Tanda-tanda Suami Mencintai Anda dengan Diam-diam

SUAMI Anda tak pernah atau jarang mengucapkan cinta atau sayang kepada Anda? Tak perlu berkecil hati. Karena mungkin bisa saja suami telah mengungkapkan setiap hari tanpa membuka mulutnya. Berikut beberapa cara diam-diam suami nyatakan cinta yang mungkin tak Anda sadari.

Suami menyentuh Anda dengan cara yang tidak ada hubungannya dengan seks
Mengatakan “aku cinta padamu” dengan kata-kata mungkin penting bagi Anda, tapi rasa cinta tidak tergantung seberapa sering atau pernah-tidaknya pasangan menyatakan dengan kata-kata.

Apalagi setelah melalui hari panjang yang melelahkan dengan bekerja dan mengurus anak-anak, Anda akan merasa dicintai ketika suami mengusap punggung setiap malam sampai tertidur.

Suami menempatkan kenyamanan Anda sebagai prioritas
Tanpa disadari, ini mungkin jarang diperhatikan karena terjadi dalam sehari-hari dan kebiasaan. Namun jika seorang pria membuat upaya (baik besar dan kecil) untuk mengurus istrinya semampunya, artinya dia menunjukkan rasa cintanya pada pasangan.

Wanita lain membanggakan pasangannya, dengan misalnya suami pernah membiarkan istri membawa sekadar barang belanjaan.

Suami mengerjakan tugas rumah
Hidup memang membuat Anda sibuk, namun ketika suami memastikan Anda tidak kewalahan dengan pekerjaan rumah, itulah caranya memberitahu betapa pentingnya Anda dalam hidupnya.

Suami ingin bersama-sama
Mungkin suami Anda tidak terlalu sentimental, tetapi jika Suami selalu ingin bersama dalam perjalanan, melihat pertunjukan, atau sekedar keluar rumah di akhir pekan, itulah caranya untuk mengatakan dia mencintai Anda.

Suami membantu tugas yang berat
Seorang pria yang benar-benar mencintai ketika dirinya ingin selalu berada di saat Anda menghadapi hal-hal tersulit sekalipun. Namun ini sangat subyektif, misalnya menganggap suaminya yang membantu di saat-saat menyusui sang buah hati di malam hari adalah cara menyatakan cinta yang mengharukan.

Suami Anda begitu, Ummi? [berbagai sumber]

sumber: Islam Pos

Kalau Suami Tidak Mau Shalat

SIAPA yang tidak mau suaminya menjadi imam yang baik? Tentu semua wanita ataupun istri menginginkan hal itu. Terkadang ummi sangat jengkel dengan perlakuan suami yang tidak pernah shalat. Berikut ada solusi cerdas untuk ummi yang menginginkan suaminya jadi imam yang baik:

1. Langkah awal, ummi harus memberi hadiah berupa buku-buku atau kaset ceramah keislaman tentang ancaman dan murka Allah SWT. Bagi yang meninggalkan shalat wajib.

2. Menjelaskan pendapat para imam-imam terkemuka, seperti Imam Maliki, Abu Hanifah, dan Imam Syafi’i tentang hukum orang yang meninggalkan shalat wajib secara sengaja karena malas adalah fasik dan wajib disuruh bertaubat, jika menolak bertaubat maka hukumnya dibunuh sebagai balasan (had) atasnya.

Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah, “Perjanjian yang terdapat antara kami (kaum Muslimin) dan mereka (orang kafir) adalah shalat.” Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah orang tersebut harus dipenjara dan dita’zir (diberi pelajaran) hingga ia mengerjakan shalat. Jika meninggalkan shalat karena menentang, maka menurut kesepakatan seluruh ulama hukumnya adalah kafir.

Berdasarkan riwayat dan atsar sahabat, dampak buruk bagi orang yang meninggalkan shalat sangatlah serius. Di dunia akan merusak masa depan keluarga, anak dan istri, dan menjadi faktor penghalang rezeki sedangkan di akhirat, pelakunya akan mengalami siksa kubur dan siksa api neraka.

Imam Ahmad bin Hambali menuturkan, “Sesungguhnya seorang hamba itu pasti akan terhalang rezeki akibat maksiat yang menimpanya.”

Jikalau dianalogikan imam itu bagaikan sopir dan seorang istri adalah penumpangnya. Jikalau seorang suami hilaf ataupun melakukan kesalahan seyogyanya para istri harus memberikan arahan untuk menempuh jalan yang benar.

Sehingga keseimbangan agama dan harapan pun dapat terlaksana dengan lancar.[]

Sumber: Majalah Paras cetakan tahun 2011/IslamPos

Rezeki dalam Rumah Tangga Milik Bersama

PERSOALAN saluran rezeki bisa menjadi problem ketika orang memandang bahwa rezeki itu hanya rezekinya, bukan rezeki keluarga. Suami yang sukses kemudian menjadi GR (gede rasa) memandang rendah isterinya yang cuma nyadong atau numpang hidup.

Sebaliknya ketika saluran rezeki berpindah melalui isteri, sang isteri juga kemudian menjadi GR, memandang sebelah mata terhadap suami. Inilah yang sering menjadi kerikil tajam meski rezeki melimpah. Padahal sebenarnya rezeki itu milik bersama, sekeluarga.

video_syiar_islam

Alhamdulillah hingga saat ini hampir segala kebutuhan dalam keluarga ini selalu terpenuhi. Dalam obrolan kala itu Ummi sedikit berceramah tentang perbedaan antara keingingan dan kebutuhan. Berbicara tentang kekuasaan Allah, tentulah Allah yang lebih mengerti tentang hamba-hamba-Nya.

Ummi juga mengingatkan untuk selalu bersyukur dan tidak menjadi orang yang kufur nikmat. Memanfaatkan pemberian (atau lebih tepatnya titipan) Allah untuk hal kebaikan jika ingin dilipatgandakan pahalanya. Menghindari segala bentuk kesia-siaan

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2329695/rezeki-dalam-rumah-tangga-milik-bersama#sthash.CrAhS0kh.dpuf

Wahai Istri! Janganlah Jadi Jurang Dosa Bagi Suami

Hasan al-Bashri berkata: “Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.”

Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah.Lalu aku tanya kepadanya:”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar” Aku bertanya lagi: “Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”

Ia pun bercerita: “Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit.

Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata: Wahai suamiku, bertakwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain). “Masya AllahMilikilah sifat Qanaah -suka menerima-/jiwa selalu merasa cukup. Biasanya wanita (istri) sering terjenak pada keinginanmu untuk terlihat cantik dengan pakaian yang serba mahal. Janganlah menjadi jurang dosa bagi suamimu.

Wanita saleh akan mendorong suaminya kepada kebaikan, ketaatan sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa,kemakshiatan. Cukupkan diri dengan yang halal dan baik. Ukuran Rezeki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.[]

Sumber :smstauhid; Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul Ilm karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2339914/wahai-istri-janganlah-jadi-jurang-dosa-bagi-suami#sthash.ULhQmqvV.dpuf

Dilarang Merintih Saat Bercinta?

DALAM beberapa kitab klasik seperti Uqd al-Lujain fi Bayn Huqq al-Zaujain, berbicara atau bersuara pada saat jima adalah hal yang dilarang. Sebagian muslim dan muslimah juga berpegang pada pandangan ini sehingga tidak berani bersuara, termasuk mengeluarkan rintihan, saat bercinta. Benarkah demikian?

Salim A. Fillah dalam bukunya Barakallahu Laka… Bahagianya Merayakan Cinta, -tanpa mengurangi penghargaan terhadap Syaikh Muhammad Umar An Nawawi Al Bantani yang telah menulis kitab tersebut, memaparkan, larangan bersuara pada saat jima ternyata bertentangan dengan riwayat sahih yang menjelaskan praktik generasi sahabat.

Abd bin Humaid meriwayatkan dari Ibnu Mundzir sebagaimana dikutip Imam As Suyuthi dalam Ad Durrul Mantsur bahwa Muawiyah bin Abi Sufyan, pernah suatu kali menjima istrinya. Tiba-tiba sang istri mengeluarkan desahan napas dan rintihan yang penuh gairah sehingga ia sendiri pun menjadi malu pada suaminya.

Tetapi Muawiyah bin Abi Sufyan berkata, “Tidak apa-apa, tidak jadi masalah. Sungguh demi Allah, yang paling menarik pada diri kalian adalah desahan napas dan rintihan kalian.”

Senada dengan riwayat tersebut, faqihnya sahabat, Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu pernah ditanya tentang hukum rintihan dan desahan saat berjima. Beliau menjawab, “Apabila kamu menjima istrimu, berbuatlah sesukamu.” Wallahu alam.

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2337144/dilarang-merintih-saat-bercinta#sthash.YuxhEjaB.dpuf

Awas! Jangan Meniadakan Jerih Payah Suami

PEREMPUAN yang kufur nikmat bukanlah perempuan yang akan memasuki surga-Nya Allah. Perempuan semacam ini yang disebutkan dalam salah satu hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Asma’ binti Yazid.

Dari Asma’ binti Yazid Al-Anshariyyah radhiallahu anha: Ketika aku sedang duduk bersama orang-orang sebayaku, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallaam lewat dan mengucapkan salam kepada kami. Kemudian, beliau bersabda, “Waspadalah kalian, jangan mengingkari orang-orang yang telah memberi kenikmatan.”

Di antara mereka, akulah yang paling berani untuk bertanya kepada beliau. Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan pengingkaran terhadap orang-orang yang telah memberikan kenikmatan?”

Beliau menjawab, “Bisa jadi seseorang dari kalian lama menjanda, lalu Allah menganugerahinya suami dan memberinya anak, tetapi ia sangat marah dan mengingkari nikmat. Ia berkata, ‘Aku tidak mendapatkan satu kebaikan pun darimu’.” (HR Al-Bukhari dan Ahmad)

Hadits ini mengingatkan kaum perempuan untuk mengingat kebaikan Allah yang diberikan melalui perantara suami. Jangan menjadi perempuan yang kufur nikmat dengan meniadakan jerih payah suami apalagi disertai dengan kebencian dan kemarahan.

Tidak pantas bagi seorang perempuan beriman menuntut hal yang memberatkan suaminya, pupuklah kesabaran dan kelapangan hati mendampingi suami di kala lapang maupun sempit. Bukankah suami yang rela bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga dengan nafkah yang halal?

Bantulah suami kita untuk menghidupi keluarga dengan segala sesuatu yang halal demi mencapai ridho Allah Ta’ala. Doakan ia agar senantiasa dalam lindungan Allah. Yakinlah bahwa rezeki dan karunia tak akan pernah tertukar, tugas kita hanyalah bersabar dan bersyukur hingga Allah melipatgandakan kenikmatan-Nya. (DOS)

 

 

sumber:Mozaik Inilah.com

Bolehkah Istri Merahasiakan Gajinya kepada Suami?

KALAU pertanyaannya berdosa atau tidak, maka jawabannya tergantung apakah pekerjaan itu wajib atau tidak. Sebuah pekerjaan wajib bila tidak dikerjakan akan berdosa. Atau sebaliknya, sebuah pekerjaan haram apabila dikerjakan, malah berdosa.

Masalahnya sekarang, apakah ada kewajiban bagi istri untuk memberitahu kekayaannya kepada suami? Atau haramkah seorang istri tidak memberitahu kekayaannya kepada suami?

Maka masalahnya harus kita kembalikan kepada kedudukan harta istri di depan suami. Dalam syariat Islam, harta kekayaan milik istri adalah sepenuhnya hak istri. Suami tidak berhak apapun dari harta istrinya, kecuali bila istri memang berniat memberinya, menghadiahkannya atau bersedekah kepada suaminya.

Otomatis secara hukum hitam putihnya, sebenarnya tidak ada hak pada suami untuk menguasai harta kekayaan milik istrinya. Dan termasuk juga tidak punya hak memaksa untuk mengetahui jumlah harta kekayaan istrinya itu.

Sebaliknya, kalau kita memandang dari harta kekayaan suami, maka pada sebagian harta suami ada hak istri. Meski ukuran atau persentasenya tidak secara baku ditetapkan, namun hak itu ada.

Sehingga dalam fiqih Islam, seorang istri yang mengambil harta suaminya tanpa izin, tidak terkena hukum potong tangan. Karena syarat hudud pencurian tidak terpenuhi, yaitu pada sebagian harta itu ada hak istri, di samping istri memang punya akses untuk memakai harta suami.

Apa yang kami sebutkan di atas semata-mata dipandang sebelah mata, yaitu dari kaca mata hukum. Namun perlu diketahui, bahwa hidup kita ini tidak mungkin hanya didekati dengan pertimbangan hukum hitam putih semata. Bahkan agama Islam itu bukan 100% berisi hukum hitam putih, tetapi di dalamnya ada juga diatur masalah akhlak, etika, hubungan interpersonal, qona’ah, ‘iffah, itsar dan seterusnya.

Maka sebelum merahasiakan gaji kepada suami, perlu dipertimbangkan juga efek dan dampak lain dalam kaitannya dengan hubungan kemesraan antara suami dan istri.

Alangkah indahnya bila antara suami dan istri ada saling keterbukaan, termasuk dalam masalah pengelolaan kekayaan. Meski masing-masing berhak atas harta mereka, tidak ada salahnya bila mereka saling berdiskusi dan bertukar pikiran. Sebab mereka adalah satu keluarga, bukan lawan dagang, apalagi lawan tanding.

Sangat harmonis rasanya kalau istri bersifat terbuka kepada suaminya, termasuk dalam masalah gajinya, pergaulannya, masalah di kantornya dan lainnya. Demikian pula dengan suami, tidak ada salahnya bila banyak berdiskusi dengan istri, baik dalam masalah keuangan atau pun hal-hal lainnya.

Semua itu dilakukan demi terciptanya hubungan mesra dan harmonis antar suami dengan istri. Dan tidak semata-mata harus diselesaikan dengan hukum hitam putih semata.

Wallahu a’lam bishshawab. [Ahmad Sarwat, Lc]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2317574/bolehkah-istri-merahasiakan-gajinya-kepada-suami#sthash.nrdWXYSb.dpuf

Berlatih Marah yang Elegan pada Pasangan

BAHTERA rumah tangga tidaklah semulus cerita Cinderella. Cinderella adalah dongeng di mana dua manusia sempurna tanpa cacat bersatu dalam mahligai rumah tangga. Kita bukan di negeri dongeng, kita adalah manusia yang hidup dikelilingi realitas dan idealitas.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat Umar, juga tidak steril dari konflik dengan pasangan. Tentunya konflik ini bukan ala sinetron yang berlebihan dan tidak berhikmah.

Antara kita dan pasangan, seringnya kita menginginkan pasangan bisa bersikap atau memiliki karakter yang sama dengan kita. Seperti dalam sebuah organisasi, misalkan kita yang memimpin, inginnya semua orang setuju dengan apa yang kita mau.

Hal ini tidaklah mungkin untuk menjadi kenyataan. Karena kita dan pasangan tumbuh dan berkembang dari lingkungan yang berbeda. masing-masing memiliki isi kepala, isi hati, dan sudut pandang sendiri dalam melihat sesuatu. Perbedaan ini yang mungkin suatu waktu menimbulkan konflik. Konflik yang menyebabkan satu pihak sangat marah dengan pihak lainnya.

Apabila kemarahan melanda, tentunya tidak disarankan untuk mengekspresikan dengan cara meledak-ledak di depan pasangan. Apalagi di depan anak-anak. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan apabila amarah kita tersulut atas kesalahan pasangan.

Hal yang pertama dilakukan adalah ucapkan istighfar. Mohon ampun pada Allah. Istighfar akan meringankan hati kita.

Selanjutnya, klarifikasi secara detail duduk permasalahan. Mungkin jika mengikuti nafsu, emosi akan meluap-luap. Tapi sebisa mungkin, tahan dulu. Bicara dalam keadaan emosi bisa memperburuk keadaan, karena terkadang kita ingin menumpahkan kekesalan, bahkan kekesalan yang telah lalu.

Jika sudah bisa mengendalikan diri, mungkin kita perlu beberapa jam untuk bisa benar-benar meredam kemarahan. Bantulah dengan salat dan berdoa. Adukan semua persoalan pada Allah. Semua kekesalan, kecewa, adukan saja. Dan tak lupa, minta dibukakan jalan untuk solusi.

Jika diri sudah tenang, mulailah berbicara dengan pasangan. Ingat, ubah mindset kita bahwa yang akan dibicarakan adalah dalam rangka mencari solusi, bukan untuk menambahkan kekesalan. Tak lupa, ada unsur saling menasehati dalam rumah tangga. Berikan nasihat pada pasangan atas kesalahan yang dilakukan, dan apa dampak buruknya.

Semoga beberapa hal tersebut bisa menambah sakinah, mawaddah dan rahmah dalam rumah tangga.

 

[muslimahzone]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2311032/berlatih-marah-yang-elegan-pada-pasangan#sthash.eTol8ITf.dpuf

Kenapa Pasangan Bisa Selingkuh?

BERBAGAI kasus perselingkuhan kerap terjadi di masyarakat, bahkan ada yang tertangkap basah sampai diekspos ke media, apa sebenarnya penyebab seseorang bisa selingkuh meski telah memiliki pasangan yang sah?

Ini beberapa penilaian kami:

1. Istri tidak menjaga diri ketika keluar rumah, lebih-lebih bekerja di kantoran. Beberapa kasus selingkuh dengan atasan, juga dengan rekan kerja. Mungkin karena sering bertemu, akhirnya fall in love.

2. Suami merasa kurang puas dengan pelayanan istri di rumah.

3. Hawa nafsu binatang yang tak bisa dikendalikan.

4. Ingin mendapatkan kesenangan sementara dan sesaat, tak mau berpikir panjang.

5. Lingkungan masyarakat yang tidak baik, termasuk juga lingkungan kerja.

6. Ingin sekadar menghambur-hamburkan uang dengan berfoya-foya melampiaskan syahwat dengan mencari teman selingkuhan.

7. Bergaul bebas lewat handphone tanpa sepengetahuan pasangan.

8. CLBK = Cinta Lama Bersemi Kembali.

 

Intinya kalau kami simpulkan, semuanya karena kurang dalam hal:

1. Ilmu diin (ilmu agama).
2. Kurang menjaga kehormatan diri ketika keluar rumah bagi wanita.
3. Tidak menjaga hal-hal yang merupakan perantara pada zina.

Mungkin ada yang bisa berbagi hal lain.

 

 

 

[Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, Msc]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2311051/kenapa-pasangan-bisa-selingkuh#sthash.79djERcT.dpuf

Lelaki Sejati Cemburu terhadap Istrinya

BISMILLAH was shalatu was salamu ala rasulillah, amma badu,. Salah satu diantara tipe lelaki yang sangat dibenci dalam Islam adalah lelaki dayuts. Siapa itu? Mereka adalah lelaki yang tidak punya rasa cemburu.

Lelaki yang merasa tidak memiliki beban mental, ketika istrinya atau wanita di keluarganya, dinikmati oleh orang lain. Mengingat betapa jeleknya karakter lelaki dayuts, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan ancaman berat bagi mereka. Dalam hadis dari Ibnu Umarradhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Ada tiga orang yang tidak akan Allah lihat pada hari kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, wanita yang meniru gaya lelaki, dan dayuts. (HR. Ahmad 6180, Nasai 2562, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Mengenai pengertian dayuts, dalam kamus al-Misbah dinyatakan,

Dayuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya. (al-Mishbah al-Munir, madah: da ya tsa). Pelakunya disebut dayuts, sementara perbuatannya disebut diyatsah.

Dalam Ensiklopedi Fikih dinyatakan,

Dalam istilah para ulama, diyatsah didefinisikan dengan berbagai macam pengertian yang mirip, dan satu kesamaan yang tidak berbeda dengan makna bahasa, bahwa makna diyatsah adalah tidak adanya rasa cemburu dari suami terhadap istri dan keluarganya. (al-Mausuah al-Fiqhiyah, 21/96).

Lelaki sejati adalah lelaki yang memiliki kecemburuan terhadap istri dan keluarganya. Dalam Islam, ini bagian kesempurnaan kejantanannya. Bahkan Islam memberikan pahala syahid, bagi orang yang mati karena membela kehormatan keluarganya.

Siapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka dia mati syahid. (HR. Ahmad 1652, Nasai 4095, Turmudzi 1241, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Semakin pencemburu, semakin terhormat

Dari Mughirah bin Syubah radhiyallahu anhu, beliau menceritakan keadaan Sad bin Ubadah pemuka suku Khazraj yang pernah mengatakan,

“Andai aku melihat istriku bersama lelaki lain, aku akan bunuh lelaki itu tanpa ampun.”

Perkataan beliau inipun sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lalu beliau bersabda,

“Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sad? Demi Allah, aku lebih pencemburu daripada dia, dan Allah lebih pencemburu daripada aku. Karena cemburunya Allah, Dia haramkan segala bentuk maksiat yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi. Dan tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu dari pada Allah. (HR. Bukhari 7416 & Muslim 1499).

Anda bisa lihat, cemburu bagian dari sifat Allah, karena Allah tidak pernah rida ketika hamba-Nya menerjang larangan-Nya. Dan sifat Allah penuh kesempurnaan dan pujian.

Menyuruh istri lepas jilbab

Memahami beberapa keterangan di atas, apa yang bisa anda bayangkan ketika ada lelaki yang hobi memamerkan aurat istrinya. Di mana letak kehormatannya, hingga dia begitu bangga ketika istrinya dinikmati mata buaya? Potret lelaki yang hilang harga dirinya.

Bagaimana dengan sang istri?

Dia tidak wajib mentaatinya. Istri tetap harus berjilbab, sekalipun sang suami menyuruhnya melepas hijabnya. Karena tidak boleh mentaati makhluk, dalam kemaksiatan kepada Sang Pencipta (al-Khalik).

Dari Nawwas bin Saman radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat kepada al-Khaliq. (HR. al-Baghawi 2455 dan dishahihkan al-Albani). []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2310848/lelaki-sejati-cemburu-terhadap-istrinya#sthash.Aod76NJq.dpuf