Ramadhan, Lebaran, dan Ekonomi Indonesia

Oleh: Azyumardi Azra

Ramadhan dan Lebaran sering dipandang sementara kalangan sebagai kian konsumtif. Bahkan, terlihat gejala konsumerisme yang juga kian meningkat di kalangan kelas menengah (middle class) dan kelas atas (upper class) Muslim. Kecenderungan ini disebut melanda negara-negara Muslim kaya di Timur Tengah dan juga emerging economies, seperti Indonesia dan Malaysia.

Jika persepsi ini benar, gejala tersebut tidak selaras dengan ibadah puasa yang mengajarkan kesederhanaan, menahan diri khususnya dari sikap konsumtif dan konsumerisme. Sikap dan paham ini jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam yang melarang perbuatan isyraf, berlebih-lebihan. Akan tetapi, perlu dijelaskan tiga istilah terkait. Pertama, ‘konsumsi’ yang memang meningkat sepanjang Ramadhan dan Lebaran karena banyak keluarga dan pejabat, pengusaha, atau tokoh masyarakat menyediakan takjil, makanan iftar, dan sahur untuk karib-kerabat, fakir, miskin, dhuafa, dan yatim piatu. Ini sesuai hadis Nabi SAW bahwa orang yang menyediakan makanan untuk mereka yang puasa mendapat pahala yang sama nilainya dengan sha’imin dan sha’imat.

Kedua, sikap konsumtif adalah mengeluarkan perbelanjaan-termasuk untuk konsumsi-lebih daripada kebutuhan atau berlebih-lebihan sehingga terjadi pemborosan (isyraf). Sedangkan, ‘konsumerisme’ adalah gaya hidup yang berorientasi pada selera hedonis-hidup serbakebendaan dengan mengutamakan brand name, barang-barang bermerek terkenal. Sikap konsumtif dan konsumerisme jelas kian menggejala di kalangan kelas atas dan kelas menengah Muslim. Gejala ini terlihat dengan peningkatan pembelian barang mewah dan bermerek (brand name) sehingga menjadi gaya hidup. Namun, kalangan seperti ini jumlahnya relatif terbatas-jauh daripada ‘mewabah’ pada lapisan kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class).

Dengan pengertian dan pemahaman ini, Ramadhan dan Lebaran jelas meningkatkan konsumsi. Salah satu indikator peningkatan itu adalah dana yang disiapkan Bank Indonesia (BI) dalam waktu antara sepekan sebelum dan sepekan sesudah Lebaran (H-7 sampai H+7). Pada Lebaran 1435/2014 lalu, BI menyiapkan dana Rp 118 triliun dan untuk 1436/2015 meningkat menjadi Rp 125,2 triliun. Peningkatan dana ini terkait banyak dengan meningkatnya kebutuhan uang kontan denominasi kecil bagi kaum Muslim sepanjang Ramadhan dan Lebaran. Peningkatan kebutuhan dana terkait erat dengan upaya menjalankan ajaran Islam tentang giving and sharing, memberi dan berbagi, melalui ziswaf (zakat, infak, sedekah, dan wakaf).

Menurut survei televisi berita CNN belum lama ini, kaum Muslim Indonesia paling pemurah dibanding Muslimin di negara-negara Muslim lain dalam giving and sharing. Menurut survei CNN tersebut, 98 persen Muslim Indonesia selalu atau pernah memberikan ziswaf. Karena itulah, Ramadhan dan Lebaran selalu menjadi masa puncak filantropi Islam. Amil zakat yang secara tradisional berpusat di masjid atau lingkungan pertanggaan maupun dalam bentuk lembaga modern semacam DD (Dompet Dhuafa) atau Aksi Cepat Tanggap (ACT) atau Bazis atau Lazis yang terkait pemerintah daerah atau ormas Islam selalu mencatat periode ini sebagai masa penerimaan terbanyak dana ziswaf dibanding bulan-bulan lain.

Dengan peningkatan konsumsi dan pengeluaran dana sepanjang Ramadhan dan seputar waktu sebelum dan sesudah Lebaran, cukup beralasan masa ini disebut sebagai musim ekonomi spesial bagi Indonesia. Di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan penurunan konsumsi yang sangat terasa sepanjang 2014-2015, peningkatan konsumsi dan pengeluaran dana selama Ramadhan dan Lebaran sangat baik bagi ekonomi negeri ini.
Dalam konteks itu bisa dipahami mengapa the Conversation.commengulas khusus hal ini dalam laporan “Why Ramadan is a Special Economic Season in Indonesia” (1/7/2015). The Conversation.commencatat mengapa Ramadhan merupakan musim ekonomi spesial bagi Indonesia.

Pertama, masyarakat berbelanja lebih banyak selama Ramadhan, khususnya makanan dan pakaian. Menurut statistik, indeks penjualan eceran dalam kategori ini rata-rata meningkat sekitar 30 persen.
Kedua, di Indonesia pemerintah dan swasta memberikan gaji ke-13 atau THR kepada para pegawai dan buruh. Pendapatan ekstra ini memperbesar daya belanja (spending power) selama Ramadhan dan Lebaran.

Ketiga, selama Ramadhan kaum Muslimin lazimnya mengeluarkan alms -yang di atas sudah disebut sebagai ziswaf. Penyaluran alms kepada orang-orang miskin turut memperkuat daya belanja (purchasing power) mereka.
Pemerintah sering mengeluh tentang kenaikan inflasi sepanjang Ramadhan dan Lebaran yang berdampak negatif terhadap ekonomi Indonesia. Namun, menurut the Conversation.com, penyebaran dana dan bonus liburan panjang Lebaran memainkan peran penting sebagai jejaring pengaman sosial bagi daya beli masyarakat dan sekaligus kohesi sosial.

Kesimpulannya, Ramadhan dan Lebaran memiliki kontribusi signifikan dalam memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Dengan peningkatan konsumsi, perdagangan dan perjalanan, aktivitas ekonomi bisa bergerak. Masalahnya kemudian bagi pemerintah adalah mempertahankan atau meningkatkan kembali ekonomi Indonesia pada masa pasca-Ramadhan dan Lebaran.

 

sumber: Republika Online

Ingin Khusnul Khotimah, Ikatlah Diri Dengan Zikir Pagi, dan Sore hari

Oleh : DR. Muhammad Widus Sempo, MA

Ingin husnul khatimah? Hidupkan setiap hari zikir pagi dan sore hari. Yang demikian itu bertujuan membentengi diri dari hal-hal yang tidak diinginkan. Di samping itu, yang bezikir pagi dan sore hari, jiwanya senantiasa dalam lingkaran berkah ruh zikir tersebut. Dengan berkahnya, Allah akan memudahkan segala urusannya, menyelamatkannya dari fitnah dan bahaya dan jika ajal menghampirinya, ia masih dalam ruang lingkup ruh zikir, sehingga ia kembali ke rahmat Allah dalam keadaan berzikir.

Yang menemui Allah di akhir hayatnya dalam keadaan berzikir akan selamat dari siksaan Allah. Yang demikian itu karena Allah tidak akan mengazab hamba-Nya dalam keadaan hatinya dipenuhi zikrullah (ingatan Allah) atau bacaan Alqur’an seperti yang diriwayatkan Musannaf Imam Ibn Abi Syaebah dan Sunan Imam at-Darimi.

Yang kembali ke rahmat Allah dalam keadaan berzikir dipuji ayat Alqur’an yang menyanjung orang-orang yang senantiasa mengingat Allah di setiap waktu; berdiri, duduk, berbaring, sebelum tidur dan sesudahnya.

Yang berzikir dipercepat hizab amalnya di hari kiamat seperti yang ditemukan Wahab bin Munabbih di kitab Zabur. Amal yang dipercepat hizabnya indikasi kuat dari keselamatan pemilik amal itu sendiri. Jika Anda bertanya: “kenapa orang yang berzikir punya keistimewaan seperti ini?” Jawabku: “zikir itu terhitung ibadah yang enteng dilakukan. Olehnya itu, banyak orang yang lalai bahkan meremehkannya. Karena dia ringan dilakukan, ia pun berpeluang besar selamat dari puji diri. Bukankah yang biasanya dicampuri riya’ ibadah-ibadah besar yang kadang sulit dilaksanakan seperti: shalat, zakat dan haji. Zikir punya keistimewaan dan pahala yang besar. Yang demikian itu karena tidak ada yang mengetahui isi hati orang yang berzikir kecuali orang itu sendiri. Boleh jadi orang yang berzikir dikira lagi menghayal, mengingau, berpikir atau sedang menghitung laba dan rugi pekerjaannya, padahal, hatinya ternyata lagi terjalin dengan pemilik Arsy yang Maha Agung dalam sebuah komunikasi zikir. Sementara itu, semakin tersembunyi sebuah ibadah, semakin tinggi pahalanya. Puasa salah satu contohnya punya pahala yang besar karena yang tahu benar atau bohongnya orang yang mengaku berpuasa hanyalah Allah Semata. Demikian juga dengan zikir, hanya Allah yang tahu.”

Yang berzikir senantiasa menghadirkan Allah SWT dalam hatinya, meski itu hanya sebatas perasaan. Yang berzikir merasa dekat dengan-Nya, meski itu hanya sebatas makna. Tentunya, yang dekat dengan Allah akan selamat jika ditakdirkan berpulang ke rahmat Allah SWT dalam keadaan seperti ini.

Wahai para pedamba husnul khatimah, pagari dirimu dengan zikir pagi dan sore hari sehingga kalian senantiasa dalam ruang lingkup berkah zikir tersebut. Wahai yang menginginkan husnul khatimah, bentengi dirimu dengan doa sebelum dan sesudah tidur sehingga engkau tetap dalam cakupan berkah doa tersebut. Dan jika Anda sekalian ditakdirkan kembali ke rahmat Allah SWT dalam keadaan seperti ini, insyaallah Anda sekalian berpeluang menutup lembaran hidup dengan tetes akhir tinta husnul khatimah yang mengharukan.

Berikut ini contoh zikir pagi dan sore hari seperti yang diriwayatkan hadits-hadits Rasulullah Saw.

Di waktu pagi membaca:

“kami telah menghirup udara pagi dan kekuasaan pun di tangan Allah sehingga segala puji bagi-Nya. Tidak ada tuhan selain Allah yang tidak memiliki sekutu. Bagi-Nya kekuasaan dan pujian. Dia Maha Mampu untuk melakukan sesuatu terhadap segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kebaikan hari ini dan apa yang ada setelahnya dan meminta perlindungan dengan-Mu dari kejahatan apa pun yang ada di hari ini dan kejahatan apa yang datang setelahnya. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari kemalasan dan keburukan masa tua. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari azab neraka dan azab kubur.”  (Hadits riwayat Abdulllah bin Mas’ud di Shahih Imam Muslim)

(أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ).

Di waktu sore hari membaca:

““kami telah menghirup udara sore dan kekuasaan pun di tangan Allah sehingga segala puji bagi-Nya. Tidak ada tuhan selain Allah yang tidak memiliki sekutu. Bagi-Nya kekuasaan dan pujian. Dia Maha Mampu untuk melakukan sesuatu terhadap segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kebaikan malam ini dan apa yang ada setelahnya dan meminta perlindungan dengan-Mu dari kejahatan apa pun yang ada di malam ini dan kejahatan apa yang datang setelahnya. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari kemalasan dan keburukan masa tua. Ya Allah, saya meminta perlindungan dengan-Mu dari azab neraka dan azab kubur.”  (hadits riwayat Abdulllah bin Mas’ud di Sunan Imam at-Tirmidsi)

(أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ الللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذِهِ الللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ).

Di samping itu, Rasulullah Saw menghadiahkan para pedamba husnul khatimah raja istighfar dilihat dari kelebihannya. Zikir ini dapat dibaca kapan pun seperti berikut:

“Raja istighfar itu dengan membaca: Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada-Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu.”

Beliau bersabda: “Jika ia mengucapkan di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Dan jika ia membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (Hadits riwayat Syaddad bin Aws di Shahih Imam Bukhari)

(سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ).

(قَالَ: وَمَنْ قَالَهَا مِنْ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنْ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ).

Di penghujung tulisan ini saya mengajak para pedamba husnul khatimah untuk memanjatkan doa berikut ini:

“Ya Allah, takdirkanlah kami kembali ke rahmat-Mu dalam keadaan diliputi ruh zikir pagi dan sore hari. Ya Allah, takdirkanlah kami dari penghuni surgamu yang menghidupkan raja zikir yang punya kelebihan seperti yang diberitakan Rasulullah Saw sehingga kami tetap dalam ruang lingkup berkah zikir ini meski ajal telah datang menjemput. Ya Allah, takdirkanlah kami sebagai ahli zikir yang selamat di hari hizab, hari yang memperlihatkan semua amal manusia. Ya Allah, takdirkanlah kami sebagai ahli zikir yang disanjung Alqur’an karena mengisi waktu dengan zikrullah. Amin ya rabbal alamin.”

 

sumber: Era Muslim

Puasa Mengajarkan Kejujuran

Di antara pelajaran terbesar yang kita peroleh dari Ramadhan adalah Muraqabatullah ( adanya perasaan diawasi Allah SWT ). Sebenarnya, saat berpuasa, baik ketika kita berada di rumah, di kantor, maupun di suatu tempat ketika sendirian, bisa saja kita membatalkan puasa dengan makan dan minum. Namun, hal itu tidak dilakukan, karena adanya keyakinan bahwa Allah SWT  mengetahui dan mengawasi seluruh apa yang kita lakukan.

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullahu, muraqabah merupakan pengetahuan seorang hamba secara terus-menerus dan berkeyakinan bahwa Allah mengetahui zhahir dan bathin-nya. Dengan kata lain, kita menyakini bahwa Allah mengawasinya, melihatnya, mendengar perkataannya, mengetahui perbuatannya, di setiap waktu dan di manapun tempat, mengetahui setiap hembusan napasnya, dan tidak sedetik pun ia lolos dari pengetahuan-Nya.

Muraqabah merupakan ‘ubudiyah dengan Asma’-Nya (nama-nama Allah): Ar-Raqib, Al-Hafidz, Al-‘Alim, As-Sami’, dan Al-Bashir (Maha Mengawasi, Menjaga, Mengetahui, Mendengar, dan Maha Melihat). Barang siapa memahami asma’ ini dan beribadah menurut ketentuan-Nya, berarti dia telah sampai ke tingkat muraqabah.

Dalam hadits tentang pertanyaan Malaikat Jibril ‘Alaihissalam tentang Islam, iman dan ihsan, ihsan dijawab oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan menyatakan bahwa ihsan berarti kita beribadah seakan-akan melihat Allah. Jikalau tidak mampu, maka yakinlah bahwa Allah pasti melihat kita. Penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang ihsan ini merupakan isyarat atas sikap muraqabah.

Semestinya, setelah Ramadhan berlalu, sikap Muraqabatullah ini tetap ada pada diri kita, sehingga Ramadhan benar-benar memberikan hasil yang optimal dalam mengantarkan kita menjadi manusia baru, manusia pada tingkatan ihsan.

Kalau sikap Muraqabatullah ini tertanam pada umat Islam di Indonesia, tentu akan membawa perbaikan dalam hal pemberantasan korupsi yang sudah menjadi penyakt akut di negeri ini.

Dikutip dari Darussalam Online

 

 

Doa Seorang Calon Ayah: Rabbi Habli Minash Sholihin…

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?

“Allahu Akbar… Allahu Akbar..” Suara adzan menggema di seantero jagad raya saat masuk waktu Zhuhur di hari Jum’at itu. Sepasang suami istri masih berada di motornya. Mereka gelisah saat harus mencari masjid di daerah itu. Akhirnya ditemukanlah sebuah masjid di pinggir jalan meski harus memutar arah.

“Alhamdulillah, Allah sayang kita karena dipertemukan masjid saat adzan berkumandang. Ini menjawab doa dari harap cemas sedari tadi apakah bisa ketemu masjid di sepanjang jalan ini,” jelas sang istri ingin menenangkan sang suami yang sudah gusar tidak bertemu masjid sejak 30 menit sebelum adzan berkumandang tadi.

Setelah motor diparkirkan di halaman masjid yang cukup luas. Sang istri menunggu di luar masjid, dan suaminya pun bergegas masuk ke dalam masjid. Hari itu hari libur maka terlihat lengang seisi masjid. Hanya terlihat beberapa orang saja, mungkin tak lebih dari 50 orang yang sudah duduk di dalam masjid itu. Ruang utama masjid yang besar seakan mengecilkan jumlah jamaah yang hadir di majelis jumat itu.

Selesai shalat Jum’at, sang suami langsung menghampiri istrinya agar bisa bergantian shalat dan menjaga barang-barang yang kami bawa. Sekilas terlihat awan hitam menggumpal tebal di atas langit masjid, pertanda akan turun hujan lebat. Air yang jatuh pun tak ayal turun dari langit sebagai karunia dari Allah Ta’ala untuk seluruh alam. Meski hanya rintik hujan, tapi sudah mampu membuat sejuk udara kota yang panas dan terik di siang itu.

“Astaghfirullah…” gumam sang suami tatkala hadir seorang bapak tua yang menggunakan baju koko lusuh, celana mengatung, dan peci putih kusam, mengucapkan salam padanya. “Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh,” tukas lelaki itu bermaksud menjawab salam dari bapak tua itu.

“Boleh saya duduk di sini. Sambil nunggu hujan..,” terang sang bapak.

“Silakan pak duduk di sini, tidak basah kok, karena terlindungi dari air hujan,” jawab sang suami sambil mempersilakan duduk bapak tua itu.

Terlibatlah mereka dalam satu pembicaraan santai. Sampai bapak tua itu mengutarakan kisah tentang dirinya bisa sampai di masjid itu. “Saya mencari anak saya ke Beji Depok pakai kereta karena saya cuma punya uang 20 ribu buat bolak balik. Rumah saya di Mauk Tangerang. Saya cari anak saya cuma pengin dia pulang, ibunya sakit-sakitan tambah parah. 3 bulan lalu anak saya pamit mau kerja kuli bangunan di Beji Depok. Bulan pertama, bulan kedua masih ngirim uang buat berobat. Cuma kok sekarang dah bulan keempat gak ada kabar juga dari dia. Makanya saya beranikan diri cari dia ke Beji Depok walaupun hanya berbekal alamat dari surat yang pernah dia kirim ke rumah,” jelas bapak tua itu mengisahkan.

Tak tahan jua bapak tua itu menahan air mata, akhirnya jatuh jua. Namun cepat-cepat ia seka agar tak terlihat lawan bicaranya. Lalu dia bertanya balik, hendak ke mana, dari mana, bersama siapa, dan naik apa. Satu harapannya, dia berharap ada orang yang mau menolong untuk pulang ke Mauk dengan kendaraan karena ia sudah letih berjalan dari Beji Depok hingga masjid ini karena kehabisan uang.

“Bapak sudah makan?” tanya sang lelaki itu, yang tak lain adalah suami dari wanita tadi yang sedang shalat Zhuhur, memecah kebisuan suasana yang terbangun seraya mengeluarkan nasi kotak dan satu botol air mineral yang baru saja ia dapat dari mengisi pengajian di jumat pagi itu. “Ini untuk bapak, silakan dimakan. Saya punya dua kotak lagi kok…” jelas lelaki itu agar bapak tua tak bermaksud menolak makanan yang diberikannya.

Langsung saja, dia pergi ke tempat wudhu untuk mencuci tangan lalu memakan nasi dalam kotak itu dengan lahap. Tak sampai 10 menit, nasi kotak itu sudah habis.
“Luar biasa laparnya bapak ini…” lirihnya dalam hati.

“Mas sudah punya istri?” tanya bapak tua itu.

“Alhamdulillah, sudah Pak. Sekarang sedang shalat Zhuhur di dalam,” jawab lelaki itu.

“Sudah berapa putranya?” tanya bapak tua itu lagi menimpali jawabanku.

“Saya belum punya Pak. Masih muda umur pernikahannya, belum satu tahun. Mohon doanya agar bisa segera diberi keturunan,” jawabnya dengan penuh harapan dan mata berbinar.

“Anak yang sedang saya cari ini juga dikasih Allah setelah 5 tahun menikah. Saat itu saya sudah putus asa, sampai-sampai keluarga istri menganggap saya mandul. Akhirnya kita periksa ke dokter, ternyata kita berdua baik-baik saja. Saya coba buat datang ke masjid terus. Ikut pengajian tiap malam kamis. Nah di situ saya dapat ilmu buat dapatin anak. Saya diminta untuk shalat taubat dan shalat tahajjud yang rutin. Baru 5 bulan saya jalanin, alhamdulillah istri saya hamil. Baru lahiran anak pertama, ga sampai 1 tahun sudah hamil lagi. Sekarang anak saya tiga,” terang bapak tua itu dengan sangat menggugah hati.

“Rabbi, terima kasih kau kirimkan hamba bapak tua ini yang telah memberikan ilmu pada hamba. Engkau sungguh adil dan lebih tahu tentang kebutuhan hamba…” doa lelaki itu dalam hati. Doanya terhenti ketika terdengar ucapan salam dari suara wanita yang tak lain adalah istri dari lelaki itu yang telah kembali dari shalat Zhuhur. Mereka pun bergegas berpamitan pada bapak tua itu untuk kembali melanjutkan perjalanan. Tak lupa mereka menitipkan sedikit rezeki untuk istrinya yang sakit dan cukup untuk perjalanan pulang bapak tua itu dengan kendaraan umum atau kereta api.

Di motor, sang suami mengisahkan seluruh pelajaran yang didapatkan dari bapak tua tadi. Tak terelakkan sang istri pun menitikkan air mata di pundak suaminya. Meski tak terdengar tangis, tetapi basah di pundak menjadi tanda bahwa sang istri begitu merindukan buah hati. Bahkan sudah menyiapkan nama untuknya, kelak ia lahir nanti.

Beberapa hari setelah kejadian itu, sebelum sampai rumah, pelajaran itu pun datang kembali. Saat keduanya naik motor dan sang istri berkeinginan membeli segelas es pisang hijau. Penjualnya yang seorang ibu paruh baya bertanya pada sang istri, “Ibu lagi hamil ya? Ibu enak, saya aja baru setelah 10 tahun nikah dikasih anak sama Allah, dijaga bu ya. Hamil pertama ya bu?” tanya ibu itu dengan rentetan fakta yang membuat suami istri terdiam sejenak.

Padahal baru 3 bulan lalu, sang istri keguguran. Sang suami mencoba menenangkan istrinya, dengan mengelus punggungnya dan mencoba menghibur dengan senda gurau yang mengundang tawa. “Alhamdulillah kalau hamil. Semoga ibu ga salah liat karena perut saya juga seperti orang hamil…hehehe…” canda sang suami ke ibu penjual itu agar suasana renyah dan tak menimbulkan sedih di hati istrinya.

Sesampainya di rumah, pelajaran itu pun masih datang dari Allah. Ibu mertua mereka entah mengapa tiba-tiba membicarakan hal yang sama. “Ibu dulu waktu hamil kamu itu juga lama. Ibu nunggu 4 tahun baru kamu ada di perut ibu. 4 tahun itu ibu ga putus minta sama Allah pas tahajjud. Ibu minta biar dikasih anak biar jadi ibu yang sempurna,” jelas sang ibu mertua kepada mereka hingga membuat mereka terdiam seribu bahasa tak mampu berkata apa-apa.

***

Ikhwatil iman…

Setiap orang yang telah berumah tangga pasti menginginkan si buah hati. Buah hati yang menjadi titipan Allah Ta’ala kepada suami istri yang telah mengikatkan jalinan suci di hadapan Allah untuk menyeberangi samudera kehidupan dengan kapal keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Buah hati yang mampu menjadi pelipur lara orang tuanya kala duka itu hadir. Buah hati yang memberikan semangat kerja keras pantang menyerah kepada seluruh ayah di muka bumi ini. Mereka senantiasa berjuang agar keluarganya bisa menjadi keluarga yang tercukupi dan menjadi anak-anak yang berprestasi dan shalih-shalihah.

Saudaraku, ikhwatil iman rahimakumulloh…

Ujian ini telah dialami pula oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Zakaria AS. Beliau berdua mendapatkan ujian yang sama, yaitu di masa tua belum memiliki keturunan yang menjadi penerus risalah kenabian dan menjaga keberlanjutan nasab. Hingga Nabi Zakaria AS berdoa, “Rabbi hablii min ladunka dzurriyyatan thoyyibatan, innaka sami’ud du’aa’.” (Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa). Allah pun mengabulkan doa Nabi Zakaria melalui malaikat Jibril AS.

Begitu pula dengan Nabi Ibrahim AS. Beliau pun berdoa kepada Allah, “Rabbi habli minash sholihiin (Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih).” Lalu Allah mengabulkan doa beliau dengan memberi kabar kehamilan dari istrinya, Sarah.

Ikhwatil iman…

Berpuluh-puluh tahun dua orang nabi kecintaan Allah diberikan ujian itu. Berpuluh-puluh tahun pula pastinya mereka berdoa kepada Allah agar diberikan keturunan. Hingga akhirnya di masa tua mereka barulah diberikan kebahagiaan dengan kabar adanya keturunan. Di masa sekarang, saya juga pernah jaulah dengan seorang ustadz di salah satu daerah di jawa barat yang sudah menikah 21 tahun belum juga dikaruniai anak. Mereka terus berusaha dan berdoa hingga Allah mengabulkan doa mereka nanti. Mereka adalah orang-orang beriman dan shalih yang Allah berikan ujian dan mereka bersabar dengan ujian itu.

Ikhwatil iman…

Saudara-saudaraku yang Allah rahmati karena kecintaan kita kepada-Nya, usahlah kita gusar dan gelisah bila Allah belum menitipkan buah hati di tahun ini. Teruslah berusaha dan tawakal agar Allah melihat setiap amalan shalih yang kita perbuat. Hingga Allah Ta’ala ridha atas segala yang kita usahakan dan doa kita dikabulkan Allah Ta’ala. Entah kapan, mungkin sama seperti Nabi Ibrahim AS dan Nabi Zakaria AS di hari tua, mungkin juga lebih cepat.

Saudaraku, dari kisah di atas ada ibrah yang bisa diambil sebagai salah satu usaha untuk mempercepat datangnya buah hati. Pertama, dari bapak tua yang memberikan pelajaran bahwa beliau mendapatkan anak pertamanya setelah 5 tahun dengan cara shalat taubat dan shalat tahajjud. Kedua, pelajaran dari ibu mertua yang mengisahkan kehamilan pertamanya baru pada tahun keempat pernikahan setelah membiasakan diri shalat tahajjud meminta karunia buah hati yang shalih shalihah. Ketiga, bersabar dengan berusaha dan tawakal kepada Allah adalah pelajaran terbaik dari orang-orang beriman, bertaqwa, dan dicintai umat ini.

Semoga tulisan ini menjadi pelipur lara hati yang gundah atas datangnya sang buah hati selama bertahun-tahun. Saat buah hati itu hadir, ujian itu lebih real kita rasakan untuk bisa menjadikan mereka anak-anak yang berprestasi, shalih, dan berakhlaq. Kesabaran dengan berusaha dan tawakal tetap menjadi kunci dalam mendidik buah hati. Betapa banyak hari ini orangtua yang mendidik anaknya tanpa hati. Mereka hanya mengandalkan fisik dan otak belaka hingga anak-anak berubah seperti robot dan mesin hitung, tanpa memiliki keshalihan dan akhlaqul karimah.

Sungguh, kehadiran buah hati yang dipercepat atau diperlambat oleh Allah Ta’ala tetap memiliki persamaan. Allah telah mengaturnya terkait hal itu. Kedekatan kepada Allah Ta’ala sebagai Pencipta dan Pemilik Hati menjadi kunci utama. Semoga Allah berikan kebahagiaan pada kita semua di akhir masa nanti, melihat anak-anak kita tumbuh menjadi pemimpin umat yang shalih, adil, dan menyejahterakan umat.

 

sumber: Dakwatuna

Warga Diajak Wakaf Al Quran

Masyarakat Indonesia diajak untuk mendukung gerakan wakaf Al Quran untuk dapat memenuhi kebutuhan dua juta kitab suci bagi umat Islam di Tanah Air.

“Lebih dari 200 juta umat muslim tersebar di penjuru tanah air, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia (BPS, 2010). Sedangkan data Kemenag tahun 2014 menyebutkan kebutuhan Al Quran di Indonesia mencapai lebih dari dua juta setiap tahunnya,” kata Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ibnu Khajar, Senin (6/7).

Kondisi tersebut menginisiasi lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama salah satu produsen kertas Al Quran, Sinar Mas – Asia Pulp & Paper (APP) untuk mengajak masyarakat, organisasi dan institusi lainnya berperan aktif mewaqafkan Al Quran dalam usaha pemenuhan kebutuhan Al Quran di Indonesia dengan meluncurkan website waqafquranku.org.

“Melalui program ini, kami harapkan dapat mendukung pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan Al Quran di tanah air, dan menyalurkan Al Quran tersebut tepat sasaran, serta dapat mengajak berbagai kalangan untuk turun tangan membantu kekurangan tersebut,” kata Ibnu Khajar.

Program wakafquranku merupakan program berbasis website (www.waqafquranku.org) yang memiliki tujuan berbagi kebaikan melalui donasi berupa mushaf Al Quran yang dapat diberikan oleh siapapun, baik individu maupun lingkup organisasi.

Selain itu bagi yang belum berkesempatan melaksanakan program wakaf, juga dapat berbagi informasi terkait daerah atau masjid yang memerlukan bantuan Al Quran.

Target pendistribusian Al Quran akan disalurkan ke masjid-masjid, komunitas masyarakat, dan daerah bencana yang mengalami kerusakan infrastruktur, sarana umum serta sarana ibadah, yang akan disinergikan dengan program ACT, seperti pembangunan shelter dalam rangka pemulihan daerah pasca bencana.

 

sumber: Republika Online

Ensiklopedi Akhlak Nabi SAW: Klasifikasi Akhlak Mulia

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, seorang ulama membagi akhlak mulia dalam dua klasifikasi; akhlak mulia kepada Allah SWT dan akhlak mulia kepada para makhluk-Nya.

Akhlak mulia kepada Allah bermakna meyakini segala sesuatu yang berasal dari diri kita pasti pmemungkinkan terjadinya kesalahan sehingga kita perlu memohon ampunan. Adapun segala sesuatu yang berasal dari Allah SWT patut disyukuri. Jadi, kita harus senantiasa bersyukur, memohon ampunan-Nya, mendekat kepada-Nya, serta berusaha menelaah dan mengintrospeksi diri.

Akhlak mulia kepada makhluk terangkum dalam dua hal, yaitu banyak mengulurkan tangan untuk amal kebajikan serta menahan diri dari perkataan dan perbuatan tercela. Kedua hal ini mudah dilakukan jika memiliki lima syarat, yaitu ilmu, kemurahan hati, kesabaran, keseharan jasmani, dan pemahaman yang benar tentang Islam.

Dengan ilmu seseorang dapat mengenal dan mengetahui akhlak mulia dan akhlak tercela. Kesederhanaan adalah sikap kemudahan memberikan sesuatu kepada orang lain sehingga menjadikan nafsunya bersedia mengikuti kata hati yang baik.

Sabar merupakan sifat yang sangat penting karena jika seorang hamba tidak dapat bersabar atas apa yang menimpa dirinya, ia tidak akan berhasil mencapai derajat luhur. Fisik yang sehat dibutuhkan karena Allah telah menciptakan manusia dengan karakteristik mudah mencerna dan cepat meresap nilan-nilai kebajikan.

Memahami Islam dengan baik juga dibutuhkan karena hal itu merupakan dasar untuk melakukan sifat-sifat mulia. Dengan begitu, tindakan yang didasarkan pada akhlak mulai dapat “diakui” oleh sang Pencipta. Semakin kuat dan mantap keyakinan seseorang bahwa kelak akan memperoleh pahala yang pasti diterimanya, semakin mudah pula ia melewati latihan berakhlak mulai. Di samping itu, ia semakin mudah menikmati ketenteraman hati.

 

sumber: Rapubika Online