Akhlak Mulia Nabi Muhammad SAW

NABI Muhammad saw memiliki akhlah yang mulia, bahkan istrinya, Siti Aisyah ra mengatakan apabila ingin mengetahui akhlak rasulullah maka akhlaknya rasul akhlaqul quran. Hal ini disampaikan Syeikh Ali Jaber saat mengisi ceramah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, di Halaman Balai Kota Banda Aceh, Kamis (26/2).

Lanjutnya, ketika Rasulullah mendengar perintah Allah dalam alquran agar orang beriman bertakwa dengan baik, maka Rasul bertakwa dengan baik. “Apabila kita bertakwa dengan baik kepada Allah, jujur maka kita mengikuti akhlak Rasulullah,” ujar Syeikh Ali Jaber yang juga imam di Masjid Nabawi, Madinah.

Aisyah ra menceritakan saat Rasulullah pulang ke rumah dan Aisyah sebagai istri Beliau menyediakan minum kepada Rasul. “Ketika minum, astaghfirullah asin. Lalu bagaimana cara Rasul mengatasi dan memberitahukan kesalahannya, caranya sopan sekali. Rasulullah memanggil Ya Humaira, kamu haus tidak? Ayo temani saya minum. Siti Aisyah karena sayang dan cinta kepada rasul maka dimana rasul minum maka disitu ia meminumnya. Lalu Aisyah berkata, Ya rasul maafkan. Maka selesai masalahnya, dan mengingat cara rasul yang lembut saat memberitahu maka tidak berani untuk salah lagi,” tutur Syeikh Ali Jaber.

Selanjutnya, apa bukti cinta kepada rasul, ucapan saja tidak cukup. Namun, kata Syeikh yang lahir di kota Madinah Al Munawwarah, 3 Februari 1976 Masehi ini maka apa yang kita perbuat, gunakan, jalani dalam kehidupan kita mencerminkan akhlak rasul.

“Berapa hari lewat belum membaca alquran, berapa hari lewat selalu masbuk. Apa pernah masbuk makan, meeting, tapi kenapa waktu shalat selalu masbuk. Padahal rasulullah sudah menjanjikan siapa yang menjaga takbir pertama bersama imam selama 40 hari berturut-turut. Maka akan dapat dua kebebasan, yaitu bebas dari kemunafikan dan bebas dari neraka jahannam,” kata Syeik Ali Jaber.

Lanjutnya lagi, ulama berkata tidak ada yang dapat melaksanakan selama 40 hari berturut-turut apabila orang tersebut merupakan orang munafik. “Saya ada seorang guru, saya tidak bicara rasul dna orang-orang shaleh dulu. Ini baru beberapa waktu lalu, guru saya seorang penduduk Madinah tidak pernah melewatkan takbiratul ihram bersama imam selama 48 tahun. Bukan masbuk satu rakaat, takbiratul ihram pun tak pernah terlewatkan,” tuturnya.

Ketika di akhir hayatnya, kata Syeikh Ali Jaber ia bersama anaknya shalat Shubuh berjamaah di Masjid Nabawi pada 27 Ramadhan, dan malam Lailatur Qadar. “Sedang takbir beliau meninggal dunia. Meninggal dunia ketika takbir, sedang berpuasa, di Masjid Nabawi, ini khusnul khatimah yang luar biasa. Kenapa dapat khusnul khatimah sedang takbir? Karena perduli terhadap takbir, maka Allah berikan khusnul khatimah sedang takbir,” katanya dengan lantang dan suara bergetar.

Orang yang perduli, perhatikan, dan cinta alquran, tambahnya lagi maka meninggal dunia atas membaca alquran. Apapun kebiasaan yang dilakukan sehari-hari maka akan menjadi penutup hidup di akhir hayat. “Suka karaoke, joget ya tunggu meninggal pas sedang joget. Berzina maka akan meninggal saat berzina,” ujarnya.

Maka ulama menyebutkan, siapa yang masuk surga Allah di dunia yaitu masjid, alquran, anak yatim, perduli dengan orang yang membutuhkan pertolongan, jujur, amanah, tawadhuk, lemah lembut, selalu berkata baik, saling doakan, memuliakan sesama muslim maupun non muslim. Maka akan masuk surga Allah di akhirat, sebab menjadi contoh yang baik seperti rasulullah menjadi contoh yang baik bagi seluruh umat manusia.

“Kita punya kehidupan yang bertanggung jawab melanjutkan perjuangan rasulullah, para alim ulama, walisongo yang meninggalkan keluarga, dan tidak mau urus jabatan. Demi siapa? demi kita supaya selamat di dunia dan akhirat,” kata Syeikh yang menjalani pendidikan formal dan informalnya di Madinah. (mawaddatul husna)

 

sumber:Serambi Indonesia

Akhlak Rasulullah Teladan Bagi Umat

Setiap muslim wajib meneladani Nabi Muhammad SAW, baik dari perbuatan, perkataan, maupun perilaku (akhlak) semasa hidupnya. Akhlak yang ditunjukkan Rasulullah sangat mulia tak hanya kepada pengikutnya, tapi juga berbuat baik kepada nonmuslim yang terkadang sering menghina dan mengancam hidupnya.

kisah Rasulullah SAW dengan pengemis Yahudi yang buta di sudut Pasar Madinah menjadi salah satu bukti betapa mulianya akhlak Nabi Muhammad.

“Pengemis Yahudi buta ini tiap hari mencemooh Rasulullah. Siapa saja yang mendekatinya, si Yahudi selalu menghasut bahwa Muhammad itu gila, pembohong, dan tukang sihir,” ujarnya. Namun, setiap pagi Nabi Muhammad justru membawakan makanan dan menyuapinya si Yahudi tersebut.

Si pengemis Yahudi tersebut tidak tahu bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. “Kebiasaan ini dilakukan Rasulullah hingga beliau wafat.” Skhirnya,  setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi orang yang membawa makanan dan menyuapi Yahudi buta itu.

“Hingga suatu ketika Abubakar Siddiq menanyakan kepada Aisyah, apa amalan Rasulullah yang belum dia kerjakan.”

Aisyah menjawab, bahwa hampir semua amalan telah Abubakar kerjakan, kecuali satu hal yaitu membawakan makanan untuk seorang pengemis buta di Pasar Madinah.

Mendengar hal itu,  keesokan harinya Abubakar langsung membawa makanan kepada pengemis tersebut. “Namun tak disangka, si pengemis berkata engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Orang yang menyuapiku selama ini lebih dulu menghaluskan roti itu, sebelum memberikannya kepadaku.”

Singkat cerita, akhirnya Abubakar pun menjelaskan kepada pengemis bahwa orang yang selalu menyuapinya selama ini adalah Nabi Muhammad SAW. “Seketika itu si pengemis Yahudi menangis dan menyesali perbuatannya. Dia pun mengucap syahadat di depan Abubakar dan langsung masuk agama Islam.”

 

Ustaz H Gamal Akhyar LC MA

Dicuplik dari: Serambi Indonesia

Doa Memilih

“Apabila salah satu dari kalian dihadapkan pada permasalahan, maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa: ‘Ya Allah sesungguhnya aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara gaib.

Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa perkara ini adalah baik bagiku saat ini dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia bagiku lalu berkatilah…’” (HR. Ahmad).

Tak lama lagi, kita akan memilih calon pemimpin umat. Tentunya, semua kita berharap memilih calon yang terbaik. Namun siapa yang kita lihat dengan mata sebagai pilihan yang terbaik, bisa jadi tidak demikian yang sesungguhnya. Kita makhluk lemah, sehingga dianjurkan memohon petunjuk kepada Allah agar mampu memilih calon pemimpin yang tepat.

Apalagi bila salah memilih, bukan hanya beberapa orang yang dirugikan. Juga bukan hanya sebentar kerugiannya. Banyak orang dan bertahun-tahun akan rugi, bila ternyata yang terpilih tak layak memimpin umat.

Jangankan memimpin umat yang banyak jumlahnya, memimpin diri sendiri juga belum sanggup. Misalnya, tak sanggup memimpin hawa nafsunya ketika berhadapan dengan harta banyak dan perubahan zaman. Akibatnya, hak-hak umat untuk berkehidupan yang layak diselewengkan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Bila mendapati calon pemimpin yang mengedepankan hawa nafsu dengan memakan hak-hak orang, namun kita tetap memilihnya karena ertimbangan orang dekat atau kerabat, itu adalah suatu pengkhianatan.

 

Oleh: Jarjani Usman

sumber:Serambi Indonesia

Berdebat

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” (QS. An-Nahl:
125).

Menjelang pemilihan kepala daerah, sudah lumrah dilakukan debat tentang visi, misi, dan program-program atau janji-janji yang akan dilaksanakan oleh para kandidat. Banyak uang, pikiran, waktu dan tenaga dihabiskan untuk acara debat. Namun seringkali debat kurang membawa hasil seperti yang diharapkan.

Dikatakan tak membawa hasil karena tak semua hasil debat dilaksanakan dengan sepenuh hati. Bahkan, pola debat cenderung menjelek-jelekkan calon lain, yang bisa menghasilkan luka di dalam hati yang lama. Sehingga tak ada pelajaran baik yang diperoleh oleh rakyat penonton.

Maunya debat dilakukan untuk mengarahkan pada upaya menuju dan menetapi jalan yang diridhai Allah. Allah sudah mengarahkan bahwa kepemimpinan adalah amanah besar, yang pasti akan diminta pertanggungjawaban di kemudian hari. Sehingga setiap janji atau program yang ditawarkan dalam proses debat disertai dengan rasa takut kepada Allah. Bila tidak, akan mudah saja berbohong atau mengimingi rakyat dengan program-program yang tak realistis untuk dijalankan nantinya.

Selanjutnya, rasa takut kepada Allah akan membuat para kandidat tak berani menjelek-jelekkan calon lain. Semua sama di hadapan Allah, kecuali yang bertaqwa. Sehingga pendebat yang bertaqwa akan berusaha mengontrol lidahnya, dan cenderung menggunakan lisan dengan cara yang baik dan penuh tanggungjawab dalam mengeritisi program-program yang akan ditawarkan masing-masing.

 

Oleh Jarjani Usman

sumber:Serambi Indoesia

Harga Keadilan

“Tuhanmu berfirman, ‘Wahai anak Adam! Sempatkanlah beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Aku akan memenuhi tanganmu dengan rezeki. Wahai anak Adam! Janganlah menjauh dari-Ku. Jika demikian, Aku akan memenuhi hatimu dengan kefakiran dan Aku akan memenuhi tangan-Mu dengan kesibukan’” (HR. Al Hakim).

Harga keadilan meningkat pesat di zaman sekarang. Hal ini terjadi karena banyak orang memperturutkan hawa nafsunya dan melupakan ibadah kepada Allah.

Karena semakin mahalnya harga keadilan, hanya orang-orang yang banyak harta bisa membelinya. Bahkan bila sanggup menyediakan uang banyak, yang salah bisa dibenarkan dan yang benar bisa disalahkan. Hal ini tidak akan terjadi bila para pengadil mengutamakan nilai ibadah kepada Allah, bukan mementingkan hawa nafsu.

Bila dalam bekerja bukan memperturutkan hawa nafsu tetapi lebih mengutamakan nilai-nilai ibadah kepada Allah, keadilan pasti akan ditegakkan walau tak didorong dengan uang. Sebab, menegakkan keadilan dianggap sebagai bagian dari upaya melaksanakan perintah Allah. Orang-orang yang bekerja seperti ini akan merasakan ketenangan dalam hidupnya dan merasa cukup dengan harta yang halal yang diperolehnya.

 

Oleh: Jarjani Usman

sumber: Serambi Indonesia

Jaminan Allah

“Barangasiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

Kesempitan atau kesulitan dalam hidup ini kadangkala datang walau anpa diundang. Bagi orang yang benar-benar beriman, kesempitan hidup dijadikan kesempatan untuk menempa diri atau belajar lebih kuat lagi dalam menghadapi segala kemungkinan perubahan. Sehingga di saat sempit, hati orang mukmin akan tetap menjaga ketaqwaannya. Apalagi ada jaminan Allah khususnya bagi hamba-hambaNya yang senantiasa bertaqwa.

Dikabarkan dalam Alquran bahwa orang bertaqwa dijamin akan diberikan jalan keluar dalam menghadapi kesempitan hidup. Sehingga kalau ditunda pemberian jalan keluar, masih ada juga harapan besar. Yaitu harapan memperoleh pahala yang mengalir dari usaha untuk tetap bersabar terhadap ketentuan Allah. Allah kadangkala menguji hambahambaNya, sehingga mendengar pengaduan-pengaduannya kepadaNya dalam setiap doa siang dan malam.

Namun bagi orang yang tak benar-benar mengimani firman Allah, akan merasa gundah-gulana dalam menghadapi kesulitan hidup dan bahkan berpeluang berpaling dari jalan yang diridhaiNya. Di saat berpaling dari jalan Allah, bukan jalan keluar sebenarnya yang diperoleh. Namun semakin menjauhkan diri dari Allah, yang menyebabkan hati semakin pudar dari cahaya Ilahi. Dalam keadaan hati demikian, kesulitan semakin bertambah-tambah di dunia ini, apalagi di akhirat kelak.

 

Oleh Jarjani Usman

sumber: SerambiIndonesia

Alquran Memuliakan Alam

Kerusakan lingkungan kian menjadi. Hutan terus digunduli, sungai-sungai tak luput dicemari. Dampaknya pun terasakan hingga kini, ketika banjir terjadi hampir di seantero negeri. Semua itu timbul akibat ulah manusia sendiri, yang senantiasa melakukan perusakan terhadap alam, atas nama pembangunan. Bila tak segera diredam, niscaya bisa timbul bencana alam lebih besar.

Peringatan akan bahaya tersebut sudah tertera dalam Alquran. Banyak ayat mengingatkan akibat dari tindakan semena-mena terhadap lingkungan hidup, bagi manusia.Firman Allah SWT pada surat Ar-Ruum [30] ayat 41, ”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Untuk itulah, Alquran menekankan agar umat menjaga kelestarian alam. Yang menurut Kepala Lajnah Pentashihan Alquran Kementerian Agama Dr Muchlis M Hanafi MA, prinsip pokok dalam masalah lingkungan hidup adalah bagaimana keanekaragaman hayati bisa terpelihara dengan baik.Ada keseimbangan di alam raya. Jika menyimak surat Ar-Rahman [55] ayat 7-9, Allah SWT menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan.

”Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”

Menariknya, kata doktor tafsir dari Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini, tiga ayat tentang keseimbangan ini, disebut di sela-sela ayat-ayat yang berbicara tentang nikmat-nikmat Allah yang ada di daratan, lautan dan udara. Ini masih diselingi 31 kali pengulangan kalimat fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukazzibaan (maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?).

”Ini mencerminkan bahwa nikmat Allah yang ada di daratan, lautan dan udara, baru bisa dinikmati kalau terjadi keseimbang an dalam ekosistem,” tandas Muchlis.

Pangkal permasalahan dalam lingkungan hidup sekarang, sambung dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, karena adanya ketidakseimbangan. Alquran misalnya, memberikan perhatian besar pada pohon dan tetumbuhan, yang sejatinya harus dipelihara.

Bahkan dalam Alquran, banyak disebut tentang pepohonan dan tumbuhan serta fungsi-fungsinya. Menurut sebagian besar ahli tafsir, hampir 115 ayat suci Alquran, berbicara tentang pepohonan dan tumbuh-tumbuhan.

Menurut Muchlis, surat Yaa Siin ayat 80 yang artinya, ”Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu,” menerangkan tentang salah satu fungsi tanaman atau tumbuhan sebagai penyuplai oksigen. Oksigen di muka bumi ini sebagian besar dihasilkan dari sebuah proses yang disebut fotosintesis.

Tak hanya itu, fungsi tanaman atau tumbuhan sebagai peresap air, dengan jelas disebutkan pada surat Al Mu’minun [23] ayat 18, yang artinya, ”Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran, lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.”

Kata-kata faaskannaahu yang terdapat pada ayat tersebut, menurut para ahli tafsir adalah diserap oleh bumi. ”Diserap itu ada yang hanya pada tataran di bumi sehingga bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, tapi ada yang diserap untuk waktu yang cukup panjang. Air itu masuk ke dalam tanah, sehingga bisa menjadi cadangan ketika musim kemarau tiba,” jelasnya.

 

 

Sumber: Laporan Utama Dialog Jumat Republika

Islam Sangat Menghargai Lingkungan

Guru Besar IPB (Institut Pertanian Bogor) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc menjelaskan, lingkungan adalah bagian penting yang diperhatikan oleh Alquran maupun sunnah Rasulullah saw.

Menurut Kiai Didin, sesungguhnya lingkungan ada dua macam. Ada lingkungan sosial dan lingkungan yang bersifat fisik. ”Lingkungan yang bersifat fisik sebagai contoh kita harus memelihara bagaimana air harus tetap jernih, tetap bersih. Tidak boleh kita sembarangan membuang kotoran dan sampah ke sungai yang mengalir,” ungkapnya.

Pada surat al-Baqarah ayat 204-205 diuraikan, ”Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”

Menurut Kiai Didin, ayat tersebut menyebutkan ciri-ciri orang munafik, yang suka membuat kerusakan lingkungan. Menghancurkan tanaman, mencabut tanaman. Akibatnya terasakan sekarang, timbulnya tanah longsor dan banjir yang tidak terkendali. Sedangkan lingkungan yang bukan bersifat fisik ialah lingkungan sosial, juga harus dijaga bersama.

Alquran melarang umat untuk menyebarkan fitnah, isu dan mengadu domba. ”Itu semua bisa merusak keharmonisan lingkungan sosial,” tegasnya.

Maka itulah, dapat disimpulkan bahwa Islam sangat menghargai lingkungan, bukan sekadar menghargai, tapi juga memerintahkan umatnya untuk berbuat terbaik kepada lingkungannya, baik lingkungan bersifat fisik maupun yang bersifat sosial.

 

sumber:Republika Online

Di Mana Laut Dua Warna yang Disebutkan Alquran?

Di Selat Gibraltar, para peneliti menemukan adanya pertemuan dua jenis laut yang berbeda warna, satu bagian berwana biru agak gelap dan bagian lainnya berwarna biru lebih terang.

”… Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan segala sesuatu di muka bumi dalam keadaan sia-sia. Mahasuci Engkau maka selamatkanlah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran: 191)

”Wahai jin dan manusia, jika kami sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Niscaya kami tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).” (QS Al-Rahman: 33)

Kedua ayat di atas adalah sebagian cara Allah SWT dalam menunjukkan kebesaran-Nya kepada umat manusia dalam menciptakan segala sesuatu yang ada di alam ini. Semua yang diciptakan-Nya tidak ada yang sia-sia. Dalam surah Al-Rahman, Allah SWT memberikan tantangan kepada jin dan manusia untuk membuktikan kekuasaan Allah. Intinya mereka tidak bisa mencapai kemahabesaran Allah tanpa melalui ilmu pengetahuan.

Dalam ayat lain, pada surah Al-Baqarah ayat 21, Allah SWT menciptakan nyamuk yang kecil sekalipun memiliki makna dan manfaat. Ditegaskan, Allah menciptakan makhluk kecil itu dalam rangka menunjukkan kekuasaan-Nya agar manusia berpikir dan mengambil pelajaran.

Alquran banyak sekali mengungkapkan sesuatu yang terkadang berada di luar jangkauan manusia. Namun, setelah sekian lama, akhirnya manusia baru bisa mengungkapkan kebenaran ayat-ayat Allah yang termaktub dalam Alquran tersebut. Salah satunya tentang adanya laut dua warna.

Dalam surah Al-Rahman ayat 19-22 dijelaskan: ”Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka, nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (QS Al-Rahman: 19-22).

”Dan, Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS Al-Furqan: 53)

Setelah lebih dari 14 abad, baru beberapa dasawarsa ini para ilmuwan berhasil mengungkapkannya. Disebutkan bahwa para peneliti harus menunggu hingga sekian tahun untuk mencari dan menemukan laut dua warna ini. Para peneliti yang dilibatkan mencapai ratusan orang untuk mencari lokasinya.

Setelah berhasil menemukan laut dua warna tersebut, beberapa peneliti akhirnya menyatakan kekagumannya akan kebenaran Alquran. Kemudian, memilih Islam sebagai jalan hidupnya.

Dari ratusan tempat yang diteliti, ternyata laut dua warna yang disebutkan dalam Alquran, berada di Selat Gibraltar yang menghubungkan antara Lautan Mediterania dan Samudera Atlantik serta memisahkan Spanyol dan Maroko. Nama Gibraltar berasal dari bahasa Arab Jabal Thariq yang berarti Gunung Thariq. Nama ini merujuk pada Jenderal Muslim, Thariq bin Ziyad, yang menaklukkan Spanyol pada 711.

Ketika Republika mengikuti pelatihan ESQ pimpinan Ari Ginandjar, beberapa waktu lalu, sempat diperlihatkan keberadaan laut dua warna tersebut. Di Selat Gibraltar itu terdapat pertemuan dua jenis laut yang berbeda warna. Sepertinya, ada garis pembatas yang memisahkan keduanya. Satu bagian berwarna biru agak gelap dan bagian lainnya berwarna biru lebih terang.

Menurut penjelasan para ahli kelautan, seperti William W Hay, guru besar Ilmu Bumi di Universitas Colorado, Boulder AS, dan mantan dekan Sekolah Kelautan Rosentiel dan Sains Atmosfer di Universitas Miami, Florida AS, serta Prof Dorja Rao, seorang spesialis di Geologi Kelautan dan dosen di Universitas King Abdul-Aziz, Jeddah, air laut yang terletak di Selat Gibraltar tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari kadar garamnya, suhu, maupun kerapatan air laut.

Dan, seperti dijelaskan dalam surah Al-Furqan (25) ayat 53, yang satu bagian rasanya tawar dan segar, sedangkan bagian lain rasanya asin lagi pahit. Dan, antara keduanya, tak pernah saling bercampur (bersatu satu sama lain), seolah ada dinding tipis yang memisahkannya.

 

sumber: Republika Online