Enaknya Haji Bersama Amirul Haj

Pada bulan Maret 1995, saya selaku wartawanRepublika mendapat kesempatan mengikuti kunjungan Menteri Agama H Tarmizi Taher melakukan lawatan ke Bandung selama dua hari. Menag yang meminta saya agar mengikuti perjalanan dinasnya. Sekalipun orang Minang, Menag pernah menjadi teman dan tetangga saya waktu dia dan keluarganya tinggal di Kwitang, Jakarta Pusat. Sampai kini kalau bertemu dia sering mengingatkan waktu sama-sama main bola di Lapangan Kwitang ketika remaja.

Di Bandung dalam suasana santai, tiba-tiba Pak Tarmizi bertanya kepada saya, ”Wi,ente mau ikut naik haji? Ane ditunjuk menjadi amirul haj.” Tentu saja tawaran ini langsung saya teriama sambil mengucapkan syukur kepada Allah. Setelah proses pendaftaran dan surat-surat selesai, saya pun berangkat ke Tanah Suci ikut rombongan amirul haj.

Bersama saya ikut serta sejumlah tokoh agama dari NU, Muhammadiyah, dan Persis. Termasuk da’i kondang KH Zainuddin MZ. Rombongan wartawan di antaranya Bambang SP (Kompas) dan Yatim (Suara Karya). Beberapa hari sebelum berangkat, Menag Tarmizi Taher memberikan briefing kepada kami para wartawan untuk membuat laporan-laporan. Intinya adalah bagaimana upaya perbaikan jamaah haji pada masa-masa mendatang. Termasuk H Komarudin Hidayat yang kini menjadi rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah dan H Muslim Abdurahman.

Tarmizi kepada kami mengatakan akan mengupayakan berbagai terobosan untuk memperbaiki pengorganisasian ibadah haji. Salah satunya adalah sistem komputerisasi yang akan mulai dilaksanakan tahun 1996.

Ketika rombongan amirul haj menuju Tanah Suci, terdapat lebih dari 100 pegawai Sekretariat Negara yang menunaikan ibadah haji bersama istri. Terdapat juga artis Jenny Rachman. Kala itu rombongan wartawan
Republika yang berangkat dengan pesawat lain bersama 195 ribu jamaah dan dua ribu petugas haji, saya kira merupakan jumlah terbesar selama ini.

Karena itu, kami dapat menerbitkan Jurnal Haji yang terbit selama lebih dari sebulan. Di antara mereka adalah Ikhwanul Kiram Mashuri, Damanhuri Zuhri, Achmad Saefi, dan Bachtiar Padha. Juga pemimpin
perusahaan Haedar Baqir ikut menunaikan ibadah haji. Tiap hari kami bertemu di Press Centre untuk mengirimkan berita-berita ke Jakarta.

Begitu pesawat yang membawa rombongan amirul haj pada malam hari, setelah mengurus surat-surat dan koper-koper di Bandara King Abdul Azis Jeddah, kami ditempatkan di Wisma Haji. Setelah bermalam di Jeddah, kami langsung naik bus yang cukup mewah, seperti umumnya bus-bus yang disediakan untuk jamaah haji, ke Kota Nabi, Madinatul Al-Munawarah (kota yang disinari dan menyinari).

Jarak Jeddah ke Madinah 500 km. Mendekati kota ini, kami tidak seluruh rombongan dipimpin salah satu ulama, tidak henti-hentinya bershalawat berisi salam dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Perjalanan antara Jeddah dan Madinah kami tempuh selama kurang lebih lima jam.

Dari bus yang berpendingin ruangan ini di luar hanya terlihat batu-batu yang gersang. Kami membayangkan bagaimana Rasulullah ketika hijrah dari Makkah ke Madinah hanya dengan menggunakann unta dalam panas yang sangat terik. Betapa tingginya semangat dan mental para sahabat Nabi ketika
mereka hijrah banyak yang menempuh hanya dengan berjalan kaki.

Rombongan tiba di Madinah ketika hari sudah malam. Masjid Nabawi sudah ditutup. Hanya toko-toko dan para pedagang serta mereka yang berbelanja tampak masih sibuk.

Kami ditempatkan di hotel cukup mewah dan letaknya berdekatan dengan Masjid Nabawi. Keesokan harinya kami berziarah ke makam Rasulullah SAW. Di sebelahnya terdapat makam sahabat Abubakar dan Umar bin Khatab. Di depan makam Nabi, meskipun saya sebelumnya sudah melaksanakan ibadah
haji dan beberapa kali umrah, tidak dapat membendung tetesan air mata.

Ketika saya membaca doa di depan makam Rasul, seorang askar (tentara Arab Saudi) menegur saya. ”Anda tidak boleh berdoa di hadapan makam. Tapi, berdoalah ke arah sana menunjuk ke arah belakang saya, ke arah Kabah.” Di makam Nabi, para askar tidak membolehkan kita berdiri lama-lama saat berziarah. Maklum, antrean yang ingin mendekati makam Nabi sangat banyak.

Tiga hari berada di Madinah, kami mendatangi tempat-tempat bersejarah, seperti Masjid Kiblaten, Masjid Quba, tempat perang Chandak dan tempat-tempat bersejarah lainnya. Ketika itu Madinah jauh berubadah dari 10 tahun lalu ketika saya pertama kali berhaji.

Terowongan-terowongan yang menembus gunung di sini dengan ornamen-ornamennya yang artistik tampak sangat indah. Demikian pula dengan penataan kotanya, seperti bumi dengan langit dibandingkan 10
tahun sebelumnya. Termasuk pusat-pusat perbelanjaan bertaraf internasional.

Saat itu Kota Nabi ini sudah memiliki bandara internasional. Kalau dulu jamaah haji harus lebih dulu ke Jeddah, kini mereka bisa langsung ke Madinah, termasuk dari Indonesia. Perjalanan dari Madinah ke Makkah yang jaraknya hampir sama antara Jeddah dan Madinah juga kami tempuh dengan
mulus sekalipun kala itu jutaan jamaah haji sudah berdatangan di Arab Saudi. Setelah mengambil miqat di Bir Ali dan shalat sunnah, rombongan meneruskan perjalanan ke Makkah. Di sini kami langsung ke Masjidil Haram untuk thawaf dan umrah, kemudian bertahalul.

Karena rombongan amirul haj, kami dapat pelayanan agak istimewa, dikawal olehaskar Arab Saudi meskipun harus tetap berdesak-desakan. Saat thawaf saya melihat Sultan Brunei, Hasan Bolkiah, yang mendapat pengawalan lebih ketat. Sekalipun Tarmizi Taher dan beberapa stafnya ditempatkan di hotel, saya mengikuti inspeksi yang dilakukan tiap hari hingga jauh malam ke tenda-tenda jamaah haji Indonesia. Termasuk ke rumah-rumah sakit tempat para jamaah haji dirawat.

Saya teringat gurauannya. ”Hanya unta yang tidak terserang flu dan batuk-batuk”. Waktu itu karena perubahan cuaca dan melakukan kegiatan fisik yang melelahkan banyak yang sakit, khususnya flu dan batuk-batuk. Melihat saya tetap sehat, Tarmizi dengan bercanda berkata, ”Kok lu Wi enggak sakit?” Rupanya akibat olahraga yang saya lakukan meskipun usia kala itu 60 tahun, daya tahan tubuh saya cukup baik.

Di Arafah yang saya lihat sudah mulai banyak pepohonan. Kami wukuf di tempat yang cukup baik. Pembacaan doa dilakukann oleh Quraish Shihab. Di Arafah kita mendapati sejumlah TKW yang berjualan di tenda-tenda yang ditempati para haji dari Indonesia. Mereka menjual nasi rames dengan tahu dan tempe. Ada juga pecel, mi rebus (kala itu perusahaan Indomie pengekspor utama ke Arab Saudi). Tidak ketinggalan bakso yang rasanya tidak kalah sedap dari bakso di Tanah Air.

 

Oleh: Alwi Shahab, Wartawan Republika

Apa Hukumnya Hormat kepada Bendera?

Peringatan hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) selalu disambut dengan gegap gempita. Berbagai perlombaan digelar guna memeriahkan peringatan HUT RI. Tiap tanggal 17 Agustus juga digelar upacara bendera guna memperingati peristiwa bersejarah tersebut.

Ada hal kecil yang menjadi diskusi hangat di kalangan umat soal upacara bendera. Utamanya soal kebolehan menghormat kepada bendera. Benarkah hormat bendera adalah sesuatu yang harus dipersoalkan?

Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah pernah menjawab pertanyaan salah satu warga soal hukum menghormat bendera. Majelis Tarjih menerangkan terlebih dahulu secara umum. Pertama, dalam agama ada aspek-aspek yang berkaitan dengan akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Masing-masing mempunyai dimensi peran, meskipun secara substansial merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah.

Menurut Majelis Tarjih, menjadi warga negara yang baik adalah termasuk dalam bidang muamalah. Dan jika mempunyai misi untuk memperkokoh persatuan dan menghindari perpecahan, perilaku ini bisa bernilai ibadah yang dimotivasi oleh akhlak yang mendorong kepada perbuatan baik dan terpuji. Sementara akidah memengaruhi manusia untuk berpandangan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah nisbi karena hanya Allah-lah yang Maha Mutlak.

Selanjutnya, soal bendera merah putih, secara aturan nasional bendera nasional adalah alat pemersatu bangsa. Bendera merah putih diatur dalam UUD 1945.

Soal “hormat-menghormati”, hal tersebut bisa dilakukan dan diekspresikan dengan berbagai cara. Misalnya, mengangkat tangan, melambaikan tangan, berdiri, menundukkan badan atau kepala, mencium seperti mencium Hajar Aswad di dalam tawaf, dan lain-lain.

 

Di dalam peristiwa mencium Hajar Aswad, atau cukup dengan melambaikan tangan, merupakan perbuatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam rangkaian ibadah tawaf. Sedangkanmenghormati bendera, kata Majelis Tarjih, merupakan perbuatan muamalah yang diatur oleh ulul amri (penguasa) dalam peristiwa-peristiwa tertentu.

Perbuatan mencium Hajar Aswad dan menghormati bendera, meskipun terjadi dalam peristiwa yang berbeda, namun memiliki illah yang sama yaitu menghormati. Oleh karena itu, bisa berdampak hukum yang sama jika dilakukan dalam konteks penyimpangan akidah sehingga bisa jatuh dalam kemusyrikan.

Di sinilah pentingnya meluruskan niat dalam setiap perbuatan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, mana yang akidah, ibadah, dan muamalah. Sesuai dengan kaidah fikih yang berbunyi, “Setiap perkara bergantung kepada maksud mengerjakannya.”

Sehingga tidak harus mencampurkan antara bidang muamalah dengan akidah, sepanjang niatnya semata-mata menghormati bendera sebagai satu peranti persatuan dan kesatuan bangsa. Hal yang sama bisa juga dilihat dalam konteks firman Allah kepada Malaikat untuk bersujud kepada Adam.

Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur…” (QS al-Baqarah [2]: 34)

Sujud dalam ayat di atas adalah menghormati Adam, bukanlah berarti sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan itu hanyalah semata-mata kepada Allah. Artinya, jika dimaknai dan diniatkan sebagai bagian muamalah saja, maka hukumnya tak bisa disamakan dengan bab akidah yang bisa merusak keimanan.

Soal bendera sendiri, Lembaga Fatwa Mesir menjelaskan, jika pada zaman Rasulullah SAW bendera juga sudah lazim digunakan. Saat itu Rasulullah SAW memiliki bendera bernama rayah, lima (panji), dan ‘alam.

Sejumlah ulama hadis juga membuat bab khusus soal bendera dan panji-panji seperti Imam Abu Daud dengan judul Bab fi al-Rayat wa al-Alwiyah, Imam Tirmizi dengan judul Bab Ma Ja’a fi al-Alqiyah.

Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathu Bari menjelaskan, Rasulullah SAW ketika dalam peperangan menyerahkan sebuah panji kepada setiap pemimpin kabilah. Masing-masing dari mereka berperang di bawah panji tersebut.

Bendera dalam perang juga mendapat kedudukan tinggi. Sebab, berdirinya panji-panji tersebut menandakan pasukan masih tegar berdiri. Sementara, jika panji tersebut roboh maka bisa dianggap pasukan tersebut kalah.

Imam Bukhari meriwayatkan, dari Anas bin Malik RA, Nabi SAW bersabda, “Saat perang Mu’tah, Awalnya panji dibawa oleh Zaid lalu ia terluka. Kemudian diambil Ja’far kemudian ia terluka. Kemudian diambil Abdullah bin Rawahah, kemudian ia terluka. Kemudian bendera diambil Khalid bin Walid lalu ia berhasil memenangkan perang.”

Lembaga Fatwa Mesir akhirnya berpendapat jika praktik menghormat kepada bendera tidak mengapa. Hormat bendera dengan isyarat tangan atau dalam bentuk tertentu masuk dalam kategori tradisi (adah). Sebabnya adah adalah perbuatan yang sering diulang-ulang sehingga ia sangat mudah dilakukan tanpa rasa canggung sama sekali. Hukum asal soal ini adalah boleh selama tidak ada dalil yang melarangnya.

 

Oleh Hafidz Muftisanny

Rezeki

Perkara yang paling dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang hayat dalam menjalani kehidupan dunia ini adalah rezeki. Ibn al-Jauzi berkata, di dalam Alquran rezeki itu mencakup sepuluh hal.

Pertama, adalah pemberian (QS al-Baqarah: 3). Kedua, makanan (QS al-Baqarah: 25). Ketiga, berupa makan siang dan makan malam (QS Maryam: 62). Keempat, mengenai hujan (QS al-Jatsiyah: 5).

Kelima, mengenai nafkah (QS al-Baqarah: 233). Keenam, buah-buahan (QS Ali Imran: 37). Ketujuh, berarti pahala (QS Al-Mu’min: 40). Kedelapan, berarti ‘surga’ (QS Thaaha: 131). Kesembilan, tanaman dan binatang ternak (QS Yunus: 59). Kesepuluh, berarti ‘syukur’ alias balasan (QS. Al-Waqi’ah: 82).

Jika ditelisik lebih dalam, mungkin kaitan masalah rezeki di dalam Alquran akan lebih dari 10 hal. Tetapi, dari sini kita bisa memahami dengan jelas bahwa benar Allah SWT sebaik-baik pemberi rezeki (QS Al-Jumu’ah [62]: 11).

Karena dimensi, cakupan, dan sisi rezeki yang begitu luas, jelas tidak mungkin ada sosok manusia yang mampu mengurus masalah rezekiini. Hanya Allah yang bisa mengatur dan karena itu menjamin rezekidari setiap makhluk yang diciptakan-Nya.

Oleh karena itu, sangatlah tidak masuk akal jika ada orang yang dalam hidupnya dilanda kerisauan luar biasa mengenai rezekihidupnya, sehingga atas nama mencari rezeki menistakan diri dalam kezaliman dan kejahiliyahan.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya rezeki itu akan dicari oleh seorang hamba sebagaimana ia dicari oleh ajalnya.” (HR Ibn Hibban). Namun demikian, tidak berarti umat Islam boleh atau dibenarkan berpangku tangan. Sebab, Rasulullah SAW dan para sahabat bukanlah sosok manusia yang menyandarkan rezekinya dengan cara pasif. Justru sebaliknya, sangat proaktif.

Rasulullah SAW bersabda, “Berusaha keraslah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah, jangan bersikap lemah.” (HR Muslim).

Dan, seperti direkam sejarah, para sahabat Nabi Muhammad SAW ada yang bekerja dengan berkebun, berdagang, dan beternak. Mereka yang berdagang ada yang mengarungi daratan dan lautan menuju satu negeri demi negeri lainnya.

Ada mental kerja keras untuk mendapatkan rezeki. Mental inilah yang Rasulullah SAW cintai, sehingga suatu waktu Rasulullah SAW mencium tangan seorang Muslim yang menjemput rezekinya dengan membelah batu.

Dalam hal ini patut kita renungkan syair yang digubah oleh Jalaluddin Rumi. “Benar. Jika tawakal menuntut dalilnya, maka bekerja adalah sunah nabi-Nya. Bersyukur dan beramal dalam tawakal secara imbang agar kau jadi kekasih Tuhan. Telah berseru Nabi dan Rasul-Nya; Ikatlah unta, lalu pasrahkan kepada-Nya. Aku dengar pula berita: gerakan si pekerja dicintai Tuhannya. Maka janganlah tawakal membuatmu kendur mencari bekal.

Dengan demikian, mari mulai lembaran baru dalam hal rezeki. Jangan pernah risau soal kuantitas rezeki yang kita terima. Tetapi, risaulah tentang apakah halal atau haram rezeki yang kita cari.

Sebab, semua orang tahu, bahwa rezeki harus dijemput dengan berpeluh lelah. Maka, sangat sayang jika tidak berujung berkah dan berbuah jannah.

 

Oleh: Imam Nawawi / Republika Online

4 Mualaf ini Pengaruhi Sejarah Dunia

Di balik prestasi Islam yang gegap gempita, sejumlah mualaf ikut serta ambil peran di dalamnya. Laman lostislamichistory.com memuat beberapa mualaf yang menorehkan tinta emas dalam sejarah dunia.

*  Berke Khan  

Berke Khan merupakan cucu sang penakluk dari Mongol, Genghis Khan. Berke merupakan tokoh penting bagi Mongol pada pertengahan 1200 M. Sama seperti kebanyakan Mongol lainnya, Berke adalah seorang pagan.

Ia merupakan pemimpin tentara Mongol, Golden Horde, yang dikirim untuk  menaklukkan wilayah Pegunungan Utara Caucasus dan Eropa Timur yang kala itu dikuasai Kipchak Turk. Pasukan yang dipimpinannya bahkan sudah merambah hingga Hungaria.

Berkeberkenalan dengan Islam di Bukhara dalam perjalanan kembali ke Mongol. Di sana, ia menjadi petinggi Mongol pertama yang menjadi Muslim. Meski sempat menimbulkan ketegangan, jejak Berke lalu diikuti banyak anggota pasukannya.

Mendengar serangan atas Baghdad oleh sepupunya, Hulagu Khan, pada 1258 M, Berke berjanji untuk menghentikan Hulagu yang telah menghabisi banyak nyawa Muslim tak berdosa. Bekerja sama dengan     Kesultanan Mamluk di Mesir, Berke berhasil menghentikan pasukan  Hulagu dan mempertahankan wilayah Mesir, Syria, dan Hijaz dari serangan Hulagu.

* Zaganos Pasha ( W 1461 M)

Keturunan Yunani atau Albania ini ditempatkan dalam pasukan elite Janisaary yang berada di bawah komando Dinasti Turki Utsmani. Seperti Janissary lainnya, Zaganos Pasha diajarkan Islam, administrasi sipil, dan seluk-beluk militer. Ia kemudian ditunjuk menjadi pembimbing dan penasihat Mehmed II muda, yang kelak menjadi sultan ketujuh dalam Dinasti Turki Utsmani.

Saat Mehmed II menjadi sultan, ia menunjuk Zaganos Pasha menjadi penasihat, terutama dalam rencana penaklukan Konstantinopel pada 1453 M. Saat penaklukan Konstantinopel berjalan, Zaganos Pasha diberi tugas sebagai kepala pasukan di bagian utara kota. Pasukannya     termasuk yang pertama kali berhasil menaklukkan benteng     Konstantinopel.

* Ibrahim Muteferrika (1674 M-1745 M)

Dinasti Turki Utsmani pernah mengalami stagnansi inovasi. Ibrahim Muteferrika, seorang berdarah Hungaria yang kemudian menjadi Muslim, berperan penting dalam memecah kebekuan itu. Ia menjadi duta Dinasti Turki Utsmani bagi Prancis dan Swedia. Kembali ke Istanbul, ia membawa ide Renaisans dan penggunaan mesin cetak. Ia berhasil mengopi atlas, kamus, dan buku-buku religius.

Di antara banyak karya yang dicetaknya, ada atlas buatan ahli geografi terkenal Katip Çelebi yang membuat ilustrasi dunia dengan detail dan tingkat presisi yang mengagumkan saat itu. Muteferrinka juga menulis dan mencetak buku-buku dengan berbagai topik, seperti sejarah, teologi, sosiologi, dan astronomi.

* Alexander Russel Webb (1846 M-1916 M)

Pada akhir abad ke-19, jurnalisme menjadi bagian penting yang efektif dalam memengaruhi masyarakat Amerika Serikat. Alexander Russel Webb, termasuk salah satu orang yang berperan di dalamnya. Ia menjadi jurnalis dengan karya yang banyak dibaca publik.

Mulai tak yakin dengan agama Kristen yang dianutnya, Webb mulai mempelajari agama lain dan menaruh ketertarikan pada Islam. Saat ditunjuk Departemen Luar Negeri AS untuk bekerja di Kedutaan Filipina pada 1887, ia mulai berkorespondensi dengan Muslim di India.

 

 

sumber: Republika Online

Tips Mencari Toilet Terdekat Saat di Masjidil Haram

Area utama Masjidil Haram tak memiliki toilet. Anda harus berjalan ke luar untuk menemukannya. Kenali lokasi Anda dan cari toilet terdekat agar tidak berputar-putar.

Menjelang puncak haji, Masjidil Haram semakin hari semakin padat. Jemaah datang dari berbagai negara untuk beribadah. Tak hanya arena ibadah, namun toilet pun selalu penuh setiap saat. Anda harus memahami titik-titik lokasi toilet agar tidak salah jalan, sebab saat ini proyek perluasan masih berlangsung, sehingga tak semua akses jalan terbuka.

Berbeda dengan toilet, khusus untuk tempat berwudhu lebih mudah diakses dan ditemukan. Lokasinya ada di pelataran, halaman sampai di dalam masjid, tepatnya di dekat jalan menuju arena sa’i.

Anda harus memahami titik-titik lokasi toilet agar tidak salah jalan (Rachmadin Ismail/detikcom)

Nah, untuk toilet, ada beberapa yang mudah ditemukan, namun tak sedikit juga butuh usaha ekstra untuk mencarinya. Berikut beberapa titik toilet dan cara menemukannya dari lokasi Anda berada:

1. Datang dari arah terminal Ajyad

Bila Anda datang dari arah terminal Ajyad atau rumah sakit Ajyad, maka toilet besar akan terlihat jelas di sebelah kiri menjelang pintu utama Masjidil Haram. Tulisan WC terlihat jelas dengan gambar untuk menandakan toilet pria dan wanita.

Titik-titik lokasi toilet di sekitar Masjidil Haram yang diberi lingkaran hitam (Rachmadin Ismail/detikcom)

Seandainya toilet tersebut penuh, Anda bisa mencari alternatif toilet di tower zamzam. Di dalam mal tersebut, mulai dari lantai 1 ada toilet untuk laki-laki di sayap mal sebelah kanan, dan wanita di sayap mal sebelah kiri, atau di lantai atas.

2. Berada di pelataran masjid gerbang King Fahd

Bila Anda datang dari arah Misfalah, lalu hendak mencari toilet, atau keluar dari dalam masjid melalui gerbang utama King Fahd, maka sebaiknya mencari toilet bawah tanah. Posisinya ada di depan hotel Hilton dan Dar Al Tawhid. Jangan sampai tertukar dengan jalur bawah tanah menuju arena penjemputan. Perhatikan logo dan tulisan WC serta gambar pria atau wanita. Sebab toilet pria dan wanita terpisah dan jaraknya cukup berjauhan.

3. Berada di arena Sa’i

Bila Anda sedang berada di arena sa’i dan hendak ke toilet maka tidak perlu berjalan ke luar menuju gerbang utama King Fahd. Keluar saja lewat pintu Marwah lalu berjalan sekitar 100 meter ke arah bangunan bertuliskan WC. Di sini juga terpisah toilet untuk wanita dan pria, sehingga perlu diperhatikan gambarnya.

Titik lokasi toilet di sekitar area Masjidil Haram (Rachmadin Ismail/detikcom)

Untuk pria, tidak ada toilet untuk buang air kencing sambil berdiri di Masjidil Haram. Semua toilet menggunakan pintu. Dengan demikian, antrean yang ada kadang cukup panjang. Sedikit tips saat mengantre, sebaiknya tidak menunggu antrean di luar lorong, namun masuk ke dalam dan menunggu di depan pintu, agar mendapat giliran lebih cepat.

Selain itu, dalam jam-jam sibuk dan padat seperti salat fardlu atau salat Jumat, sebaiknya Anda menggunakan toilet sebelum masuk ke dalam masjid. Sebab, bila di tengah waktu salat atau khotbah Jumat, ada kemungkinan bila Anda keluar dulu ke toilet, maka akan kesulitan kembali untuk masuk.

Semoga bermanfaat!

sumber: Detik.com

Sempat Terpuruk, Blake Ferguson Bangkit dengan Islam

Perkenalan pemain liga rugbi asal Australia Blake Ferguson dengan Islam membuatnya menemukan kembali tujuan hidup. Setelah menjalani kehidupan yang penuh duri, kemunduran, dan kecemasan, atlet kelahiran 20 maret 1990 ini merasakan kedamaian menjalani agama Allah SWT.

Ferguson ialah atlet rugbi yang bermain untuk Sydney Roosters, Cronulla-Sutherland Sharks, dan Canberra Raiders dari NRL. Kariernya cukup gemilang sejak 2009.

Bahkan, pada 2012 pria yang akrab disapa Fergo ini memiliki musim terbaiknya di lapangan. Ia mewakili Tim Liga Rugby New South Wales dan memperkuat skuat nasional Tim Liga Rugby Australia.

Namun, puncak ketenaran itu justru membuatnya terbuai popularitas. Bukannya mempertahankan prestasi, justru ia melakukan beberapa pelanggaran yang memicu kemunduran kariernya.

Pelanggaran disiplin muncul pada akhir 2012. Ia dipecat dari posisi pemain bintang Canbera oleh Raiders kehidupannya di luar lapangan. Pada November 2012, Fergo digiring oleh staf keamanan VIP setelah adanya laporan bahwa ia meludahi penonton dalam acara festival musik. Raiders menolak berkomentar terkait insiden tersebut. Namun, mereka menyadari insiden itu bentuk pelanggaran disiplin internal.

Pelanggran disiplin Fergo tak berhenti sampai di situ. Pada 17 Juni 2013 ia ditangkap dan didakwa  polisi atas tindakan tidak senonoh terhadap seorang perempuan di Klub Malam Sutherland Shire. Kasus ini sempat menyeret Fergo ke pengadilan.

Namun, Fergo membantah tudingan tersebut. Ia mengatakan keliru menghampiri perempuan yang ingin ia temui. Akibat banyaknya pelanggaran disipilin internal ini, Fergo dipecat oleh Canberra Raiders pada 6 September 2013. Fergo juga terungkap memiliki ketergantungan dengan alkohol dan obat-obatan dan melakukan pelanggaran dalam mengemudi kendaraan.

Diselamatkan

Pelanggaran demi pelanggaran membuat kariernya terpuruk. Ia dipecat oleh timnya. Pada saat yang sama, media semakin memperburuk citranya dengan mengatakan bahwa Fergo tidak pantas menggunakan jersey dan bermain untuk skuat New South Wales (NSW). Ia merasa kehidupannya hancur.

Begitu ia dijatuhkan dari skuat NSW, sepupu sekaligus sahabat Fergo, Anthony Mundine, yang merupakan juara petinju Australia tidak membuang waktu dan bergegas membantu Fergo. Mundine segera menemui Fergo dan berjanji untuk tinggal di sisinya sampai hal-hal menjadi lebih baik.

Mudine menolak tuduhan yang menyebutkan saudaranya tersebut sebagai seorang pecandu alkohol. Ia hanya mengatakan bahwa ia akan membantu Fergo melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.

Melalui Mudine itulah, pria kelahiran Bankstown Australia ini mengenal Islam. Mudine membimbing Fergo dengan pola kesederhanaan, kebaikan, dan kasih sayang.

Mudine adalah orang yang sangat religius dan sosok yang benar-benar peduli dengan cobaan hidup dan masa-masa sulit yang dihadapi Ferguson. Ia ingin membantu Ferguson menyadari potensi besar yang kian terkubur akibat deraan hidup yang menghampirinya.

“Ia hanya melihat ke depan untuk mengubah arah hidupnya. Saat ini, ia dalam keadaan yang baik, tidak minum, dan tidak ada obat,” ujar Mundine, seperti dilansir islamforchristans.com.

Akhirnya, setelah melewati sekian proses, pria berusia 25 tahun itu memutuskan menjadi Muslim pada 8 November 2013. Ia bersyahadat di Masjid Zetland, Sydney.

Lebih baik

Setelah memeluk Islam, Ferguson mengaku menjalani kehidupan dengan lebih baik. Ia menyadari kesalahan masa lalu dan berusaha memperbaikinya. Fergo  memilih tidak banyak berkomentar terkait keputusannya menjadi mualaf. Baginya, masalah agama merupakan kehidupan pribadinya dan tidak untuk khalayak banyak.

Beberapa sahabat terdekat mendukung keputusan Fergo memeluk Islam. Mereka bahkan memberikan semangat agar Fergo dapat kembali mencapai puncak kariernya. Sahabat terdekatnya meyakini bahwa Ferguson akan menjadi atlet rugbi terbaik dengan keyakinan baru yang ia anut saat ini.

Pada Mei 2014 Ferguson menandatangani kontrak dengan Tim  Sydney Roosters. Sekarang, Fergo menjadi pemain bek di tim ini menggantikan Roger Tuivasa-Sheck. Berkat jasa Fergo, Tim Sydney Roosters berhasil mengalahkan South Sydney Rabbitohs.

Namun, pada akhir Juni 2014, Fergo kembali harus menyelesaikan kasus hukumnya yang lama terkait pelecehan terhadap perempuan. Ini artinya ia harus menunggu sampai musim 2015 agar dapat bermain untuk klub barunya.

 

Republika Online

Bolehkah Memegang Mushaf Kala Salat?

MESKI ada khilaf dalam hukum salat sambil memegang mushaf, namun ada keterangan dari bahwa Aisyah radhiyallahuanha tentang salat dengan memegang mushhaf.

“Dari Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bawah ghulamnya menjadi imam salat atas dirinya sambil memegang mushaf.” (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah)

“Ibnu At-Taimi meriwayatkan dari ayahnya bahwa Aisyah radhiyallahuanha membaca mushaf dalam keadaan salat.” (HR. Abdurrazzaq) []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2317944/bolehkah-memegang-mushaf-kala-salat#sthash.i1B261sq.dpuf

Apakah Anda Menggerakkan Telunjuk Saat Tasyahud?

MASALAH menggerakkan jari telunjuk saat tahiyat di dalam salat adalah masalah khilafiyah yang termasuk paling klasik. Kami katakan klasik, karena sejak zaman dahulu, para ulama sudah berbeda pendapat. Perbedaan pendapat di antara mereka tidak kunjung selesai sampai ribuan tahun lamanya, bahkan sampai hari ini.

Masalahnya bukan karena para ulama itu hobi berbeda pendapat, juga bukan karena yang satu lebih sahih dan yang lain kurang sahih. Juga bukan karena yang satu lebih mendekat kepada sunah dan yang lain kurang dekat. Masalahnya sangat jauh dan tidak ada kaitannya dengan semua itu.

Titik masalahnya hanya kembali kepada cara memahami naskah hadis, di mana ada dalil yang sahih yang disepakati bersama tentang kesahihannya, namun dipahami dengan cara yang berbeda oleh masing-masing ulama.

Sayangnya, teks hadis itu sendiri memang sangat dimungkinkan untuk dipahami dengan cara yang berbeda-beda. Alias tidak secara spesifik menyebutkannya dengan detil dan rinci.

Yang disebutkan hanyalah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggerakkan jarinya, tetapi apakah dengan teknis terus-terusan dari awal tahiyat hingga selesai, ataukah hanya pada saat mengucapkan ‘illallah’ saja, tidak ada dalil yang secara tegas menyebutkan hal-hal itu.

Dari Wail bin Hujr berkata tentang sifat salat Rasulullah, “Kemudian beliau menggenggam dua jarinya dan membentuk lingkaran, kemudian mengangkat tangannya. Aku melihat beliau menggerakkan jarinya itu dan berdoa”. (HR Ahmad, An-Nasai, Abu Daud dan lainnya dengan sanad yang sahih)

Dari Abdullah bin Umar ra berkata, “Rasulullah bila duduk dalam salat meletakkan kedua tangannya pada lututnya, mengangkat jari kanannya (telunjuk) dan berdoa”. (HR Muslim)

Dengan adanya kedua dalil ini, para ulama sepakat bahwa menggerakkan jari di dalam salat saat tasyahhud adalah sunah. Para ulama yang mengatakan hal itu antara lain adalah Al-Imam Malik, Al-Imam Ahmad bin Hanbal serta satu pendapat di dalam mazhab Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahumullah.

Tinggal yang jadi titik perbedaan adalah cara mengambil pengertian dari kata ‘menggerakkan’.

1. Sebagian ulama seperti kalangan mazhab As-Syafi’i mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menggerakan hanyalah sekali saja, yaitu pada kata ‘illallah’. Setelah gerakan sekali itu, jari itu tetap dijulurkan dan tidak dilipat lagi. Demikian sampai usai salat.

2. Sebagian lainnya malah sebaliknya. Seperti kalangan mazhab Al-Hanafiyah yang mengatakan bahwa gerakan menjulurkan jari itu dilakukan saat mengucapkan kalimat nafi (Laa illaha), begitu masuk ke kalimat isbat (illallaah) maka jari itu dilipat kembali. Jadi menjulurkan jari adalah isyarat dari nafi dan melipatnya kembali adalah isyarat kalimat itsbat.

3. Sebagian lainnya mengerakkan jarinya hanya pada setiap menyebut lafadz Allah di dalam tasyahud. Seperti yang menjadi pendapat kalangan mazhab Al-Imam Ahmad bin Hanbal.

4. Dan sebagian lainnya mengatakan bahwa tidak ada ketentuannya, sehingga dilakukan gerakan jari itu sepanjang membaca tasyahud. Yang terakhir itu juga merupakan pendapat Syeikh Al-Albani. (Lihat kitab Sifat Salat Nabi halaman 140). Sehingga beliau cenderung mengambil pendapat bahwa menggerakkan jari dilakukan sepanjang membaca lafadz tasyahud.

Akan tetapi, sekali lagi kami katakan itu adalah ijtihad karena tidak adanya dalil yang secara tegas menyebutkan hal itu. Sehingga antara satu ulama dengan ulama lainnya sangat mungkin berbeda pandangan. Selama dalil yang sangat teknis tidak atau belum secara spesifik menegaskannya, maka pintu ijtihad lengkap dengan perbedaannya masih sangat terbuka luas.

Dan tidak ada orang yang berhak menyalahkan pendapat orang lain, selama masih di dalam wilayah ijtihad. Pendeknya, yang mana saja yang ingin kita ikuti dari ijtihad itu, semua boleh hukumnya. Dan semuanya sesuai dengan sunnah nabi Muhammad.

 

Wallahu a’lam bishshawab. [Ahmad Sarwat, Lc]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2318217/apakah-anda-menggerakkan-telunjuk-saat-tasyahud#sthash.Z9ihAqiG.dpuf

Melirik dan Berjalan Sambil Salat

“RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam melirikkan matanya ke kanan dan ke kiri tanpa menolah.” (HR. Al-Hakim dan Ibnu Khuzaemah)

Bahkan beliau pun juga pernah berjalan membukakan pintu untuk Aisyah istrinya, padahal beliau dalam keadaan sedang melakukan salat sunah. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut :

Dari Aisyah radhiyalahuanha berkata,

“Aku minta dibukakan pintu oleh Rasulullah padahal beliau sedang salat sunah, sedangkan pintu ada di arah kiblat. Beliau berjalan ke kanannya atau ke kirinya dan membuka pintu kemudian kembali ke tempat salatnya.” (HR. An-Nasa’i)

Dengan semua fakta di atas, masihkah kita akan mengatakan bahwa salat khusyu’ itu harus selalu berupa kontemplasi ritual tertentu?

Haruskah salat khusyu’ itu membuat pelakunya seolah meninggalkan alam nyata menuju alam gaib tertentu, lalu bertemu Allah Ta’ala seolah pergi menuju sidratil muntaha bermikraj?

Benarkah salat khusyu’ itu harus membuat seseorang tidak ingat apa-apa di dalam benaknya, kecuali hanya ada wujud Allah saja? Benarkah salat khusyu’ itu harus membuat seseorang bersatu kepada Allah?

Kalau kita kaitkan dengan realita dan fakta salat Rasul sendiri, tentu semua asumsi itu menjadi tidak relevan, sebab nabi yang memang tugasnya mengajarkan kita untuk salat, ternyata salatnya tidak seperti yang dibayangkan.

Beliau tidak pernah ‘kehilangan ingatan’ saat salat. Beliau tidak pernah memanjangkan salat saat jadi imam salat berjamaah, kecuali barangkali hanya pada salat subuh, karena fadhilahnya.

Kalaupun diriwayatkan beliau pernah salat sampai bengkak kakinya, maka itu bukan salat wajib, melainkan salat sunah. Dan panjangnya salat beliau bukan karena beliau asyik ‘meninggalkan alam nyata’ lantaran berkontemplasi, namun karena beliau membaca ayat-ayat Alquran dengan jumlah lumayan banyak. Tentunya dengan fasih dan tartil, sebagaimana yang Jibril ajarkan.

Bahkan beliau pernah membaca surat Al-Baqarah (286 ayat), surat Ali Imran (200 ayat) dan An-Nisa (176ayat) hanya dalam satu rakaat. Untuk bisa membaca ayat Quran sebanyak itu, tentu seseorang harus ingat dan hafal apa yang dibaca, serta tentunya memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalam tiap ayat itu. Kalau yang membacanya sibuk ‘berkontemplasi dengan dunia ghaib’, maka tidak mungkin bisa membaca ayat sebanyak itu.

Maka salat khusyu’ itu adalah salat yang mengikuti Rasulullah, baik dalam sifat, rukun, aturan, cara, serta semua gerakan dan bacaannya. Bagaimana Rasul melakukan salat, maka itulah salat khusyu’.

 

Wallahu a’lam bishshawab. [Ahmad Sarwat, Lc]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2317948/melirik-dan-berjalan-sambil-salat#sthash.BMCc8u39.dpuf

Hukum Tersenyum Kala Salat

SESEORANG yang sedang salat lalu tersenyum, oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dikatakan salatnya batal. Beliau menegaskan bahwa yang membatalkan salat itu adalah tertawa, khususnya bila tertawa dengan mengeluarkan suara bahkan terbahak-bahak.

Tidak batalnya salat karena tersenyum terdapat pada hadis-hadis berikut ini:

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah bersabda, “Senyum itu tidak membatalkan salat tetapi yang membatalkan adalah tertawa.” (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah)

“Kelihatan gigi ketika tersenyum tidak membatalkan salat, yang membatalkan salat itu adalah tertawa dengan suara keras.” (HR. Ath-Thabarani) []

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2317947/hukum-tersenyum-kala-salat#sthash.jB1MAY4G.dpuf