Menebar Dusta Meraih Bahagia Suami Istri

AKHI Ukhti semoga selalu dalam lindungan Allah Ta’ala.

“Tinggalkanlah dusta, karena dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan kepada neraka”.

Kiranya seperti itulah makna salah satu pesan Nabi shallallahu alaihi wasallam, namun ternyata ada dusta yang boleh, bahkan itu adalah bumbu penyedap untuk kehidupan suami istri.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Tidak dibenarkan berdusta kecuali dalam tiga hal:”Seorang laki-laki yang berbicara kepada istrinya demi menyenangkan hatinya, dusta dalam peperangan dan dusta untuk memperbaiki hubungan manusia (yang sedang berseteru).”(HR. Tirmidzi no. 1939, dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami no. 2834)

Tapi perlu digaris bawahi, bahwa kebolehan ini bukan secara mutlak, yang diperbolehkan adalah dusta yang tujuannya memperbaiki hubungan dan menyenangkan hati, seperti seorang suami yang mengatakan kepada istrinya:

“Kau adalah perempuan terindah untukku
Rona wajahmu selalu membayangu jalan-jalanku
Aku tak kuasa bila tak melihat wajahmu
Aku akan selalu ada untukmu, sayang
Masakanmu tiada yang menandinginya”

Begitu pula sang istri kepada suaminya.

Inilah dusta yang seharusnya dipelajari oleh para pasutri, karena di dalamnya mengandung banyak hikmah, dan inilah gombal yang kadang kala sebagian suami sulit untuk mengungkapkannya, oleh karena itu harus ada latihan.

 

 

[Ust. Dr. Syafiq Riza Basalamah]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2311046/menebar-dusta-meraih-bahagia-suami-istri#sthash.ARHEH9kF.dpuf

Duhai Istri, Suamimu adalah Surgamu dan Nerakamu

Kisah seorang ikhwah.
Yang amat mencintai istrinya.
Namun istrinya tak mencintainya.
Ia mengharapkan lelaki lain.
Yang lebih darinya.

Wanita itu telah pandai bahasa arab.
Sementara suaminya.
Hanya memahami bahasa indonesia.
Wanita itu telah lama mengaji.
Sementara suaminya.
Sibuk membanting tulang mencari nafkah.
Tuk membahagiakan kekasihnya.
Wanita itu telah banyak menghafal alquran.
Sementara suaminya tak banyak bisa menghafal.

Mungkin.
Kini suaminya sudah tak berharga di matanya.
Mungkin.
Kini cintanya telah pudar di hatinya.
Karena tak sesuai harapannya.

Demikianlah.
Kisah cinta yang bertepuk sebelah.
Karena istrinya tertipu oleh kepintarannya.
Ilmu tak membuatnya semakin sayang pada suaminya.
Ilmu tak membuatnya semakin berbakti kepada suaminya.
Ilmu membuatnya angkuh.
Tak ada lagi cinta di hatiku kilahnya.

Saudariku.
Engkau boleh lebih berilmu dari suamimu.
Tapi mungkin suamimu lebih takut kepada Allah darimu.
Engkau boleh punya banyak kelebihan di atas suamimu.
Tapi suamimu.
Mungkin lebih dicintai oleh Rabbmu karena ketawadu’annya.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata.
Ilmu itu bukanlah dengan banyak menghafal riwayat.
Namun ilmu adalah yang menimbulkan rasa takut kepada Allah.

Dimanakah hadits yang telah engkau hafal, “Suamimu adalah surgamu dan nerakamu.”
Ya Rabb.
Berilah kami ilmu yang bermanfaat.

 

 

[Ust. Badrus Salam, Lc]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2311112/duhai-istri-suamimu-adalah-surgamu-dan-nerakamu#sthash.TrsPOzHX.dpuf

Suamiku, Izinkan Aku tak Menurutimu Satu Kali Saja

PERTENGKARAN demi pertengkaran selalu terjadi setiap hari dalam rumah tanggaku. Seakan menjadi makanan harianku dan suami. Selalu terjadi pertengkaran, sekalipun tidak bertengkar, suamiku tetap bersikap dingin, kaku, cuek bahkan mendiamiku.

Akalasia Esaphagus, inilah awal ujian itu datang. Adikku Dika, divonis mengidap penyakit langka yang belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit yang membuat penderitanya akan sangat sulit untuk menelan, hanya bisa minum atau membuat makanan menjadi benar-benar cair untuk bisa tetap memberi asupan ke tubuh.

Penyakit ini membuat tenggorokan adikku tidak berfungsi untuk menelan makanan, yang ada hanya rasa panas dan terbakar di tenggorokannya saat menelan. Jika tidak dalam bentuk cairan, makanan-makanan yang masuk akan keluar kembali. Aku tidak bisa menahan air mataku, setiap kali melihat kondisi Dika, adikku.

Orangtuaku bukanlah orang berada, memiliki lima orang anak dan aku adalah yang ketiga, sementara Dika adalah adik lelaki bungsuku. Dalam keluarga, bisa dibilang akulah satu-satunya yang memiliki kemampuan finansial yang lebih baik dari kakak dan adikku yang lain. Walaupun masing-masing kami telah berkeluarga, terkecuali Dika.

Inilah yang membuatku berjibaku mencari informasi pengobatan dan mengurus adikku yang sedang melawan penyakit Akalasia Esaphagus. Waktu, tenaga, dan tentunya biaya kubagi antara kehidupan rumah tanggaku dan juga pengobatan medis Dika. Allah, izinkan hamba membantu adik hamba, tanpa sedikitpun melupakan kewajiban hamba sebagai seorang istri dan ibu.

Hari demi hari berganti menjadi berbulan-bulan, entah sudah berapa bulan Dika sakit dan alhamdulillah aku tetap dipercaya Allah untuk mengurus Dika dari semua hal. Hingga pada akhirnya, suamiku meradang, ia marah. Alasan kemarahannya adalah aku terlalu fokus pada adikku, sampai tak mempedulikan dan mengurusi dirinya dan juga anakku.

Astaghfirullah, mengapa suamiku merasa demikian? Sedang ia melihat sendiri aku masih setia mengurusnya dan anak kami. Aku harus mengurangi waktuku mengurus Dika, dan yang tidak pernah kusangka adalah, ia melarangku membantu biaya pengobatan medis Dika.

Di sudut kamar Dika, aku duduk memperhatikan tubuh ringkihnya. Hatiku penuh tanya, mungkin ada berjuta tanya dalam hati. Bagaimana ini, aku berada di pilihan yang benar-benar sulit sepanjang hidupku. Satu sisi aku adalah istri yang harus menuruti perkataan dan perintah suami, sebagai imamku, sedang di satu sisi ada sosok lemah yang perlu aku bantu. Ya Allah, berikan jalan terbaik dari dua persimpangan ini.

Seorang teman, memberiku saran untuk salat istikharah dan mendirikan salat tahajud di setiap malamku. “Tanyakan pada-Nya dengan kesungguhanmu” begitu isi pesan terakhir teman ku. Setiap hari ku isi hari dengan salat istikharah dan tidak lupa dua rakaat di pertiga malamku.

Ada banyak cara Allah menjawab doa hamba-nya, dan mungkin inilah salah satunya. Tepat selesai tahajud, teman yang sama mengirim ku pesan.

“Assalammuallaikum Dewi, apakabar mu ? Maaf aku mengganggu tidurmu. Cuma ingin mengingatkan untuk tahajud. Wassalam”

“Walaikumsalam. Baik san, kamu sendiri gimana kabar? Alhamdulillah aku baru selesai tahajud” balasku.

“Alhamdulillah, begitupun dengan ku. Sudah mendapat jawaban atas kegalauan mu ?”

“Belum san, tapi keinginan untuk mengobati Dika selalu ada dalam pikiranku. Bahkan kian semangat. Tapi apalah daya san, istri harus menuruti suami bukan ?”

Lama kuterima balasan pesan dari Santi, temanku. Menjelang berakhirnya waktu subuh. Balasan pesan dari Santi seakan menjadi jawaban dari Allah dan memperkuat niatku membantu Dika.

“Dew, maaf sebelumnya. Bukan maksudku membuatmu menjadi istri durhaka dan tidak menuruti suamimu. Tapi, bisakah kau merasa ini seakan menjadi cara Allah membantumu membuat tabungan amal di Jannah-Nya melalui sakitnya Dika?. Dew, kita tidak tau kapan umur kita akan diambil, begitu juga dengan Dika. Mungkin dengan membantu pengobatan Dika, Allah juga sedang mempersiapkan atau mungkin menambah tabungan amal ibadahmu. Coba bicarakan lagi dengan suamimu. Kamu membantu orang sakit, bukan membantu orang melakukan kejahatan atau maksiat. Bismillah, yakinlah Allah bersama orang yang berniat baik.”

Siang itu juga, aku membicarakan kembali pada suami tentang niatku membantu biaya pengobatan Dika. Sungguh disayangkan, suamiku tetap pada keras hatinya, dengan alasan anak kami membutuhkan biaya sekolah. Aku meminta maaf pada suamiku, sungguh sangat memohon maaf. Aku tetap pada niatku, membantu Dika semampuku sampai Allah sendiri yang menghentikan kemampuanku.

Keesokan harinya, kubawa Dika ke salah satu rumah sakit terbaik di kotaku. Bermodal informasi dari temanku yang seorang dokter, bahwa RS tersebut sedang melakukan riset tentang Akalasia Esaphagus kubawa Dika ke sana. Muncul satu pertanyaan lagi di depanku, relakah aku menjadikan Dika kelinci percobaan riset mereka?

Bismillah, dengan yakin aku merelakan Dika dijadikan objek riset mereka. Allah, aku percaya atas kuasa dan rencana-Mu, berikan hasil terbaik untuk Dika. Aku percaya, apapun dariMu adalah yang terbaik untuk hamba-Mu.

Waktu berlalu, berkali-kali sudah Dika menjalani pengobatan di rumah sakit terbaik itu. Terlalu banyak teknik pengobatannya, sampai aku sendiri sulit mengingatnya. Tapi benar adanya, manusia hanya bisa berencana, dan serahkan hasil akhir pada sang pemilik rencana terbaik. Hari ini untuk pertama kalinya ku lihat Dika makan bubur bercampur potongan roti. Rasanya sudah lama tidak melihatnya makan senikmat itu. Walau belum sembuh total, setidaknya kondisi Dika sudah berkurang dan lebih baik dari sebelum ia dijadikan kelinci percobaan. Dan hubunganku dengan suamiku? alhamdulillah, Allah membuka pintu hati suami ku, ia sadar atas keegoisan dan ketakutannya selama ini. Alhamdulillah.. rasa syukur tiada henti ku panjatkan pada-Nya atas kondisi Dika. Dan rasa syukur yang khususku sampaikan pada pemilik hati atas hubunganku dengan suami yang semakin membaik mengikuti membaiknya kondisi Dika. []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2301846/suamiku-izinkan-aku-tak-menurutimu-satu-kali-saja#sthash.tlMF5wlt.dpuf

Lelaki dan Perempuan Harus Bersama Bangun Generasi

LELAKI ini dikenal sangat fanatis dalam beragama. Sayangnya fanatismenya itu tidak diserati dengan pengetahuan agama yang luas dan sempurna. Sangat biasa bahwa fanatisme tanpa pengetahuan seringkali menghadirkan potret keberagamaan yang emosional minus logika.

Lelaki ini dikaruniai 11 anak perempuan. Tak usah ditanya mengapa kok perempuan semua dan tak usah bertanya bagaimana supaya punya anak laki-laki. Bagi saya, punya anak atau tidak, laki-laki atau perempuan semua atau campuran adalah bukan aib dan kelebihan melainkan takdir yang harus dijalani. Nah, lelaki itu melarang semua puterinya sekolah karena, menurutnya, sekolah terlalu banyak efek negatifnya pada anak perempuan.

Menurutnya, wanita kalau berpengetahuan itu cenderung tidak taat sama suami dan tidak becus mengurus keluarga. Wanita tak hanya perlu tahu memasak, membersihkan rumah dan melahirkan. Suatu hari kesebelas puterinya itu sakit bersama-sama dengan penyakit yang berbeda-beda. Lelaki inipun bingung luar biasa karena kesulitan mencari dokter perempuan.

Kaum perempuan harus dididik dan disekolahkan. Kaum perempuan akan lebih paham tentang perempuan ketimbang pahamnya lelaki. Kaum perempuan lebih mudah sepaham dan sehati dengan sesama perempuan ketika ada masalah yang melibatkan rasa perempuan.

Namun, ini tak bermakna perempuan tak butuh laki-laki dalam memikirkan perempuan. Lelaki dan perempuan harus bersama membangun generasi yang pasti ada yang berjenis kelamin lelaki dan perempuan. Salam, AIM. [*]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2298933/lelaki-dan-perempuan-harus-bersama-bangun-generasi#sthash.Af9fkw3w.dpuf

Waktu Terbaik Bercinta secara Medis dan Syariat

SECARA umum, jam berapapun suami-istri diperbolehkan Islam untuk “bercinta.” Namun, perlu diperhatikan agar tidak menabrak waktu shalat jamaah sehingga suami ketinggalan shalat jamaah. Selain itu, perlu diperhatikan juga waktu yang tidak kondusif semisal ada anak-anak yang tengah terjaga dan lain-lain.

Secara khusus, ada tiga waktu yang diisyaratkan dalam Al Quran; yakni sebelum Subuh, tengah hari dan setelah Isya.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain)” (QS. An Nur : 58)

Ayat di atas memang tidak secara tegas menyebut waktu “bercinta” namun dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa para sahabat menyukai saat-saat tersebut untuk “bercinta.”

Malam hari selalu dianggap merupakan waktu yang paling pas untuk berjima. Namun, medis juga mencatat bahwa jika jima dilakukan di pagi hari, banyak manfaat yang bisa didapatkan pasangan suami-istri.

Para peneliti kesehatan mengatakan bahwa orang yang memulai hari mereka dengan berjima akan merasa lebih sehat dan lebih senang daripada mereka yang tidak. “Berjima di pagi hari melepaskan hormon oksitosin yang membuat pasangan merasa lebih mencintai dan lebih dekat seharian,” ujar Debby Herbenick, Ph.D., penulis buku Because It Feels Good.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Queens University, Belfast, menyebutkan kalau morning sex juga akan memberikan jantung yang sehat. Tak hanya sekadar menyehatkan, jima pagi hari juga banyak memberikan manfaat lainnya yang menguntungkan bagi hidup Anda.

Berikut beberapa manfaat melakukan jima di pagi hari:

1. Berjima di pagi hari akan meningkatkan sirkulasi darah. Ini tentu baik bagi Anda yang memiliki penyakit darah tinggi. Karena berjima di pagi hari bisa menurunkan tekanan darah.

2. Berjima di pagi hari bisa menurunkan kadar kalori Anda hingga 300 kalori per jam. Ini akan membuat Anda terhindar dari risiko diabetes.

3. Jima di pagi hari mampu mengurangi resiko serangan sakit kepala sebelah (migrain).

4. Jima di pagi hari yang biasanya tanpa persiapan dan tanpa kondom akan membuat Anda lebih bahagia dan mampu menghilangkan depresi.

5. Bagi wanita, morning sex dapat menambah kecantikan kulit dan rambut akan lebih nampak berkilau.

6. Berjima di pagi hari juga bisa meningkatkan sistem imun Anda dengan meningkatkan produksi antibodi IgA dalam tubuh.

7. Jima di pagi hari lebih mengasyikkan karena pria bisa tahan lebih lama setelah mendapatkan waktu istirahat yang cukup pada malam sebelumnya. Tak hanya itu, setelah tidur di malam hari, tingkat testosteron pria akan semakin melonjak dan membuat jima lebih menggairahkan.

8. Berjima di pagi hari akan mengurangi kadar stres dan kecemasan Anda. Jadi, ini adalah hal yang tepat dilakukan untuk membuat Anda bersemangat di pagi hari.

9. Apa lagi cara yang paling hebat untuk menambah energi serta memulai hari Anda selain melakukan jima di pagi hari? [popular-world]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2296947/waktu-terbaik-bercinta-secara-medis-dan-syariat#sthash.sPGfvASZ.dpuf

Memaafkan Kesalahan Suami, Ini 4 Caranya!

Sahabat Ummi, pernahkah mendapati suami melakukan kesalahan fatal terhadap diri kita?

Kesalahan ini kemudian mencederai kepercayaan, mengikis rasa cinta, menyemai benih benci, dan membuat kita sulit memaafkannya?

Kalau pernah, mari kita renungkan bersama hal berikut ini…

Rasanya tiada suami yang sempurna selain Rasulullah shalallaahu alaihi wassalaam, oleh sebab itu selain Beliau, pria lain merupakan suami yang sangat mungkin melakukan kesalahan dan kekhilafan, bahkan yang berskala besar sekalipun.

Lalu apakah kita harus memaafkan kesalahannya padahal kekhilafan tersebut menghancurkan hidup kita? Demi Allah, ya!

Jika kita tidak ingin lebih hancur dan tidak ingin keadaan semakin memburuk, maka kita harus bisa melepaskan hati kita dari rasa dendam, yakni dengan memaafkannya!

Sudah jelas, memendam emosi negatif hanya memberi efek buruk untuk kesehatan kita (bukan kesehatan suami), dan juga membuat psikologis kita terganggu (bukan psikologis suami), jadi… Buat apa bersikeras tidak memaafkannya?

Jangan salah paham! Memaafkan adalah pekerjaan hati, jadi bukan berarti dengan memaafkan kita tidak memberikan tindakan hukum untuk kesalahan suami yang bersifat melanggar hukum. Kita bisa saja memintanya dijatuhkan sanksi hukum tapi hati kita sudah lapang dan tenang.

Jadi, yang perlu kita fokuskan adalah memaafkan untuk kelapangan hati kita sendiri!

Berikut ini Ummi sharingkan bagaimana cara memaafkan kesalahan suami, semoga bermanfaat untuk menyembuhkan luka hati Sahabat Ummi:

1. Tukar maaf kita dengan ampunan Allah!

Apakah kita tidak mempunyai kesalahan? Apakah kita tidak ingin Allah mengampuni kesalahan kita?

Jika kita mengharapkan ampunan Allah, maka tukarlah kemaafan kita untuk suami dengan ampunan Allah!

2. Tukar maaf kita dengan tiket ‘doa yang pasti terkabul’!

Orang yang didzolimi sesungguhnya memiliki tiket doa yang pasti terkabul, maka…

Daripada menyia-nyiakan tiket tersebut untuk mendoakan kesialan bagi suami (tidak ada untungnya juga buat kita), lebih baik pergunakan untuk mendoakan rezeki, kelimpahan dan keberkahan untuk kehidupan dunia dan akhirat kita.

3. Tukar maaf kita dengan kesehatan tubuh!

Orang yang mudah memaafkan sudah pasti terjauh dari penyakit berbahaya, dikarenakan hatinya lapang dan pikirannya damai.

Sebaliknya, orang yang penuh emosi dan kebencian: marah pada suami, mertua, tetangga, saudara, sudah pasti lebih gampang terkena penyakit darah tinggi, stroke, kanker, atau penyakit membahayakan lainnya.

Ini disebabkan emosi negatif berefek buruk untuk tubuh kita.

4. Tukar maaf kita dengan surga!

Bohong jika kita lebih memilih neraka daripada surga! Maka, didzolimi orang lain tapi bisa memaafkannya adalah cara tercepat meraih surga.

Allah mengetahui bahwa memaafkan bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh nafsu dan ego manusia. Sebab itu, salah seorang sahabat Rasulullah yang ibadah khususnya biasa-biasa saja, mendapat undangan ke surga dikarenakan kebiasaannya memaafkan kesalahan orang tiap sebelum tidur.

Sungguh alangkah indahnya hidup ini jika kita bisa meneladani pribadi Rasulullah yang mudah memaafkan kesalahan. Selamat menikmati hidup bahagia dengan memaafkan!

 

sumber: Ummi-Online

Jangan Pernah Lakukan Ini kepada Suamimu, Wahai Para Istri

Ada banyak ilmu yang harus dipelajari oleh mereka yang telah berumah tangga. Ada banyak pengetahuan yang kudu dikuasai oleh pasangan suami istri. Adanya ilmu adalah sarana yang bisa menentukan bahagia atau tidaknya sebuah ikatan pernikahan.

Pernikahan adalah awal. Banyak sekali hal baru di dalamnya. Sebab itu, ada proses perkenalan panjang yang harus dilakukan oleh seseorang kepada pasangan sahnya itu.

Mengenali pasangan adalah pintu untuk saling memahami dan berlanjut pada tolong menolong atas dasar kasih sayang dan cinta. Dari baiknya pengenalan seseorang kepada pasangannya itulah kelak yang membuat rumah tangga serasa serambi surga.

Beruntungnya, dalam ajaran Islam yang mulia, ada sekian banyak panduan bagi suami istri untuk menggapai pernikahan penuh kegembiraan yang dibahasakan dengan berkah. Ialah sebuah rumah tangga sakinah penuh ketenangan, mawadah sarat cinta, dan rahmah yang bertabur kasih sayang.

Ada kerja panjang untuk wujudkan ini. Ada usaha berat untuk menggapainya. Pun, harus diiringi kesungguhan dengan harga yang tak murah untuk mendapatkannya.

Karenanya pula, dalam pernikahan ada pahala yang agung. Sebab ianya termasuk hidupkan sunnah, sebab ianya butuh pengorbanan yang tak ringan.

Di antara panduan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam hal ini adalah larangan bagi para istri untuk tidak sembarangan bercerita kepada suaminya. Sebab, salah cerita bisa berakibat fatal berupa perselingkuhan maupun perceraian.

Apakah hal yang dilarang oleh Nabi untuk diceritakan kepada suami?

Disebutkan dalam kitab Shahih Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Seorang perempuan tidak boleh menggambarkan sifat perempuan lain kepada suaminya,” pungkas Nabi, “hingga seolah-olah suaminya melihatnya.”

Inilah larangan itu. Inilah hal yang kini dianggap remeh oleh para muslimah istri kaum muslimin. Padahal, dari sinilah setan bermain untuk keruhkan hubungan antara suami dan istri. Dan, dari sinilah bermula perselisihan rumah tangga yang ujungnya perceraian.

Ironisnya, istri masa kini bukan hanya menceritakan sifat wanita lain. Bahkan, sengaja atau tidak, mereka telah memberi izin kepada suaminya untuk menyaksikan fisik wanita lain.

Baik melalui tontonan sinetron dengan bintang film yang berpakaian apa adanya, biduan dangdut dengan dandanan mengundang syahwat, hingga mengajak suami jalan-jalan sesering mungkin ke pusat perbelanjaan yang terdapat banyak wanita mempertontonkan auratnya.

Wahai para istri, bantulah suamimu untuk menundukkan pandangannya. Bantulah, sebab dia imammu. Sebab melaluinya terdapat keselamatanmu. (keluargacinta)

 

sumber: AkhwatIndonesia.net

Wahai Muslimah! Suamimu Surgamu atau Nerakamu?

Alloh SWT menciptakan manusia tidak lain supaya beribadah kepada-Nya serta tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Maka sudah menjadi keadilan Alloh telah menciptakan surga dan neraka sebagai imbalan bagi manusia sebagai imbalan atas amal perbuatannya saat di dunia.

Tentunya sahabat Muslimah semuanya mendambakan surga sebagai tempat kembali. Namun untuk menuju surga kita mesti pandai menitinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Disisi lain, kita tentunya juga berpikir dari sisi manakah kita akan mendapatkan surga tersebut. Dibalik kekhawatiran atas kemampuan mendapatkan surga di akhirat, sebagai muslimah kita tentunya harus selalu berikhtiyar dan berpikir. Sehingga kita bermuhasabah dan senantiasa meningkatkan kebaikan menjadi sifat dan karakter muslimah. Yakinlah… sesungguhnya selalu berusaha dan terus berdo’a semoga kita mampu menggapainya.

Salah satu sisi yang tidak bisa kita hindarkan adalah kedudukan kita sebagai istri. Dari kedudukan sebagai istri ini kita menyadari diri bahwa memiliki pemimpin yang bernama suami. Lewat pintu RIDHO suamilah salah satu jalan pintu surganya seorang istri.  Rasululloh SAW bersabda:

Artinya: “Dari Hushain bin Mihshan ia berkata: Bibiku bercerita kepadaku, ‘Aku pernah datang kepada Rasululloh untuk suatu keperluan, maka beliau bersabda:’ Wahai fulanah sudah bersuamikah kamu?’ Sudah jawabku. Beliau bersabda lagi “Bagaimana kewajibanmu terhadap suamimu?” Aku menjawab: “Aku melayaninya dengan sungguh-sungguh kecuali dalam hal yang aku tidak mampu” Beliau bersabda lagi:”Bagaimana kedudukanmu darinya? Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu” ( H.R Hakim).

Sahabat Muslimah….

Dari hadits di atas maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa seorang wanita yang telah menikah sesungguhnya wajib baginya melayani suami sesuai dengan kemampuan. Karena sesungguhnya surga atau neraka seorang istri melekat padanya. Makna melekat disini maksudnya bahwa surga atau nerakanya seorang istri sangatlah tergantung pada akhlaq dan pelayanan kepada suami.

Maka haruslah difahami sahabat muslimah. Dikala seorang muslimah belum menikah, ketaatannya jatuh pada Ibu dan Bapaknya dan bila sudah menikah maka ketaatannya jatuh kepada suami. Maka bila sahabat muslimah telah menikah haruslah berusaha mencari ridho suaminya dalam melaksanakan segala yang diinginkannya selama tidak bertentangan dengan syari’at. Semakin banyak amalan yang dikerjakan seorang istri dalam rangka menjalankan ketaatan kepada suaminya maka semakin banyak pula pahala yang akan dia dapatkan, apabila ia menjalankannya dengan penuh keikhlasan sebagai seorang istri.

Ketaatan dalam menjalankan segala perintah suami ini meliputi pada dhohir jasad maupun hati. Dalam artian ketaatan seorang istri berhubungan dengan wujud dhohir dalam bentuk pakaian, perilaku, bahkan cara berdandandan yang terpenting adalah gaya bicara. Ketaatan ini juga menjangkau sampai pada urusan hati yang berhubungan dengan kesukaan. Umpama warna favorit, tingkat kepedasan makanan dan yang lain sebagainya. Sadarilah bahwa suami adalah pemimpin kita.

Ada kisah seorang isteri dizaman Rosulullah SAW yang diwasiyati oleh suaminya agar tidak meninggalkan rumah selama suaminya melakukan safar/perjalanan keluar. Walau apapun yang terjadi. Kemudian datang kabar pada isteri tersebut bahwa ibunya sakit parah. Hingga datang kabar yang ketiga kalinya dengan memberi kabar bahwa ibunya telah wafat. Ia teringat dengan pesan suami, karena ketaatannya wanita tersebut pun hanya mengucapkan “Innalillahi wa Inna ilaihi roojiuun”.

Sahabat Muslimah….

Mari kita tengok sekilas potret seorang shohabiyah juga putri Rasululloh yaitu Fathimah Az Zahra. Perkataan ini berasal dari suaminya Fathimah yaitu Ali Radhiallohu ‘anhu:

“Fathimah menjalankan alat penggilingan sampai terlihat bekas penggilingan pada tangannya (ngapal) Jawa, ia mencari air dengan geriba sampai ada bekas geriba di lehernya, ia membersihkan rumah sampai bajunya penuh debu, ia menyalakan tungku api sampai pakaiannya kotor dan terkena musibah karenanya dan sungguh Fathimah menggiling adonan sampai tangannya melepuh”.

Subhanallah…

Inilah gambaran seorang istri yang bisa meraih impian menjadi bidadari bagi suaminya di dunia maupun di akherat. Lalu bagaimana dengan kita sahabat Muslimah?

Saat ini di zaman modern teghnologi semakin canggih butuh air tinggal pencet, menanak nasi tinggal pencet, memasak tinggal pencet. Semua serba mudah namun sudahkah kita bersyukur atas semua fasilitas yang ada atau justru kita malah semakin menjadi seorang yang manja, pemalas lebih menyibukkan dengan hal-hal yang tidak penting, na’udzubillah min dzalik.

Sahabat Muslimah…

Semoga kita sebagai seorang wanita yang mampu menjadi istri yang benar-benar menjadi idaman bagi setiap keluarga, yang mampu meraih ridho suami tuk menggapai ridho Alloh dan mendapatkan surga sebagai balasan apa yang kita upayakan. Wallohua’lam bisshowab.

Sumber: VOA Islam