada orang itu. Dan, akan lebih senang lagi jikalau kebaikannya itu tulus. Siapakah orang yang paling berbuat baik kepada kita? Dialah orang yang paling ingin dan paling berjuang supaya kita tidak menjadi penghuni neraka. Jadi, syariatnya orang yang paling berjasa pada kita adalah orang yang paling berupaya agar kita tidak termasuk penghuni neraka.

Oleh karena itu, jika ada orang yang demikian besar usahanya mengingatkan, menasehati, mengajak kita untuk bertaubat, untuk istiqomah pada kebaikan dan kebenaran, maka dialah orang yang harus benar-benar kita terimakasihi.

Kalau ada orang yang memberi uang kepada kita sembari memberi nasehat agar uang tersebut sebaiknya dipergunakan di jalan Allah, untuk syiar agama Allah, atau untuk amal apapun yang Allah ridhoi, maka itu menjadi jauh lebih bernilai daripada nominal uangnya.

Rasulullah Saw adalah sosok yang paling besar jasanya bagi kita. Beliau adalah sosok yang paling ingin agar kita menjadi penghuni surga dan selamat dari api neraka. Bahkan hingga detik-detik akhir hidup Rasulullah Saw, beliau senantiasa mengingat kita dan mendoakan agar kita selamat di dunia dan akhirat.

Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab [33] : 56)

Maka, hendaknya kita senantiasa berjuang untuk berterimakasih dan membalas jasa kepada orang yang sangat berjasa kepada kita, terutama kepada Rasulullah Saw. Meskipun upaya kita itu tidak bisa menyamai besarnya jasa beliau kepada kita. Marilah bersungguh-sungguh meneladani akhlak mulia yang beliau ajarkan, dan mari bersungguh-sungguh mengamalkan setiap petunjuk yang beliau terangkan kepada kita. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah Swt. yang kelak dikumpulkan bersama Rasulullah Saw. Aamiin yaa Robbal aalamiin. [smstauhiid]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Rasulullah: Apa yang Aku Larang maka Jauhilah

ABU Hurairah radhiallahu anhu, menceritakan bahwasanya dia mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:

“Apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)-nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang yang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan-pertanyaan mereka (yang mereka ajukan) dan perselisihan mereka dengan para Nabi-Nabi (yang diutus kepada) mereka”. (H.R.Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits tersebut kita diperintahkan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan menjauhi apa saja yang dilarang oleh beliau. Larangan tersebut dimaksudkan agar kita tidak terjebak dengan apa yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang hancur dan binasa gara-gara terlalu banyak bertanya kepada Nabi-Nabi mereka tentang sesuatu yang tidak ada faedahnya begitu juga seringnya mereka berselisih dan membantah Nabi-Nabi mereka tersebut.

Secara global, barangsiapa yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi saw dan menjauhi apa yang dilarang oleh beliau dan memfokuskan diri pada apa yang diperintahkan kepadanya, terlepas dari yang lainnya maka dia akan mendapakan keselamatan di dunia dan akhirat sedangkan orang yang berbuat sebaliknya dengan menyibukkan dirinya berdasarkan pertimbangan logika dan perasaan semata, maka dia telah terjerumus kedalam apa yang dilarang oleh Nabi saw sama seperti halnya Ahlul Kitab yang binasa lantaran terlalu banyak bertanya dan berselisih dengan para Nabi mereka dan ketidaktundukan serta ketidaktaatan mereka kepada para Rasul yang diutus kepada mereka.

 

INILAH MOZAIK

Teladan yang Menginspirasi Umat Manusia

Intelektual Islam Said Hawa dalam bukunya, Ar-Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam, menyebutkan, untuk menjaga keimanan dan keseimbangan alam, Allah mengutus para nabi dan rasul. Merekalah yang mengingatkan manusia tentang kehendak Allah agar manusia menyembah-Nya, menjaga keimanan dan alam raya. Perilaku manusia harus mulia agar mereka hidup saling menyayangi.

Para rasul mencerminkan puncak kesempurnaan manusia. Keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah adalah teladan yang menginspirasi masyarakat pada berbagai zaman dalam menjalani kehidup an dunia yang bersifat sementara. Mereka mengajarkan Kitab Allah yang berisikan hikmah dan berbagai macam hal yang belum diketahui (al-Baqarah: 151).

Para nabi dan rasul membawa ajaran Allah yang jika dijalankan akan membersihkan diri mereka dari kotoran jiwa, seluruh pengaruh hewani, materi, atau yang asing dari fitrahnya. Dengan mengakui keesaan dan kebesaran Allah, manusia akan tetap berada pada keimanannya. Mereka tidak mengklaim sebagai tuhan seperti yang dilakukan Fir’aun (Ali Imran: 79). Mereka yang sudah sampai ke derajat kenabian dan menjadi manusia pilihan (Rasulullah) tetap pada keimanan, seperti Isa Alaihissalam. Dia tidak pernah enggan menjadi hamba Allah dan selalu menyebut keagungan asma-Nya (an-Nisa: 172).

Pada saat datang dan menyebarkan risalah Ilahiyah, Rasulullah menampakkan tanda-tanda kenabian. Sebagian orang mengetahui tanda itu sehingga mereka beriman kepadanya. Secara umum, tanda itu adalah membawa orangorang kepada hidayah Allah sehingga mereka mendapatkan ganjaran atau pahala.

Setelah mengutus nabi dan rasul, dan mereka menjelaskan berbagai kebijaksanaan, Allah mulai memberlakukan azab bagi mereka yang mengingkarinya (alIsra: 15). Azab merupakan peringatan untuk semua manusia agar mereka mengetahui ada kekuatan Maha Pencipta yang mengalahkan kesombongan, keangkuhan, dan kekafiran manusia ingkar.

 

REPUBLIKA

Nama-Nama Indah Rasulullah

Banyaknya nama yang dimiliki seseorang menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan orang tersebut. Begitu anggapan yang beredar di kalangan bangsa Arab. Rasulullah SAW yang lahir dan tumbuh di tengah kebudayaan Arab juga memiliki banyak sebutan dan nama.

Sebagian pakar menyebut, nama yang dimiliki Rasulullah sejumlah Asmaul Husna, yaitu 99 nama. Ibn Dihyah menaksir nama-nama tersebut sebanyak 300 buah. Bahkan, ahli lainnya seperti Abu Bakar ibn al-Arabi memprediksi, total nama Rasulullah menembus 1.000 na ma. Keseluruhan nama itu an tara lain tercantum di Alquran dan hadis-hadis yang tersebar di kitab-kitab referensi utama.

Tak sedikit ulama yang tergugah untuk menelusuri na ma-nama tersebut, salah sa tunya Jalaluddin As-Suyuthi (849-911 H). Melalui karya bertajuk An Nahjah As Sa wiyyah fi Al Asma’ An Naba wiyyah, tokoh bernama leng kap Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq al-Khudhari As-Suyuthi tersebut, menginventarisasi nama-nama, sifat, dan gelar yang disematkan untuk Rasulullah, baik yang ada di Al quran maupun hadis.

Dalam kitab yang hakikatnya adalah ringkasan karya Su yuthi sebelumnya, Ar Ri yadh Al Aniqah fi Asma’ Khair Al Khaliqah itu, ia berhasil mengumpulkan sebanyak 455 nama dan sifat. Ia menyertakan landasan dalil di tiap nama ataupun sifat yang ia sebutkan. Rujukan nama itu ada yang berasal dari Alquran, ha dis, syair-syair, dan perkataan para sahabat. Agar memudah kan pembacanya, nama-nama itu disusun berdasarkan urut an huruf hijaiah.

Misalnya saja, kitab yang naskah manuskripnya diperoleh dari Perpustakaan Syekh ‘Arif Hikmat itu menyebut, nama Muhammad terdapat dalam Alquran, antara lain, di surah Ali Imran ayat 144, surah al-Ahzaab ayat 40, dan al-Fath ayat 29.

Nama Muhammad juga disebut di beberapa hadis, antara lain, di riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, “Tidakkah kamu heran bagaimana Allah memalingkan dari saya cacian orang-orang Quraisy dan laknat mereka? Mereka mencaci dan melaknat saya (dengan sesuatu) yang sangat tercela dan saya adalah Muhammad.”

 

REPUBLIKA

Rasulullah: Janganlah Sekali-kali Engkau Memimpin

KEPEMIMPINAN Rasulullah dalam segala aspek kehidupan tak dapat dipungkiri lagi. Apalagi urusan peperangan, beliau adalah panglima perang terbaik sepanjang masa, yang penuh dengan kemenangan gemilang namun sedikit menjatuhkan korban baik dari pihak sendiri maupun pihak musuh. Hal ini pula yang tertanam kokoh dalam jiwa para sahabat beliau.

Dikutip dari kisahmuslim.com, sebagian orang mengangkat orang lain menjadi pemimpin karena gelar akademik tinggi yang disandangnya. Ada pula yang mengangkat pemimpin karena pengetahuannya yang luas tentang agama. Tanpa menimbang kapasitasnya dari sisi leadership. Yang dimaksud di sini adalah kepemimpinan dalam sebuah grup, kelompok, organisasi, dan sejenisnya. Bukan kepemimpinan agama seperti yang disebutkan Alquran:

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS:As-Sajdah ayat: 24).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membedakan antara Abu Dzar al-Ghifary dengan Amr bin al-Ash dan Khalid bin al-Walid. Padahal dari sisi ke-ulamaan tentu Abu Dzar jauh lebih unggul. Dari sisi ke-islaman, Abu Dzar lebih senior. Ia adalah orang yang pertama-tama menerima dakwah Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Artinya ia memeluk Islam kurang lebih 20 tahun sebelum Khalid dan Amr. 20 tahun! Bukan waktu yang singkat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda memuji Abu Dzar radhiallahu anhu, “Bumi tak akan diinjak dan langit tak akan menaungi seorang laki-laki yang lebih benar dialeknya daripada Abu Dzar.” (HR. Ibnu Majah No.152).

Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata tentang Abu Dzar, “Abu Dzar bagai sebuah wadah yang penuh dengan pengetahuan” (Tarikh Dimasq oleh Ibnu Asakir).

Tapi Abu Dzar tidak pernah diberikan kepemimpinan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau hidup di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihiw asallam, Abu Bakar, Umar, dan wafat di masa pemerintahan Utsman. Tidak pernah sama sekali jadi pemimpin.

Pernah sekali Abu Dzar menawarkan diri kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menjadi pemimpin. Bukan karena ia tamak kepemimpinan. Tapi ia ingin lebih bermanfaat, menolong, dan berbagi untuk orang lain. Abu Dzar mengatakan, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku sebagai pemimpin?” Mendengar permintaanku tersebut, beliau menepuk pundakku seraya bersabda:

“Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah sementara kepemimpinan itu adalah amanat. Dan nanti pada hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambil dengan haknya dan menunaikan apa yang seharusnya ia tunaikan dalam kepemimpinan tersebut.” (HR. Muslim no. 1825).

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Dzar, aku memandangmu seorang yang lemah dan aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku. Janganlah sekali-kali engkau memimpin dua orang dan jangan sekali-kali engkau menguasai pengurusan harta anak yatim.” (HR. Muslim no. 1826).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mencintai Abu Dzar. Tapi beliau memberikan pesan yang begitu jelas, jika ada dua orang, dia yang jadi pemimpin bukan engkau wahai Abu Dzar.

Pelajaran:

Pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di antara para pemimpin.

Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat pandai membaca potensi para sahabatnya.

Ketiga: Orang yang berilmu agama memiliki kedudukan yang istimewa. Rasulullah tidak memberikan pujian kepada Khalid sebagaimana beliau memuji Abu Dzar, “aku menyukai untukmu apa yang kusukai untuk diriku”.
Keempat: Kepemimpinan itu berat dan amanah.

Kelima: Leadership adalah bagaimana seseorang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu mencapai tujuan bersama. Terkadang hal ini tidak berhubungan dengan pengetahuan dan tingkat pendidikan. Syaratnya dia seorang muslim kemudian modal utamanya adalah integritas (jujur dan amanah).

Keenam: Ada orang-orang yang terlahir sebagai pemimpin. Ada orang-orang yang bisa dilatih jadi pemimpin. Dan ada orang-orang yang tidak bisa dilatih jadi pemimpin walaupun memiliki mentor sekelas Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar.

Ketujuh: Banyak hal yang bisa digali dari perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya radhiallahu anhum.

 

INILAH MOZAIK

Alasan Rasulullah Disusui di Pedesaan

PELAJARAN dari Persusuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hingga Dibawa ke Desa. Kita dapat simpulkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sengaja dibawa ke desa dari kota untuk disusui sebagaimana menjadi kebiasaan tokoh-tokoh Arab. Apa sebab Nabi shallallahu alaihi wa sallam disusui di pedesaan? Berikut beberapa alasannya.

1- Untuk menghindari polusi pergaulan kota dan untuk menghirup udara segar pedesaan. Apalagi kota Mekkah saat itu didatangi oleh banyak pengunjung yang berasal dari penjuru dunia dengan beragam jenis manusianya. Mereka datang untuk menunaikan haji, kunjungan hingga berdagang dan lainnya. Kondisi tersebut berpotensi mengotori pergaulan dan moral.

2- Bayi yang dikirim untuk diasuh di pedalaman dimaksudkan untuk membiasakan mereka berbahasa Arab yang bagus dan untuk menghindari kesalahan dalam berbahasa Arab. Pelajarannya, penting bagi kita untuk menjaga murninya bahasa Arab yang merupakan bahasa dari kitab suci kita.

Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan tentang hukum mempelajari bahasa Arab, “Dan juga perlu dipahami bahwa bahasa Arab itu sendiri adalah bagian dari agama. Mempelajarinya adalah fardhu wajib. Karena untuk memahami Al-Quran dan As-Sunnah itu wajib. Memahaminya tidaklah bisa kecuali dengan memahami bahasa Arab. Sedangkan kaedah menyatakan, Sesuatu yang wajib yang tidak bisa terpenuhi kecuali dengannya, maka itu dihukumi wajib. Kemudian untuk mempelajarinya tadi, ada yang hukumnya fardhu ain dan ada yang hukumnya fardhu kifayah.” (Iqtidha Ash-Shirath Al-Mustaqim, 1: 527)

3- Allah menakdirkan Halimah radhiyallahu anha untuk menyusui dengan cara yang tidak mudah. Setelah bertekad untuk meninggalkan Mekkah, dia kembali untuk mengambil Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Karena awalnya tidak suka. Tetapi setelah berada di pangkuannya dan mendapatkan keberkahan baginya dan keluarganya, dia bertekad untuk tidak melepaskan anak yang pada mulanya ditolak disusun oleh semua wanita.

Kita bisa bayangkan bagaimana kondisi Halimah yang mengambilnya dalam kondisi tidak tulus, tatkala dia berbisik pada dirinya, “Sudah merupakan nasib saya, semua wanita yang lain telah mendapatkan tujuannya terkecuali saya.” Dia lalai dari kebaikan yang telah disiapkan nantinya yang ia tidak tahu. Alangkah banyaknya fenomena seperti ini yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari-hari, kita tergesa-gesa dalam memohon dan mengharapkan sesuatu, padahal kita tidak mengetahui di mana letak kebaikan itu.

Harusnya kita semua ingat akan firman Allah, “Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An-Nisa:19).

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Ada pelajaran penting yang disampaikan oleh sahabat Ibnu Masud radhiyallahu anhu, “Sesungguhnya seorang hamba ada yang berharap sesuatu dari perniagaan atau kepemimpinan hingga dimudahkan baginya, kemudian Allah memalingkan nikmatnya itu kepadanya. Kemudian Allah berkata kepada malaikat, “Palingkan dia dari keinginannya itu karena jika Aku mengabulkan keinginannya, maka Aku akan memasukannya ke dalam neraka.” Oleh karena itu, Allah pun menjauhkannya dari keinginannya itu, tetapi hamba itu masih saja berkata, “Fulan telah mengalahkan saya, sungguh untunglah Fulan dibandingkan saya, walaupun pada hakikatnya itu adalah karunia dari Allah azza wa jalla.” (Jami Al-Ulum wa Al-Hikam, 1: 470)

 

INILAH MOZAIK

Rasulullah Tertawa Saat Badui Tanyakan Tawaran Dajjal

Sesungguhnya penghuni surga berbicara dalam bahasa Nabi SAW. Beliau berbicara dengan mencakup seluruh maksud pembicaraan, tidak kelebihan dan tidak pula kekurangan. Sebagian  pembicaraannya mengikuti pembicaraan yang lain. Di antara perkataannya diselingi dengan berhenti agar dihafal dan dimengerti oleh pendengarnya.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling fasih bicaranya dan paling manis kata-katanya. Beliau bersabda, “Aku adalah orang Arab yang paling fasih.”

Dikutip dari buku yang berjudul ‘Mutiara Ihya’ Ulumuddin’ karya Al-Ghazali bahwa Rasulullah SAW tidak berbicara dalam keadaan sedang senang dan marah kecuali yang benar. Beliau adalah orang yang paling banyak tersenyum dan yang paling baik jiwanya selama tidak sedang diturunkan kepadanya Alquran, menyebut hari kiamat, atau berkhutbah menyampaikan pengajaran.

Pada suatu hari, seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah SAW, sedangkan saat itu warna muka Beliau berubah dan tidak ada seorang sahabat pun memahaminya. Orang Arab Badui itu ingin bertanya kepada Rasulullah SAW tetapi para sahabat berkata, “Jangan engkau lakukan, wahai orang Arab Badui, karena warna muka Beliau sedang berubah.” Orang Arab Badui itu menjawab, “Biarkanlah aku.  Demi Allah yang mengutusnya dengan kebenaran sebagai nabi, aku tidak akan meninggalkannya hingga Beliau tersenyum.”

Selanjutnya orang Arab Badui itu berkata, “Wahai Rasulullah, telah sampai kabar kepada kami bahwa Al-Masih Ad-Dajjal akan datang kepada manusia dengan membawa roti kuah, sementara manusia telah binasa karena kelaparan. Bagaimana menurutmu demi bapakku, engkau dan ibuku, apakah aku harus meninggalkan roti kuah itu sebagai sikap menjaga kesucian dan kebersihan diri sehingga aku binasa karena kurus? Atau, aku harus mengambil roti kuah itu sehingga apabila telah memperoleh rasa kenyang, aku beriman kepada Allah dan kufur terhadap Al-Masih ad-Dajjal?”

Maka, Rasulullah SAW tertawa sehingga tampak gigi gerahamnya. Kemudian beliau berkata, “Tidak, tetapi Allah akan mencukupkan sesuatu yang mencukupkan orang-orang Mukmin.”

Apabila Rasulullah SAW menghadapi suatu urusan, maka Beliau menyerahkan urusan itu kepada Allah. Beliau membebaskan dirinya dalan urusan itu kepada Allah. Beliau membebaskan dirinya dalam urusan itu dari daya dan kekuatan, Beliau memohon turunnya petunjuk dari Allah. Beliau mengucapkan:

“Ya Allah, tunjukkanlah padaku kebenaran itu sebagai kebenaran, lalu aku mengikutinya. Tunjukkanlah padaku kemungkaran itu sebagai kemungkaran, lalu berilah aku (kekuatan) untuk menjauhinya. Lindunginlah aku dari perkara yang samar bagiku, lalu kami mengikuti hawa nafsu tanpa mendapatkan petunjuk dari-Mu. Jadikanlah hawa nafsuku mengikuti ketaatan kepada-Mu. Ambillah keridhaan diri-Mu dari diriku dalam kesehatan. Tunjukkanlah aku kebenaran pada hal-hal yang masih dipertentangkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”

 

REPUBLIKA

 

————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Merindukan Rasulullah

Alkisah, beberapa tahun setelah Nabi SAW wafat, Abdullah bin az-Zubair (Ibnu az-Zubair), ke ponakan Aisyah RA, pernah bertanya kepada bibinya itu. “Wahai Bibi, beri tahu aku tentang hal paling istimewa yang engkau dapati dalam diri Nabi Muhammad?”

Saat ditanya itu, Aisyah diam, tidak langsung menjawab. Air matanya mulai mengalir. Dia pun menangis seseng gu kan, begitu menyayat hati, hingga Ab dullah bin az-Zubair berpikir mung kin dia bertanya pada momen yang tidak tepat. Ia pun berkata, “Bibi, kalau eng kau tidak bisa menjawab sekarang tidak apa-apa.”

Di sela-sela tangisnya, Aisyah kemudian berkata, “Aduhai betapa rindunya hati ini dengan beliau. Aku be gitu rindu dengan beliau.” Selan jutnya ia berkata, “Wahai keponakanku, engkau bertanya kepadaku tentang hal paling istimewa yang aku dapati dalam diri beliau, aku tak tahu bagaimana menjawabnya karena seluruhnya yang ada dalam diri beliau adalah istimewa.” Dalam kisah lain, Aisyah juga pernah ditanya seseorang mengenai akhlak suaminya, lalu ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Alquran.” Orang itu bertanya lagi, “Apa maksudnya?”

Aisyah menjawab, “Alquran ber cerita tentang orang-orang yang sabar. Ketahuilah, beliau adalah orang paling sabar di dunia. Ketika Alquran bercerita tentang orang-orang yang shalat khu syuk, maka beliau adalah orang yang paling khusyuk shalatnya. Ketika Al qur an memerintahkan ten tang sede kah, ikhlas, memaafkan siapa saja yang ber salah, maka beliau adalah orang yang paling dermawan, ikhlas, dan pe maaf. Andai kata ada orang yang tidak membaca Alquran sekalipun, me lihat beliau saja dia bisa memba yang kan isi Alquran itu seperti apa.”

Nabi SAW memang telah wafat, te tapi kerinduan akan beliau tidak pernah le nyap dalam diri orang-orang terde kat nya, terutama istrinya, Aisyah. Ke rinduan yang membangkitkan lagi gairah untuk mengikuti dan mene ladani akhlak beliau dalam kehidupan.

Semua yang dilakukan Nabi adalah istimewa karena beliau adalah ejawan tah Alquran dan selalu berada dalam bim bingan Allah. Karena itu, Allah me ngatakan bahwa orang yang menga ku mencintai Nabi perlu mem buktikannya dengan mengikuti beliau, “Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah men cintaimu dan mengampuni dosa-dosa mu.’ Allah Maha Pengam pun, Maha Penyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31).

Orang yang benar-benar merin dukan Nabi adalah orang yang tidak hanya mengingat atau menyebutnyebut nama beliau, tetapi yang lebih penting juga adalah meneladani akhlak luhur dan mengikuti ajaran Rasulullah secara kafah. Seseorang belum dikatakan merindukan Nabi SAW jika perilakunya justru berlawanan dengan akhlak luhur beliau. Wallahu a’lam.

 

Oleh: Fajar Kurnianto

REPUBLIKA

Ketika Rasulullah Menjahit Pakaian dan Perbaiki Sandal

Sikap Teladan Rasululah sallallahu alaihi wasallam di kehidupan sehari-hrinya.
Rasulullah sallalllahu alaihi wasallam adalah utusan Allah subahanhau wa ta’ala yang diberikan tugas yang berat, yaitu menegakkan Islam di dunia ini. disamping beliau adalah seorang Rasul, Rasulullah juga memiliki sikap dan akhlak yang sempurna yang membuat takjub dan pantas untuk diteladani.

Walaupun begitu, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah seorang manusia. Memiliki tugas yang berat, Rasulullah tidak pernah melupakan perannya dalam keluarga. Beliau membantu istri-istrinya dalam rumah tangga, beliau juga bersosialisasi denga lingkungan sekitar.

Dari sikap teladannya ini mengajarkan kaum Muslim agar semua pekerjaan yang ada di dunia  tidaak boleh menghalangi dirinya melakukan pekerjaan kecl yang sangat bernilai dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Dalam buku Teladan Rasulullah yang ditulis oleh Dr. Ahmad Hatta, disebutkan beberapa sikap teladan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang menjadi sunnah dan mendatangkan pahala bila dikerjakan, di antaranya:

1. Melakukan pekerjaan rumah.

Aisyah meriwayatkan, “Aku pernah ditanya tentang apa yang telah diperbuat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam di rumhnya.” Aisyah menjawab, “Rasulullah senantiasa melakukan pekerjaan rumah tangga (membantu urusan rumah tangga). apabila waktu shalat tiba, maka beliau pun keluar untuk shalat.”(HR. Bukhari)

2. Menjahit pakaian dan memperbaiki sandal.

Aisyah meriwayatkan, bahwa ia ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah di rumahnya. ‘Aisyah menjawab. “Beliau menjahit pakaiannya dan memperbaiki sandalnya sendiri.”
Aisyah menambahkan, “Beliau juga senantiasa mengerjakan apa yang dikerjakan para lelaki di rumah mereka.”(HR. Ahmad)

3. Mengunjungi Anak Kecil Yang Sakit.

Anas bin Malik radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Dahulu ada seorang anak laki-laki Yahudi yang senantiasa melayani Rasulullah sallallhu alaihi wasallam kemudian ia pun sakit. Lalu Rasulullah pun datang menjenguknya kemudia duduk disebelah kepalanya dan bersabda kepadanya, ‘Masuk Islamlah’ Anak Yahudi itu melihat kea rah bapaknya sementara bapaknya itu berada di sisinya. Lalu, bapaknya berkata kepadanya, ‘Patuhilah Abu al Qasim (Rasulullah sallallahu alaihi wasallam)’. Akhirnya anak Yahudi itu pun masuk Islam. kemudian, Rasulullah keluar seraya bersabda, ‘Segala puji bagi Allag yang telah menyelamatkanya dari api neraka.” (HR. Bukhari)

 

REPUBLIKA