Tak Tepati Janji, Tanda-tanda Kemunafikan

MENEPATI janji adalah bagian dari iman. Barang siapa yang tidak menjaga perjanjiannya maka tidak ada agama baginya. Maka, seperti itu pula ingkar janji, termasuk tanda kemunafikan dan bukti atas adanya makar yang jelek serta rusaknya hati.

“Tanda-tanda munafik ada tiga; apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Muslim, Kitabul Iman, Bab Khishalul Munafiq no. 107 dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu anhu)

Seorang mukmin tampil beda dengan munafik. Apabila dia berbicara, jujur ucapannya. Bila telah berjanji ia menepatinya, dan jika dipercaya untuk menjaga ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya. Sesungguhnya, menepati janji adalah barometer yang dengannya diketahui orang yang baik dari yang jelek, dan orang yang mulia dari yang rendahan. (Lihat Khuthab Mukhtarah, hal. 382-383)

Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang beriman lagi bersih. Dan surga bertingkat-tingkat keutamaannya, sedangkan yang tertinggi adalah Firdaus. Darinya memancar sungai-sungai yang ada dalam surga dan di atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahman. Tempat kemuliaan yang besar ini diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-Mukminun: 8)

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Jagalah enam perkara dari kalian niscaya aku jamin bagi kalian surga; jujurlah bila berbicara, tepatilah jika berjanji, tunaikanlah apabila kalian diberi amanah, jagalah kemaluan, tundukkanlah pandangan dan tahanlah tangan-tangan kalian (dari sesuatu yang dilarang).” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, lihat Ash-Shahihah no. 1470)

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346306/tak-tepati-janji-tanda-tanda-kemunafikan#sthash.qcNIMDG0.dpuf

Janji, Ringan Diucapkan Berat Ditunaikan

JANJI memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berutang namun menyelisihi janjinya. Bahkan meminta udzur (maaf) pun tidak.

Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah banyak memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan keras melanggar janji dengan orang-orang kafir.

Manusia dalam hidup ini pasti ada keterikatan dan pergaulan dengan orang lain. Maka, setiap kali seseseorang itu mulia dalam hubungannya dengan manusia dan terpercaya dalam pergaulannya bersama mereka, maka, akan menjadi tinggi kedudukannya dan akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara, seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yang baik dan mulia pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Dan di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.

Sungguh Alquran telah memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan serta memerintahkan untuk menepatinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya…” (QS. An-Nahl: 91)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34)

Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan senjata, dan semisalnya.

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346305/janji-ringan-diucapkan-berat-ditunaikan#sthash.SUEGYNrS.dpuf

Hukum Fiqih: Wanita Hamil Karena Zina, Bolehkah Dinikahi oleh Pria Lain?

Sahabat Ummi, pernahkah terpikirkan jika ada pihak lelaki yang menzinahi seorang perempuan, tapi kemudian tak mau bertanggung jawab atau tidak disetujui oleh pihak keluarganya, lalu untuk sekedar menutupi aib, orangtua sang perempuan menikahkan anaknya dengan lelaki lain yang justru bukan pelaku zina, apakah hal tersebut dibenarkan dalam Islam?

Ada beberapa pendapat mengenai hal ini:

Kesepakatan ulama, jika hal ini terjadi maka yang harus menikahi perempuan hamil adalah pria yang menghamilinya.

Dasarnya, saat Ibnu Abbas r.a. ditanya seorang pemuda yang berzina, kemudian bertobat dan ingin menikahi wanita dizinainya itu sebagai jalan terbaik menutup aib wanita tersebut, beliau menjawab: “Awalnya adalah zina dan diakhiri nikah. Yang haram (zina) tidak mengharamkan yang halal (pernikahan).

 

Pendapat  Abu Hanifah: wanita yang hamil karena berzina harus dikawini baik oleh pria yang berzina dengannya atau dengan pria lain, tapi tidak boleh digauli sampai melahirkan anak yang dikandungnya.

Pendapat lain disampaikan Imam Rabi’ah, as-Tsauri, al-Auza’ie dan Ishaq yang beraliran mazhab Imam Malik dan Imam Ahmad: wanita yang hamil karena berzina tidak boleh dinikahi sampai dia melahirkan.

Lalu, kedudukan anak itu dinisbahkan pada siapa? Bukannya mengapa, sahabat Ummi, kebanyakan orang awam kurang tahu mengenai hal ini. Asalkan anak sudah dinikahi orang yang menzinai-nya atau orang lain sebagai sarana tutupi aib, sudah cukup dan dianggap sebagai ayah yang sah bagi calon anaknya yang akan lahir. Untuk itu marilah kita cermati pendapat ulama;

Apabila anak yang dikandung lahir enam bulan dari tanggal terjadinya akad pernikahan, maka nasab anak itu diikutkan padanya. Tapi jika lahir kurang dari enam bulan, maka nasab tidak ikut padanya,  ini pendapat jumhur ulama atau sebagian besar ulama.

Bagaimanakah dengan menggauli wanita zina yang sudah menjadi istrinya? Apakah ini juga ada aturannya?

Pandangan Imam Syafi’i menggauli dalam kondisi hamilnya itu hukumya makruh. Dalam hal ini tiada kehormatan untuk zina yang mewajibkan iddah atas wanita yang zina. Oleh karena itu wanita hamil karena zina boleh dinikahi oleh pria yang berzina dengannya, ataupun pria lain.

Abu Hanifah menyatakan tidak boleh menyetubuhinya sampai ia melahirkan anak yang dikandungnya

Imam Rabi’ah, as-Tsauri, al-Auza’ie dan Ishaq yang beraliran mazhab Imam Malik dan Imam Ahmad, menyatakan  wanita zina ini wajib beriddah selama tiga kali haid atau tiga bulan atau sampai melahirkan anak jika ia hamil.

Namun, jika pezina wanita ini mempunyai suami, maka haram suami menyetubuhinya sampai selesai masa iddahnya.

Terlepas dari pendapat para ulama itu, memang seyogyanya para muslimah menjaga diri atas tubuhnya, perilakunya dan harga dirinya bak permata, jangan salah pergaulan, hingga menimbulkan dosa. Dan ternyata pahami pula, salah memahami fikih mengenai hal ini bisa menimbulkan dosa yang lain, meskipun pada akhirnya wanita hamil sebab zina itu sudah dinikahi.

Semoga sahabat Ummi terhindar dari masalah pelik seperti ini, Allahuma Aamin.

 

Foto ilustrasi: google

Referensi:

  1. Ahkam al-Marah al-Hamil, Yahya Abd  Rahman al-Khatib, hlm. 75
  2. Khalid al Husainan, Fikih Wanita, Darul Haq, Jakarta, tahun 2011
  3. Candra Nila Murti Dewojati, 202 Tanya Jawab Fikih Wanita, Al Maghfirah, 2013

 

Profil Penulis: 

Candra Nila Murti Dewojati, ibu rumahtangga dengan 3 orang anak ini menyukai dunia penulisan dalam 5 tahun terakhir ini. Sudah 10 buku Solo yang dihasilkan,  diantaranya “Masuk Surga Walau Belum Pernah Shalat, Panjangkan Umur dengan Silaturahmi, 202 tanya Jawab Fikih Wanita, Strategi jitu meraih Lailatul Qadar, Istri Bahagia, Ayat-ayat Tolak  Derita dan masih banyak lainnya  , sekitar 15 antologi juga telah ditulisnya bisa dijumpai dalam candranilamurti@gmail.com, atau Cahaya Istri Sholehah (CIS) di FB, sebuah Grup tertutup mengenai Fikih wanita yang digawanginya juga mengikuti komunitas Ummi Menulis.

 

sumber: Ummi ONline

Hadis Singkat dan Padat tentang Kebaikan dan Dosa

DARI Nawas bin Sam’an dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya.” (HR. Muslim)

Dan dari Wabishah bin Ma’bad berkata, aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (HR. Ahmad dan Darimi)

Secara umum hadis menggambarkan mengenai kebaikan dan dosa. Yaitu bahwa yang dimaksud dengan ‘kebaikan’ adalah akhlak yang baik sedangkan yang dimaksud dengan dosa adalah sesuatu yang ‘diragukan’ oleh diri kita sendiri, serta kita tidak menginginkan jika orang lain melihat kita melakukan hal tersebut. Hadis ini sekaligus menghilangkan ‘kebingungan atau kesamaran’ antara ‘sesuatu’ yang baik dan sesuatu yang buruk, terutama jika kesamaran tersebut terdapat dalam diri pelaku sendiri.

Mengomentari hadis ini, Ibnu Hajar Al-Atsqalani mengemukakan bahwa hadis ini termasuk hadis yang singkat dan padat, bahkan merupakan hadis yang paling padat, karena kebaikan itu mencakup semua perbuatan yang baik dan sifat yang ma’ruf. Sedangkan dosa mencakup semua perbuatan yang buruk dan jelek; baik kecil maupun besar. Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memasangkan di antara keduanya sebagai dua hal yang berlawanan. [Ustadz Rizka Maulan, Lc. MA.]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346288/hadis-singkat-dan-padat-tentang-kebaikan-dan-dosa#sthash.TLYWX9Cc.dpuf

Rasulullah SAW, Teladan Umat Manusia Sepanjang Masa

Rasulullah SAW adalah manusia paripurna yang diutus dengan kesempurnaan akhlak. Ia menjadi telandan segenap manusia sepanjang masa. Allah SWT dalam Alquran surah Al-Qalam [68] ayat 4 berfirman, ”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Muhammad SAW adalah sosok yang berakhlak mulia. Sejak usia belia, penduduk Kota Makkah telah menggelarinya al-Amin (orang yang tepercaya). Bahkan, beliau diutus Sang Khalik sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Rasulullah SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul yang telah membangkitkan salah satu peradaban yang besar, beliau juga seorang hakim teradil, negarawan terkemuka, pemimpin terbesar, saudagar terjujur, perintis pejuang kemanusian, pemimpin militer yang agung, pribadi berakhlak mulia, serta seorang ayah teladan.

Menurut Ensiklopedi Islam, pada usianya yang masih muda, 20 tahun, Muhammad SAW telah mendirikan Hilful Fudul, sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu orang-orang miskin dan mereka yang teraniaya. Lewat lembaga itu, Muhammad SAW melindungi setiap orang yang membutuhkan, baik pribumi maupun pendatang.

Dengan keindahan lahir, kesempurnaan fisik, dan keagungan akhlaknya, musuh-musuhnya tak menemukan sesuatu yang bisa dicela. Muhammad SAW adalah teladan bagi setiap manusia di muka bumi. Tak heran jika Michael H Hart, menetapkan Muhammad SAW sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.

Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran, ujar Hart.

Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, kaum Muslim menempatkan Nabi Muhammad SAW di seputar citra religius kunci. ”Bagi para ilmuwan hukum Islam, sang Nabi adalah hakim sekaligus legislator yang mendefinisikan batasan dan kebolehan pelaksanaan ritual, papar Guru Besar untuk bidang Agama dan Hubungan Internasional, serta Guru Besar untuk bidang Studi Islam pada Universitas Georgetown, AS itu.

Bagi mistiskus, tutur Esposito, Muhammad SAW adalah pencari ideal perjalanan menuju kesempurnaan spiritual. Bagi filosof dan negarawan, Nabi SAW adalah model, peran penakluk yang tegas dan penguasa yang adil, sedangkan bagi semua umat Islam, Rasulullah SAW adalah suri teladan, sumber yang melaluinya rahmat dan penyelamatan Allah SWT mengalir.

 

sumber: Republika Online

Doa untuk Aleppo, Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  Tragedi yang terjadi di Aleppo dan Rohingya menarik perhatian Muslim internasional. Banyak umat Islam yang mendoakan agar para Muslim diberikan keteguhan, kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.

Pemimpin Majelis Az Zikra Ustaz Muhammad Arifin Ilham pun ikut mendoakan Muslim Aleppo dan Rohingya yang sedang berduka.

Berikut lantunan doa Arifin Ilham untuk Aleppo, Rohinyga, serta Muslim sedunia yang sedang menghadapi persoalaan seperti dikutip di laman Facebook-nya, Jumat (16/12).

Doa Untuk Aleppo, Rohingya

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuhu.

Kembali hati kita diuji Allah dg derita saudara kita di Aleppo Suriah, padahal untuk saudara kita di Rohinggya pun kita masih berduka. Demikian pula saudara kita di Afghanistan, Palestina, Irak, Yaman, Afrika Tengah, Uighur China, dan Patani Thailand.

Sementara kita umat Islam tidak berdaya, tidak punya kekuatan, namun kita masih punya senjata dahsyat yaitu DOA. Masih ingat saat Rasulullah dan para sahabat tidak berdaya menghadapi teror kejam sampai banyak pengikut Rasulullah dibunuh kuffar Quraisy.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dg bermacam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (Al Baqarah 214).

Ingat dan yaqinlah kekuatan dahsyatnya Doa, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Do’a adalah senjata orang mu’min, tiangnya agama dan cahaya langit dan bumi”
(HR Abu Ya’laa).

Bismillaahirrahmaanirrahiimi
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar
Alhuumma sholli wa sallim alaa Rasulillah wa alaa aalihi wa shobihi wa man tabiahu biihsaani ilaa yaumiddiini

Hasbunallah wa nikmal wakiil ….
Ya Allah Ampuni kami atas ketidak kuasaan kami menolong mereka Saudara kami.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

“Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin laki-laki dan perempuan, mu’min laki-laki dan perempuan, baik yg masih hidup maupun yg sudah wafat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, dekat dan mengabulkan doa-doa, wahai Dzat yg memenuhi segala kebutuhan”.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

“Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami karena kelupaan dan kesalahan kami. Rabb kami, Rabb kami janganlah Engkau beri kami beban sebagaimana beban yg Engkau beri kepada para pendahulu kami. Rabb kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa-apa yg tidak kami sanggupi. Maafkanlah kami, ampunilah kami, sayangilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِبَشَّارِ الْأَسَدِ وَأَعْوَانِهِ الْمُعْتَدِيْنَ، الَّذِيْنَ قَتَلُوْا إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ حَلَبٍ خَاصَّةً، وَفِيْ سُوْرِيَا عَامَّةً.

“Ya Allah turunkanlah hukuman-Mu pada Orang orang zholim dan para penolongnya yg telah melakukan kezhaliman dg membunuh saudara-saudara kami kaum muslimin dimana pun saudara kami berada”.

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِهِمْ فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُونَكَ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَاجْعَلِ الدَّائِرَةَ عَلَيْهِمْ.

“Ya Allah hukumlah mereka, sesungguhnya mereka tak mampu melemahkan-Mu. Ya Allah cerai beraikan mereka, porak porandakan kesatuan mereka, dan turunkanlah balasan-Mu atas mereka”.

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ وَعَلىَ مَنْ عَاوَنَهُمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ.

“Ya Allah turunkanlah atas mereka dan semua pihak yg membantu mereka balasan-Mu yg tidak dapat ditolak oleh kaum yg berbuat kezhaliman.”

اَللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ.

“Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah dimanapun mereka berada. Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari pengepungan dan keadaan sempit yg mereka alami saat ini.”

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ، فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

“Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yg sakit dan terluka dari kalangan mereka. Ya Allah karuniakanlah kebaikan pada mereka dan janganlah Engkau timpakan keburukan pada mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dg pertolongan-Mu.”

اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ الْيَمَنِ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ أَفْرِيْقِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ أَفْغَانِسْتَانَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ كُلِّ بِقَاعِ الأَرْضِ.

“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Suriah”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Palestina”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Irak”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Afghanistan”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Afrika.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di seluruh permukaan bumi ini….aamiin”.

Negara Teluk Kecam Kekejaman Assad di Aleppo

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Negara-negara Arab Teluk mengutuk cara pemerintah Suriah menangani gencatan senjata dan evakuasi di Aleppo dan menyeru pemerintah Presiden Bashar al-Assad melindungi penduduk yang hendak mengungsi dan keluar dari kota yang diamuk perang itu.

Sebuah pertemuan darurat Liga Arab yang diadakan atas permintaan Qatar telah membahas situasi di Aleppo di mana evakuasi bagian timur kota Aleppo yang dikuasai pemberontah ditembaki para petempur yang loyal kepada pemerintah Suriah.

“Rezim Suriah dan sekutu-sekutunya tidak hanya menghancurkan kota demi kota, namun mereka juga terus menerus membunuh secara brutal saudara-saudari Suriah kita tanpa bimbingan agama atau etika kemanusiaan,” kata delegasi Arab Saudi Ahmed Kattan dalam pertempuan di Kairo itu.

Evakuasi kantong pemberontak di Aleppo itu akan mengakhiri perang bertahun-tahun di kota itu dan sekaligus menandai kemenangan besar Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Senin pekan depan para menteri luar negeri Liga Arab bertemu untuk membahas situasi lebih dalam lagi, demikian Antara News.

 

sumber:Republika Online

Tangis Aleppo, Tangis Kita Semua, Mari Ulurkan Tangan untuk Mereka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kota Aleppo kembali diguncang oleh dentuman bom yang hampir terdengar diseluruh penjuru kota, tidak memandang apakah itu anak-anak, orang dewasa maupun orang tua mereka terus dibombardir oleh peluru dan juga bom.

Dalam suasana kota yang mencekam terdengar tangisan anak-anak yang tidak mampu lagi menahan kebiadaban ini. Keadaan kota Aleppo telah hancur lebur dan ribuan jenazah bertebaran disekitaran jalan. Apakah kita sebagai sesama kaum Muslimin hanya akan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa setelah melihat kejadian ini?

Musibah Aleppo merupakan bencana kemanusiaan yang sudah tidak bisa ditolerir. Tidaklah kita lihat bagaimana puluhan ribu saudara kita terus dibantai sedangkan pemerintah dunia hanya terus berbicara tanpa melakukan tindakan nyata kepada mereka.

Wahai kaum Muslimin, ini adalah tanggung jawab kita semua. Mari bergerak dan bantu saudara-saudara kita. Jangan kita hanya berpangku tangan terhadap negeri Syam, negeri para Rasul dan para Nabi atas nasib saudara-saudara kita kaum Muslimin disana.

Sebagai sesama saudara kaum Muslimin, alangkah indahnya apabila sekiranya kita bisa ikut membantu memberikan uluran tangan dan banyak berdoa untuk keselamatan saudara-saudara kita di Aleppo. Semoga Allah SWT memilih kita untuk menggerakan hati dan jiwa kita agar tetap sigap memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Insya Allah kami, Dompet iHAQi Peduli Pimpinan Ustaz Erick Yusuf akan menyalurkan bantuan yang sudah sudara berikan kepada para korban dan keluarga korban di Aleppo.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada kita atas amal dan bantuan yang telah saudara berikan. Amin.

Tak Ada Perbedaan Kayakinan dalam Berbagi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Irfan Genc, manajer Muslim sebuah restoran menawarkan makanan gratis kepada lansia pada hari Natal. Ia mengungkapkan bagaimana dirinya tidak memikirkan perbedaan keyakinan dalam berbagi. Poin tersebut menginspirasi sikapnya tersebut.

Genc mengungkapkan kepada The Independent bagaimana ide tersebut lahir dari pertemuan tak terduga dengan seorang wanita tua yang datang ke Shish Restaurant di Sidcup, London. Wanita itu meminta staf restaurant menutup jendela di rumahnya. Ia tak mampu menggapai lantaran ketinggian.

Staff melakukan perjalanan selama dua menit menuju rumah wanita tersebut. Usai masalah terselesaikan, ia mengucapkan terimakasih dan memeluk staf restaurant lantaran berhasil menutup jendela sehingga ia terhindar dari hawa dingin. Pada hari berikutnya, wanita itu kembali untuk memakan di restoran tersebut. Menurut Genc petugas restoran merasa iba, karena wanita itu mengaku kesepian.

“Dia (wanita tua) mengaku pasrah dan tidak ingin melakukan apa-apa selain menunggu kematian. Itu karena ia kehilangan suaminya yang meninggal setahun lalu sehingga tak ada yang merawatnya. Dia mengatakan ia akan sendirian pada hari Natal,” tutur Genc.

Sang manajer Muslim Restoran itu merasa iba setelah mendengar kisah wanita tua tersebut. “Tidak peduli apapun agama dan bahasa, kita di sini saling membantu dan mendukung di Hari Raya (Natal). Kami tidak ingin ada yang terlewatkan,” ujar Genc menjelaskan.

Genc dan para manajer lain memberi lampu hijau untuk berbagi. Mereka menggratiskan tiga jenis hidangan pada pukul 12.00 siang hingga pukul 06.00 malam. Tiga hidangan tersebut antara lain Sup dan Cacik sebagai pembuka, pilihan casserole ayam, casserole sayuran atau shish ayam sebagai hidangan utama dan puding beras untuk pencuci mulut.

Menag: Toleransi Itu tidak Harus dengan Cara Meleburkan Diri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —  Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan fatwa Majelis Ulama Indonesia soal haramnya Muslim menggunakan atribut non-Islam merupakan bentuk toleransi umat beragama tanpa meleburkan diri dengan keyakinan agama lain. “Jadi semangatnya adalah toleransi itu tidak harus ditunjukkan dengan cara masing-masing pihak meleburkan diri,” kata Lukman di Jakarta, Jumat (16/12).

Lukman mengatakan fatwa tersebut agar dipatuhi umat Islam tanpa harus mengurangi rasa hormat pada lingkungan sekitar dan rasa menghargai keyakinan agama lain. “Semangat itulah menurut saya harus kita tangkap,” kata dia.

Menag mengatakan prinsip dari fatwa tersebut adalah toleransi, saling menghargai dan menghormati keyakinan serta kepercayaan agama lain. “Tidak harus masing-masing dari kita menggunakan atribut keagamaan yang bukan dari keyakinan kita,” kata dia.

Terkait Hari Natal yang jatuh pada 25 Desember, Lukman berharap umat Islam dan saudara sebangsa untuk menghargai dan menghormati perayaan itu. Karena warga Indonesia juga tidak sedikit yang memeluk agama Kristiani.

Sumber : Antara