Enggan Sedekah Adalah Ciri Kemunafikan

Salah satu ciri orang yang beriman adalah gemar bersedekah. Sedangkan di antara ciri kemunafikan adalah enggan untuk bersedekah.

Sedekah Adalah Bukti Iman

Rasul shallallahu ‘alaiahi wa sallam bersabda :

وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

Sedekah adalah burhan (bukti) “ (H.R Muslim)

Yang dimaksud burhan adalah bukti yang menunjukkan benarnya keimanan. Tidaklah akan rela mengeluarkan harta yang ia cintai untuk disedekahkan, kecuali hanya orang yang memiliki keimanan dalam hatinya. Maka ketika seseorang mengedepankan ketaatan kepada Allah dengan bersedekah, ini merupakan bukti benarnya keimanan di dalam hatinya.

Orang Munafik Enggan Bersedekah

Adapun orang munafik, maka mereka enggan bersedekah. Bahkan mereka kikir dari bersedekah. Allah menyebutkan di antara sifat orang munafik di dalam Al Qur’an :

وَلاَ يُنفِقُونَ إِلاَّ وَهُمْ كَارِهُونَ

… dan tidak pula menginfakkan harta mereka melainkan dengan rasa enggan karena terpaksa. ” (At Taubah : 54)

وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ

… dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). ” (At Taubah : 67)

Maka, sedekah adalah burhan keimanan, dan enggan bersedekah adalah ciri kemunafikan.

Allah Mencintai Sifat Dermawan

Sifat dermawan dan gemar bersedekah adalah merupakan akhlak baik dalam Islam. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها

Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi. Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia dan Ia membenci akhlak yang buruk.” (HR. Al Baihaqi,shahih)

Pahala yang berlipat ganda Allah janjikan bagi orang-orang yang bersedekah dengan hartanya. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan balasan kebaikannya dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Al Hadid: 18)

Sedekah Sama Sekali Tidak Mengurangi Harta

Ini merupakan jaminan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidak akan mengurangi harta” (HR. Muslim)

Anggapan orang bahwa bersedekah akan mengurangi harta tidaklah tepat. Bahkan dengan banyak bersedekah, harta semakin bertambah berkah dan akan mendapat ganti yang lebih baik. 

Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang gemar bersedekah dan kita berharap senantiasa mendapat rezeki harta yang penuh dengan berkah.

Penulis : Adika Mianoki

© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/52996-enggan-sedekah-adalah-ciri-kemunafikan.html

Benarkah Sedekah Harta Pasti akan Dibalas 10x Lipat di Dunia?

Sebagian orang memahami bahwa jika kita sedekah dengan suatu harta, maka pasti akan dibalas oleh Allah dengan diberikan 10x lipatnya dari harta tersebut. Misalnya jika sedekah uang 100 ribu, akan mendapatkan balasan 1 juta rupiah. Jika sedekah mobil seharga 100 juta, akan mendapatkan mobil seharga 1 milyar. Dan seterusnya.

Mereka berdalil dengan ayat,

مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Siapa yang melakukan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan balasan 10 kali lipatnya.” (QS. Al-An’am: 160).

Kita katakan, ini (memastikan balasan 10x lipat dari harta semisal) adalah pemahaman yang keliru karena beberapa poin berikut:

Pertama:

Hendaknya amalan-amalan saleh yang kita lakukan, termasuk sedekah, kita niatkan semata-mata untuk mencari wajah Allah semata. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعْبُدُواْ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ

“Dan tidaklah mereka diperintahkan, kecuali untuk menyembah kepada Allah semata dan mengikhlaskan semua amalan hanya untuk Allah.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Orang yang beribadah dengan niat murni untuk mencari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa. Dari Umar bin Khathab radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

إنَّما الأعْمالُ بالنِّيَّةِ، وإنَّما لِامْرِئٍ ما نَوَى، فمَن كانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللَّهِ ورَسولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إلى اللَّهِ ورَسولِهِ، ومَن هاجَرَ إلى دُنْيا يُصِيبُها أوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُها، فَهِجْرَتُهُ إلى ما هاجَرَ إلَيْهِ

“Sesungguhnya amalan itu hanyalah tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan ganjaran sesuai niatnya. Barangsiapa yang hijrah untuk Allah dan rasul-Nya, maka amalan hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah untuk mendapatkan dunia atau untuk menikahi wanita, maka hijrahnya untuk apa yang ia niatkan tersebut.” (HR. Bukhari no. 6953)

Para ulama, da’i, ustaz, hendaknya mendakwahkan dan memotivasi umat untuk mengikhlaskan amalannya hanya untuk Allah semata, bukan untuk niatan-niatan lainnya. Inilah dakwahnya seluruh Nabi dan Rasul. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Sesungguhnya aku diperintahkan supaya aku menyembah Allah semata dengan memurnikan semua ibadah hanya kepada-Nya.” (QS. Az-Zumar : 11).

Kedua:

Orang yang beribadah untuk mencari kenikmatan dunia diancam dengan keras oleh Allah dalam Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16)

Allah Ta’ala juga berfirman,

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا

“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam. Dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al-Isra’: 18)

Rincian mengenai hal ini dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, bahwa ada 3 golongan dalam hal ini:

  1. Orang yang bersedekah karena mengharap pujian dari makhluk. Maka, ini adalah riya dan ia tidak mendapatkan pahala sama sekali, bahkan ia melakukan syirik ashghar.
  2. Orang yang bersedekah 100% karena mencari balasan dunia semata seperti mengharapkan kekayaan, ketenaran, kedudukan, dan lainnya. Maka, ini juga tidak mendapatkan pahala apa-apa dan tidak mendekatkan kepada Allah sedikit pun.
  3. Orang yang bersedekah karena mencari rida Allah sekaligus mencari balasan dunia. Maka ini dirinci lagi:
    1. Jika niat mencari balasan dunianya lebih dominan, maka ia tidak akan mendapatkan pahala apa-apa, bahkan ia berdosa. Karena menjadikan ibadah sebagai perantara untuk cari dunia.
    2. Jika niat mencari rida Allah lebih dominan, ini hukumnya boleh, namun mengurangi kesempurnaan pahala dan mengurangi keikhlasan.
    3. Jika niat mencari rida Allah sama besar dengan niat mencari dunia, maka tidak ada pahala baginya.

(Diringkas dari Fatawa Arkanil Islam no. 21)

Ketiga:

Yang dimaksud oleh surah Al-An’am ayat 160 adalah pahalanya yang dilipat-gandakan. Ath-Thabari rahimahullah menyebutkan salah satu tafsir dari ayat ini,

قيل: إن معنى ذلك غير الذي ذهبتَ إليه, وإنما معناه: من جاء بالحسنة فوافَى الله بها له مطيعًا, فإن له من الثواب ثواب عشر حسنات أمثالها

“Sebagian ulama mengatakan, ‘Sesungguhnya maknanya tidaklah sebagaimana yang anda pahami. Sesungguhnya maknanya adalah barangsiapa yang melakukan kebaikan dalam rangka berbuat ketaatan kepada Allah, maka ia akan mendapatkan tsawab (pahala) sebanyak pahala dari 10 kebaikan yang semisal.’” (Tafsir Ath-Thabari)

Jadi, bukan berarti benda yang disedekahkan itu akan dilipat-gandakan 10x lipat oleh Allah sebagai balasan. Namun, yang dilipat-gandakan adalah pahalanya.

Makna ini jelas sekali termaktub dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، كُتِبَتْ له حَسَنَةً، ومَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَعَمِلَها، كُتِبَتْ له عَشْرًا إلى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ، ومَن هَمَّ بسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، لَمْ تُكْتَبْ، وإنْ عَمِلَها كُتِبَتْ

“Barangsiapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, namun tidak jadi dilakukan, maka ditulis baginya 1 kebaikan. Barangsiapa yang berniat melakukan suatu kebaikan, dan jadi dilakukan, maka ditulis baginya 10x sampai 700x kebaikan. Siapa yang berniat melakukan suatu keburukan, namun tidak jadi dilakukan, maka tidak ditulis keburukan tersebut. Dan jika dilakukan, ditulis 1 keburukan.” (HR. Muslim no. 130)

Jelas dalam hadis ini menggunakan kata كُتِبَتْ (ditulis), sehingga yang 10x sampai 700x lipat adalah pahalanya, bukan benda yang disedekahkan. Karena yang ditulis itu pahala.

Selain itu, jumhur ulama mufassirin menafsirkan surat Al-An’am ayat 160 bahwa makna al-hasanah adalah kalimat laa ilaaha illallah. Sehingga orang yang mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah dan menjalankan konsekuensinya akan diganjar 10x lipat berupa keimanan.

Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan,

والتقدير : فله عشر حسنات أمثالها ، أي له من الجزاء عشرة أضعاف مما يجب له . ويجوز أن يكون له مثل  ويضاعف المثل فيصير عشرة . والحسنة هنا : الإيمان

“Maknanya adalah ia mendapatkan 10 hasanah yang semisalnya. Maksudnya, ia mendapatkan ganjaran 10x lipat dari apa yang berhak ia dapatkan, atau mungkin ia mendapatkan yang semisalnya, namun yang semisalnya ini dilipat-gandakan 10x. Dan al-hasanah di sini maksudnya adalah iman.” (Tafsir Al-Qurthubi).

Tafsiran ini semakin menguatkan bahwa yang dilipat-gandakan bukanlah barangnya.

Keempat:

Andaikan seseorang bersedekah niatnya yang dominan adalah untuk mencari wajah Allah, namun juga ia berharap diberikan dunia atas sebab sedekahnya tersebut, maka ini telah kita bahas bahwa hukumnya boleh, namun mengurangi pahalanya.

Namun, pengabulan permintaan tersebut tidak mesti berupa diberikan 10x barang yang semisal atau senilai. Karena pengabulan permintaan itu ada 3 kemungkinan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »

“Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah yang tidak mengandung dosa dan memutus silaturahmi, melainkan Allah akan beri padanya salah satu dari tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan sesuai dengan doanya, [2] Allah akan menyimpan pengabulannya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan dirinya dari kejelekan yang semisal (dengan permintaannya).” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad no. 11133, disahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Targhib no.1633)

Sehingga, kita tidak berhak memastikan bahwa pengabulan permintaan kita kepada Allah akan dibalas sesuai keinginan sebanyak 10x lipat. Terkadang Allah akan balas di dunia, terkadang tidak. Bukankah ada dua kemungkinan lainnya?? Allah yang lebih tahu mana pengabulan yang terbaik untuk seorang hamba yang meminta kepada Allah.

Kelima:

Kami tidak mengetahui kalam ulama yang mengatakan bahwa siapa sedekah suatu benda akan mendapatkan 10x lipat benda tersebut atau yang senilainya.

Kami juga tidak mengetahui ada di antara salafus shalih yang mengamalkan demikian, bahwa ada salafus shalih yang jika menginginkan sesuatu dari dunia, maka ia akan sedekah 1/10 nya untuk mendapatkan sesuatu tersebut.

Nasihat berharga Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah,

لا تتكلم في مسألة ليس لك فيها إمام

“Janganlah engkau menyampaikan suatu masalah agama, yang engkau tidak memiliki pendahulu dari para ulama sebelumnya.”

Wallahu a’lam. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik.

***

Penulis: Yulian Purnama

Sumber: https://muslim.or.id/71917-sedekah-harta-akan-dibalas-10x-lipat-di-dunia.html

Sedekah Menyembuhkan Penyakit?

Bismillahirrahmanirrahim.

Islam memerintahkan kita untuk berikhtiar mencari obat dari penyakit yang diderita. Semua penyakit pasti ada obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua atau kematian. Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

تداووا عباد الله فإن الله تعالى لم يضع داء إلا وضع له دواء غير داء واحد: الهرم

Berobatlah wahai para hamba Allah. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menciptakan penyakit, melainkan Allah menciptakan juga obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua.”

Dan obat suatu penyakit itu tidak selamanya berupa obat-obat jasmani, seperti herbal, obat-obatan medis, dan lain-lain. Ada jenis obat yang secara kasatmata tidak berkaitan dengan jasmani, namun ia adalah obat yang sangat manjur yang bisa mengungguli semua obat medis, herbal, dan yang sejenisnya.

Karena Al-Qur’an mengajarkan bahwa kesembuhan penyakit ada keterkaitan erat dengan kepercayaan yang kuat kepada Tuhan (akidah) dan tawakal yang baik. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ

Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara: 80)

Pesan ini tidak boleh luput dari setiap muslim yang sakit. Bahwa dokter dan segala upaya pengobatan medis atau herbal, hanyalah sarana ikhtiar untuk mengikuti sunnatullah yang Allah tetapkan di bumi ini. Namun, yang menentukan kesembuhan, bukan ikhtiar kita, tetapi Allah Tuhan alam semesta yang mampu menyembuhkan.

Status hadits tentang sedekah sebagai obat dari penyakit

Salah satu ikhtiar berobat yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah berobat melalui sedekah. Disebutkan di dalam hadis dari Abdullah bin Mas’ud dan Ubadah bin Shomit -semoga Allah meridai keduanya-, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وداوُوا مرضاكم بالصدقة

Obatilah orang-orang sakit kalian dengan bersedekah.” (Dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ dan Shahih At-Targhib)

Ibnul Qayyim rahimahullah menerangkan hadis ini,

فإن للصدقة تأثيرًا عجيبًا في دفع أنواع البلاء ولو كانت من فاجر أو من ظالم بل من كافر فإن الله تعالى يدفع بها عنه أنواعا من البلاء وهذا أمر معلوم عند الناس خاصتهم وعامتهم وأهل الأرض كلهم مقرون به لأنهم جربوه

Sedekah memiliki khasiat yang kuat menolak berbagai macam bala (termasuk penyakit). Bahkan, sekalipun itu dari orang yang ahli maksiat, zalim, maupun orang kafir. Melalui sedekah yang mereka lakukan, Allah angkat bala. Khasiat sedekah seperti ini disaksikan oleh banyak orang, orang-orang berilmu, atau kaum awam umumnya, bahkan seluruh penduduk bumi mengakuinya karena mereka telah merasakan sendiri.” (Jami’ Al-Fiqh, 3: 7)

Jika ahli maksiat, bahkan orang kafir sekalipun, sedekah untuk menolak bala atau menyembuhkan penyakit bisa Allah Ta’ala kabulkan, terlebih jika yang melakukan adalah seorang muslim yang bertauhid dan taat kepada agama.

Hadis tentang khasiat sedekah dapat menyembuhkan penyakit di atas kebenarannya dikuatkan oleh keterangan berikut ini:

Pertama, banyak hadis sahih menerangkan bahwa sedekah dapat menolak bala.

Di antaranya yang paling sahih adalah hadis yang tertulis di Shahih Bukhari dan Shahih Muslim tentang salat gerhana (kusuf),

فإذا رأيتم ذلك فادعو الله وكبروا وصلوا وتصدقوا

Jika kalian melihat gerhana, maka berdoalah, bertakbir, salat, dan bersedekahlah.

Ibnu Daqiq Al-‘Id rahimahullah berkata,

وفي الحديث دليل على استحباب الصدقة عند المخاوف لاستدفاع البلاء المحذور

“Hadis ini dalil anjuran bersedekah ketika suasana menakutkan untuk menolak bala yang dikhawatirkan.”

Kedua, sedekah dapat meredam kemarahan Tuhan.

Sebagaimana disebut dalam hadis,

إن الصدقة لتطفئ غضب الرب وتدفع ميتة السوء

Sesungguhnya sedekah dapat meredam kemarahan Tuhan dan mencegah kematian yang buruk.”

Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi di Jami’ As-Shahih, pada bab zakat, nomor hadis 644. Beliau menilai bahwa hadis ini derajatnya hasan gharib.

Demikian pula Imam Thabrani di dalam Mu’jam Al-Kabir, nomor 1018 dan 8014, menilai sanad hadis ini hasan.

Dan sejumlah ulama hadis lainnya juga menilainya hasan. Kesimpulan status hasan hadis ini diamini oleh lembaga fatwa Lajnah Da’imah (KSA),

فالحديث روي بطرق متعددة بنحو اللفظ المذكور مطولاً ومختصرًا عن عبد الله بن جعفر وأبي سعيد الخدري وعبد الله بن عباس وعمر بن الخطاب وعبد الله بن مسعود وأبي أمامة وأنس بن مالك ومعاوية بن حيدة ، وهي طرق لا تخلو من ضعف كما ذكره أئمة الحديث، لكن الحديث له شواهد تقويه وكثرة طرقه تجعله لا يقل عن مرتبة الحسن لغيره.

“Hadis ini diriwayatkan melalui sejumlah jalur sanad, ada yang dengan redaksi panjang ada yang ringkas. Diriwayatkan dari Abdullah bin Ja’far, Abu Sa’id Al Khudri, Abdullah bin Abbas, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas’ud, Ubai bin Umamah, Anas bin Malik, dan Muawiyah bin Haidah. Semua sanad tersebut tidak terhindar ke-dhoif -an sebagaimana keterangan para imam hadis. Namun, hadis ini memiliki riwayat penguat dan banyak sanadnya sehingga statusnya dari lemah naik menjadi hasan lighoirihi.” (Fatawa Lajnah Da’imah no. 18860)

Makna hadis di atas adalah, sedekah dapat menghapus dosa. Di antara penyebab datangnya musibah adalah karena dosa kita. Melalui musibah, Allah ingin menghapus dosa kita.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ

“Musibah apa pun yang menimpa kamu, maka adalah karena perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)

Maka dengan sedekah, dosa dapat terhapus sehingga akan meringankan musibah, bahkan menghilangkannya dengan izin Allah.

Ketiga, salah satu sebab doa menjadi mustajab adalah ketika diiringi tawasul dengan amal saleh, di antaranya seperti sedekah.

Dalilnya adalah hadis yang mengisahkan tentang tiga orang yang terkunci di dalam gua. Lalu ketiganya berdoa kepada Allah dengan bertawasul dengan amal saleh masing-masing. Ada yang bertawasul dengan baktinya kepada kedua orang tua. Ada yang bertawasul dengan takwanya saat diajak berzina oleh wanita cantik. Ada yang bertawasul dengan amanahnya mengelola harta orang lain. Kemudian, Allah pun kabulkan doa mereka.

Selengkapnya hadis tentang tiga orang yang terkunci di dalam gua, bisa Anda baca di sini.

Meniatkan sedekah agar Allah memberikan kesembuhan, adalah bentuk tawasul dengan amal saleh.

Agar sedekah manjur menyembuhkan penyakit -dengan izin Allah-

Berapa hal berikut wajib dilakukan agar sedekah benar-benar berkhasiat menyembuhkan penyakit:

Pertama, lakukan dengan ikhlas karena Allah ‘Azza Wajalla.

Sedekah adalah ibadah yang memiliki nilai pahala yang agung. Agar sedekah dapat berbuah maksimal, maka harus disertai keikhlasan yang tinggi dan tentu saja memperhatikan tutunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam pelaksanaannya. Layaknya syarat yang berlaku pada semua ibadah.

Kedua, sedekahlah dengan harta yang baik dan Anda cintai. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا

“Allah itu Mahabaik, dan Allah tidak akan menerima amalan, kecuali yang baik-baik saja.”

Ketiga, disertai rasa yakin dan pasrah kepada Allah bahwa Allah mampu menyembuhkan.

Dalilnya adalah hadis dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة، واعلموا أن الله لا يستجيب دعاء من قلب غافل لاه

Berdoalah dalam keadaan Anda yakin Allah akan kabulkan doa Anda. Ingat, Allah itu tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi)

Keempat, hindari keinginan tergesa-gesa minta dikabulkan. Karena prasangka seperti itu dapat menghalangi terkabulnya doa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يُسْتجَابُ لأَحَدِكُم مَا لَم يعْجلْ: يقُولُ قَد دَعوتُ رَبِّي، فَلم يسْتَجبْ لِي. متفقٌ عَلَيْهِ.

Doa kalian akan dikabulkan selama kalian tidak tergesa-gesa, seperti orang mengatakan, “Aku berdoa terus, tetapi kok Tuhan tidak mengabulkan?!” (Muttafaqun ‘alaih)

Kelima, tepat sasaran.

Sebuah pemberian bernilai sedekah ketika diberikan kepada fakir miskin dengan tujuan membantu mereka memenuhi kebutuhan. Adapun jika diberikan kepada orang yang berkecukupan, maka pemberian menjadi bernilai hadiah. Karena hadiah adalah pemberian kepada orang kaya dan miskin dengan niat bukan memenuhi kebutuhan, tetapi pemuliaan. (Lihat Syarah Al Mumti’ Ibnu ‘Utsaimin, 7: 481)

***

Penulis: Ahmad Anshori, Lc.

Sumber: https://muslim.or.id/70296-sedekah-menyembuhkan-penyakit.html

Apa Hukum Sedekah Sambil Buat Konten Youtube?

Konten sedekah di Youtube menjadi fenomena.

Di era digital dan media sosial ini banyak terjadi pergeseran budaya dan kebiasaan masyarakat. Salah satunya fenomena sedekah sambil membuat konten media sosial seperti Youtube.

Muncul pertanyaan, sedekah sambil membuat konten media sosial apakah termasuk sikap riya atau bukan? Ulama memandang bahwa orang yang sedekah sambil membuat konten media sosial tidak bisa dihukumi karena hanya Allah yang tahu niatnya, isi hatinya dan pikirannya.

Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Mahbub Maafi, mengatakan, sedekah wajib seperti membayar zakat sebaiknya dipublikasikan agar orang lain tahu. Sementara, sedekah sunnah sebaiknya dilakukan secara diam-diam.

“Tapi memang di era sekarang, orang bersedekah sambil membuat konten (untuk media sosial), kita tidak tahu maksud orang membuat konten itu apa,” kata Kiai Mahbub kepada Republika, Selasa (16/11).

Ia mengatakan, kalau berpikir positif, bisa jadi konten tersebut menjadi bagian dari edukasi. Agar orang-orang yang menontonnya bisa meniru perbuatan baik dalam konten tersebut.

Menurutnya, manusia tidak boleh berprasangka buruk kepada orang yang bersedekah sambil membuat konten. Mungkin saja konten yang dibuatnya dimaksudkan untuk dakwah agar orang-orang mau berbagi.

Kiai Mahbub menerangkan, memang kadang ada sedekah dibuat konten sehingga menjadi kurang etis. Tapi itu bukan berarti tidak boleh sedekah. Karena mungkin tujuan orang yang sedekah sambil membuat konten itu untuk edukasi dan dakwah.

“Sepanjang itu konten yang baik dan punya dampak yang baik terhadap masyarakat, itu yang penting menurut saya. Sebab ada konten yang baik tapi memiliki dampak yang tidak baik itu jadi tidak baik. Menurut saya itu acuannya,” ujarnya.

Namun menurut Kiai Mahbub, sedekah sambil membuat konten dengan tujuan untuk mendapatkan penonton dan uang sama saja melakukan kapitalisasi terhadap sedekah, perbuatan itu tidak baik. Tapi kalau tujuan membuat kontennya baik dan memiliki dampak baik, itu perbuatan yang baik.  

“Sebab kita tidak bisa tahu isi hati dan niat seseorang jadi kita tidak bisa menghukuminya, maka kita harus bijak melihat, kalau ada orang buat konten diniatkan yang benar, bukan untuk mencari sensasi dan viewer,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, sedekah merupakan amalan mulia yang dianjurkan agama Islam dan selalu dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Tapi belakangan, amalan ini dibuat oleh beberapa konten kreator sebagai tontonan di video miliknya dan disebarkan melalu berbagai platform.

Dalam pandangan, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, sedekah dalam berbagai bentuk bisa dilakukan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al Baqarah Ayat 274.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُم بِٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ  

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqarah: 274)

Menurut Buya Amirsyah, dua cara itu boleh dilakukan dengan syarat ikhlas memberi karena Allah SWT. Jadi ada dua cara sedekah, pertama dengan terang terangan, kedua dengan sembunyi-sembunyi atau sirran wa ‘ala niyyah. Jadi yang penting adalah ikhlasnya.

Buya Amirsyah juga menjelaskan, yang perlu diperhatikan dalam bersedekah adalah proses penyaluran dan proses mendapatkan dana sedekah tersebut. Sedekah baik dalam bentuk zakat, infak atau wakaf harus benar dalam proses distribusinya.

Sekretaris Jenderal MUI ini juga menyoroti soal pundi-pundi uang yang diterima konten kreator dari platform-platform media sosial. Menurutnya, uang yang didapat haruslah berasal dari yang baik dan tidak melanggar syariat.

Ia mengatakan, sebaiknya kreator tidak mengambil uang dari iklan-iklan yang diharamkan seperti iklan minuman keras atau judi. “Jadi (harta sedekah) halal dalam arti administrasi dan goiru dzat, di luar dzat itu termasuk perilakunya, pengelolaannya, penyalurannya, supaya dana yang kita peroleh itu berkah,” jelasnya.

KHAZANAH REPUBLIKA

13 Manfaat Sedekah Bagi Muslim

Sedekah merupakan amalan ibadah yang memiliki manfaat bagi pelakunya. Bersedekah sejatinya bukanlah perkara yang secara zahir terlihat membantu orang lain, melainkan juga membantu pelakunya dari berbagai hal perkara duniawi maupun ukhrawi.

Terkait sedekah telah disinggung dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 276, Allah berfirman, “Yamhaqullahu ar-ribaa wa yurbi as-shadaqaati,”. Yang artinya, “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah,”.

Dilansir di El-Balad, Jumat (15/10), Wali Fatwa di Darul Ifta Mesir, Syekh Magdy Ashour menjelaskan 13 manfaat yang dihasilkan dari bersedekah. Berikut manfaatnya:

1. Memadamkan murka Allah dengan bersedekah. Terutama sedekah yang sifatnya rahasia, yakni diam-diam tanpa harus diperlihatkan ke khalayak luas. Meski mensyiarkan sedekah diperbolehkan, namun merahasiakannya adalah lebih utama.

2. Bersedekah dapat menghapuskan dosa. Bersedekah juga dapat memadamkan api neraka baginya, sedekah diibaratkan air yang memadamkan api.

3. Bersedekah juga dapat membuat seorang Muslim mencegah dirinya masuk ke dalam neraka. Sedekah dapat menjadi salah satu perisai diri menghindari neraka, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Ittaqunnara walaw bisyiqqi tamratin,”. Yang artinya, “Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma,”.

4. Sedekah dapat menjadi amalan pelindung yang membayangi pelakunya di hari kiamat. Dia (amalan sedekah) akan membentengi pelakunya.

5. Sedekah dapat menjadi obat dari penyakit hati maupun fisik.

6. Sedekah dapat menjadi tangga bagi seorang Muslim dalam menggapai derajat kebenaran.

7. Sedekah dapat menahan perilaku boros. Di mana sifat boros tidak dianjurkan dalam Islam karena menghasilkan kemudharatan.

8. Sedekah dapat mendatangkan keberkahan. Baik keberkahan secara materi di dunia, maupun keberkahan di hari hisab dengan hadirnya pahala-pahala.

9. Sedekah dapat menggandakan pahala seseorang.

10. Sedekah dapat menjadi alasan seseorang untuk masuk surga. Amalan sedekah dapat menjadi pemanggil seorang Muslim masuk ke dalam surga.

11. Sedekah dapat memberikan ketentraman dan kenyamanan hati. Secara psikologis sedekah dapat menghindari seseorang dari stres dan depresi sebab ada kepuasan sosial yang baik di dalamnya.

12. Sedekah dapat menjadi bukti keikhlasan seorang Muslim.

13. Sedekah dapat mensucikan harta.

IHRAM

3 Manfaat Sedekah yang Diungkap Rasul ke Ali bin Abi Thalib

Rasulullah SAW berwasiat kepada Ali bin Thalib ihwal keutamaan sedekah

Banyak keterangan dalam Alquran dan hadits tentang keutamaan bersedekah. 

Dalam Alquran surat As Saba ayat 39 Allah SWT menegaskan akan mengganti harta orang-orang yang berinfak dijalan Allah. 

مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Dalam sejumlah hadits nabi Muhammad SAW juga dijelaskan orang yang bersedekah akan terhindar dari bala, dilipatgandakan rezekinya, hingga dijauhkan penyakit-penyakit.  

Namun dalam tulisan ini akan dipaparkan tiga fadilat sedekah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Wasiyat Al Musthafa yaitu kitab turats berisi wasiat-wasiat Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib yang di antaranya juga ada yang berkaitan dengan sedekah. 

Kitab ini disusun Syekh Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Musa Asy Syarani Al Anshari Asy Syafi’i Asy Syadzili Al Mishri atau dikenal sebagai Imam Asy Syarani. 

1. Menolak bala

يَا عَلِيُّ، صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَجْلِبُ الْبَرَكَةَ وَالرِّزْقَ الْكَثِيْرَ وَبَاكِرْ بِالصَّدَقَةِ فَإِنَّ الْبَلَاءَ يَنْزِلُ قَبْلَ الْبُكُوْرِ فَتَرُدُّ الْقَضَاءَ فِي الْهَوَاءِ

“Wahai Ali, sedekah dengan cara sirri (tak diperlihatkan pada orang lain) itu bisa memadamkan kemarahan Allah, dan bisa menarik berkah serta rezeki yang banyak. 

(Wahai Ali) bersegeralah (pagi-pagi sekali) bersedekah, karena sesungguhnya bala itu turun sebelum pagi buta. Maka dengan sedekah itu menolak qadha buruk di udara.”

2. Sedekah meski sedikit akan dicintai Allah 

يَا عَلِيُّ، إِذَا تَصَدَّقْتَ فَتَصَدَّقْ بِأَحْسَنِ مَا عِنْدَكَ فَإِنَّ صَدَقَةَ لُقْمَةٍ مِنْ حَلَالٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ مِائَةِ مِثْقَالٍ مِنْ حَرَامٍ، وَصَدَقَةٌ تُقَدِّمُهَا قَبْلَ مَوْتِكَ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ مِثْقَالٍ يَتَصَدَّقُوْنَ بِهَا بَعْدَ مَوْتِكَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى “يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ”

“Wahai Ali, ketika kamu bersedekah maka sedekahlah dengan harta yang terbaik yang ada padamu. Karena sesungguhnya sedekah sesuap dengan harta yang halal itu lebih disenangi Allah SWT dari pada 100 mitsqal dari barang yang haram, atau sedekah yang kamu berikan sebelum mati itu lebih utama daripada 100 mitsqal yang diberikan setelah matimu. Allah SWT berfirman :

إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ “Pada hari manusia apa yang telah diperbuat oleh kedua tanganya”) (QS an Naba 40). 

Maksudnya, manusia di hari pembalasan akan melihat amal-amal yang telah dikerjakannya selama hidup di dunia. Bila seseorang senang bersedekah selama hidup di dunia maka pahala sedekahnya akan diperoleh ketika di hari pembalasan. 

3. Sedekah membuat bahagia orang yang telah meninggal

يَا عَلِيُّ، تَصَدَّقْ عَلَى مَوْتَاكَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى قَدْ وَكَّلَ مَلَائِكَةً يَحْمِلُوْنَ صَدَقَاتِ الْأَحْيَاءِ إِلَيْهِمْ فَيَفْرَحُوْنَ بِهَا أَشَدَّ مَا كَانُوْا يَفْرَحُوْنَ فِي الدُّنْيَا وَيَقُوْلُوْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِمَنْ نَوَّرَ قَبْرَنَا وَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ كَمَا بَشَّرَنَا بِهَا

“Wahai Ali, bersedekah lah engaku untuk orang-orang yang telah mati. Maka sesungguhnya Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk menyampaikan sedekahnya orang yang hidup kepada orang-orang yang telah mati. Sehingga orang-orang yang telah mati itu bahagia, bahkan lebih bahagia  daripada ketika di dunia. Dan orang-orang yang mati itu bedoa:

Ya Allah ampunilah untuk orang yang menerangi kubur kami. Dan berikanlah kebahagiaan padanya dengan surga seperti dia telah membahagiakan kami dengan sedekahnya.” 

Keterangan ini sekaligus menjadi penguat bahwa bersedekah dengan niat agar pahala sedekahnya untuk orang yang meninggal merupakan kesunahan yang diajarkan Rasulullah SAW. 

Sebab itu tidak perlu mempertentangkan bila ada orang-orang yang bersedekah ke masjid, ke panti yatim piatu atau lainnya dengan tujuan agar pahala sedekahnya untuk anggota keluarganya yang telah meninggal.     

KHAZANAH REPUBLIKA

Misteri di Balik Kata Sedekah yang Jarang Diketahui

Sebagaimana yang kita tahu, amalan-amalan dalam syariat islam terbagi menjadi dua, ibadah yang berdimensi spiritual (amalan yang mengatur hubungan hamba dengan Tuhan secara langsung seperti shalat, zikir dan puasa dll), ada pula yang  berdimensi sosial (amalan yang mengatur hubungan hamba kepada hamba lainnya seperti jual-beli dll). Namun, selain dua klasifikasi di atas masih ada satu klasifikasi ibadah yang lain, yaitu ibadah mengandung nilai spiritual sekaligus amalan sosial. Salah satu amalan yang mengandung nilai ibadah spiritual sekaligus ibadah sosial adalah menyedekahkan harta. Ternyata di balik kata sedekah itu mengandung hikmah, apa itu?

Sebelum membahas pertanyaan tersebut, penulis ingin menyampaikan bahwa bersedekah salah satu amalan yang berdimensi sosial sekaligus spiritual. Banyak dalil-dalil yang memerintahkan untuk bersedekah, baik dalil Al-Qur’an maupun hadis-hadis Nabi Muhammad. Salah satu hadis Nabi Muhammad yang memberi motivasi kepada seseorang untuk bersedekah adalah hadis yang diriwayatan oleh Imam Bukhori dalam kitab Sahih Al-Bukhori [hal:11/8 maktabah];

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Takutlah kepada api Neraka meski dengan (bersedekah) potongan kurma. Jika tidak menemukan maka dengan kalimat yang baik.” [H.R. Bukhari]

Dari satu hadis di atas dan hadis-hadis yang lain menujukan betapa pentingnya ibadah sedekah untuk menghindarkan si empunya dari hal-hal buruk, baik di dunia maupun di akhirat. tidak hanya materi yang dapat dijadikan sedekah kalimat yang baik, senyuman  dapat dijadikan sebagai objek sedekah.

Para ulama mencoba mengurai hikmah yang terkandung di balik rangkaian kata sedekah. Sebagaimana yang kita tahu, dalam bahasa Arab kata sedekah terangkai dari empat huruf, yaitu Shad, dal, qaf, dan ha atau ta marbuthoh. Dari masing-masing empat huruf ini memiliki makna filosofis tersendiri yang mengagumkan sebagaimana yang telah disebutkan oleh Syeh Abu Bakar Syatho Al-Dimyathi dalam kitab Hasyiah I’anah Al-Thalibin [235/2].

Pertama, Shad, ia bermakna bahwa sedekah dapat menolong seseorang yang mengamalkan  dari hal-hal yang buruk, sesuatu yang tidak disukai baik di dunia mauun di akhirat. oleh karena itu, seseorang yang beramal sedekah akan senantiasa tentram hidupnya.

kedua, dal, ia mrngandung makna bahwa bersedekah akan menjadi penunjuk jalan menuju surga suatu hari nanti bagi orang yang mengamalkan, disaat para makhluk yang lainnya kebingungan mencari jalan menuju surga.

Ketiga, qaf, huruf ini menyimpan makna Taqarrab. Artinya, sedekah akan senantiasa mendekatkan seseorang yang mengamalkan kepada Allah saw.

Keempat, huruf ha’. Huruf ha’ mengandung hikmah hidayah. Artinya, seseorang akan diberi petunjuk oleh Allh saw. menuju amal-amal yang baik, dimudahkan untuk selalu mengamalkan amal-amal yang salih agar ia dapat memperoleh ke-ridhaan Allah saw yang lebih besar lagi.

Walhasil, Jika dari segi rangkaiannya saja sedekah sudah mengandung banyak hikmah apa lagi dari aspek harta yang telah disedekahkan, bahkan Allah saw. telah berjanji akan mengganti orang yang mengeluarkan sedekah dengan yang lebih baik dan berlipat ganda.

Seharusnya kita senantiasa mengamalkan ibadah sedekah ini agar kehidupannya tentram baik kaitannya dengan Tuhan ataupun sosialnya, meskipun yang disedakahkan hanya sedikit sebagaimana sabda Nabi Muhammad di atas.

Bahkan kata-kata yang baik dapat dijadikan sedekah semisal nasihat-nasihat ataupun tips-tips untuk seseorang melakukan kebaikan sekiranya tidak memiliki materi untuk disedekahkan. Disamping sedekah akan menambah keharmonisan dan menghilangkan kesenjangan sosial antara tetangganya. Wallahu A’lam Bisshawab.

BINCANG SYARIAH

Bersedekah dengan Harta yang Paling Dicintai (Teladan dari Abu Thalhah)

Sepertinya bersedekah dengan harta yang kita cintai itu amat berat. Karena sifat manusia itu sangat mencintai harta, enggan mengeluarkannya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا

Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr: 20). Ibnu Katsir menafsirkan “jammaa” dengan katsiroon (banyak). Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:563. Artinya, manusia itu sangat berlebihan dalam mencintai hartanya.

Dalam ayat lainnya disebutkan,

وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلْخَيْرِ لَشَدِيدٌ

Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS. Al-‘Adiyat: 8). Ada dua makna yang ditafsirkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat ini:

  1. Manusia itu sangat cinta pada harta.
  2. Manusia sangat tamak dan bakhil (pelit) dengan harta sehingga mencintainya berlebihan. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7:635.

Sehingga jika ada yang bisa mengeluarkan harta yang ia cintai untuk bersedekah, itu sangat luar biasa.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, “Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu adalah orang Anshar yang memiliki banyak harta di kota Madinah berupa kebun kurma. Ada kebun kurma yang paling ia cintai yang bernama Bairaha’. Kebun tersebut berada di depan masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasukinya dan minum dari air yang begitu enak di dalamnya.”

Anas berkata, “Ketika turun ayat,

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Lalu Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia menyatakan, “Wahai, Rasulullah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)

Sungguh harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairaha’. Sungguh aku wakafkan kebun tersebut karena mengharap pahala dari Allah dan mengharap simpanan di akhirat. Aturlah tanah ini sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi petunjuk kepadamu. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “BakhItulah harta yang benar-benar beruntung. Itulah harta yang benar-benar beruntung. Aku memang telah mendengar perkataanmu ini. Aku berpendapat, hendaknya engkau sedekahkan tanahmu ini untuk kerabat. Lalu Abu Thalhah membaginya untuk kerabatnya dan anak pamannya.” (HR. Bukhari, no. 1461 dan Muslim, no. 998). Bakh maknanya untuk menyatakan besarnya suatu perkara.

Pelajaran dari hadits

  • Keutamaan menafkahi dan memberi sedekah kepada kerabat, istri, anak, dan orang tua walau mereka musyrik. Sebagaimana Imam Nawawi membuat judul bab untuk hadits di atas dalam Syarh Shahih Muslim.
  • Kerabat harusnya lebih diperhatikan dalam silaturahim. Abu Thalhah akhirnya memberikan kebunnya kepada Ubay bin Ka’ab dan Hassan bin Tsabit.
  • Bersedekah kepada kerabat punya dua pahala yaitu pahala menjalin hubungan kerabat (silaturahim) dan pahala sedekah.

Bisakah kita bersedekah dengan harta yang kita cintai seperti Abu Thalhah?

Semoga Allah memberikan keberkahan untuk harta kita dan terus semangat bersedekah.

Referensi:

  • Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm.
  • Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.

Catatan 4 Dzulqa’dah 1442 H @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul DIY

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Sumber https://rumaysho.com/28614-bersedekah-dengan-harta-yang-paling-dicintai.html

Adab-adab Bersedekah pada Ramadhan

Sedekah merupakan amal yang sangat mulia. Kaum Muslimin dianjurkan untuk memperbanyak amalan tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an:

لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

‘’Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar.’’ (An Nisaa [4]: 114).

Bulan Ramadhan juga disebut juga bulan sedekah. Karenanya pada bulan tersebut kaum Muslimin diperintahkan untuk memperbanyak sedekah.

Pertama, dalam bersedekah dilakukan semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT. Sedekah yang niatnya bukan karena mencari ridha Allah SWT tidak akan diterima. Dalam sebuah Hadits disebutkan ada orang kaya yang suka berderma, namun akhirnya dimasukkan ke neraka karena niatnya ingin dikenal sebagai orang yang senang bersedekah. (Riwayat Muslim).

Kedua, Bersedekah harus dilakukan dengan harta halal. Islam melarang umatnya bersedekah dengan barang haram. Allah SWT hanya menerima sedekah dari harta yang halal. Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam (SAW) bersabda,

لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ أَخَذَهَا اللهُ بِيَمِيْنِهِ فَيُرَبِّيْهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوْصَهُ حَتَّى تَكُوْنَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ

“Barangsiapa yang bersedekah dengan sesuatu yang senilai dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, sedangkan Allah tidaklah menerima kecuali yang baik, maka Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut besar seperti gunung.” [Riwayat Bukhari dan Muslim).

Ketiga, dalam kondisi sehat.  Bersedekah dalam kondisi sehat dan kuat lebih utama daripada ketika sakit atau menjelang ajal. Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah engkau bersedekah ketika dalam keadaan sehat dan bugar, ketika engkau menginginkan kekayaan melimpah dan takut fakir. Maka jangan kau tunda sehingga ketika ruh sampai tenggorokan baru kau katakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Keempat, setelah kebutuhan wajib terpenuhi. Sedekah dianjurkan setelah kebutuhan wajib seperti menafkahi keluarga terpenuhi.  Allah telah berfirman, “Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (al-Baqarah [2]:219).

Demikian juga Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sedekah kecuali setelah kebutuhan (wajib) terpenuhi.” Dan dalam riwayat yang lain, “Sebaik-baik sedekah adalah jika kebutuhan yang wajib terpenuhi.” (Riwayat Bukhari)

Kelima, memberikan yang terbaik dan dilakukan secara maksimal, bukan seadanya. Rasulullah SAW bersabda, “Satu dirham telah mengalahkan seratus ribu dirham.” Para sahabat bertanya,” Bagaimana itu (wahai Rasululullah)? Beliau menjawab, “Ada seseorang yang hanya mempunyai dua dirham lalu dia bersedakah dengan salah satu dari dua dirham itu. Dan ada seseorang yang mendatangi hartanya yang sangat melimpah ruah, lalu mengambil seratus ribu dirham dan bersedekah dengannya.” (Riwayat an-Nasai).

Keenam, dengan cara sembunyi. Sedekah yang utama dilakukan dengan cara sembunyi dalam rangka menjaga hati agar ikhlas dan selamat dari sifat pamer. Allah SWT berfriman: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Baqarah [2]:271).

Demikian juga sabda Rasulullah, ”Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah…, di antaranya adalah seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disha-daqahkan oleh tangan kanannya.” [Riwayat Bukhari dan Muslim).

Para ulama menjelaskan, sedekah yang tersembunyi tersebut terbatas kepada fakir miskin secara khusus. Hal ini dikarenakan ada banyak jenis sedekah yang mau tidak mau harus tampak, seperti membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan lain sebagainya.

Demikianlah beberapa adab dalam bersedekah. Semoga Allah SWT memberi kekuatan kita senang bersedekah. Amin

Oleh Bahrul Ulum

*Pengajar di STAIL Hidayatullah Surabaya

HIDAYATULLAH

Anda ingin membayar zakat untuk membersihkan rezeki Anda? Siakan kunjungi https://bit.ly/zakatyes