Komite Arab Saudi Tertarik Keunikan Cara Indonesia Mengelola Haji

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mendapat sorotan khusus dari Komite Haji Arab Saudi. Cara Indonesia mengelola ibadah haji dari Tanah Air disebut sistematis dan unik dibandingkan negara-negara lain.

Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges mengatakan, kerja-kerja pelayanan haji pemerintah Indonesia membuat koordinasi kian mudah dan penanganan pelaksanaan ibadah haji bisa lebih terkendali.

“Kalian bekerja sangat baik dalam menangani jamaah haji,” kata Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi untuk Asia Tenggara, Ehsan A Bouges di Jeddah, Rabu (5/9/2018).

Secara khusus, Ehsan kagum dengan pendataan haji Indonesia yang tergolong rapi. “Kalian punya sistem. Ini hal yang tak dipunyai pengelola haji negara lain,” kata dia.

Ia mencontohkan, saat petugas atau pekerja medis Saudi menangani jamaah dari Indonesia, mereka tinggal mengirim nomor paspor jamaah bersangkutan ke pihak Panitia Penyelenggaraan Ibadan Haji (PPIH) Arab Saudi baik dari Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan.

Berdasarkan nomor paspor itu, pihak Saudi bisa langsung mengetahui data jamaah terkait mulai dari data pribadi hingga riwayat kesehatannya dan mengambil tindakan.

“Saya bertemu dengan banyak misi haji dari negara lain, dan mereka bahkan tak memiliki laporan lengkap soal jamaah,” kata dia. Ia menilai, petugas-petugas haji Indonesia juga sangat mudah diajak bekerjasama dan sangat suportif dalam membantu pelayanan haji.

Tahun depan, Ehsan menjanjikan akan dilakukan peningkatan terkait pelayanan jamaah haji termasuk dari Indonesia. Mereka saat ini sudah mengajukan proposal soal penambahan ambulans dan klinik kesehatan.

Selain itu, pihak Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi juga mendorong diperbolehkannya ambulans beroperasi hingga ke dalam terowongan dan lokasi jamarat di Mina. Hal tersebut sehubungan banyaknya jamaah yang jatuh sakit di terowongan menuju dan kelua jamarat akibat kelelahan berjalan kaki.

Sementara, Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat juga memuji peningkatan pelayanan haji Arab Saudi tahun ini. “Petugas mereka saat ini lebih kooperatif dan ramah. Kami mengapresiasi perubahan ini,” kata Arsyad di Jeddah, kemarin. (erh)

OKEZONE

Jamaah Haji Indonesia Puas dengan Layanan Haji 2016

Dari survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), indeks kepuasan jamaah haji indonesia (IKJHI) di Arab Saudi pada 2016 menunjukkan jamaah puas dengan layanan haji yang diberikan.

Berdasarkan jenis layanan, petugas kloter mendapat penilaian kepuasan tertinggi dan transportasi Bus Armina mendapat apresiasi terendah.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, total keseluruhan sampel jamaah 18.500 orang yang dicuplik dari jamaah pemberangkatan gelombang satu, dua, dan jamaah yang sakit.

Jenis layanan yang dinilai yakni layanan petugas kloter, layanan petugas non kloter, layanan ibadah, layanan akomodasi, layanan bus, layanan catering, layanan Kesehatan, dan layanan lainnya.

Survei dilakukan menggunakan quisioner dan wawancara mendalam kepada jamaah haji. Selain itu petugas BPS juga melakukan observasi dengan mengamati fasilitas dan pelayanan sebagai pendukung saat analisis. Dari sana, dihasilkan Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI).

Secara keseluruhan, hasil survei BPS menunjukkan IKJHI 2016 sebesar 83,83 persen yang berarti memuaskan atau di atas standar. Angka itu membaik dari IKHJI 2015 sebesar 82,67 persen.

Dari sembilan jenis layanan, semua layanan sudah mendapat penilaian di atas 75 persen, tiga di antaranya bahkan sudah di atas 85 yakni layanan petugas kloter, transportasi Bus Shalawat, dan layanan ibadah.

”Layanan petugas kloter mendapat nilai sebesar 86,4 persen karena ada upaya khusus, di mana petugas kesehatan mendatangi jamaah ke pemondokan. Ini, karena banyak jamaah haji risiko tinggi pada 2016,” ungkap Suhariyanto dalam paparan IKJHI 2016 di hadapan Menteri Agama dan jajaran Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag di Kantor BPS, Selasa (15/11).

Bus Shalawat mendapat nilai 85,54 persen. Karena penambahan ada armada dan semua bus dalam kondisi lebih baik dari sebelumnya. Rasio layanan Bus Shalawat pada 2016 mencapai satu berbanding 400 orang, membaik dari rasio satu berbanding 700 orang tahun 2015.

Pun bus antar kota juga dinilai lebih baik meski tetap ada saran perbaikan. Catatan dari jamaah diberikan pada Bus Armina. Sementara layanan ibadah diapresiasi dengan nilai 85,54 persen karena adanya tiga konsultan ibadah.

 

sumbe:RepubliaOnline

Pesan-pesan dalam Ibadah Haji

TELAH berkumpul jutaan orang di kota Mekah untuk menunggu prosesi puncak ibadah Haji. Haji merupakan pertemuan terbesar umat Islam dari berbagai negara di dunia ini, sebuah kewajiban ritual yang tidak dijumpai padanannya dalam tradisi agama lain.

Andai saja tidak dibatasi oleh kuota, bukan hanya tiga sampai lima juta umat muslim yang berkumpul di kota suci ini melainkan lebih banyak lagi sampai jumlah yang tidak bisa ditebak.

Lokasi prosesi ibadah haji sangat terbatas. Padang Arafah tempat berkumpul bersama untuk wukuf pada satu hari yang sama tidak mungkin lagi menampung lebih banyak orang. Mina dan Muzdalifahpun tidak lagi muat untuk muat ditempati lebih banyak manusia. Negara Saudi Arabia sebagai tuan rumah tentu akan menjadi pusing melihat ketidakseimbangan rasiojumlah peminat dan ukuran lokasi serta fasilitas.

Dulu, pembatasan kuota jamaah haji tidaklah seketat saat ini. Tidak pernah didengar ada daftar tunggu apalagi dalam waktu yang sangat lama seperti yang dialami saat ini. Untuk menunaikan ibadah haji reguler, saat ini dibutuhkan antri 24 tahun, sementara jika mendaftar untuk haji plus harus menunggu 6 tahun.

Usia minimal mendaftar hajipun saat ini ditentukan 12 tahun sehingga tidak akan ada lagi lomba “haji termuda” seperti pada 10 tahun yang lalu. Mengapa ibadah haji ini begitu banyak peminat dan seakan menjadi ibadahpaling favorit akhir-akhir ini?

Perintah kewajiban haji sebenarnya adalah sama dengan perintah kewajiban lain yang lain, terutama yang termasuk dalam ibadah rukun Islam yang kelima, seperti shalat, puasa dan zakat. Bahkan, untuk haji, dipersyaratkan adanya kemampuan (istithaah) untuk menjadi wajib dilaksanakannya. Mereka yang tidak memiliki kemampuan finansial dan kemampuan fisik tidaklah berkewajiban melaksanakannya.

Apakah panjangnya antrian tunggu (waiting list)menjadi indikasi bahwa umat muslim saat ini lebih mampu secara finansial dibandingkan dengan umat muslim masa sebelumnya? Mungkin saja jawabannya adalah iya.Namun jawaban ini terasa unik ketika dihubungkan dengan fakta terjadinya krisis moneter yang begitu lama dan keadaan ekonomi yang tidak sestabil masa-masa sebelumnya.

Apakah ada hubungannya dengan peningkatan kesadaran keberagamaan umat muslim akan urgensi haji? Bisa saja jawabannya adalah iya.Namun jawaban inipun terasa janggal di tengah fenomena sosial yang sedang mengagung-agungkan hedonisme dan di saat perlombaan ekonomi yang tak mengenal hukum halal haram.

Kejanggalan ini agak tertepis dengan analisa bahwa bisa jadi membludaknya jumlah jamah haji saat ini adalah sebagai respon atau bahkan titik balik dari hedonisme dan lomba ekonomi yang tak kunjung selesai itu.

Ada satu alasan yang tidak boleh dilewatkan untuk disebut, yakni bahwa ada kerinduan ruhani yang memuncak yang telah memaksa seseorang menunaikan ibadah haji bahkan secara berulang atau berkali-kali. Interview penulis dengan banyak jamaah haji menunjukkan bahwa beribadah haji itu bagai “pulang ke rumah asal.”

Ada kebahagiaan yang tidak bisa tergantikan oleh ibadah lain. Kebahagiaannya bisa diumpamakan anak sekolah dasar yang dipulangkan lebih awal karena guru-guru sedang rapat. Mereka pulang ke rumah dengan riang gembira sambil bernyanyi “gelang sepatu gelang.”

Mengumpamakan ibadah haji dengan kembali ke rumah asal bukanlah tanpa dasar, karena al-Quran sendiri menyebut kabah, baitullah, sebagai rumah pertama yang ada di muka bumi. Sebagai rumah asal tentu saja menjadi rujukan kerinduan jiwa yang menenteramkan dan menenangkan, ketenteraman dan ketenangan yang bukan ditentukan oleh fasilitas fisik melainkan oleh sentuhan batin karena hati menjadi fokus hanya kepada Allah Swt.

Fokus hanya kepada Allah menjadi inti pesan dari “pulang ke rumah asal” ini. Para jamaah haji disadarkan kembali pada asal muasalnya, pada tugas pokoknya kini selama ada di dunia, dan pada tujuan akhir setelah menjalani episode dunia ini. Mereka yang prosesi berhajinya tidak mengantarkan pada kesadaran seperti ini adalah orang-orang yang gagal menemukan makna haji. Ibadah hajinya hanya bermakna sebagai tour fisik, bukan perjalanan spiritual (spiritual sojourn).

Pesan kedua haji adalah pesan persaudaraan berdasar egalitarianisme, kesederajatan di hadapan Allah SWT. Pakaian ihram yang sama warnanya, kabah sebagai kiblat bersama, tuntunan ibadah yang bersumber dari sumber yang sama merupakan simbol utama dengan pesan bersama bahwa persaudaraan atas dasar iman adalah persaudaraan yang tidak boleh luntur atau rapuh dengan alasan apapun.

Betapapun ada perbedaan warna kulit, perbedaan jenis kelamin dan perbedaan berpendapat, persaudaraan dan persatuan dalam keimanan haruslah tetap terjaga.Hanyaorang yang bodoh dalam beragama yang menjadikan perbedaan itu sebagai sebab bertengkar dan bermusuhan. Ketulusan dalam beragama akan mengantarkan pemiliknya untuk saling menghargai perbedaan dan menghormati hak-hak orang lain.

Kesombongan atau aroganisme diri harus dibuang melalui ibadah haji ini. Semua jamaah haji harus membawa posisi atau pangkat yang sama sebagai hamba (abd) dengan Tuhan yang sama, yakni Allah Yang Maha Segala-galanya. Mereka yang hadir ke Mekah dengan membawa posisi, pangkat atau identifikasi diri yang bersifat duniawi adalah mereka yang tidak benar-benar menjalankan ibadah haji, tak akan memperoleh kemabruran haji.

Pesan ketiga adalah pesan kesederhanaan. Prosesi haji sesungguhnya mengajarkan kesederhanaan. Pakaian ihram yang hanya dua helai saja, tenda wukuf di Arafah dan Mina dengan fasilitas yang juga seadanya saja adalah potret kesederhanaan yang harusnya mendidik jiwa para jamaah. Bahwa hotel-hotel di Mekah semakin mewah dan makanan restoran semakin banyak pilihan memang bukan fakta yang bisa ditolak. Namun, pesan kesederhanaan haji seperti disebut di atas tidak mungkin dihapus sama sekali. Sederhana adalah pilihan hidup yang diajarkan Rasulullah Saw.

Pesan keempat adalah pesan keharmonisan dengan alam sekitar. Ketika beribadah haji, ada banyak larangan-larangan ihram yang tidak boleh dilakukan. Tidak boleh berburu, tidakboleh memotong tumbuh-tumbuhan, tidak boleh berbantah-bantahan dan lain sebagainya. Ibadah haji benar-benar ibadah yang memesankan keharmonisan hidup dengan manusia dan alam.

Haji mabrur adalah haji yang pelaksananya telah mengejawantahkan pesan-pesan tersebut di atas. Seorang yang berhaji harusnya adalah menjadi teladan bagi sekitarnya dalam beribadah ritual dan beribadah sosial. Seorang haji mabrur adalah orang yang tak hanya saleh ritual melainkan pula saleh sosial. Bagaimana dengan haji kita? [*]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323216/pesan-pesan-dalam-ibadah-haji#sthash.YyEqTV82.dpuf

Jamaah Haji Iran Kecam Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, MINA -— Sejumlah jamaah haji berkebangsaan Iran mengecam berbagai pernyataan provokatif yang dialamatkan Ali Khamenei kepada Pemerintah Arab Saudi, belum lama ini. Mereka menilai pemimpin Iran itu telah menyampaikan ‘klaim plasu’ di hadapan publik.

Para jamaah haji Iran itu dengan suara bulat menyatakan pujian mereka atas upaya Kerajaan Arab Saudi memberikan pelayanan maksimal kepada semua tamu Allah selama berada di Tanah Suci, tanpa ada diskriminasi.

“Setiap kali saya menunaikan haji, saya melihat banyak proyek baru yang diluncurkan pemerintah Arab Saudi untuk kenyamanan jamaah,” ungkap seorang tamu asal Iran yang telah melaksanakan haji beberapa kali, Abdul Salam Mohammed Ali, seperti dikutip al-Arabiyah, Rabu (14/9).

Jamaah Iran lainnya, Ali Nadri, yang saat ini tinggal di Amerika Serikat, mengaku puas dengan berbagai proyek pembangunan di Makkah dan Madinah. Menurut pria itu, proyek-proyek tersebut cukup menggambarkan usaha keras yang dilakukan Kerajaan Saudi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan para tamu Allah.

Komentar positif juga diutarakan jamaah Iran yang baru pertama kali menunaikan ibadah haji. Salah satunya adalah Diauddin Sadr al-Ashrafi yang mengaku senang berada di antara jutaan peziarah yang datang ke Makkah dari berbagai belahan dunia. “Upaya Arab Saudi untuk membuat perjalanan haji kami terasa nyaman cukup untuk membantah tuduhan palsu yang dibuat pemerintah Iran,” katanya.

Ashrafi menilai provokasi yang dilontarkan Khamenei terhadap Saudi bertujuan untuk menciptakan kekacauan di antara para tamu Allah. Hal itu, kata dia, dapat merusak ibadah haji mereka.

Wartawan Iran yang kini tinggal di Kurdistan, Jamal Boukarim, menyampaikan terima kasihnya pada Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. “Raja Salman dan orang-orang Saudi sangat bermurah hati kepada setiap peziarah,” tuturnya.

Pemerintah Iran sebelumnya menuduh Arab Saudi tengah berusaha menghalang-halangi warga mereka menunaikan ibadah haji. Di antara isu yang dikemukakan oleh pemimpin Iran di Teheran adalah masalah keamanan para jamaah haji yang dinilai tidak mendapat perhatian semestinya dari pihak otoritas Saudi.

Peristiwa runtuhnya crane di Masjidil Haram, Makkah, tahun lalu, dikatakan menewaskan sekitar 2.300 orang. Iran pun mengklaim diri sebagai korban dengan jumlah terbesar dalam insiden tersebut, yakni sebanyak di 464 orang tewas.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pekan lalu lantas mempertanyakan hak Arab Saudi untuk mengelola Tanah Suci umat Islam tersebut.

Redaktur : Damanhuri Zuhri
Reporter : Ahmad Islamy Jamil

Agar Tetap dalam Kelompok

Tawaf qudum (selamat datang) biasanya dilakukan tak lama setelah jamaah tiba di Makkah. Karena masih lelah setelah perjalanan dari Tanah Suci atau Madinah biasanya jamaah banyak yang kaget. Akibatnya jamaah sering hilang atau tersesat.

Untuk mengantisipasinya, sebelum berangkat ke Masjidil Haram jamaah hendaknya mengenali letak hotel atau pondokannya. Minta informasi kepada yang lebih tahu jalan menuju hotel dari masjid, atau kalau naik kendaraan lewat mana. Baik juga jika buat denah hotel atau pondokan. Usahakan berangkat dari maktab secara berombongan. Tiap rombongan ada kepala rombongan yang sudah mengenal baik wilayah di sekitar Makkah.

Kegiatan tawaf dan sai bisa berlangsung satu hingga tiga jam. Bila mulainya dinihari biasanya langsung diteruskan dengan Shalat Subuh. Saat itu udara sangat dingin. Lantai Ka’bah dan pelataran sai pun kadang terasa sedingin es. Sebelum berangkat pastikan jamaah sudah makan atau paling tidak mengonsumsi makanan ringan. Tak perlu terburu-buru berangkat ke masjid. Pastikan semua persiapan sudah sempurna.

Setelah sampai di Masjidil Haram jamaah akan tawaf secara berombongan atau dalam regu-regu kecil. Lebih baik bentuk kelompok kecil. Kelompok kecil akan lebih mudah untuk bergerak dalam kerumunan ribuan jamaah. Selain itu akan lebih mudah dalam koordinasi karena bisa saling kenal. Hapalkan benar jamaah masuk dari pintu mana, sehingga saat keluar bisa tetap di pintu yang sama.

Buat kesepakatan dimana lokasi bertemu setelah kegiatan tawaf dan sai selesai, dan jam berapa. Bisa juga buat kesepakatan bertemu sebelum sai. Misalnya di bawah jam atau dekat zamzam. Jadi kendati saat tawaf berpisah, sai bisa tetap bersama-sama lagi.

Selama musim haji pelataran Ka’bah tak pernah sepi. Waktu yang paling padat biasanya seusai Shalat Maghrib sampai Isya, dan selepas Shalat Shubuh. Yang agak lengang biasanya tengah malam hingga satu jam menjelang Shalat Subuh dan waktu Dhuha sampai Shalat Zuhur. Tapi ini pun tak bisa dipastikan.

Tawaf dimulai dari garis coklat yang sejajar dengan Hajar Aswad. Di sini biasanya terjadi kepadatan. Titik-titik kepadatan terletak antara Rukun Yamani hingga Hajar Aswad. Sebaiknya begitu mulai masuk Rukun Yamani jamaah agar bergerak keluar, sebab jika terjebak di sekitar Hajar Aswad akan sulit untuk berjalan.

Untuk jamaah yang fisiknya lemah, lebih baik tawaf di lingkaran luar, jangan terlalu masuk ke dekat Ka’bah. Karena pasti akan berdesak-desakan. Sedangkan bagi yang fisiknya sama sekali tak kuat untuk berjalan bisa menyewa kursi roda dan pendorongnya baik untuk tawaf maupun sai.

Usahakan saat tawaf tidak terbebani dengan membuka-buka catatan. Hapalkan saja doa-doa pendek sehingga jamaah bisa konsentrasi dan khusyuk.

Jika lantai dasar penuh, jamaah bisa melakukan tawaf di lantai dua atau tiga. Namun jarak tempuh tawaf di lantai dua bisa dua kali lipat lebih jauh jika dibanding tawaf di lantai dasar. Hanya saja kondisinya tidak terlalu padat dan tidak berdesak-desakan.

Usai tawaf jamaah akan shalat di belakang makam Ibrahim. Agar shalat bisa lebih khusyuk, lakukan secar bergantian. Rekan yang sudah selesai shalat menjaga rekannya yang shalat kemudian dari kemungkinan gangguan karena lalu lalang ribuan jamaah.

Lokasi sai terletak di dalam Ka’bah juga. Banyak jamaah kebingungan mencari letak bukit Shafa dan Marwa. Padahal lokasi itu sudah kini sudah menyatu dengan Ka’bah. Kepadatan juga terjadi di jalur sai. Selain itu biasanya di sini jamaah sudah kelelahan setelah tawaf. Sama dengan tawaf, sai juga bisa dilakukan di lantai dua dan tiga. Hanya saja lintasannya semua mendatar tidak seperti di lantai dasar yang harus mendaki bukit Shafa dan Marwa.

Usai sai usahakan tetap berkelompok saat tahalul. Sebaiknya jika tidak ingin gundul, lakukan tahalul secara bergantian. Untuk itu gunting sudah harus disiapkan dari pondokan. Waspadalah  dengan orang-orang yang menawarkan jasa untuk memotong rambut.

Saat tawaf qudum ini biasanya timbul masalah. Karena biasanya jamaah sedang lelah, belum tahu situasi, tergesa-gesa, atau kaget melihat kerumunan ribuan orang berdesak-desakan. Karena itu usahakan tetap dalam kelompok. Untuk tawaf selanjutnya, jamaah biasanya sudah berani melakukan sendiri-sendiri.

 

 

sumber: Republika ONline

Waspadai Demensia pada Lansia

Jamaah calon haji lansia masih menjadi prioritas dalam penyelenggaraan ibadah haji beberapa tahun terakhir. Hal serupa pun terjadi pada musim haji kali ini. Jamaah calon haji tahun ini masih didominasi oleh calon haji lansia.

Lantaran itulah aspek kesehatan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan haji tahun ini. Beragam penyakit dan gangguan kesehatan lain yang mungkin dialami oleh para jamaah lansia pun turut diantisipasi. Satu di antaranya adalah demensia.

Demensia merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional yang sering kali disebabkan kelainan yang terjadi pada otak yang ditandai dengan gejala-gejala yang mengakibatkan perubahan cara berpikir dan berinteraksi dengan orang lain. Sering kali, demensia memengaruhi memori jangka pendek, pikiran, kemampuan berbicara, dan kemampuan motorik.

Menurut dr Ika Nurfarida yang bertanggung jawab pada penanganan gangguan jiwa Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, demensia dapat juga muncul karena dehidrasi parah. “Dehidrasi dapat memicu disorientasi waktu dan ruang. Oleh karena itu, penanganan pertama kami adalah memberi minum pasien dan menurunkan suhu tubuh,” katanya.

Peningkatan suhu tubuh, menurut dia, juga dapat memicu peningkatan tekanan darah pada jamaah lanjut usia. Menurut dia, jamaah demensia biasanya telah memiliki faktor gejala di Tanah Air, tapi kemudian muncul atau diperparah karena faktor stres dan kelelahan.

Untuk para jamaah haji yang menjadi pendamping jamaah lansia diimbau untuk turut membantu memperhatikan asupan gizi dan konsumsi air jamaah lansia. Bila hal ini terus diantisipasi, diharapkan gangguan demensia dapat diminimalisasi.

 

sumber: Republika Online

Cuaca Panas Ekstrem, Ini Tips Bagi Jemaah Haji Saat Ibadah Armina

Cuaca di Arab Saudi saat puncak haji pada 10 September 2016 atau bertepatan dengan 9 Dzulhijjah 1437 Hijriah diprediksi bisa mencapai 50 derajat celcius. Para jemaah diimbau untuk selalu menjaga kesehatan agar bisa menjalankan ibadah Arafah Mina (Armina).

Berikut beberapa tips untuk para jemaah haji agar stamina tetap terjadi selama ibadah Armina.

1. Minum yang cukup agar tidak dehidrasi
Cuaca panas ekstrem di Armina bisa membuat jemaah yang kekurangan cairan dehidrasi. Selama perjalanan baik itu dari Makkah menuju Arafah, Mudzalifah ke Mina disarankan untuk membawa botol minuman.

Pastikan membawa botol minuman sesuai kebutuhan, jangan sampai botol malah menjadi beban bagi jemaah. Bila terasa panas yang begitu menyengat, jemaah bisa mengguyur kepala dengan air agar panas di tubuh berkurang dan membuat kepala dingin.

2. Jangan makan sembarang
Jemaah diimbau tidak makan sembarang. Hal ini untuk menghindari sakit perut atau lainnya.

Sakit perut atau mules ingin buang hajat hingga berkali-kali akan membuat jemaah tidak nyaman. Apalagi harus menunggu antrean toilet umum yang cukup panjang karena banyak digunakan juga oleh jemaah yang lain.

 

3. Selalu bersama rombongan
Jemaah harus tetap berada dalam rombongannya. Jangan berjalan sendiri-sendiri agar tidak hilang dan tersasar di tengah lautan manusia. Selain itu selalu taati jadwal dan rute yang telah disepakati bersama.

4. Hindari kegiatan tidak perlu
Malam hari sebelum wukuf, jemaah akan bermalam di tenda. Disarankan para jemaah tidak melakukan kegiatan di luar tenda karena cuaca di luar sangat panas.

5. Bawa obat-obatan pribadi
Bagi jemaah yang punya penyakit khusus jangan lupa bawa obat-obatan pribadi. Selain itu bila perlu konsumsi vitamin agar stamina tetap terjaga.

sumber: Detikcom

Kurban Digital

Ibadah kurban merupakan ibadah ritual umat Islam yang dilaksanakan setiap tahun pada Idul Adha (10 Zulhijjah) dan 3 hari setelah Idul Adha (11-13 Zulhijjah), yaitu dengan menyembelih hewan kurban dan kemudian dibagikan kepada yang membutuhkan.

Melalui Kurban Digital BAZNAS ingin memudahkan masyarakat dalam berkurban. Kami sebut Kurban Digital karena di era digital sekarang ini, BAZNAS ingin menawarkan pengalaman ber-Kurban Digital dengan 4 aspek kelebihan. Pertama, mudah. Dengan berbagai layanan kemudahan berkurban melalui BAZNAS, memudahkan masyarakat melaksanakan ibadah kurban, melalui aplikasi Kurban Digital, Transfer Rekening, E-comerce, Jemput Kurban dan  Gerai Kurban.

Kedua, memberdayakan. Berkurban melalui BAZNAS di samping tertunaikan ibadah kurbannya, banyak pihak yang terberdayakan melalui Kurban Digital, di antaranya, peternak hewan, pedagang kambing dan sapi, tukang potong, jasa antar/distribusi dan masih banyak lagi yang diuntungkan dari manfaat Kurban Digital.

Ketiga, transparan. Melalui Kurban Digital, aspek transparansi dari proses pelaksanaan ibadah kurban terjaga dengan baik, laporanreal time dari pemotong di lokasi pemotongan sampai pendistribusian daging kurban dapat dilaporkan seketika proses sedang berlangsung.
Proses transaksi yang didukung oleh perbankan (bankable) menjaga akuntabilitas transaksi ibadah kurban.

Keempat, interaktif. Intraksi antara pekurban dan masyarakat sebagai penerima manfaat dapat dijembatani melalui Kurban Digital yang setiap kejadian dapat diterima oleh pekurban melalui smartphone dengan fasilitas notifikasi SMS / WA / email.

 

 

sumber: www.baznas.go.id

Kisah Calon Haji yang Tertahan di Filipina: Jual Sawah untuk Bayar Rp 250 Juta

Makassar – Pasangan suami istri La Marola (70) dan Icoma (70), asal Desa Mojong, Kecamatan Watang Sidenreng, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, terpaksa menjual 1 hektar sawahnya untuk bisa menunaikan ibadah haji via jalur internasional yang ditawarkan Travel Aulad Amin.

“Ambo dan Indo saya jual sawahnya 1 hektar di Desa Mojong, dia daftar Rp 250 juta di travel Aulad Amin di Kota Sengkang, kami tidak tahu bagaimana prosesnya sampai dia terdaftar, tiba-tiba saja kami diinformasikan bahwa Ambo dan Indo akan berangkat haji,” ujar Nurhaedah, ponakan La Marola saat ditemui di terminal kedatangan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Minggu (4/9/2016).

Menurut Nurhaedah, keluarganya berharap uang yang telah disetorkan oleh La Marola dan Icoma dapat dikembalikan oleh Travel Aulad Amin.

Selain La Marola dan Istrinya, Pudding (60) dan istrinya, Amma (50), petani asal Towuti, Kabupaten Luwu Timur juga menjadi korban pemberangkatan haji bodong. Uang tabungannya yang selama ini dikumpulkan selama bertahun-tahun juga lenyap dalam sekejap, gara-gara tergiur iming-iming naik haji jalur cepat.

Rencananya, sekitar 110 calon jamaah haji gagal berangkat asal Sulawesi Selatan akan tiba di Bandara Sultan Hasanuddin sekitar pukul 11.00 Wita, menggunakan pesawat Air Asia XT 983 yang berangkat langsung dari Manila, Filipina.
(mna/Hbb)

 

sumber: Detikcom

‘Waspadai Suhu 52 Derajat di Armina’

Jamaah haji Indonesia diimbau selalu membawa air minum dan bergerak dalam kelompoknya selama menjalani kegiatan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina), sebagai bentuk antisipasi suhu tinggi yang secara teori dapat mencapai 52 derajat celcius.

Imbauan tersebut disampaikan kepada para calon jamaah haji Indonesia oleh Kepala Bidang Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Subhan Cholid, di Kantor Daerah Kerja Makkah, Jumat (2/9).

Subhan mengungkapkan, mengingat cuaca sangat panas, dalam setiap perpindahan, jamaah agar tidak lupa membawa minuman. “Dari Makkah menuju Arafah, bawa minuman, dari Arafah ke Mudzalifah bawa minuman, dan Dari Mudzalifah ke Mina juga membawa minuman. Meski satu botol, itu untuk menghilangkan haus dan panas,” katanya.

Jamaah haji Indonesia juga diimbau untuk tertib dan menaati jadwal yang sudah disepakati, karena kepatuhan akan jadwal sangat penting untuk membantu kelancaran angkutan. Pada saat yang sama, seluruh jamaah haji dari berbagai dunia yang jumlahnya jutaan orang juga bergerak menuju tempat yang sama.

“Kalau saling berebut dan tidak taat jadwal, angkutan justru tidak lancar dan tidak sampai ke tujuan,” katanya. Subhan mengingatkan selaku penanggung jawab perpindahan jamaah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Subhan juga meminta jamaah haji Indonesia tetap berada di regu dan rombongan, tidak mengambil inisiatif sendiri. “Jadi (bergerak) sesuai yang disepakati bersama sesuai dengan regu dan rombongan,” ujarnya.

Jamaah haji Indonesia akan mulai diberangkatkan ke Arafah dari pemondokan masing-masing mulai Jumat (9/9) pagi menggunakan bus. Setiap maktab atau pemondokan disiapkan 21 bus yang akan mengangkut jamaah ke Arafah dalam tiga tahapan. Tahap pertama, jamaah diberangkatkan pada pukul 07.00-11.30 waktu Arab Saudi.

Karena hari Jumat, tahap kedua baru akan dimulai setelah Shalat Jumat, kira-kira pukul 13.00 sampai 16.00 waktu Arab Saudi. Adapun tahap terakhir, dari jam 16.00 sampai 12.00 malam waktu Arab Saudi atau sampai selesainya jamaah terangkut semua ke Arafah.

 

sumber: Republika Online