Sisi Lain Hubungan Kerja dan Rizki Harta

TULISAN ini bukan dimaksudkan untuk meremehkan makna kerja keras, pun bukan untuk merendahkan fungsi pendidikan. Bekerja dan belajar adalah salah satu perintah agama. Namun bahwa bekerja dan belajar itu memiliki hubungan linier yang pasti dengan kuantitas rizki harta yang akan diperoleh adalah tidak dinyatakan agama. Bekerja dan belajar adalah demi keberkahan hidup.

Ada orang yang bekerja keras rajin sekali dan sukses mendapatkan harta banyak sekali. Ada juga yang rajin bekerja keras namun tak mendapatkan seperti orang yang disebut di atas. Meski demikian, orang kedua ini tetap layak diapresiasi dan dikasihani, tidak seperti orang malas yang nasibnya malang. Yang menarik, ternyata ada yang bekerjanya tak begitu keras namun ibadahnya luar biasa istiqamah justru mendapatkan kehodupan duniawi yang istimewa.

Di Bandung, dekat tempat kami makan malam semalam, ada sebuah rumah di atas bukit yang indah dan mewah sekali milik pekerja keras yang tinggal di Jakarta dan hanya pulang satu tahun sekali saat malam tahun baru berkumpul demgan keluarga besarnya di rumah mewah itu. Siapa yang tidak berdecak kagum dengan rumah itu dan siapa yang tak ingin tinggal di situ?

Saya mendengar kisah ini menunggu dengan sabar kelanjutan kisah, persis seperti anak TK yang menikmati kisah cinderella yang melegenda itu. Ternyata, setahun penuh minus malam tahun baru rumah mewah itu dihuni oleh sepasang suami istri yang digaji si pekerja keras untuk menjaga dan merawat rumah itu. Takdir yang bagus untuk suami istri itu, bukan?

Ada orang yang memiliki tapi tak menikmati, ada yang menikmati namun tak memiliki. Anda pilih yang mana? Memgapa suami isteri itu bernasib mujur? Tentu saja ada sebab. Lakukan sebab, datanglah akibat. Salam, AIM.[*]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2363885/sisi-lain-hubungan-kerja-dan-rizki-harta#sthash.VDRWy81a.dpuf

——————————————————————————
Buat Anda yang sudah mendaftar Haji, download aplikasi Android ini untuk mengetahui Jadwal keberangkatan Anda ( + Cek Visa Umroh)  ke Tanah Suci.
Download di sini!
——————————————————————————

Salat dengan Sabar, Rezeki Akan Menyusul

SELAIN kedudukan ibadah salat yang amat tinggi di sisi Allah, efek positif dari salat juga langsung menyentuh kehidupan manusia.

Bukankah kita mendengar Firman Allah swt,

“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar.” (QS.Al-Ankabut: 45).

Salat yang benar akan membentuk diri manusia untuk anti terhadap perbuatan buruk dan kejam. Tapi di samping itu, salat juga memiliki hubungan erat dengan urusan rezeki. Coba kita perhatikan dua ayat berikut ini,

“Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS.Ibrahim: 37)

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang Memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.Thaha: 132).

Pada ayat pertama, Nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya ditempat yang gersang di sekitar Mekah agar mereka melaksanakan salat. “Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat.”

Setelah ungkapan ini ia sampaikan, baru kemudian Ibrahim berdoa agar Allah memberikan rezeki kepada keluarganya: Dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Pada ayat kedua, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengajak keluarganya melakukan salat: Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya.

Setelah berfirman mengenai perintah salat ini, Allah melanjutkan tentang masalah rezeki: Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang Memberi rezeki kepadamu.

Dua ayat ini selalu meletakkan urusan rezeki setelah urusan salat. Seakan ingin menjelaskan bahwa salatlah dengan baik, maka rezeki akan datang setelahnya. Sering kita menunda salat karena ada urusan bisnis yang belum selesai. Sering kita mempercepat salat kita karena ada pembeli yang datang. Sering kita melalaikan salat hanya karena ada orang penting yang harus kita temui.

Coba pikirkan, kenapa kita harus mempercepat salat demi pembeli sementara kita sedang menghadap Sang Pengatur Rezeki?

Kenapa kita harus menunda salat demi bertemu klien sementara Allahlah Sang Pemegang urusan itu? Kenapa kita harus bertemu orang penting dan melupakan pertemuan dengan Zat yang segala urusan ada ditanganNya?

Mari kita perbaiki cara berpikir kita agar tidak lagi mendahulukan sesuatu yang penting dan melalaikan sesuatu yang jauh lebih penting. Semoga Allah menerima salat-salat kita.

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2353408/salat-dengan-sabar-rezeki-akan-menyusul#sthash.egOhYOev.dpuf

Rezeki yang tak Disangka

Diriwayatkan bahwa di Tanah Haram terdapat seorang wali Allah. Dia berpuasa setiap hari, setiap hari ada seseorang yang datang membawakan dua kerat roti untuk berbuka puasa.

Pada suatu hari, terlintas didalam pikirannya, “Mengapa aku harus menggantungkan rezeki ku pada orang ini? mengapa aku melupakan Maha pemberi rezeki seluruh alam.

Ketika pembawa roti datang pada malam tersebut, wali Allah itu pun mengembalikannya kepadanya. Orang itu pun pergi. Selama tiga hari, wali Allah itu tinggal tanpa sesuaru untuk dimakan.


Pada malam harinya dia memohon bersungguh-sungguh di hadapan Allah. ketika dia tidur, wali Allah itu bermimpi. Dia mendengar dalam mimpinya suara bisikan menegurnya, “Mengapa engkau mengembalikan roti yang telah Allah kirimkan untukmu melalui tangan salah seorang hamba-Nya?”

Dia menjawab, “Aku berpikir, bahwa dengan menerima pemberian darinya aku telah bergantung pada selain Allah dalam masalah rezekiku.”

Suara itu bertanya lagi, “Tetapi tahukah engkau, siapakah yang telah mengirimkannya kepadamu?”

Wali Allah itu menjawab, ” Allah yang melakukannya.”

Sahut suara itu,”Kalau begitu, ambillah roti itu dan jangan engkau tolak lagi.”

 

sumber: Republika Online

Santai Aja, Rizki Tak Akan Salah Alamat

ADA ayat dalam al-Qur’an, tepatnya ayat 2 surat Fathir, yang membuat kita tenang dalam menghadapi kompetisi kehidupan. Ayat itu berbunyi: “Apapun rahmat yang Allah bukakan kepada manusia, maka tidak ada yang bisa mencegah atau menghalanginya.”

Potongan ayat pendek ini menenangkan kita manakala kita gelisah dalam kompetisi mendapatkan rizki, galau ketika berlomba mendapatkan sesuatu. Kalau memang untuk kita, rizki itu tak akan kemana. Kalau memang bagian kita, maka tak mungkin ada yang bisa menghalangi datangnya rahmat itu untuk kita. Kalau memahami, meresapi dan meyakini ayat tersebut di atas, pasti merasa tenang bukan?

Baru saja saya kedatangan tamu dermawan yang punya beberapa proyek dan pabrik. Ada proyek yang menurut rencananya adalah untuk beliau, tapi ternyata direbut orang lain. Beliau cuma berkata ringan: “Belum rizki saya kiyai. Saya santai saja. Fokus saja pada anak saya yang sakit saat ini. Ujian Allah yang harus dihadapi dengan senyum.”

Ayat tersebut di atas meyakinkan kita bahwa hak tunggal pembagi rizki adalah milik Allah sebagai Ar-Razzaaq. Kalau begitu, layakkah kita mengeluhkan apa yang kita dapatkan? Pantaskah kita menjauh dariNya dalam keseharian kita? Ah, sudah sering diceramahkan dan sudah sering dikaji bersama bahwa memperbaiki ibadah dan pengabdian kepada Allah adalah cara terbaik dalam merayu Allah untuk memberikan rahmatNya. Salam, AIM. [*]

 

sumber: Inilahcom

Kalau Bukan Rezeki, Tak Akan Jadi Milikmu

INGIN tenang? Ingin santai? Ingin jauh dari gelisah? Kaidah berikut ini bisa menjadi pegangan hidup: “Sesuatu yang memang diperuntukkan untukmu oleh Allah, tak akan kemana-mana, ia akan datang kepadamu walau jarak antara sesuatu itu denganmu adalah di antara dua gunung. Sesuatu yang tidak diperuntukkan untukmu oleh Allah, tak akan menjadi milikmu walau jarak antara sesuatu itu dengan dirimu sedekat jarak dua bibirmu.”

Bacalah kisah dalam tafsir Mafatihul Ghaib juz pertama tentang seorang yang terikat tangan dan kakinya dan berada dalam jurang cukup dalam. Menurut logika tak mungkin mendapatkan makanan. Ternyata ada seekor burung gagak mengambil daging di piring Ibrahim bin Adham lalu membawanya ke atas lobang itu dan menjatuhkannya tepat di mulut orang yang di dalam jurang tadi.

Bandingkan dengan orang kaya yang sedang sakit parah di rumah sakit mewah saat ini. Makanan apapun tersedia di depannya, namun mulut dan tenggorokannya menolak dimasuki makanan itu. Masih tak percayakah akan misterinya rizki?

Senada dengan kaidah di atas adalah kaidah berikut: “Kalau bukan takdirmu, tak akan tiba sesuatu yang kau inginkan walau engkau mengerahkan ribuan tentara untuk memaksanya menjadi milikmu. Kalau memang takdirmu, akan tiba kepadamu dan menjadi milikmu walau kondisimu adalah berada di titik nadir kelemahanmu.” Masihkah kita mau mengandalkan selain Allah? Ah, jangan sampai begitu lah.

Salah seorang jamaah haji saya, bapak Haji Suwardi, bertemu dengan orang Yogya yang selalu berangkat haji dengan anaknya padahal kondisi ekonominya jauh dari sebutan kaya. Jamaah saya ini bertanya tentang rahasia hidupnya yang selalu mendapatkan keajaiban nikmat.

Jawabnya: “Haji pertama saya, saya lakukan semata-mata karena Allah. Haji yang kedua adalah karena Allah lagi. Dan haji yang ketiga ini juga terus karena Allah.” Tak akan pernah rugi orang yang mengandalkan Allah dalam hidupnya. Salam, AIM, Pengasuh Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2326354/kalau-bukan-rezeki-tak-akan-jadi-milikmu#sthash.9z3CqWqf.dpuf

Rezeki

Perkara yang paling dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang hayat dalam menjalani kehidupan dunia ini adalah rezeki. Ibn al-Jauzi berkata, di dalam Alquran rezeki itu mencakup sepuluh hal.

Pertama, adalah pemberian (QS al-Baqarah: 3). Kedua, makanan (QS al-Baqarah: 25). Ketiga, berupa makan siang dan makan malam (QS Maryam: 62). Keempat, mengenai hujan (QS al-Jatsiyah: 5).

Kelima, mengenai nafkah (QS al-Baqarah: 233). Keenam, buah-buahan (QS Ali Imran: 37). Ketujuh, berarti pahala (QS Al-Mu’min: 40). Kedelapan, berarti ‘surga’ (QS Thaaha: 131). Kesembilan, tanaman dan binatang ternak (QS Yunus: 59). Kesepuluh, berarti ‘syukur’ alias balasan (QS. Al-Waqi’ah: 82).

Jika ditelisik lebih dalam, mungkin kaitan masalah rezeki di dalam Alquran akan lebih dari 10 hal. Tetapi, dari sini kita bisa memahami dengan jelas bahwa benar Allah SWT sebaik-baik pemberi rezeki (QS Al-Jumu’ah [62]: 11).

Karena dimensi, cakupan, dan sisi rezeki yang begitu luas, jelas tidak mungkin ada sosok manusia yang mampu mengurus masalah rezekiini. Hanya Allah yang bisa mengatur dan karena itu menjamin rezekidari setiap makhluk yang diciptakan-Nya.

Oleh karena itu, sangatlah tidak masuk akal jika ada orang yang dalam hidupnya dilanda kerisauan luar biasa mengenai rezekihidupnya, sehingga atas nama mencari rezeki menistakan diri dalam kezaliman dan kejahiliyahan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya rezeki itu akan dicari oleh seorang hamba sebagaimana ia dicari oleh ajalnya.” (HR Ibn Hibban). Namun demikian, tidak berarti umat Islam boleh atau dibenarkan berpangku tangan. Sebab, Rasulullah SAW dan para sahabat bukanlah sosok manusia yang menyandarkan rezekinya dengan cara pasif. Justru sebaliknya, sangat proaktif.

Rasulullah SAW bersabda, “Berusaha keraslah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah, jangan bersikap lemah.” (HR Muslim).

Dan, seperti direkam sejarah, para sahabat Nabi Muhammad SAW ada yang bekerja dengan berkebun, berdagang, dan beternak. Mereka yang berdagang ada yang mengarungi daratan dan lautan menuju satu negeri demi negeri lainnya.

Ada mental kerja keras untuk mendapatkan rezeki. Mental inilah yang Rasulullah SAW cintai, sehingga suatu waktu Rasulullah SAW mencium tangan seorang Muslim yang menjemput rezekinya dengan membelah batu.

Dalam hal ini patut kita renungkan syair yang digubah oleh Jalaluddin Rumi. “Benar. Jika tawakal menuntut dalilnya, maka bekerja adalah sunah nabi-Nya. Bersyukur dan beramal dalam tawakal secara imbang agar kau jadi kekasih Tuhan. Telah berseru Nabi dan Rasul-Nya; Ikatlah unta, lalu pasrahkan kepada-Nya. Aku dengar pula berita: gerakan si pekerja dicintai Tuhannya. Maka janganlah tawakal membuatmu kendur mencari bekal.

Dengan demikian, mari mulai lembaran baru dalam hal rezeki. Jangan pernah risau soal kuantitas rezeki yang kita terima. Tetapi, risaulah tentang apakah halal atau haram rezeki yang kita cari.

Sebab, semua orang tahu, bahwa rezeki harus dijemput dengan berpeluh lelah. Maka, sangat sayang jika tidak berujung berkah dan berbuah jannah.

 

Oleh: Imam Nawawi / Republika Online

Jaminan Rezeki

Rezeki adalah segala hal yang dapat dimanfaatkan manusia, baik yang halal atau haram, yang baik maupun yang buruk. Rezeki yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak hanya berupa harta, tetapi meliputi semua karunia dan bakat yang ada pada manusia, seperti ilmu, kecerdasan otak, kefasihan lidah berbicara, dan kekuatan tubuh.

Semua yang tidak dimanfaatkan, meskipun milik kita, belum tentu rezeki kita. Boleh jadi itu rezeki orang lain. Sesuatu baru menjadi rezeki kita apabila dapat kita manfaatkan.

Rezeki yang dimanfaatkan menuju pada tiga arah. Apa yang dimakan akan menjadi kotoran, apa yang dipakai menjadi sampah, dan apa yang disedekahkan menjadi tabungan abadi di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, ”Anak Adam berkata hartaku, hartaku. Sesungguhnya harta milik seseorang menuju tiga arah, apa yang dimakan akan lenyap, atau apa yang dipakai akan rusak, atau apa yang disedekahkan akan abadi.” (HR Muslim).

Semua rezeki datang dari Allah dan Dia menjamin rezeki setiap makhluk, termasuk manusia yang ingkar sekalipun. Allah SWT berfirman, ”Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudh).” (QS 11: 6).

Meskipun rezeki semua manusia dijamin Allah, tetapi mereka tetap diperintahkan berusaha dan bekerja keras menggunakan ilmu dan keterampilan untuk mendapatkan rezeki tersebut. Allah SWT menilai setiap kerja yang dilakukan manusia. Firman-Nya, ”Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kenakan’.” (QS 9: 105).

Iman, takwa, dan sikap tawakal yang melekat pada diri seseorang merupakan garansi mendapatkan rezeki dan karunia Allah. Allah SWT berfirman, ”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS 65: 2-3).

Ridho dan syukur terhadap rezeki dan nikmat yang telah diterima dapat mengundang datangnya rezeki Allah lebih banyak dari sebelumnya. Allah SWT berfirman, ”Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS 14: 7).

Mereka yang selalu memohon ampun dan memperbanyak istighfar kepada Allah atas dosa yang pernah dilakukan membukakan curahan rezeki dari-Nya dengan cara tiada diduga. Rasulullah SAW bersabda: ”Siapa yang senantiasa ber-istighfar, Allah akan melapangkannya dari berbagai kesempitan hidup, akan membebaskannya dari berbagai kedukaan, dan memberinya curahan rezeki dari berbagai arah yang tiada diperkirakan sebelumnya.”

Oleh Firdaus

Agar Rezeki Suami Mengalir Deras

Pekerjaan seorang istri tak hanya mengurus rumah dan anak saja, tapi juga mengatur keuangan keluarga. Berapapun nafkah yang diberikan suami, istri harus dapat mengatur dan menggunakannya secara bijak.

Semua istri tentu menginginkan ekonomi keluarganya selalu cukup dan tidak pernah merasa kekurangan sedikitpun. Untuk itu, suami harus bekerja keras untuk bisa memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya agar selalu dalam keadaan cukup.

Sebagai seorang istri, ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk menambah barokah rezeki keluarga yang diperoleh dari usaha suami. Apa saja itu?

Berikut amalan-amalan yang dapat dilakukan istri untuk menambah barokah rezeki yang didapatkan suami agar rezeki keluarga berlimpah dikutip dari The Vocket :

1. Berikan sebagian nafkah dari suami untuk orangtua dan mertua

Sekecil apapun atau sedikit apapun, sisihkan sebagian nafkah dari suami untuk orangtua dan mertua. Walaupun hanya dengan membelikan beras atau keperluan pokok yang lain, sadari bahwa faktor ini sanggup menambah keberkahan rezeki yang diperoleh.

Tutup telinga rapat-rapat dan jangan hiraukan bila menerima cibiran atau dibanding-bandingkan dengan jumlah yang didapat dari menantu lain yang lebih besar, jangan sampai menjadikan hal itu merusak niat baik yang kita punya.

Hindari pula berpikiran seperti ini, “Jangankan untuk orangtua, buat keluarga sendiri saja tetap kurang” atau “Orangtua dan mertua bukankah telah mapan?”

Kemungkinan ada yang berpikir begitu, tetapi percayalah seandainya menafkahkan sebagian rezeki buat keluarga dekat, tak cuma akan menambah barokah bagi kita tetapi dapat mempererat silaturahmi.

2. Senantiasa mengingatkan suami untuk memberikan nafkah keluarga dengan rezeki halal

Kewajiban istri yang lain adalah selalu mendoakan dan mengatkan suami untuk selalu menafkahi istri dan anaknya dengan rezeki yang halal.Elemen ini demikian mutlak mengingat sejumlah istri yang merongrong suami dengan banyak tuntutan dan membuat suami menempuh jalan tidak baik dalam mencari nafkah.

3. Mengubah gaya hidup boros

Masak sendiri di rumah akan lebih menghemat biaya daripada makan diluar atau membeli makanan dari luar. Untuk itu istri perlu belajar memakasak untuk mengubah gaya hidup yang boros.Melakukan perawatan tubuh di salon akan menambah pengeluaran. Jika hal ini bisa dilakukan di rumah, sehingga bisa menghemat pengeluaran, mengapa tidak?

Bawakan bekal untuk suami supaya tidak perlu makan siang di luar kantor, juga untuk anak supaya tidak jajan sembarangan.Jalan-jalan ke mal tiap minggu dapat ditukar dengan ke lokasi lain yang lebih hemat dan tidak mengeluarkan banyak biaya, seperti ke taman, alun-alun kota dan tempat wisata gratis lainnya.

Mudah-mudahan ikhtiar berhemat dan mengubah gaya hidup ini mampu menambah keberkahan rezeki keluarga.

4. Jalankan ibadah bersama

Ibadah dan ketakwaan yang kita laksanakan sangat erat hubungannya dengan keberkahan rezeki keluarga.Selain melakukan shalat berjamaah setiap harinya, coba rencanakan sekian banyak ibadah yang mampu dilakukan bersama dengan keluarga.

Mulai dari puasa sunnah Senin dan Kamis, salat tengah malam, membaca Al Quran dan lainnya.

5. Hindari pertengkaran dalam rumah tangga

Pertengkaran hanya akan menyulut kebencian dan menghilangkan keberkahan rumah tangga.Istri harus bisa menjadi air pendingin apabila suami dalam keadaan stres, bukan malah menyulut pertengkaran yang lebih besar.

Mudah-mudahan informasi ini dapat berguna dan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari agar membuat pendapatan suami lebih berkah, melimpah dan mengalir deras.[ ]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2266474/agar-rezeki-suami-mengalir-deras#sthash.yXzW5zrC.dpuf

Inilah Empat Cara Allah Memberi Rezeki Mahkluknya

Berikut ini adalah beberapa cara Allah dalam memberikan rezeki kepada semua mahkluknya menurut al Quran:

1. Tingkat rezeki pertama yang dijamin oleh Allah

“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.”(QS. Hud: 6).

Artinya Allah akan memberikan kesehatan, makan, minum untuk seluruh makhluk hidup di dunia ini. Hal tersebut adalah rezeki dasar yang terendah.

2. Tingkat rezeki kedua yang didapat sesuai dengan apa yang diusahakan.

“Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (QS. An-Najm: 39).

Allah akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Jika seseorang bekerja selama dua jam, dapatlah hasil yang dua jam. Jika kerja lebih lama, lebih rajin, lebih berilmu, lebih sungguh-sungguh, seseorang akan mendapat lebih banyak. Tidak pandang dia itu seorang muslim atau kafir.

3. Tingkat rezeki ketiga adalah rezeki lebih bagi orang-orang yang pandai bersyukur.

” Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)

Inilah rezeki bagi orang yang disayang oleh Allah. Orang-orang yang pandai bersyukur akan dapat merasakan kasih sayang Allah dan mendapat rezeki yang lebih banyak.

Itulah Janji Allah! Orang yang pandai bersyukurlah yg dapat hidup bahagia, sejahtera dan tentram. Usahanya akan sangat sukses, karena Allah tambahkan selalu.

4. Tingkat rezeki keempat adalah rezeki istimewa dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang-orang yang bertakwa dan bertawakal pada Allah SWT.

“. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq:2-3)

Peringkat rezeki yang keempat ini adalah rezeki yang istimewa, tidak semua orang bisa meraihnya. Rezeki ini akan Allah berikan dari arah yang tidak disangka-sangka. Mungkin pada saat seseorang berada dalam kondisi sangat sangat membutuhkan.[ ]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2275498/inilah-empat-cara-allah-memberi-rezeki-mahkluknya#sthash.93Cgraa3.dpuf