Memanfaatkan Ramadhan untuk Menggapai Kesempurnaan

Kita semua mengetahui bahwa umat Nabi Muhammad SAW, rata-rata usianya tidak lebih panjang dari usia umat nabi-nabi lain. Setidaknya, kalau mengikuti usia Nabi Muhammad yang 63 tahun, usia umatnya rata-ratanya tidak jauh dari 63 tahun.

Dengan rata-rata usia yang pendek itu, kalau harus dibandingkan dengan banyaknya ibadah kepada Allah SWT, tentu saja umat lain lebih banyak pahalanya. Namun, keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad menjadi niai lebih yang amat sayang bila dilewatkan.

Salah satu keistimewaan itu ada di dalam Puasa Ramadhan, dimana Alah SWT menjanjikan malam Laiatul Qodar yang nilainya seperti malam 1000 bulan. Nah, bila kita bisa memanfaatkan Ramadhan, maka meskipun usia kita tidak lebih panjang dari usia umat Nabi Musa atau lainnya, tentu saja pahala yang kita peroleh tidak kalah dari mereka yang usia ibadahnya lebih lama.

Itulah bentuk kasih sayang Allah kepada umat akhir zaman ini, sampai-sampai Allah SWT berfirman dalam hadits Qudsi,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ

Artinya, “Seluruh amalan anak Adam untuk mereka sendiri, kecuali puasa. Sungguh, ibadah puasa itu untuk-Ku. Akulah yang langsung akan memberikan imbalannya. Puasa adalah perisai.” (Shahïh al-Bukhâri: 1904).

Oleh karena itu, sempurnakanlah puasa kita agar kita benar-benar mencapai kemenangan, hilang segala dosa seperti bayi yang baru dilahirkan ibunya. Amien.

 

Sukarja dari berbagai sumber

Basuki: Pemimpin Harus Tiru Empat Sifat Rasulullah

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar oleh Rumah Kajian Alquran Al Barru, di Gedung SMESCO, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Minggu (18/1).

Basuki dalam sambutannya menekankan pentingnya memiliki dan meniru keempat sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yakni shiddiq (benar), amanah (dapat dipercaya), dan fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan).

“Kita akan lebih maju kalau dipimpin dengan orang yang memiliki sifat Nabi Muhammad sekalipun belum mendapat hidayah. Karena hidayah itu milik Allah,” kata Basuki.

Bahkan Basuki dengan lancar menceritakan beberapa kisah tentang Rasulullah. Salah satunya cerita tentang Rasulullah yang dilempari kotoran saat menunaikan shalat. Namun Nabi Muhammad tidak pernah membalas perbuatan orang tersebut.

“Kalau saya jadi panglima Rasulullah saat itu, mungkin saya sudah minta penggal kepala orang itu,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa saat membuka acara mengingatkan agar umat muslim di mana pun berada senantiasa dapat menjaga ucapan dan tindakan.

“Cinta Rasul yang dibangun adalah insan yang cerdas. Maka gerakan yang kami bawa sekarang adalah transparansi, membela yang benar, dan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin untuk membangun akhlakul karimah,” ujar Khofifah yang juga menandatangani Deklarasi Gencar (Gerakan Cinta Rasulullah).

Turut juga hadir dalam acara tersebut mantan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, sastrawan Abdul Hadi, pendiri Mizan Group, Haidar Bagir, dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Ali Mochtar. [Beritajakarta]

 

sumber: Ahok.org

9 Sifat Mulia Nabi Muhammad Yang Tidak Dimiliki Umatnya

Dalam nadhaman al-Syamail al-Muhammadiyah al-Syarifah menerangkan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW. Nadham ini antara lain telah disebut dalam kitab al-Maraqi al-Ubudiyah karangan Syeikh al-Nawawi al-Bantani. Nadham tersebut adalah :

لَمْ يَحْتَلِمْ قَطُّ طٰـهَ مُطْـلَقًا أَبَدًا        *         وَمَا تَثـَائَبَ أَصْـلاً فِىْ مَدَى الزَّمَنِ

مِنْهُ الدَّوَابُ فَـلَمْ تَهْرَبْ وَمَـا وَقَعَتْ        *ذُبَابَةٌ أَبَـدًا فِى جِسْمِـهِ الْحَسَنِ

بِخَلْـفِهِ كَأَمَـامٍ رُؤْيَةٌ ثَـــبَتَتْ            *     وَلَا يُرٰى أَثْـرُ بَوْلٍ مِـنْهُ فِيْ عَلَنِ

وَقَلْبُهُ لَمْ يَنَـمْ وَالْعَيْنُ قَدْ نَعَسَتْ       *       وَلَايَرٰى ظِـلَّهُ فِى الشَّمْسِ ذُوْ فَـطِنِ

كَـتْفَاهُ قَدْ عَلَـتَا قَوْمًا إِذَا جَلَسُوْا      *       عِنْـدَ الْوِلَادَةِ صِـفْ يَا ذَا بِمُخْتَتَنِ

هَذِه الْخَصَائِصَ فَاحْفَظْهَا تَكُنْ أٰمِنًا*        مِنْ شَرِّ نَـارٍ وَسُرَّاقٍ وَمِـنْ مِحَنِ
Terjemahannya lebih kurang sebagai berikut :
1.        Rasulullah SAW tidak pernah mimpi bersetubuh baik sebelum jadi nabi atau setelahnya, Beliau juga sama sekali tidak pernah menguap sepanjang masa,

2.        Tidak ada satupun binatang yang melarikan diri (liar) dari beliau. Tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau yang mulia.

3.        Beliau bisa mengetahui sesuatu yang ada di belakangnya, seperti beliau melihat sesuatu itu yang ada di hadapannya. Bekas air kencing beliau tidak pernah dilihat di permukaan bumi.

4.        Hati beliau tidak pernah tidur, walaupun mata beliau mengantuk. Bayangan beliau tidak pernah dapat dilihat oleh orang cerdas ketika beliau kena sinar matahari.

5.        Dua pundak beliau selalu terlihat lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama beliau. Ceritakanlah sifat beliau bahwa beliau telah dikhitan semenjak dilahirkan

6.        Ini semua merupakan keistimewaan beliau, hendaknya engkau hapalkan bait tersebut, niscaya engkau mendapat perlindungan dari bahaya kebakaran, pencurian dan musibah.

Sumber rujukan penyebutan sifat-sifat tdiatas pada Nabi Muhammad SAW.

1.        Tidak pernah ihtilam (mimpi basah)
Al-Yusuf  al-Nabhani telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah. Keterangan  keistimewaan ini datang dari Ibnu Abbas, beliau berkata :

مَا احْتَلَمَ نَبِيٌّ قَطُّ  إِنَّمَا الِاحْتِلَامُ منَ الشَّيْطَانِ

Artinya : Tidaklah seorang nabi bermimpi basah sama sekali, karena mimpi basah datang dari syaithan. (H.R. al-Thabrani)[2]

Al-Haitsami mengatakan, dalam sanad hadits ini terdapat Abd al-Aziz bin Abi Tsabit, sedangkan beliau ini ijmak atas dha’ifnya.

2.        Tidak pernah menguap
Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul.
Dalam Kitab Fathulbarri, Ibnu Hajar al-Asqalany menyebutkan :

وَمن الخصائص النَّبَوِيَّة مَا أخرجه بن أَبِي شَيْبَةَ وَالْبُخَارِيُّ فِي التَّارِيخِ مِنْ مُرْسَلِ يَزِيدَ بْنِ الْأَصَمِّ قَالَ مَا تَثَاءَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ وَأَخْرَجَ الْخَطَّابِيُّ مِنْ طَرِيقِ مَسْلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَرْوَانَ قَالَ مَا تَثَاءَبَ نَبِيٌّ قَطُّ وَمَسْلَمَةُ أَدْرَكَ بَعْضَ الصَّحَابَةِ وَهُوَ صَدُوقٌ وَيُؤَيِّدُ ذَلِكَ مَا ثَبَتَ أَنَّ التَّثَاؤُبَ مِنَ الشَّيْطَانِ

”Termasuk keistimewaan kenabian adalah yang telah ditakhrij oleh Ibnu Abi Syaibah dan Al-Bukhari dalam al-Tarikh dari mursal Yazid bin al-Asham, beliau berkata : Nabi SAW tidak pernah menguap sama sekali. Al-Khathabi mengeluarkan dari jalur Maslamah bin Abd al-Malik bin Marwan, beliau berkata : seorang nabi tidak pernah menguap sama sekali. Sedangkan Maslamah ini pernah bertemu sebagian sahabat Nabi dan beliau adalah orang yang berkata benar. Riwayat ini juga didukung oleh riwayat yang shahih yang menjelaskan bahwa menguap datang dari syaithan.”

3.        Tidak ada satupun binatang yang melarikan diri (liar) dari beliau

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul.  Qadhi ‘Iyadh meriwayatkan  dengan sanadnya sampai kepada Aisyah, beliau berkata :

كان عندنا داجن فاذا كان عندنا رسول الله صلعم قر وثبت مكانه فلم يجئ ولم يذهب واذا خرج رسول الله صلعم جاء وذهب

Artinya : Di sisi kami ada binatang jinak, apabila Rasulullah SAW bersama kami, maka binatang itu tenang dan tetap pada tempatnya, tidak datang dan pergi, tetapi apabila Rasulullah SAW keluar, maka biantang itu datang dan pergi. (H.R. Qadhi ‘Iyadh)[7]

Dalam Kitab Dalail al-Nubuwah disebutkan riwayat dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata :

وَجَاءَ الذِّئْبُ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ فَأَقْعَى بَيْنَ يَدَيْهِ، ثُمَّ جَعَلَ يُبَصْبِصُ بِذَنَبِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: هَذَا وَافِدُ الذِّئَابِ، جَاءَ يَسْأَلُكُمْ أَنْ تَجْعَلُوا لَهُ مِنْ أَمْوَالِكُمْ شَيْئًا ، قَالُوا: لَا وَاللهِ لَا نَفْعَلُ، وَأَخَذَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حَجَرًا فَرَمَاهُ، فَأَدْبَرَ الذِّئْبُ وَلَهُ عُوَاءٌ

Artinya : Seekor seriga pernah datang kepada Rasulullah SAW duduk dan berjongkok di depan beliau, kemudian menggerak-gerak ekornya.  melihat itu Rasulullah SAW berkata, ini utusan serigala, yang datang meminta suatu makanan dari kalian. Mereka menjawab : tidak, Demi Allah tidak akan kami lakukan. Seorang dari mereka mengambil batu melemparnya, serigala itu pun pergi sambil menyalak. (H.R. al-Baihaqi)
Kisah-kisah lain dimana binatang-binatang liar jinak dengan Nabi SAW banyak disebut dalam riwayat-riwayat yang terdapat dalam Kitab Dalail al-Nubuwah karya al-Baihaqi dan al-Syifa’ bi Ta’rif  Huquq al-Mushtafa karya Qadhi ‘Iyadh dan kitab-kitab lainnya yang berisi sekitar masalah kehidupan pribadi Nabi Muhammad SAW.

4.        Tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau yang mulia.
Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul.[9] Al-Yusuf  al-Nabhani juga menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah.[10]  Dalam kitabnya al-Khashaish al-Kubra, al-Suyuthi mengatakan bahwa Qadhi ‘Iyadh dalam kitab al-Syifa dan al-‘Uzfi dalam al-Maulid-nya mengatakan termasuk keistimewaan Nabi SAW tidak pernah ada lalat hinggap di tubuh beliau dan ini juga telah disebut oleh Ibnu Sab’in dalam al-Khashaish-nya dengan lafazh : “Tidak jatuh lalat atas pakaiannya sama sekali.”

5.        Bisa mengetahui sesuatu yang ada di belakangnya, seperti beliau melihat sesuatu itu yang ada di hadapannya
Al-Yusuf  al-Nabhani menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar  al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah.  Qadhi ‘Iyadh menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Syifa’ bi Ta’rif  Huquq Al-Mushtafa. Dalam Shahih Muslim disebut hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata :

هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِي هَا هُنَا؟ فَوَاللهِ مَا يَخْفَى عَلَيَّ رُكُوعُكُمْ، وَلَا سُجُودُكُمْ إِنِّي لَأَرَاكُمْ وَرَاءَ ظَهْرِي

Artinya : Apakah kalian melihat kiblatku  di sini?. Demi Allah tidak tersembunyi atasku rukuk dan sujud kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari belakangku. (H.R Muslim)

6.        Bekas air seni beliau tidak pernah dilihat di permukaan bumi.

Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Di dalam kitab ini, Ibnu al-Mulaqqin menyebut hadits dari Aisyah r.a. yang disebut dalam kitab al-Ayat al-Bainat, karya Ibnu Dahyah, Aisyah berkata :

يا رسول الله اني اراك تدخل الخلاء ثم يجئ الذي يدخل بعدك فلا يرى لما يخرج منك اثرا فقال يا عائشة ان الله تعالى امر الارض ان تبتلع ما خرج من الانبياء

Artinya : “Hai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat engkau memasuki jamban, kemudian masuk orang-orang sesudahmu. Tetapi orang itu tidak melihat bekas apapun yang keluar darimu.” Rasulullah SAW bersabda : “Hai Aisyah, sesungguhnya Allah Ta’ala memerintah bumi menelan apa yang keluar dari para nabi.”

Ibnu Dahyah mengatakan, sanadnya tsabit (maqbul) al-Suyuthi setelah menyebut beberapa jalur riwayat hadits yang semakna dengan hadits di atas ini, beliau mengatakan, jalur ini (hadits di atas) adalah yang paling kuat dari jalur-jalur hadits ini.

7.         Hati beliau tidak pernah tidur
Ibnu al-Mulaqqin telah menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, Ghayah al-Suul fi Khashais al-Rasul. Ini berdasarkan hadits Aisyah, beliau berkata :

فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ، فَقَالَ: يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ تَنَامَانِ، وَلَا يَنَامُ قَلْبِي

Artinya : Aku mengatakan, Ya Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum witir ?. Rasulullah SAW bersabda : “Ya Aisyah, sesungguhnya dua mataku tertidur, tetapi hatiku tidak pernah tidur.” (H.R. Muslim)

8.        Bayangan beliau tidak pernah dapat dilihat ketika kena sinar matahari.
Al-Yusuf  al-Nabhani menyebut keistimewaan Nabi Muhammad SAW ini dalam kitab beliau, al-Anwar  al-Muhammadiyah min al-Mawahib al-Laduniyah.  Dalam kitabnya al-Khashaish al-Kubra, al-Suyuthi mengatakan

اخْرج الْحَكِيم التِّرْمِذِيّ عَن ذكْوَان ان رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم لم يكن يرى لَهُ ظلّ فِي شمس وَلَا قمر قَالَ ابْن سبع من خَصَائِصه ان ظله كَانَ لَا يَقع على الأَرْض وَأَنه كَانَ نورا فَكَانَ إِذا مَشى فِي الشَّمْس أَو الْقَمَر لَا ينظر لَهُ ظلّ قَالَ بَعضهم وَيشْهد لَهُ حَدِيث قَوْله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فِي دُعَائِهِ واجعلني نورا

“Al-Hakim al-Turmidzi telah mentakhrij dari Zakwan, sesungguhnya Rasulullah SAW tidak dilihat bayangannya pada terik matahari dan tidak juga pada bulan. Ibnu Sab’i mengatakan, termasuk keistimewaan Nabi SAW bayangannya tidak jatuh di atas bumi, karena sesungguhnya beliau adalah cahaya. Karena itu, apabila berjalan pada terik matahari atau bulan, maka tidak dilihat bayangannya. Sebagian ulama mengatakan, riwayat ini didukung oleh hadits perkataan Nabi SAW dalam do’anya : “Jadikanlah aku sebagai cahaya.

9.         Dua pundak beliau selalu terlihat lebih tinggi dari pundak orang-orang yang duduk bersama beliau.
Ibnu al-Mulaqqin menyebut bahwa Ibnu Sab’in mengatakan, salah satu keistimewaan Nabi Muhammad SAW adalah apabila duduk, maka beliau nampak lebih tinggi dari orang-orang yang duduk di sekitar beliau. Pernyataan Ibnu Sab’in ini juga telah dikutip oleh al-Suyuthi dalam kitabnya, al-Khashaish al-Kubra. Dalam Kitab Syarah Al-Muwatha’, al-Zarqani mengatakan :

وَذَكَرَ رَزِينٌ وَغَيْرُهُ: كَانَ إِذَا جَلَسَ يَكُونُ كَتِفُهُ أَعْلَى مِنْ جَمِيعِ الْجَالِسِينَ، وَدَلِيلَهُ قَوْلُ عَلِيٍّ: ” إِذَا جَاءَ مَعَ الْقَوْمِ غَمَرَهُمْ”  إِذْ هُوَ شَامِلٌ لِلْمَشْيِ وَالْجُلُوسِ

”Raziin dan lainnya telah menyebutkan, Rasululullah SAW apabila duduk, bahunya nampak lebih tinggi dari semua orang-orang duduk. Dalilnya perkataan ‘Ali : ”Apabila Rasulullah SAW bersama kaum, beliau  melebihi mereka”. Karena ini mencakup apabila berjalan dan duduk.

Perkataan Ali ini ditakhrij oleh Abdullah bin Ahmad dan al-Baihaqi dari ‘Ali.

10.    Beliau telah dikhitan semenjak dilahirkan
Al-Thabrani dalam al-Ausath, Abu Na’im, al-Khathib dan Ibnu ‘Asakir telah mentakhrij dari beberapa jalur dari Anas dari Nabi SAW, bersabda :

من كَرَامَتِي على رَبِّي اني ولدت مختونا وَلم ير أحد سوأتي

Artinya : Sebagian dari kemulianku atas Tuhanku adalah aku dilahirkan dalam keadaan sudah dikhitan dan tidak ada yang melihat dua kemaluanku

Hadits ini telah dinyatakan shahih oleh al-Dhiya’ dalam al-Mukhtarah. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak mengatakan, telah mutawatir hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Nabi SAW lahir dalam keadaan telah dikhitan.

Inilah sifat-sifat mulia nabi Muhammad SAW yang tidak dimiliki umatnya, sebagaimana yang telah dianjurkan hafalkanlah nadham diatas niscaya engkau mendapat perlindungan dari bahaya kebakaran, pencurian dan musibah.
Sumber : http://www.ngaji.web.id/

Kudapan Buka Puasa dan Sahur Seperti Ini Bisa Bantu Turunkan Kolesterol

Ibadah puasa punya banyak manfaat kesehatan, salah satunya menurunkan kadar kolesterol. Namun untuk mendapatkan manfaat tersebut, perlu pengaturan pola makan yang benar.

Salah satunya menghindari gorengan. Ahli gizi dari Politeknik Kesehatan (Poltekes) II Jakarta, Rita Ramayulis DCN, MKes menyarankan konsumsi gorengan dibatasi maksimal 4 kali. Makan menu bersantan juga tidak masalah selama tidak berlebihan dan diimbangi sayuran berserat.

“Makanan itu semuanya baik asal padu-padannya baik,” kata Rita, seperti dikutip Rabu (1/7/2015).

Makanan yang mengandung saponin seperti bayam, tomat, daun katuk, anggur, daun suji, ubi jalar, serta terong Belanda bisa membantu menurunkan kolesterol. Demikian juga dengan kacang dan biji-bijian. Namun bagi yang kolesterolnya tinggi, batasi alpukat dan ganti dengan apel.

“Apel mengandung asam deglukari yang bisa membantu mengatur kadar kolesterol, mampu mengurangi kadar kolesterol sampai 35 persen. Tapi harus dimakan dengan kulitnya,” lanjut Rita.

Sementara itu, dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, FINASIM, dari RS Cipto Mangunkusumo mengatakan bahwa makanan yang direbus akan lebih sehat. Makanan bersantan, jerohan, gorengan, cokelat dan keju sebaiknya dibatasi.

“Jika dirasa sudah over makan yang berminyak dan kolesterol tinggi, cara menetralkannya selain minum obat yaitu dengan olahraga. Selain itu perbanyak konsumsi sayur dan buah juga,” kata dr Ari.

Pemeriksaan kolesterol bisa dilakukan satu kali sebulan, atau sesuai kebutuhan kebutuhan. Bisa juga melakukan pemeriksaan sendiri dengan menggunakan alat pribadi, namun akurasinya sangat tergantung pada jenis alat. Disarankan untuk puasa 10 jam sebelum periksa kolesterol.

 

sumber: Detik.com

Trik Agar Pasien Diabetes Tak Lemas dan Pusing Saat Puasa

Hipoglikemia adalah kondisi saat kadar gula darah di bawah standar normal. Bagi diabetesi, hal ini tentu dapat mengganggu kenyamanan saat berpuasa.

Agar puasa tetap nyaman bagi pasien diabetes, dr Titi Sekarindah, MS, SpGK dari RS Pusat Pertamina menyebutkan hal ini dimulai sejak sahur. Sebisa mungkin saat sahur prioritaskan konsumsi karbohidrat, terutama kabrohidrat kompleks karena lebih lama dicerna oleh tubuh.

“Ketika sahur juga perhatikan proteinnya, misalnya harus ada tempe, tahu dan ayam. Kalau konsumsi karbohidrat sederhana rasanya akan lebih rentan terserang hipoglikemi. Ketika sahur juga jangan terlalu banyak konsumsi obat. Mengurangi dosis obat juga salah satu cara untuk menghindari hipoglikemi,” tuturnya kepada detikHealth, seperti ditulis pada Rabu (1/7/2015).

Untuk pengaturan konsumsi obat dan insulin, dr Titi menyarankan pasien sebaiknya langsung berkonsultasi dengan dokter masing-masing. Sebab hal ini harus dinilai dari riwayat penyakit dan kondisi tubuh.

“Untuk pasien diabetes, kalau penggunaan insulinnya dosis kecil sih boleh berpuasa, tapi kalau sudah lebih dari dua kali suntikan insulin sehari sih sebaiknya jangan puasa. Nah untuk obat, ketika sahur kurangi dosisnya. Amannya sih minum obat itu satu kali ketika berbuka puasa,” terang dr Titi.

Saat berpuasa, perhatikan juga kadar gula darah. Jika pasien terlihat mengalami keringat dingin sebaiknya segera dicek. Jika tidak, maka tidak perlu terus-terusan diperiksa. Dalam kondisi normal, waktu yang tepat untuk memeriksa gula darah menurut dr Titi adalah saat berbuka puasa.

Lantas seperti apa ciri-ciri hipoglikemia yang perlu diwaspadai pasien diabetes? dr Titi menuturkan waspadai gejala seperti muncul keringat dingin, tubuh gemetar, lemas dan pusing. Jika kondisi seperti ini sudah muncul, sebaiknya segera batalkan puasa. Memaksakan tetap lanjut puasa bisa membuat pasien pingsan.

“Membatalkan puasa karena hipoglikemi cukup dengan minum teh manis. Tentunya pakai gula biasa tidak apa-apa, tapi jangan banyak-banyak. Setelah itu langsung makan seperti biasa. Jika misalnya sedang berada di luar rumah dan terserang hipoglikemi maka bisa diatasi dengan minum teh manis dan makan roti,” pesan dr Titi.

 

sumber: Detik.com

Pasien Penyakit Jantung Seperti Ini Disarankan untuk Tidak Berpuasa

Berpuasa bisa menjadi tantangan tersendiri bagi pengidap penyakit kronis, khususnya penyakit jantung. Ada rambu-rambu yang harus dipatuhi agar puasa tidak mengancam kesehatannya.

Pada dasarnya, tidak ada larangan untuk berpuasa bagi pasien sakit jantung yang menjalani rawat jalan. Pola makan saat sahur dan berbuka pun tidak berbeda dengan orang yang sehat, sebab umumnya obat jantung diberikan hanya sekali dalam sehari.

Namun dalam kondisi tertentu, pasien sakit jantung disarankan untuk tidak berpuasa. Di antaranya pasien yang membutuhkan rawat inap karena serangan jantung mendadak dan gagal jantung akut.

Pasien sakit jantung terpaksa harus membatalkan puasa juga mengalami serangan mendadak. “Karena ada obat-obatan yang harus diberikan secara oral pada kesempatan pertama,” kata DR dr Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA, FAsCC, FACC dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Sementara itu ahli gizi Rita Ramayulis DCN, MKes dari Politeknik Kesehatan (Poltekkes) II Jakarta mengingatkan bahwa kerja jantung meningkat seiring dengan kerja sistem pencernaan. Makanan atau minuman yang memacu jantung seperti kopi sebaiknya dihindari. Begitu juga dengan makan berlebihan, sebaiknya dihindari.

“Lambung kerjanya berat karena kita makan dalam porsi besar. Lambung bekerja berat dan butuh darah untuk memproses, akibatnya jantung bekerja lebih cepat,” kata Rita, seperti dikutip pada Rabu (1/7/2015).

sumber: Detik.com

Begini Panduan Sahur yang Tepat Untuk Pasien Diabetes

Pasien diabetes tetap bisa menjalankan puasa kok. Tapi ingat, ada beberapa rambu yang perlu diterapkan agar para diabetesi ini tetap nyaman selama berpuasa.

Menurut dokter spesialis gizi klinik dari RS Pusat Pertamina, dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, untuk menu sahur pasien diabetesi sebaiknya sediakan karbohidrat kompleks.

“Sayuran dan buah jangan lupa. Untuk lauknya jangan yang digoreng dan bersantan. Kalaupun mau minum susu ya boleh saja asal susu yang non fat,” tutur dr Titi saat berbincang dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (1/7/2015).

Lantas bagaimana dengan pasien diabetes yang memilih untuk mengganti makan dengan konsumsi susu khusus diabetesi saat sahur? dr Titi menjawab bahwa sebenarnya kebiasaan ini boleh saja dilakukan, namun harus diingat bahwa susu khusus semacam itu pun tetap berkalori.

Sehingga jika memang menu makan saat sahur ingin diganti dengan susu khusus diabetesi, maka berarti pasien tersebut sebaiknya tak lagi mengonsumsi menu karbohidrat dan lauk-pauk. “Tapi ditemani dengan sayuran dan buah saja,” imbuh dr Titi.

Sebaliknya, jika pasien diabetesi sudah mengonsumsi karbohidrat dan lauk-pauk lengkap untuk sahur, maka sebaiknya jangan lagi mengonsumsi susu khusus diabetesi.

“Minum saja susu non-fat. Perbanyak sayuran karena ini sangat baik untuk pasien diabetes,” pesan dr Titi.

Khusus untuk malam sebelum tidur, dr Titi juga berpesan para pasien diabetes sebaiknya lebih memilih susu non-fat dibandingkan susu khusus diabetesi. Alasannya, susu non-fat memiliki kandungan kalori yang lebih sedikit.(ajg/up)

 

sumber: Detik.com

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Pasien Hipertensi Berpuasa

Pasien hipertensi atau yang memiliki tekanan darah tinggi boleh-boleh saja berpuasa, dengan catatan fungsi ginjalnya masih baik. Namun bagi pasien hipertensi stadium lanjut, dikhawatirkan bisa menimbulkan dehidrasi hebat.

“Stadium hipertensi ada 5. Bagi stadium 1-3 masih diperbolehkan berpuasa. Namun bagi stadium 4 dan 5 yang ingin berpuasa ditakutkan malah akan memperburuk kondisi tubuh pasien. Karena pasien akan merasa dehidrasi dan kekurangan cairan hebat, fungsi ginjal akan terganggu,” kata dr Tunggul D Situmorang, MD, FINASIM dari Rumah Sakit MRCCC Siloam, dalam perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Rabu (1/7/2015).

Dipaparkan dr Tunggul, tensi yang naik akibat aktivitas bisa kembali normal dalam beberapa saat. Nah, pasien hipertensi disarankan untuk rajin olahraga secara teratur namun jangan sampai diforsir. Jika kelelahan, sebaiknya istirahat sejenak sebelum melanjutkan kembali kegiatannya.

“Manfaat puasa untuk menurunkan tekanan darah, sebetulnya kaitannya itu ketika berpuasa, tubuh terasa tenang, damai, memberikan efek relaksasi. Tentunya tekanan darah akan menjadi baik. Yang biasanya tekanan darahnya tinggi, jadi turun seiring dengan berpuasa. Karena ketika berpuasa tentunya asupan makan sehari kan berkurang, begitupun dengan garam karena garam pemicu hipertensi,” papar dr Tunggul.

Terkait asupan asin yang dikatakan bisa memicu hipertensi, dr Tunggul mendorong untuk tidak membiasakan diri mengonsumsi makanan yang asin. Hati-hati jika makan di restoran, di mana garam diletakkan begitu saja di meja pengunjung. Sebab hal ini bisa memicu kebiasaan menambahkan garam pada makanan.

Dihubungi terpisah, ahli gizi Rita Ramayulis DCN, MKes menuturkan tekanan darah dipengaruhi oleh makanan dan jam istirahat. Hipertensi memengaruhi kontraksi pembuluh darah dan membuat pembuluh darah tidak elastis sehingga tekanan darah meningkat.

“Itu karena natrium. Natrium ada di garam dan makanan yang diolah. Yang bisa merelaksasi pembuluh darah adalah kalium, itu ada di seluruh sayur dan buah, salah satunya yang tinggi kalium itu belimbing, seledri, wortel, melon, pisang dan kurma,” terang Rita.

Asupan makanan yang mengandung saponin juga bisa menurunkan tekanan darah. Nah, kandungan itu terdapat pada timun. Omega 3 dan asam lemak esensial juga mengontrol tekanan darah, bisa ditemukan di tempe dan kacang-kacangan.

 

sumber: Detik.com

Mungkinkah Kita Menemukan Malam Lailatul Qodar?

Salah satu keistimewaan Bulan Ramadhan, yang paling ditunggu-tunggu seorang muslim adalah janji Allah akan adanya Malam Lailatul Qadar.  Malam Lailatul Qadar bisa disebut juga sebagai malam kemuliaan. Keindahan malam kemuliaan ini setara dengan malam seribu bulan, seperti yang tersurat di Alquran surat Al Qadr.

5df139d6

 

Tentu saja malam kemuliaan ini harus dicari, bukan begitu saja datang sembarangan tatkala, misalnya kita sedang berbuat maksiat. Rasulullah sendiri memerintahkan kita untuk mencari malam lailatul qodar.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169).

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Ganjil tersebut bisa dihitung dari awal bulan, maka malam yang dicari adalah malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Namun bisa jadi pula lailatul qadar dihitung dari malam yang tersisa. Dalam hadits lain disebutkan,

لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى

Bisa jadi lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa, bisa juga pada tiga hari yang tersisa” (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, jika bulan Ramadhan ternyata 30 hari, berarti malam ketiga puluh adalah malam yang menggenapi. Jika dihitung dari hari terakhir, malam ke-22 berarti sembilan hari yang tersisa. Malam ke-24 berarti tujuh hari yang tersisa. Inilah yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id Al Khudri dalam hadits shahih. Inilah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa memilah-milah hari ganjil dan genap.

Adapun tanda-tanda  Lailatul Qadar dikisahkan sebagai berikut:
  1.  Udara dan suasana pagi tampak begitu tenang dan damai. Dikisahkan oleh Ibnu Abbas radliyallahu’anhu. Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”
  2.  Cahaya matahari bersinar cerah tapi terasa melemah dan tidak terlalu berasa panas pada keesokan harinya. Dikisahkan Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan.”
  3.  Malam yang terang, tidak dingin, tidak berawan, tidak hujan, tidak panas, tidak ada angin kencang.
  4.  Mereka yang pada malam tersebut beribadah maka ibadahnya akan semakin terasa lezatnya, mendapatkan ketenangan hati serta kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya dan mendapatkan kesan yang berbeda tidak seperti malam-malam lainnya.
Itulah beberapa tanda hadirnya malam Lailatul Qadar atau malam 1000 bulan yang berkembang di masyarakat. Sebagian mempercayainya, sebagian lagi beranggapan hal tersebut tergantung keadaan cuaca mengingat keshahihan dari hadits yang memperkuatnya.
Apa yang dilakukan seorang muslim saat mendapatkan dirinya bertemu dengan Malam Lailatul Qadar? Rasulullah mengajarkan untuk membaca doa berikut:

 

”Allahumma innaka afuwwun karim tuhibbul afwa fa’fu anni”, yang artinya: “Ya Allah Engkau Yang Maha Pengampun Lagi Maha Pemurah, Engkau senang mengampuni hamba-hambaMu karena itu ampunilah dosa-dosaku”.
Mungkinkah malam kemuliaan ini bisa kita miliki? Atau malam ini benar-benar hadir secara lahiriah, seperti datangnya hujan yang semua orang bisa menikmatinya?
Atau hadir hanya untuk sebagian orang yang benar-benar memanfaatkan Bulan Ramadhan (sebulan penuh) untuk beribadah kepada Allah SWT. Artinya, malam lailatul qadar ini memang muncul di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, namun hakikatnya malam ini hanya diberikan kepada mereka yang khusuk beribadah selama bulan Ramadhan, tidak  sepuluh malam terakhir saja.
Mungkin saja, seperti halnya seorang siswa yang hendak ujian, bila ia belajar sepanjang hari, maka peluangnya untuk berhasil lebih besar daripada siswa yang belajar beberapa waktu menjelang ujian. Analoginya jika dipikir secara lahiriah, maka ketika malam kemuliaan itu datang pada diri kita di Indonesia, bagaimana muslim di belahan bumi lain yang saat bersamaan berada di waktu siang. Tentu saja, kita tak bisa mengklaim bahwa malam lailatul qodar hanya ada di Indonesia.
Jadi intinya, bila kita ingin mendapatkan malam kemuliaan, maka semua itu sudah dipersiapkan sejak awal Ramadhan. Karena segalah ibadah dilipatgandakan nilainya di bulan Ramadhan, maka di akhir Ramadhan, hanya orang-orang yang mengerjakan amal saleh sejak awal itulah yang mendapatkan keuntungan lebih banyak daripada mereka yang beribadah di hari-hari terakhir.
Wallahu A’lam Bishawab.