Semangat Siswa Aleppo Belajar di Sekolah yang Hancur

Sekolah di Kota Aleppo, Suriah yang pernah digunakan oleh gerilyawan sebagai pangkalan sekarang telah kembali fungsi aslinya sebagai tempat pendidikan buat anak-anak.

Reporter Xinhua melakukan kunjungan baru-baru ini ke Sekolah Ibrahim At-Tanbi di Permukiman Skahour yang sebelumnya dikuasai gerilyawan. Gedung sekolah tersebut telah hancur berkeping-keping, tapi siswa dalam berbagai usia tetap belajar di ruang kelas sederhana yang telah disiapkan dengan menggunakan bahan pabrikan oleh pemerintah di halaman sekolah.

“Kami telah kehilangan kesempatan bagi pendidikan sebab sebelumnya tak ada sekolah. Kami harus bekerja untuk membantu keluarga kami,” kata Muhammad Hazzori, siswa yang berusia 15 tahun kepada Xinhua.

Hazzori mestinya duduk di kelas sembilan mengingat usianya, tapi ia sekarang belajar di kelas tujuh. Untuk mengganti pelajaran yang hilang selama bertahun-tahun, semua siswa diperkenankan menyelesaikan dua tahun pendidikan dalam waktu satu tahun.

“Sekarang kami berusaha mengejar pelajaran yang hilang selama bertahun-tahun. Kami memiliki beberapa kelemahan pendidikan dan kekurangan guru dalam beberapa mata pelajaran. Kami berharap Suriah dapat membangun kembali,” kata Hazzori.

Namun, sekolah itu tidak terlalu bagus buat anak lelaki seperti kondisinya sebelum perang. “Tentu saja kami memilih sekolah lama sebelum perang sebab bangunannya lebih bagus dan pemandangan di lapangan juga bagus dan halamannya sendiri jauh lebih besar dibandingkan dengan yang sekarang. Tapi dibandingkan dengan situasi yang kami lalui, ini sempurna,” kata Ali Zarqa, seorang siswa lain.

Selama masa gedung sekolah tersebut dikuasai oleh gerilyawan, semua siswa tak bisa menerima pendidikan yang layak sebab kurikulum dipusatkan pada pengetahuan agama dan pelajaran mengenai penggunaan senjata. Omar Na’san, yang berusia 11 tahun, mengatakan ia pernah belajar di salah satu sekolah yang dikuasai gerilyawan.

“Ketika kami terkepung di Aleppo Timur, gerilyawan bersenjata mendirikan sekolah. Kebanyakan kurikulumnya ialah untuk mengajarkan agama dan mengajarkan kami cara bergabung dengan mereka,” katanya.

Na’san mengatakan sekolahnya saat ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan sekolah gerilyawan. Sekolahnya saat ini di Aleppo adalah sekolah yang diharapkan bisa dimiliki oleh warga di wilayah lain yang dirongrong pertempuran.

Di kantor kepala sekolah, seorang pria dari Ar-Raqqa, Ibu Kota de fakto ISIS, muncul bersama anaknya. Ia memberitahu kepala sekolah ia akhirnya bisa mendaftarkan anaknya di sekolah sementara itu.

“Kami telah meninggalkan Ar-Raqqa tahun lalu akibat perang. Kami tiba di Aleppo untuk mencari keselamatan dan pendidikan buat anak-anak kami sebab sekolah di Ar-Raqqa ditutup,” kata Abdul-Aziz Othman.

Menurut data statistik resmi, ada 4.040 sekolah di Aleppo sebelum perang dengan sebanyak 1,25 juta siswa. Sekarang, hanya 950 sekolah masih tersisa dan 450 ribu siswa masih mengikuti pelajaran. Buat pemerintah, menemukan penyelesaian bagi kesulitan pendidikan di Aleppo dan mengatasi tingginya angka siswa yang putus sekolah adalah prioritas.

Aleppo, Kota Para Ulama Ahlus Sunnah yang akan jadi ‘Kota Syiah”?

DALAM sejarah keilmuan Islam, Negeri Syam dikenal melahirkan ulama-ulama kenamaan. Tak heran para ahlis sejara mengatakan, Negeri Syam adalah negeri seribu ulama.  Salah satunya ahli hadis dari Kota Halab yang kini disebut Aleppo.

Di Kota Alepo, yang kini hancur oleh serangan rezim keji dan milisi Syiah adalah kota tua yang menyimpan puluhan kisah yang telah berdiri beberapa tahun sebelum masehi.

Di kota ini dahulu lahir ulama hadis kenamaan bernama Yusuf bin al-Zaki al-Mizzi. Atau lebih dikenal dengan al-hafidz al-Mizzi. Salah satu kitabnya, menjadi rujukan primer para sarjana hadis kontemporer.

Di antara kitaab-kitab sejarah yang menerangkan tentang profil perawi hadis, Kitab Tahdzibul Kamal fi Asma’I Rijal karya al-Hafidz al-Mizzi dianggap di antara yang paling bagus. Imam Tajuddin al-Subki memujinya sebagai seorang di antara empat imam ahli hadis yang paling bagus hafalan hadisnya.

Para ulama dan penghkaji hadis setelahnya, semuanya menjadikan Kitab Tahdzibul Kamal fi Asma’I Rijal sebagai referensi utamanya. Ia adalah guru hadis Imam Ibnu Kastir.

Al-Mizzi pertama kali belajar pada tahun 675 H, ia belajar hadis pertama kali pada Zainudin Abi al-Abbas Ahmad bin Abi al-Khair  Salamah bin Ibrahim al-Dimasyqi al-Haddad al-Hambali (589-678H). Lalu belajar dan mendalami hadis,  seperti Kutubbut Tis’ah, Musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya al-Thabarani serta banyak kitab yang lainnya.

Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama yang mensyarah Shahih Al-Bukhari, yang keluar meninggalkan Mesir dan menetap di Halab (Aleppo),dan menikahi salah satu wanitanya dan beliau takjub kepadanya, disaat Beliau meninggalkannya, hatinya dirundung kerinduan, sampai beliau menulis kitab “Jalabu Halab” Karena kerinduan Beliau kepada para penduduknya dan karena kerinduan Beliau untuk kembali tinggal bersama mereka.

Rusia Dinilai Lakukan Serangan 304 Kejahatan Perang di Aleppo, termasuk Iran

Di Halab pernah tinggal Yakut Al-Hamawi,  Imam ahli sejarah yang juga dikenal sebagai penulis kitab “Mu’jamu Al-Buldan” dan kitab “Mu’jamu Al-Udaba.” Di sana pula juga pernah tinggal Al-‘Imad Al-Ashfahani, Ibnu An-Naqib, Ash-Shafadi, Ibnu Nashiruddin, dan Abdu Al-Halim Ibnu Taimiyah.

Di Halab pula  para ulama menimba sari pati ilmu dari Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin ibnu Abdillah Ibnu Malik al-Thay atau dikenal Ibnu Malik. Karya beliau yang sangat terkenal dan digunakan di seluruh dunia terutama di dunia pesantren di Indonesia adalah kitab Al-Fiyyah Ibnu Malik berisi pokok-pokok dan ilmu Nahwu dan Sharaf.

“Kota Syiah”

Bom, meriam, mortir dan serangan udara bertubi-tubi telah diarahkan ke Aleppo dalam perang hampir enam tahun. Hal ini menyebabkan Aleppo, kota terbesar di Suriah sebelum perang dengan lebih tiga juta penduduknya, kini hanya tinggal reruntuhan.

Terletak di persimpangan rute perdagangan kuno, Aleppo yang pernah menjadi nadi industri Suriah dengan pabrik tekstil, plastik dan farmasi serta keindahan bangunan bersejarah di Kota, kini tinggal kenangan saja.

Aleppo yang dulu indah dan tempat para ulama menimba ilmu, hari ini bagaikan ‘Kota Hantu’, seperti kota yang hancur pada saat Perang Dunia Kedua.

Sebelum dibom Rusia dan serangan tentara Bashar dan bantuan sekutunya milisi Syiah, kota itu memiliki 550.000 rumah kini hancur total,  tidak termasuk kerusakan lain seperti pabrik dan infrastruktur.

Antara 70 sampai 80 persen kerusakan itu terjadi di timur, wilayah dikuasai kelompok oposisi dan pembebasan yang diserang dengan bom-bom yang dikirim pesawat Rusia setiap hari sejak lebih dari setahun lalu.

Kota Lama Aleppo yang padat penduduk, diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO tahun 1986. Ia memiliki gereja abad ke-13 dan Masjid Agung Abad Kedelapan yang keduanya sudah rusak parah.

Lebih 150 bangunan di kota itu hancur termasuk setengah ‘pasar lama’ yang menjadi fokus wisatawan serta nadi ekonomi penduduknya.

Sebelum perang, Masjid Agung juga dikenal sebagai Masjid Umayya yang berisi makam Nabi Zakaria, menjadi keunggulan Aleppo. Menara masjid tersebut hancur akibat bedilan pada 2012.

Bagaimanapun, milisi Syiah yang dikirim Iran dan Hizbullah (Lebanon) telah memainkan peran menentukan jatuhnya Kota Aleppo. Para milisi yang dibangkitkan oleh Korps Pengawal Revolusi (IRGC), milisi Syiah dari berbagai Negara dinilai lebih efektif daripada unit militer Suriah sendiri.

Sebagaimana diketahui, jumlah kekuatan mereka telah dibangun di sekitar Aleppo timur sejak awal tahun lalu  diperkirakan mencapai 6.000-8000 tentara.

Iran Ancam Bahrain, Yaman dengan ‘Penaklukan’ seperti Aleppo

Laman thequardian.com menulis, Mayor Jenderal Qassem Suleimani yang bertugas lebih dari satu dekade ditunjuk pemimpin Syiah Ayatollah Khamenei, ‘untuk mengekspor nilai-nilai revolusi Islam (maksudnya ideologi Syiah) ke dalam dunia Arab’.

Qassem Suleimani,  menurut media itu, adalah sebuah satuan super elite di Korp Pengawal Revolusi yang memiliki Pasukan Quds, salah satu unit elit kebanyakan para penjaga, menarik kader-kader ideologis yang sangat percaya supremasi Syiah. Di bawah kendali Suleimani beberapa unit milisi Iraq, Asa’ib ahl al-Haq, Abu al-Fadhil al-Abbas dan Nujaba  berafiliasi dengan milisi Kata’ib Hizbullah. Semua kekuatan ini  memainkan peran yang sama di Beirut dan Lebanon Selatan yang terjalin dengan baik dengan aparat keamanan dan politik.

Tidak lupa, peran penting milisi Syiah Hizbullah (Lebanon) dibawah kendali Hasan Nasrullah, yang pertama dari proxy Iran untuk bergabung dengan perang bersama membantu Rezim Keji Bashar Assad, dan telah membayar harga mahal, sedikitnya 1.600 milisi mereka sudah tewas di Suriah sebelum penaklukan Kota Aleppo timur.

qassem-suleimani-mengeliling-aleppo-yang-hancur-ilus

Mayor Jenderal Qassem Suleimani (berpakaian hitam-hitam) tersenyum dan mengeliling Aleppo yang hancur setelah berhasil mengusir warga dan menghancurkan Aleppo

Sebelumnya, makan di Najaf telah diisi ribuan petempur Syiah Iraq  yang tewas sia-sia di Suriah. Kebanyakan korban adalah pengungsi Afghanistan, yang direkrut dengan janji keluarga mereka akan memperoleh hak untuk bisa tinggal  di Iran.

Seorang pejabat Iran mengatakan baru-baru ini bahwa sebanyak 1000 orang Iran telah meninggal di Suriah sejak konflik dimulai. Darah dan harta yang dikeluarkan oleh Iran telah difokuskan pada Kota Aleppo dan pinggiran Damaskus, yang diyakini  Makam Zainab, tempat ziarah bagi kaum Syiah, tulis The Guardian.

Beberapa hari setelah Aleppo jatuh, Akram al-Kaabi, pemimpin milisi Syiah Irakq dari Harakat al-Nujaba telah sesumbar bahwa Aleppo akan menjadi Kota Syiah. Hal itu dikatakannya dalam sebuah video saat mengunjungi anggotanya di Aleppo.

“Aleppo adalah Syiah, dan itulah seruang bagi orang-orang di dalamnya,” katanya seperti dikutip Zaman el-Wasl, Senin (26/09/2016).

Saat tiba di Aleppo, al-Kaabi disambut dengan pujian dan senandung Syiah oleh milisi yang mengklaim sebagai tentara Al-Mahdi. Ia mengatakan bahwa kunjungannya ke Kota Aleppo yang telah hancur untuk berpartisipasi dalam perang yang dikobarkan Rezim keji Bashar al Asaad. Tidak salah keterlibatan Iran dan Syiah campur tangan di negeri Sunni untuk kepentingan memperluas ideologi Syiah mereka.*/AB Ziad

 

sumber: Hidayatullah.com

Al-Farabi, Bintang dari Aleppo

Nama lengkap Al-Farabi adalah Abu Nasr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn Uzlagh al-Farabi. Di dunia Barat, Al-Farabi dikenal dengan sebutan Alpharabius. Ia dilahirkan di Farab, Turkestan, dari sebuah keluarga Turki.

Al-Farabi mengawali pendidikannya di Baghdad. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan Baghdad menuju Aleppo, Suriah, pada 942 Masehi. Di sana, bintangnya kian bersinar. Ia pun kian menguasai bidang yang digemarinya, logika dan bahasa.

Kepergian Al-Farabi ke Allepo mendapat sokongan penuh dari Pangeran Aleppo, Sayf al-Dawlah, yang kemudian naik takhta pada 945. Al-Farabi mendapatkan tunjungan hidup selama berada di Allepo. Paling tidak, ia memperoleh empat dirham per hari.

Dari tangannya, ia melahirkan puluhan karya. Paling tidak ada 39 karya yang masih bertahan hingga saat ini. Beberapa karyanya, seperti The Enumeration of the Sciences dan The Intellect telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

Karya Al-Farabi ini dikenal luas di abad pertengahan dan sering menjadi rujukan bagi para filsuf renaisans Italia. Al-Farabi juga menulis sejumlah karya yang merupakan komentar atas karya Aristoteles, baik di bidang fisika, meteorologi, maupun risalah logika.

Bahkan, Al-Farabi juga mengembangkan filsafatnya sendiri. Pemikirannya berserak dalam sejumlah karya, yaitu Tahsil al-Sa’ada yang merupakan trilogi dan Ihsa al-‘ulum yang berisi klasifikasi prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan.

Karya tersebut berisi ringkasan pengetahuan dalam bidang filologi, logika, matematika, fisika, kimia, ekonomi, dan politik. Karya tersebut diterjemahkan pada abad ke-12 oleh seorang penerjemah Latin bernama Gundisalvi.

Ada pula Al-Medina al-Fadila. Al-Farabi menguraikan tentang Madinah sebagai kota yang bagus untuk menjadi contoh bagi pembangunan kota-kota lainnya. Ia menilai Madinah sebagai kota yang suci dengan kualitas pemimpin yang baik pula.

Pun, ada Fusus al-Hikam yang merupakan langkah Al-Farabi mengenalkan para pembacanya kepada dunia filsafat. Bahkan, di bidang musik, ia menuliskan pemikirannya pula yang terangkum dalam buku berjudul Kitab al-Musiqi.

 

 

sumber: Republika Online

Aleppo Lahirkan Tokoh Penting Peradaban Islam

Selama ini masyarakat dunia hanya mengenal Andalusia, Kordoba, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Istanbul sebagai kota-kota penting dalam sejarah peradaban Islam. Tidak demikian halnya dengan Aleppo, kota yang terletak sekitar 350 kilometer sebelah utara ibu kota Suriah.

Padahal, di kota ini terdapat peninggalan sejarah peradaban Islam seperti benteng-benteng, pintu gerbang, pasar-pasar tradisional, rumah peristirahatan, masjid, tempat pemandian umum, rumah sakit, dan madrasah (sekolah).

Sama halnya dengan Damaskus, Aleppo memiliki sejarah panjang sebagai salah satu kota tertua di dunia. Aleppo terletak di persimpangan sejumlah jalur perdagangan yang padat. Bahkan, Aleppo termasuk rute ‘Jalan Sutra’ sejak milenium kedua sebelum Masehi (SM).

Kota ini secara berturut-turut pernah dikuasai oleh berbagai suku bangsa dan dinasti, seperti Hitti, Assyria, Arab, Fathimiyah, Ayyubiyah, Mongol, Mamluk, dan Turki Usmani (Ottoman). Karenanya, tak mengherankan jika Organisasi Konferensi Islam (OKI) telah memilih Aleppo sebagai kota pusat budaya Islam di wilayah Arab pada 2006 silam.

Pada masa pemerintahan Islam, yang dimulai sejak 637 M, Aleppo menjelma menjadi kota terkemuka dalam berbagai bidang. Mulai dari ekonomi, kebudayaan, hingga ilmu pengetahuan.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Aleppo telah melahirkan sejumlah tokoh penting dalam khazanah keilmuan dan peradaban Islam. Hal ini juga yang mendorong penguasa Islam pada masa itu, untuk membangun sejumlah madrasah (lembaga pendidikan). Salah satu madrasah yang cukup terkenal pada masa itu adalah Madrasah Al-Zahiriyah.

Pada masa Sultan Malik al-Zahir, Madrasah Al-Zahiriyah tumbuh menjadi pusat perkembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan terbesar di Aleppo. Orang pertama yang ditunjuk oleh penguasa Aleppo untuk mengajar di sana adalah Diya’ al-Din Abu al-Ma’ali Muhammad bin Hasan bin As’ad bin ‘Abd al-Rahman bin al-Ajami. Kuliah perdana selain dihadiri oleh kaum terpelajar Aleppo juga dihadiri secara langsung oleh Sultan Malik al-Zahir.

Sejarawan Barat, Allah Terry dalam bukunya bertajuk Ayyubid Architecture mengungkapkan, Madrasah Al-Zahiriyah merupakan sebuah kompleks bangunan sekolah yang terletak sekitar 500 meter ke arah utara pintu gerbang Kota Aleppo. Pintu gerbang itu dinamakan Bab al-Maqam.

 

 

sumber: RepublkaOnline

Negara Teluk Kecam Kekejaman Assad di Aleppo

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA — Negara-negara Arab Teluk mengutuk cara pemerintah Suriah menangani gencatan senjata dan evakuasi di Aleppo dan menyeru pemerintah Presiden Bashar al-Assad melindungi penduduk yang hendak mengungsi dan keluar dari kota yang diamuk perang itu.

Sebuah pertemuan darurat Liga Arab yang diadakan atas permintaan Qatar telah membahas situasi di Aleppo di mana evakuasi bagian timur kota Aleppo yang dikuasai pemberontah ditembaki para petempur yang loyal kepada pemerintah Suriah.

“Rezim Suriah dan sekutu-sekutunya tidak hanya menghancurkan kota demi kota, namun mereka juga terus menerus membunuh secara brutal saudara-saudari Suriah kita tanpa bimbingan agama atau etika kemanusiaan,” kata delegasi Arab Saudi Ahmed Kattan dalam pertempuan di Kairo itu.

Evakuasi kantong pemberontak di Aleppo itu akan mengakhiri perang bertahun-tahun di kota itu dan sekaligus menandai kemenangan besar Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Senin pekan depan para menteri luar negeri Liga Arab bertemu untuk membahas situasi lebih dalam lagi, demikian Antara News.

 

sumber:Republika Online

Tangis Aleppo, Tangis Kita Semua, Mari Ulurkan Tangan untuk Mereka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kota Aleppo kembali diguncang oleh dentuman bom yang hampir terdengar diseluruh penjuru kota, tidak memandang apakah itu anak-anak, orang dewasa maupun orang tua mereka terus dibombardir oleh peluru dan juga bom.

Dalam suasana kota yang mencekam terdengar tangisan anak-anak yang tidak mampu lagi menahan kebiadaban ini. Keadaan kota Aleppo telah hancur lebur dan ribuan jenazah bertebaran disekitaran jalan. Apakah kita sebagai sesama kaum Muslimin hanya akan berdiam diri tanpa melakukan apa-apa setelah melihat kejadian ini?

Musibah Aleppo merupakan bencana kemanusiaan yang sudah tidak bisa ditolerir. Tidaklah kita lihat bagaimana puluhan ribu saudara kita terus dibantai sedangkan pemerintah dunia hanya terus berbicara tanpa melakukan tindakan nyata kepada mereka.

Wahai kaum Muslimin, ini adalah tanggung jawab kita semua. Mari bergerak dan bantu saudara-saudara kita. Jangan kita hanya berpangku tangan terhadap negeri Syam, negeri para Rasul dan para Nabi atas nasib saudara-saudara kita kaum Muslimin disana.

Sebagai sesama saudara kaum Muslimin, alangkah indahnya apabila sekiranya kita bisa ikut membantu memberikan uluran tangan dan banyak berdoa untuk keselamatan saudara-saudara kita di Aleppo. Semoga Allah SWT memilih kita untuk menggerakan hati dan jiwa kita agar tetap sigap memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Insya Allah kami, Dompet iHAQi Peduli Pimpinan Ustaz Erick Yusuf akan menyalurkan bantuan yang sudah sudara berikan kepada para korban dan keluarga korban di Aleppo.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada kita atas amal dan bantuan yang telah saudara berikan. Amin.

Pasukan Rezim Suriah Ambil Alih Seluruh Kota Bersejarah di Aleppo

Setelah sepertiga wilayah Aleppo telah dikuasai, kini seluruh kota tua bersejarah di Aleppo juga ikut diambil alih oleh rezim Basyar Assad, dan pasukan oposisi terpaksa ditarik mundur dari kota tua tersebut.

Anggota Observatorium Hak Asasi Manusia untuk Suriah mengatakan, hari Rabu, pasukan rezim telah mengambil alih semua kota bersejarah di Provinsi Aleppo dan menyebabkan pasukan oposisi mengambil langkah mundur.

Pasukan oposisi menarik diri dari daerah terakhir kota tua bersejarah, setelah rezim berhasil mengambil kendali wilayah tetangga dari Bab al-Hadis dan Aqyul, kata Observatorium Hak Asasi Manusia untuk Suriah.

Tim pemantau berbasis Inggris mengatakan, pasukan oposisi terpaksa menarik diri dari kota tua bersejarah di Aleppo, karena khawatir hal tersebut menjadi senjata rezim untuk mengepung kembali pasukan oposisi.

Disebutkan Zaman Al Wasl, saat ini, rezim dan sekutu telah menguasai 75% wilayah Aleppo Timur, tahun 2012, rezim berhasil menguasai benteng pasukan oposisi, dan 3 Minggu setelahnya rezim meluncurkan operasi di wilayah Aleppo dan menguasai semua daerah yang ada di kota kedua.

Rezim Basyar Assad mengalami kemajuan stabil sejak mereka terobesesi untuk merebut kota Aleppo Timur. Dan saai ini rezim telah mengambil alih seluruh kota bersejarah Aleppo dan sebagian wilayah Marjeh. (Eka Aprila)

 

sumber:BumiSyam

Rumah Sakit Aleppo Kembali Jadi Sasaran Serangan Udara Rezim dan Rusia

Serangan udara dari pasukan pemerintah didukung Rusia membombardir wilayah Aleppo sejak Rabu pagi (28/9/2016). Serangan udara hari ini menghantam sebuah rumah sakit besar dan sebuah toko roti.

“Pesawat tempur terbang di atas kami dan mulai menjatuhkan bom ke rumah sakit sekitar pukul 04.00,” kata Muhammad Abu Rajab, staf rumah sakit kepada kantor berita Reuters. “Reruntuhan jatuh mengenai para pasien di ruang intensif.”

Serangan bom itu juga mengenai generator listrik dan tabung oksigen di rumah sakit. Petugas medis mengatakan sejumlah pasien terpaksa dipindahkan ke rumah sakit lain setelah serangan itu.

Reuters melaporkan, Rabu (28/9/2016), warga lain mengatakan serangan udara juga mengenai sebuah toko roti di kawasan pemberontak ketika orang-orang sedang mengantre untuk mengambil roti sekitar pukul 03.00.

Pemantau Hak Asasi Suriah mengatakan serangan terhadap toko roti di kawasan al-Maadi itu menewaskan sedikitnya enam orang.

Sekitar 250 ribu warga sipil kini masih terjebak di Aleppo. Serangan bom dari pasukan pemerintah dan sekutunya sudah menewaskan ratusan orang sejak gencatan senjata pekan lalu gagal terlaksana.

 

sumber: Bumi Syam

Suriah Darurat, Rezim dan Rusia Terus Lakukan Serangan

Rezim dan sekutu kembali melakukan kampanye udaranya di berbagai negeri Suriah termasuk wilayah Homs, yang mengakibatkan 21 pasukan oposisi tewas.

Dilansir Zaman Al Wasl, rezim dan sekutu juga melakukan serangan di benteng Brigade Fursan al-Haq Brigade.

Sedangkan di Aleppo, menurut warga, jet tempur rezim meluncurkan 150 serangan udara yang menewaskan sedikitnya 90 orang dalam 24 jam terakhir.

Di wilayah Qaterij, Aleppo, 7 orang tewas terkena bom Rusia tipe GUB-28 dan para aktivis mengatakan, bom tersebut merupakan bom berat pertama yang mampu menghancurkan tempat penyimpanan senjata. (Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

Foto Terakhir Sebuah Keluarga di Aleppo Sebelum Tewas di Bombardir

Ahmad adalah orang yang rendah hati di lingkungan kami, ia dan anak-anaknya lebih pantas tinggal di Surga daripada di dunia yang kotor ini, kata tetangga Ahmad Malas al-Ma’rawi .

Ahmad adalah pemilik toko sepeda yang tewas bersama dua anaknya, Seed (12 tahun) dan Abdul Baset (10 tahun) dalam serangan udara Rusia di lingkungan al-Kallaseh, Aleppo.

sebagaimana dilansir Zaman Al Wasl, pada hari Rabu, Ahmad dan ke dua anaknya sempat berfoto di depan toko sepeda miliknya sebelum akhirnya ia dan dua anaknya tewas terkena serangan Rusia.

Ahmad menolak untuk meninggalkan Aleppo dan tetap kembali ke Maarat al-Numan, wilayah al-Kalaseh, meskipun ia sudah mengetahui tempat tinggalnya masih dalam target serangan oleh pasukan rezim dan sekutu, ia bahkan terus bekerja memperbaiki sepeda di tokonya.

Pada hari Kamis, Rusia mengarahkan serangan udaranya selama setengah jam pada wilayah tempat tinggal Ahmad, hingga akhirnya Ahmad dan dua anaknya tewas di dekat toko mereka kemudian masyarakat sekitar menyelamatkan jasad Ahmad dan Anak-anaknya. (Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam