Muslim Rohingya di Myanmar, Begini Sejarahnya

UMAT Muslim di Myanmar terbilang minoritas. Tetapi, meski hanya kaum minoritas, tak membuat mereka sampai berpaling dari Islam. Mereka tetap berpegang teguh pada agamanya. Hingga, kini kita tahu bahwa mereka mengalami suatu ujian yang sangat berat. Dimana keberadaan mereka di negaranya sendiri tak aman lagi.

Jika kita melihat sejarah masuknya muslim ke negara itu, mereka datang dengan perdamaian. Tak ada sedikit pun kekerasan yang terjadi. Memang, seperti apa sejarah masuknya Islam di Myanmar?

Sejarawan menyebutkan bahwa umat Islam tiba di wilayah Arakan bertepatan dengan masa Daulah Abbasiyah yang tengah dipimpin oleh Khalifah Harun al-Rasyid. Kaum muslimin tiba di wilayah tersebut melalui jalur perdagangan. Dengan cara damai. Bukan peperangan apalagi penjajahan.

Karena umat Islam semakin banyak dan terkonsentrasi di suatu wilayah, jadilah ia sebuah kerajaan Islam yang berdiri sendiri. Kerajaan tersebut berlangsung selama 3,5 abad. Dan dipimpin oleh 48 raja. Yaitu antara tahun 1430 – 1784 M. Banyak peninggalan-peninggalan umat Islam yang terwarisi di wilayah tersebut. Ada masjid-masjid dan madrasah-madrasah. Di antara masjid yang paling terkenal adalah Masjid Badr di Arakan dan Masjid Sindi Khan yang dibangun tahun 1430 M.

Pada tahun 1784 M, Arakan diserang oleh raja Budha dari suku Burma yang bernama Bodawpaya (masa pemerintahan 1782-1819 M). Kemudian ia menggabungkan wilayah Arakan ke dalam wilayahnya, agar Islam tidak berkembang di wilayah tersebut. Sejak saat itu bencana umat Islam Arakan pun dimulai. Peninggalan-peninggalan Islam, masjid dan madrasah, dihancurkan. Para ulama dan da’i dibunuh. Budha dari suku Burma terus-menerus mengintimidasi kaum muslimin dan menjarah hak milik mereka. Mereka juga memprovokasi orang-orang Magh untuk melakukan hal yang sama. Keadaan tersebut terus berlangsung selama 40 tahun. Sampai akhirnya berhenti dengan kedatangan penjajah Inggris.

 

Pada tahun 1824 M, Inggris menguasai Burma. Kemudian kerajaan Britania itu menggabungkan wilayah itu dengan persemakmurannya di India. Pada tahun 1937 M, Inggris memisahkan Burma dan wilayah Arakan dari wilayah kekuasaannya di India. Maka Burma menjadi wilayah kerajaan Inggris tersendiri yang bernama Burma Britania. Tidak bernaung di wilayah India lagi.

Tahun 1942 M, bencana besar menimpa kaum muslimin Rohingya. Orang-orang Budha Magh membantai mereka dengan dukungan senjata dan materi dari saudara Budha mereka suku Burma dan suku-suku lainnya. Lebih dari 100.000 muslim pun tewas dalam peristiwa itu. Sebagian besar mereka adalah wanita, orang tua, dan anak-anak. Ratusan ribu lainnya melarikan diri dari Burma. Karena pedih dan mengerikannya peristiwa tersebut, kalangan tua –saat ini- yang menyaksikan peristiwa itu senantiasa mengingatnya dan mengalami trauma.

Pada tahun 1947 M, Burma mempersiapkan deklarasi kemerdekaan mereka di Kota Panglong. Semua suku diundang dalam persiapan tersebut, kecuali umat Islam Rohingya. Pada tanggal 4 Januari 1948, Inggris memerdekakan Burma secara penuh disertai persyaratan masing-masing suku bisa memerdekakan diri dari Burma apabila mereka menginginkannya. Namun suku Burma menyelisihi poin perjanjian tersebut. Mereka tetap menguasai wilayah Arakan dan tidak mendengarkan suara masyarakat muslim Rohingya dan Budha Magh yang ingin merdeka. Mereka pun melanjutkan intimidasi terhadap kaum muslimin.

Dari sejarah itu, ternyata, sudah sejak lama, kaum Muslim Rohingya mengalami berbagai macam penderitaan. Tetapi sungguh, mereka amat sangat kuat dalam menghadapi ujian itu. Terbukti, hingga saat ini, masih ada di antara mereka yang menetap di kampung halamannya. Hal ini semata-mata mereka yakin bahwa pertolongan Allah pasti tiba. []

 

 

Sumber: kisahmuslim.com/MuslimPos

Mengapa Sangat Benci Muslim Rohingya? Alasan Biksu Wirathu Ini Sangat Mengejutkan

Mengapa Biksu Wirathu sangat benci terhadap Muslim Rohingya hingga kemudian melancarkan kampanye provokatif yang menyulut pembantaian, padahal dalam teorinya agama Budha mengajarkan kedamaian dan kasih sayang? Pria pencetus gerakan anti-Islam 969 itu berdalih, muslim Rohingnya adalah anjing gila.
Hal itu tidak disebutkan Wirathu secara sembunyi-sembunyi tetapi langsung dikatakannya dalam khutbah yang diliput media internasional, menggambarkan betapa secara terang-terangan ia memproklamirkan diri sebagai musuh Islam.

 

“Anda bisa berikan kebaikan dan rasa kasih, tetapi Anda tidak bisa tidur di samping anjing gila,” kata Wirathu seperti dikutip The New York Times, 21 Juni 2013. Yang dimaksud “anjing gila” oleh Wirathu adalah Muslim Rohingya sebagaimana tema khutbahnya.
Telah dua tahun pidato anti-Islam itu didengungkan Wirathu dan hingga kini ia tidak berubah. Masih memusuhi Muslim Rohingya, bahkan memprovokasi kaum Budha untuk memboikot dan membantai mereka.
Seperti dirangkum BersamaDakwah, Biksu Wirathu lahir pada 10 Juli 1968. Ashin Wirathu, nama lengkapnya. Ia yang mencetuskan gerakan ‘969’; sebuah gerakan anti-Islam yang kemudian membantai muslim Rohingya dan mengusir mereka dari tanah kelahirannya.
Catatan hitam Wirathu mencuat sejak tahun 2001. Waktu itu ia menghasut kaum Budha untuk membenci muslim. Hasilnya, kerusuhan anti-Muslim pecah pada tahun 2003. Wirathu sempat mendekam di penjara. Namun ia dibebaskan tepatnya pada tahun 2010 atas amnesti amnesti yang juga diberikan untuk ratusan tahanan politik.
Wirathu kini menjabat sebagai kepala di Biara Masoeyein Mandalay. Di kompleks luas itu Wirathu memimpin puluhan biksu dan memiliki pengaruh atas lebih dari 2.500 umat Budha di daerah tersebut. Dari basis kekuatannya itulah Wirathu memimpin gerakan anti-Islam “969”.
Entah sejak kapan Wirathu mendengungkan kampanye. Namun kampanye provokatif itu mulai meluas pada awal 2013. Ia berpidato di berbagai tempat, menyalakan kebencian kaum Budha atas umat muslim. Selain melalui pidato, gerakan 969 juga menyebar dengan cepat melalui stiker, brosur dan sebagainya. Kebencian dan anti-Islam meluas dengan cepat, berbuah pembantaian dan pengusiran Muslim Rohingya.
Ribuan muslim Rohingya dilaporkan terbunuh dalam pembantaian selama beberapa tahun terakhir. Sisanya bertahan hidup dengan keterbatasan dan ketertindasan. Ratusan orang mencoba pergi menyelamatkan diri, pada Mei 2015 sampai di Aceh setelah mengarungi laut lepas dengan kapal sederhana.

Dan pekan ini, militer Myanmar dilaporkan telah menghancurkan desa-desa yang dihuni Muslim Rohingya. Serangan itu dilakukan pada Oktober lalu namun citra satelit yang menunjukkan hancurnya desa baru tersebar pada pekan ini.

[Ibnu K/Tarbiyah.net]

Apa sebenarnya penyebab Myanmar menindas Muslim Rohingya?

Penindasan terhadap Muslim Rohingya masih terjadi. Baru saja pemerintah Myanmar mengerahkan pasukannya ke Provinsi Rakhine. Puluhan orang tewas saat pasukan pemerintah menyerbu kampung-kampung.

Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas beragama Budha seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.

Di Myanmar, etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan juga terus terjadi.

Sebenarnya apa pokok permasalahan di Myanmar? Apakah konflik Rohingya murni karena agama semata?

Secara umum orang berpendapat, krisis Rohingya di Myanmar adalah masalah agama. Tetapi menurut Kepala bidang penelitian pada South Asia Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan ekonomis.

Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Budha.

Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata tinggi.

“Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok,” kata Siegfried O Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW).

Mayoritas warga Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari pekerjaan maupun untuk kesempatan untuk berwirausaha. Dari permasalahan politik, warga Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah mengkhianati mereka lantaran tidak memberikan suara bagi partai politik mayoritas penduduk setempat.

“Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja masalah agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis,” kata Wolf.

Hal ini diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha.

Umat Budha di dunia sendiri mengutuk kekerasan yang dilakukan kelompok garis keras di Myanmar. Tahun 2014 lalu, Dalai Lama meminta Umat Budha menghentikan kekerasan di Myanmar dan Sri Lanka.

“Saya menyerukan kepada umat Buddha di Myanmar, Sri Lanka, membayangkan wajah Buddha sebelum mereka berbuat kejahatan. Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang. Jika Buddha ada di sana, dia akan melindungi muslim dari serangan umat Buddha,” pesan Dalai Lama.

Di dalam negeri Myanmar, nyaris tak ada yang membela Muslim Rohingya. Dunia mengutuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang diam seribu bahasa soal penindasan di Rohingya.

Nasib Muslim Rohingya pun masih jauh dari kedamaian.

 

sumber:Merdek.com

Fatwa MUI: Hukum Membakar Petasan atau Kembang Api

KOMISI Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta dalam rapatnya pada tanggal 13 Ramadhan 1431 H. bertepatan dengan tanggal 23 Agustus 2010 M,

Memutuskan:

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT dan memohon ridha-Nya, sesudah mengkaji permasalahan tersebut dari al-Quran, Sunnah dan pendapat (qaul) yang mutabar, menyempurnakan dan menetapkan fatwa tentang Hukum Petasan dan Kembang Api (Fatwa MUI No. 31 Tahun 2000, penyempurnaan fatwa tanggal 24 Ramadhan 1395/30 Sep.1975), sebagai berikut:

1. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri, Tahun Baru dan Walimah (Resepsi), seperti yang dilakukan oleh umat Islam khususnya warga DKI Jakarta, atau menjadi bagian dalam ritual ziarah di TPU Dobo, adalah suatu tradisi atau kebiasaan buruk yang sama sekali tidak terdapat dalam ajaran Islam, bahkan merupakan suatu perbuatan haram yang sangat bertentangan dan dilarang ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tradisi membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api adalah bersumber dari kepercayaan umat di luar Islam untuk mengusir setan yang dianggap mengganggu mereka. Hal ini jelas merupakan suatu kepercayaan yang bertentangan dengan Aqidah Islam. Padahal Islam memerintahkan umatnya untuk menghindari kepercayaan yang bertentangan dengan Aqidah Islam, karena hai itu dinilai sebagai langkah setan dalam menjerumuskan umat manusia, sebagaimana difirmankan dalam Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.” (QS. An-Nur[24] : 21)

b. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api merupakan pemborosan (tabdzir) terhadap harta benda yang diharamkan Allah, sebagaimana difirmankan :

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra [17] : 27)

c. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api sangat membahayakan jiwa, kesehatan, dan harta benda (rumah, pabrik, dan lain-lain). Padahal agama Islam melarang manusia melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api sangat membahayakan jiwa, kesehatan, dan harta benda (rumah, pabrik, dan lain-lain). Padahal agama Islam melarang manusia melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Sebagaimana difirmankan dalam :

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah [2]:195.)

Demikian juga sabda Rasulullah SAW, sebagai berikut:

“(Kamu) tidak boleh membuat bahaya bagi dirimu sendiri dan juga tidak boleh membuat bahaya bagi orang lain”.

d. Membakar, menyalakan atau membunyikan petasan dan kembang api bahayanya (mudharat) lebih besar dari pada manfaatnya (kalau ada manfaatnya). Padahal di antara ciri-ciri orang muslim yang baik adalah orang yang mau meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sebagaimana didasarkan pada makna umum ayat Al-Quran sebagai berikut:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir.”

Dan hadits Rasulullah SAW:

“Di antara ciri-ciri orang muslim yang baik adalah orang yang mau meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”.

2. Sehubungan dengan haramnya membakar atau menyalakan petasan dan kembang api, maka haram pula memproduksi, mengedarkan dan memperjualbelikannya. Hal ini didasarkan pada Kaidah Ushul Fiqh:

“Sesuatu yang menjadi sarana, hukumnya mengikuti sesuatu yang menjadi tujuan.”

 

 

[Sumber Web MUI DKI JAKARTA]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349305/fatwa-mui-hukum-membakar-petasan-atau-kembang-api#sthash.HWyidhFt.dpuf

Rezeki Suami Mau Lancar? Istri Harus Seperti Ini

MENDAPATKAN isteri yang ideal mungkin adalah impian para lelaki. Begitupun dengan wanita, siapa wanita yang tidak ingin memiliki suami saleh dan sesuai kriteria ideal yang didambakan.

Namun kita tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita hanya bisa mengusahakan agar dapat menjalankan peran masing-masing semaksimal mungkin dan sesuai dengan apa yang diridai Allah taala.

Ada sebuah nasihat bagi seorang suami. “Bahagiakanlah isteri karena membahagiakan isteri dapat melancarkan rezeki.” Benarkah demikian? Berikut sifat-sifat isteri yang bisa jadi akan mendatangkan rezeki bagi suaminya:

# 1. Wanita yang taat pada Allah dan rasul-Nya.

Ada empat faktor yang menjadi pertimbangan sebelum menikahi seorang wanita, yaitu karena (1) kecantikannya, (2) keturunannya, (3) hartanya dan (4) agamanya. Kita diperintahkan untuk memilih wanita karena faktor agamanya, beruntung sekali jika bisa mendapatkan keempatnya.

Wanita yang taat pada Allah dan Rasul-Nya akan membawa rumah tangga menuju surga, menuju ketentraman. Rumah tangga yang tentram, nyaman, bahagia adalah rezeki yang sangat berharga. Rumah tangga yang dinahkodai suami yang saleh didampingi istri yang juga saleh, akan menjadikan rumah tangga itu berkah, menghasilkan anak-anak yang saleh, mendapatkan rida dan rahmat Allah.

# 2. Wanita yang taat pada suaminya.

Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan menyuruh seorang isteri untuk sujud kepada suaminya (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sepanjang perintah suami tidak bertentangan dengan agama, maka isteri wajib mentaatinya. Ketaatan seorang isteri pada suaminya akan membuat hati suami tenang dan damai dan bisa menjalankan kewajibannya mencari rezeki yang halal untuk keluarga. Akan halnya wanita yang berkarier di luar rumah bisa tetap bekerja sepanjang suaminya mengizinkan dan kewajibannya untuk menjaga diri dengan baik di tempat kerja.

“Laki-laki adalah pemimpin atas wanita karena Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan dengan sebab sesuatu yang telah mereka (laki-laki) nafkahkan dari harta-hartanya. Maka wanita-wanita yang saleh adalah yang taat lagi memelihara diri di belakang suaminya sebagaimana Allah telah memelihara dirinya”. (Q.S. An Nisa : 34).

# 3. Wanita yang melayani suaminya dengan baik.

Tugas utama isteri adalah menjalankan tugas rumah tangga dengan sebaik-baiknya, melayani suami dengan baik serta mendidik anak-anaknya. Isteri yang baik berusaha melayani suaminya dengan baik seperti menyiapkan makanannya, menyiapkan keperluannya, memenuhi kebutuhan biologisnya, menjaga perasaan suaminya jangan sampai suaminya terluka karena sikapnya.

Wanita yang demikian akan menjadi kesayangan suaminya dan bisa menjadi partner yang baik dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah dan menarik hal-hal positif dalam rumah tangganya, termasuk rezeki bagi suaminya.

# 4. Wanita yang berhias hanya untuk suaminya.

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah” (H.R. Muslim).

Adalah sifat wanita yang suka bersolek dan berhias, tapi wanita yang saleh hanya berhias dan menampakkan perhiasan untuk suaminya. Wanita yang jika dipandang suaminya selalu menyenangkan dan tahu bagaimana menyenangkan suaminya. Wanita yang bahkan malaikat pun mendoakannya akan memudahkan rezeki datang padanya.

# 5. Jika ditinggal menjaga kehormatan dan harta suami

Saat suami keluar mencari nafkah, isteri yang ditinggalkan di rumah harus menjaga kehormatannya, menjaga dirinya dari tamu yang tidak pantas, membatasi keluar rumah jika tidak terlalu penting. Harta suami yang dititipkan padanya dipergunakan pada hal-hal yang bermanfaat dengan seizin suaminya. Wanita seperti ini memudahkan rezeki masuk ke dalam rumahnya sebagai upah dari ketaatannya kepada Allah dan kesetiaan pada suaminya.

# 6. Wanita yang senantiasa meminta ridha suami atasnya

Wanita ini tahu bagaimana menyenangkan hati suaminya. Menjaga sikap dan perilaku agar tidak menyinggung dan melukai perasaan suaminya. Dia selalu berusaha agar suaminya tidak marah padanya. Dia tidak akan pergi tidur dalam keadaan marah atau meninggalkan suaminya dalam keadaan marah sampai memperoleh maafnya. Mengajak suaminya bercanda untuk menceriakan perkawinannya. Berusaha mendidik anak-anaknya dengan baik. Menjaga rahasia perkawinan dari orang lain.

“Maukah kalian kuberitahu isteri-isteri yang menjadi penghuni surga yaitu isteri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya, dimana jika suaminya marah dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata ” Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha” (H.R.An Nasai).

Isteri seperti ini adalah isteri yang dimudahkan rezekinya melalui tangan suaminya karena amalan dan kesetiaan pada suaminya,

# 7. Wanita yang menerima pemberian suami dengan ikhlas

Wanita yang tidak pernah mengeluh berapapun rezeki yang dibawa pulang suaminya. Selalu ikhlas menerima dan menghargai apapun yang diberikan suami kepadanya. Banyak disyukuri sedikit pun diterima dengan ikhlas. Wanita seperti ini adalah wanita yang mensyukuri rezekinya. Allah sudah menjanjikan bahwa jika kita bersyukur Dia akan menambah rezeki kita. Wanita yang bersyukur dan ikhlas rezekinya senantiasa bertambah baik kuantitas maupun keberkahannya yang akan diberi Allah langsung padanya ataupun melalui suaminya.

# 8. Wanita yang bisa menjadi partner meraih ridha Allah.

Wanita yang menjadikan rumah tangganya sebagai ibadah, pengabdiannya kepada Allah. Bisa menjadi teman diskusi yang berimbang bagi suami. Bisa melakukan koreksi dan menyampaikan dengan lembut kepada suaminya. Mendengarkan nasihat dan kata-kata suaminya dengan penuh perhatian. Sebelum melaksanakan ibadah sunah seperti puasa sunnah meminta izin kepada suaminya dan tidak melaksanakan jika tidak diizinkan. Bisa menjadi pendorong dan motivator suami untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Itulah mengapa ada kalimat ” dibalik pria yang sukses ada wanita hebat di belakangnya”. Karena wanita seperti ini adalah rezeki utama suaminya.

# 9. Wanita yang tak pernah putus doa untuk suaminya.

Wanita yang bersyukur adalah wanita yang menerima semua kehendak /takdir Allah padanya tapi tetap berusaha melakukan yang terbaik termasuk dengan mendoakan suami dan anak-anaknya agar sukses dunia akhirat. Wanita ini tidak pernah putus doa, tapi menjadikannya sebagai rutinitas harian, penghias bibir setelah shalat. Wanita ini tahu bahwa rezeki suaminya akan ditambah dan diberkahi jika dirinya senantiasa melibatkan Allah pada langkah suaminya melalui doa-doa yang dipanjatkannya setiap hari.

Dan betapa beruntungnya seorang laki-laki jika bisa mendapatkan isteri dengan ciri-ciri seperti di atas. Jika pun isteri ternyata belum memiliki ciri-ciri seperti di atas adalah tugas suami untuk mendidik isterinya, karena isteri adalah tanggung jawab suaminya dan dia akan ditanya di akhirat tentang hal itu. Wallahu alam.[kabarmuslimah]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2346803/rezeki-suami-mau-lancar-istri-harus-seperti-ini#sthash.kfjTTqLN.dpuf

Pertengkaran dalam Rumah Tangga Boleh Tapi….

BERTENGKAR adalah hal yang lumrah dalam berumah tangga. Bertengkar boleh saja, asal kedua pihak bisa bersikap dewasa. Bahkan, kadang bertengkar bisa menumbuhkan saling pengertian dan rasa kasih sayang, sesudahnya.

Namun, ada tiga hal yang harus dihindari saat bertengkar. Apa saja?

Hindari KDRT

Dalam Alquran Allah membolehkan seorang suami untuk memukul istrinya ketika sang istri membangkang. Sebagaimana firman Allah di surat An-Nisa:

Wanita-wanita yang kamu khawatirkan tidak tunduk, nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya..(QS. An-Nisa: 34)

Namun ini izin ini tidak berlaku secara mutlak. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memberikan batasan lain tentang izin memukul,

1. Tidak boleh di daerah kepala, sebagaimana sabda beliau, “jangan memukul wajah.”

2. Tidak boleh menyakitkan. Batasan ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam khutbah beliau ketika di Arafah.

“Jika istri kalian melakukan pelanggaran itu, maka pukullah dia dengan pukulan yang tidak menyakitkan.”(HR. Muslim 1218)

Atha bin Abi Rabah pernah bertanya kepada Ibnu Abbas,

Saya pernah bertanya kepada Ibnu Abbas, Apa maksud pukulan yang tidak menyakititkan? Beliau menjawab, “Pukulan dengan kayu siwak (sikat gigi) atau semacamnya.” (HR. At-Thabari dalam tafsirnya, 8/314).

Tetapi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Orang yang hebat bukahlah orang yang sering menang dalam perkelahian. Namun orang hebat adalah orang yang bisa menahan emosi ketika marah.”(HR. Bukhari 6114 dan Muslim 2609).

Dan jangan lupa, Aisyah menceritakan,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah memukul wanita maupun budak dengan tangan beliau sedikitpun. Padahal beliau berjihad di jalan Allah. (HR. Muslim 2328).

Hindari Caci-maki

Siapapun kita, tidak akan bersedia ketika dicaci maki. Karena itulah, syariat hanya membolehkan hal ini dalam satu keadaan, yaitu ketika seseorang didzalimi. Syariat membolehkan orang yang didzalimi itu untuk membalas kedzalimannya dalam bentuk cacian atau makian. Allah berfirman,

Allah tidak menyukai Ucapan buruk (caci maki), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.(An-Nisa: 148)

Karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasehatkan jangan sampai seseorang mencaci pasangannya. Apalagi membawa-bawa nama keluarga atau orang tua, yang umumnya bukan bagian dari masalah.

Beliau bersabda, “Jangan kamu menjelekannya”

Dalam Syarh Sunan Abu Daud dinyatakan,

“Jangan kamu ucapkan kalimat yang menjelekkan dia, jangan mencacinya, dan jangan doakan keburukan untuknya..” (Aunul Mabud Syarh Sunan Abu Daud, 6/127).

Allah berfirman,

Orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.(QS. Al-Ahzab: 58)

Jaga Rahasia Keluarga

Bagian ini penting untuk kita perhatikan. Hal yang perlu disadari bagi orang yang sudah keluarganya, jadikan masalah keluarga sebagai rahasia anda berdua. Karena ketika masalah itu tidak melibatkan banyak pihak, akan lebih mudah untuk diselesaikan. Terkait tujuan ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasehatkan,

“Jangan kamu boikot istrimu kecuali di rumah”

Ketika suami harus mengambil langkah memboikot istri karena masalah tertentu, jangan sampai boikot ini tersebar keluar sehingga diketahui banyak orang. Sekalipun suami istri sedang panas emosinya, namun ketika di luar, harus menampakkan seolah tidak ada masalah. Kecuali jika anda melaporkan kepada pihak yang berwenang, dalam rangka dilakukan perbaikan. Wallahu alam. []

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349263/pertengkaran-dalam-rumah-tangga-boleh-tapi#sthash.OlCxFE5F.dpuf

Istri Bekerja, Bagaimana Hukumnya Nafkah Suami?

SEORANG ibu rumah tangga bertanya, bagaimana Islam memandang nafkah suami bila istrinya pun bekerja. Berikut ini sebagai salah satu penjelasan.

Perlu diketahui bahwa nafkah keluarga (isteri dan anak) merupakan tanggung jawab suami. Hal ini sesuai dengan firman-Nya pada surat al-Baqarah: 233. Pemberian nafkah tersebut meliputi kebutuhan anak isteri terhadap makan, minum, pakaian, tempat tinggal, pengobatan jika sakit, dan kebutuhan dasar lainnya.

Hanya saja, kewajiban untuk memberikan nafkah kepada keluarga disesuaikan dengan kemampuan suami. (QS ath-Thalaq: 7). Allah tidak membebani di luar kemampuannya. Kalau kemudian suami tidak mampu memenuhi kewajiban memberikan nafkah secara sempurna, lalu isteri memberikan sebagian hartanya untuk menutupi kebutuhan tersebut, maka hal itu merupakan bentuk kebaikan isteri pada suami (bukan kewajibannya).

Karena itu, suami tidak boleh memanfaatkan kemampuan finansial isteri untuk melalaikan kewajibannya dalam memberi nafkah. Sebab kewajiban memberi nafkah tetap menjadi tanggung jawab suami, sementara isteri kalaupun mampu sekadar membantu.

Oleh sebab itu, mencermati kondisi Anda di atas, ada baiknya dilakukan komunikasi dan pembicaraan terkait dengan pemberian nafkah suami. Anda boleh berterus terang dan meminta kesediaan suami untuk memenuhi kewajibannya memberi nafkah dengan baik; bukan dalam konteks memaksa atau menuntut secara berlebihan.

Suami tidak wajib memberitahukan kas yang ia miliki di bank. Demikian pula dengan isteri. Yang terpenting bagaimana suami memenuhi kewajiban memberi nafkah sesuai kemampuan.

Hanya saja keterbukaan, kerja sama, dan upaya untuk saling membantu dan memahami adalah cara terbaik untuk menciptakan suasana saling percaya antar anggota keluarga. []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349559/istri-bekerja-bagaimana-hukumnya-nafkah-suami#sthash.zvRFCivU.dpuf

Inilah Tujuh Manfaat Diam Bagi Orang Muslim

RASULULLAH SAW memerintahkan kita untuk mengucapkan kata-kata yang baik, atau diam. Hal ini bermakna jika tidak tidak mampu, maka sebaiknya diam saja.

Diam sendiri memiliki banyak kelebihan. Dalam kitab Muraqi Ubudiyyah karangan seorang ulama besar, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jaawi, disebutkan ada tujuh manfaat dari diam. Ketujuh manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Merupakan Ibadah tanpa harus kerja keras atau berusaha

Diam bisa dikatakan suatu ibadah yang sangat mudah. Kita hanya perlu diam, tidak harus melakukan apapun dan tidak membutuhkan biaya.

2. Merupakan hiasan diri tanpa perhiasan, sekalipun orang yang diam karena dasar ilmu akan terhias.

3. Wibawa tanpa kekuasaan

Sering kali kita menemukan orang yang diam justru sangat berwibawa dibandingkan yang berkoar-koar.

4. Benteng tanpa dinding (selalu terkawal tanpa perlu pengawal atau penjaga )

Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jaawi menulis dengan kalimat; Orang yang diam akan senantiasa terlindungi dari berbagai hal yang mungkin saja ditimbulkan jika tidak diam.

5. Tidak perlu meminta maaf kepada siapapun yang disebabkan oleh perkataan

Karena memang tidak mengucapkan sesuatu yang keji, karena memang memilih diam, tentu yang yang diam tidak perlu meminta maaf kepada siapapun. Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jaawi menulis dengan kalimat bahasa Arab seperti ini.

6. Malaikat pencatat amal menjadi rehat dan tidak lelah

Malaikatpun punya waktu untuk beristirahat dengan diamnya orang yang diam.

7. Penutup keburukan dan sisi-sisi kejahilan dan kekurangan diri

Diam akan senantiasa menutup kejahiliyyahan dan kekuranga diri seseorang. Maka, akan lebih baik memilih diam jika takut kekurangan diri kita akan terbuka. []

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349244/inilah-tujuh-manfaat-diam-bagi-orang-muslim#sthash.PPuro3ak.dpuf

Kewaspadaan dan Handphone Kita

HANDPHONE termasuk salah satu barang yang paling ringan di bawa di dunia ini. Namun bisa jadi ia adalah barang yang memikulkan beban paling berat nanti di hari kiamat. Berhati-hatilah menggunakan handphone, sebarkan kebaikan dan jangan tebarkan yang negatif. Gunakan ia sebagai media dakwah, bukan yang menjadikan diri sebagai terdakwa.

Handphone adalah salah satu alat yang memudahkan kita berkomunikasi lintas jarak di dunia ini. Namun bisa jadi ia menjadi penyebab sulitnya kita berkomunikasi dengan Allah yang menjadi penentu kebahagiaan di akhirat kelak. Awas, berhati-hatilah dengan penyakit maniak gadget, maniak game online, atau maniak chatting. Janganlah sampai melalaikan diri dari berdialog dengan Allah melalui shalat dan doa.

Handphone adalah alat yang mampu mendekatkan hati yang awalnya jauh menjadi dekat, menyambungkan rasa yang awalnya yang bersambung menjadi terhubung. Awas, berhati-hatilah, handphone juga berpotensi menjauhkan hubungan yang dekat dan memutuskan hubungan yang awalnya erat. Hati-hati dan waspada menjadi penting karena tanpanya kesenangan menjadi penderitaan, kebahagiaan menjadi kesedihan.

Handphone adalah alat yang bisa dibeli di mana-mana dengan model yang bermacam-macam, dengan nama yang sangat beragam dan dengan berasal dari berbagai macam negara.

Awas, hati-hatilah, handphone bisa merusak hubungan kita dengan islam, satu-satunya agama kita, dengan al-Qur’an, satu-satunya kitab suci kita, dengan ka’bah, satu-satunya kiblat kita dan bahkan dengan Allah yang maha Satu, maha Tunggal, Maha Esa. Waspadalah, bukalah handphonemu dengan membaca basmalah, semoga semua menjadi berkah. Salam, AIM, Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya. [*]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349682/kewaspadaan-dan-handphone-kita#sthash.e3VKk0e3.dpuf

Jika Anak Bertanya Tuhan Ada di Mana?

ALLAH adalah tuhan kita, namun kita tidak mungkin mengenal diri-Nya, kecuali Dia sendiri yang memperkenalkan kita. Termasuk keberadaan diri-Nya, kita tidak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu. Memang terkadang kita mendengar ada ungkapan orang seperti Tuhan ada pada diri kita ini, atau tuhan ada di hati. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa tuhan ada di mana-mana di segala tempat.

Tetapi kalau kita mau sedikit kritis, sebenarnya dua ungkapan di atas kurang tepat. Itu hanya gossip tentang tuhan. Gosipnya, tuhan itu konon ada di dalam hati atau ada di mana-mana, tetapi siapa yang bilang? Dan benarkan tuhan mengatakan bahwa dirinya ada di dalam hati manusia? Benarkah tuhan mengatakan bahwa dirinya ada di mana-mana?

Jangan-jangan ungkapan itu tidak benar. Kalau tidak benar, berarti salah kan? Dan tentu sangat fatal sekali akibatnya, sebab kita telah memandang tuhan bukan dengan cara yang benar. Kita menganggap tuhan dengan pandangan yang keliru. Ungkapan bahwa tuhan itu ada di dalam diri kita, sebenarnya datang dari sebuah kepercayaan yang menyimpang. Para peneliti mengatakan bahwa pemikiran itu datang dari kaum wihdatul wujud (kesatuan wujud tuhan dengan manusia). Paham ini telah dikafirkan oleh para Ulama kita yang dahulu dan sekarang.

Dan ungkapan bahwa tuhan ada di mana-mana, juga menyimpang dan merupakan pendapat dari kaum Jahmiyyah (faham yang menghilangkan sifat-sifat Allah) dan Mu’tazilah. Lalu Allah Ta’ala tuhan kita itu ada di mana?

Untuk menjawab pertanyaan itu, mudah saja kok. Mari kita bukan kitab suci yang merupakan firman Allah Ta’ala sendiri. Di dalam Alquran Al-Kariem, Allah Ta’ala telah menjelaskan keberadaan dirinya. Jadi kita tidak usah pusing tujuh keliling menjawab pertanyaan adik-adik TK kecil itu. Jawab saja pakai Alquran, sebab Alquran adalah penjelasan resmi dari Allah Ta’ala sendiri, jadi mana mungkin salah, ya kan?

Mari kita buka satu surat di urutan ke-20. Surat itu adalah surat Thaha. Di sana Allah Ta’ala menyebut diri-Nya dengan salah satu dari sekian banyak nama-Nya, Ar-Rahman, yang artinya Yang Maha Penyayang.

“Ar-Rahman di atas ‘Arsy Ia istiwaa (bersemayam).” (QS Thaha: 5)

“Sesungguhnya Tuhan kamu itu Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian ia istiwaa (bersemayam) di atas ‘Arsy.” (QS Al-A’raf: 54).

Jadi ibu bisa memberi jawaban mudah dan singkat kepada si kecil, “Nak, kata Allah, Dia berada di atas Arsy.”

‘Arsy adalah mahluk Allah yang paling tinggi berada di atas tujuh langit dan sangat besar sekali sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas. Tidak seorang pun dapat mengukur berapa besarnya.” Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2349238/jika-anak-bertanya-tuhan-ada-di-mana#sthash.J8tX3PTc.dpuf