Malaikat Melaknat Istri yang Menolak Ajakan Suami

MENOLAK suami yang mengajak berhubungan intim tentu saja adalah perbuatan yang haram dilakukan oleh seorang istri. Allah dan Rasul-Nya tidak mencintai seorang wanita berlaku seperti itu kepada suaminya.

An Abii Hurairata radhiyallaaaHu anHu qaala: qaala rasuulullaaHi shallallaaHu alaiHi wa sallama:

Idzaa daaar rajulum ra`ataHu ilaa firaasyiHi, fa`abat an tajii`a, fabaata ghadhbaana alaiHaa. LaanatHaa al-Malaa`ikatu hattaa tushbiha.

Artinya: Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Apabila laki-laki mengajak istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia menolak untuk datang lalu laki-laki itu tidur semalam dalam keadaan marah kepadanya, maka ia dilaknat oleh malaikat sampai subuh.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim).

Tidak ada ibadah yang bisa menggantikan dosa tersebut. Bahkan memenuhi ajakan suami untuk berhubungan intim adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah.

An AbdillaaHib ni Abii Aufaa qaala: lammaa qadima muaadzun minasy syaami sajada linn nabiyyi (saw).

Faqaala: Maa Haadzaa yaa Muaadzu?

Qaala: ataitu asy-Syaama fawaafaituHum yasjudu li`asaaqifatiHim wa bathaariqatiHim fawadidtu fii nafsii an afala dzaalika,

Faqaala RasuulullaaHi shallallaaHu alaiHi wa sallama: Falaa tafaluu, fa`innii laukuntu aamiran ahadan an yasjuda lighairillaaHi la`amartul mar`ata an tasjuda lizaujiHaa, walladzii nafsu Muhammadin biyadiHi laa tu`addil mar`atu haqqa rabbiHaa hattaa tu`addiya haqqa zaujiHaa, walau sa`alaHaa nafsaHaa wa Hiya alaa qatabin lam tamnaHu.

Artinya: Dari Abdullah bin Abu Aufa, ia berkata: Tatkala Muadz tiba dari Syam, maka sujudlah ia kepada nabi saw.

Lalu Nabi bertanya, “Apakah ini hai Muadz?

Muadz menjawab, “Aku telah datang ke Syam kemudian kujumpai mereka pada sujud kepada uskup-uskup dan panglima-panglima mereka, lalu aku ragu-ragu dalam hatiku untuk berbuat seperti itu terhadapmu.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Janganlah engkau lakukan itu, karena sesungguhnya kalau seandainya aku (boleh) menyuruh seseorang sujud kepada selain Allah, tentu aku suruh perempuan sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang diri Muhammad dalam kekuasaan-Nya, tidaklah seorang perempuan menunaikan hak Tuhannya sehingga ia menunaikan hak suaminya dan kalau seandainya suaminya menghendaki dirinya sedang ia di atas kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Seorang istri yang pernah (apalagi sering) menolak ajakan suami untuk berhubungan intim, hendaknya segera minta maaf kepada suaminya, meminta keridhaannya, dan tidak mengulangi perbuatannya yang membuat marah suami tersebut.

Melaksanakan ketaatan kepada Allah dalam melayani suami memang tidak selamanya menyenangkan dan mulus-mulus saja. Ada kesulitan dan kelemahan-kelemahan sang istri ketika menjalankannya. Namun, jika seorang istri meniatkannya untuk beribadah hanya kepada Allah, lalu dia memohon kepada Allah agar diberi kemudahan dalam ketaatan tersebut, niscaya Allah akan memberikan kemudahan dan keberkahan dalam hubungan suami istri tersebut. Istri akan melayani suami dengan sukacita dan bersungguh-sungguh hingga membuat suami puas terhadap dirinya. Maka Surga menjadi hak bagi sang istri.

An Ummi Salamata annan nabiyya (saw) qaala:

“Ayyumamra`atin maatat wa zaujuHaa raadhin anHaa dakhalatil jannata.”

Artinya:

Dari Ummu Salamah ra. bahwa sesungguhnya Nabi saw bersabda,

“Siapa saja perempuan yang meninggal dunia sedang suaminya ridha terhadapnya maka pastilah ia masuk Surga.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi berkata hadits ini Hasan Gharib). [ ]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371174/malaikat-melaknat-istri-yang-menolak-ajakan-suami#sthash.EJ2LEEb4.dpuf

Kisah Pemuda Islam yang Mengalahkan Para Syetan

Lelaki itu akhirnya menceritakan masa lalunya kepada Syaikh Abdul Muhsin. Ia dulunya adalah seorang dukun yang sukses. Bukan hanya bisa memperoleh banyak uang, tetapi kekebalan tubuhnya juga membuat kagum banyak orang.

Hingga tiba suatu hari saat ia memamerkan kesaktiannya… Mulanya, hanya decak kagum dan tepuk tangan membahana mengiringi aksinya. Dua bilah pisau di tangan kanan dan tangan kiri, ia tusuk-tusukkan ke perutnya. Ajaib. Ia tak terluka. Tidak juga kesakitan.

“Sebenarnya ada syetan dari kalangan jin yang bersemayam di dalam tubuhku. Merekalah yang menahan dan merekayasa sehingga perutku tidak terluka, tidak berdarah dan aku pun tak merasa sakit” tuturnya.

Tiba-tiba, seorang pemuda menghampirinya. Pemuda itu berjalan dengan tenang. Pakaiannya meniru pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia juga berjanggut dan mengenakan siwak. Terdengar dari lisannya:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوم

“Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…” (QS. Al Baqarah: 255)

“Tiba-tiba syetan yang ada dalam tubuh saya keluar satu per satu. Seketika aku merasakan sakit yang luar biasa. Darah mengucur… kemudian aku tak sadarkan diri. Lantas aku dilarikan ke rumah sakit. Tiga bulan aku menderita sakit setelah dioperasi,” lanjutnya.

Saat syetan-syetan itu kembali, dukun tersebut bertanya mengapa mereka meninggalkannya. “Kalau saja pemuda itu maju dan menyelesaikan ayat kursi, kami semua akan binasa”

Bersatunya kembali dukun dan syetan-syetan itu menyepakati satu hal; membalas dendam pada pemuda tersebut. Maka digelarlah ritual khusus. Sang dukun bersedia tidak keluar dari rumahnya, tidak membuka praktek, demi mencelakakan sang pemuda.

Hari pertama misi balas dendam dimulai. “Saya akan mencukil kedua mata pemuda itu,” kata salah satu syetan. “Saya akan memancarkan darah dari urat nadinya,” sahut syetan yang lain. Namun apa yang terjadi? Setelah beberapa waktu mereka pergi, mereka pun pulang dalam kondisi payah.

“Pemuda itu tidak bisa dicelakai hari ini,” kata mereka.

Hari kedua. Syetan-syetan itu pergi ke rumah sang pemuda, namun kemudian kembali pulang dalam kondisi kalah. Demikian pula hari-hari berikutnya. Syetan-syetan itu kembali pulang menemui dukun tersebut dan tak pernah berhasil mencelakai pemuda. Hingga tiga tahun misi itu dijalankan, akhirnya sang dukun pun menyerah.

“Apa rahasia pemuda tadi?” tanya Syaikh Abdul Muhsin.

“Kata syetan-syetanku, pemuda tersebut tidak pernah melalaikan shalat”

 

[Muchlisin BK/Kisahikmah]

Dahsyatnya Pertarungan Rasulullah dengan Iblis

Pada suatu malam, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat bersama sahabat-sahabatnya. Saat membaca surat, ternyata beliau keliru. Di antara yang menjadi makmum beliau adalah Abu Sa’id Radhiyallahu ‘anhu.

Kelar shalat, Nabi bersabda sebagaimana dituturkan oleh Abu Sa’id, “Kamu tidak menyaksikan pertarunganku dengan iblis?” Nabi yang mulia akhlaknya pun melanjutkan, “Aku menjatuhkannya. Kedua tanganku mencekiknya. Aku merasakan dinginnya air liurnya di antara ibu jari dan telunjukku.”

Hadits yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Dhiyauddin ini menjadi salah satu bukti bahwa setan senantiasa menggoda umat manusia. Bahkan sekelas Nabi, sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah ta’ala telah menciptakan bagi para Nabi itu musuh-musuh dari kalangan jin dan manusia. Musuh-musuh itu senantiasa menggoda para Nabi, dan Allah Ta’ala senantiasa memenangkan para Nabi dan utusan-utusan-Nya.

Dalam pertarungan nan sengit di malam itu, setan kalah telak. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang berderajat hasan ini, “Jika bukan karena doa saudaraku, Nabi Sulaiman ‘Alaihis salam, besok pagi (pastilah) dia (iblis) itu sudah terikat di salah satu tiang masjid dan dijadikan mainan oleh anak-anak Madinah.”

Riwayat ini juga menjadi satu di antara sekian hujjah, bahwa umat Nabi Muhammad tidak diberi kewenangan sebagaimana yang Allah Ta’ala berikan kepada Nabi Sulaiman ‘Alaihis salam yang sangat mengetahui detail perkara ghaib tentang bangsa jin. Kita hanya diberi sedikit ilmu, hingga tidak ada satu pun alasan sok tahu dengan mengatakan ini dan itu tanpa adanya hujjah yang nyata. Cukuplah memahami berita ghaib tentang setan dan bala tentaranya dari riwayat shahih yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tidak perlu menambahi atau mengurangi.

Di akhir riwayat yang dikutip oleh Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi dalam bukunya Agar Tidak Diperdaya Setan ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan, “Karenanya, siapa saja di antara kalian yang mampu menghadap kiblat, hendaklah melakukannya.”

Senada dengan riwayat ini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengatakan hadits semakna yang disampaikan dari Abu Hurairah, “Semalam, ifrit dari bangsa jin mendatangiku untuk merusak shalatku.” Pungkas Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim, “Tetapi, Allah Ta’ala memenangkanku dan aku bisa mendorongnya.”

Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari godaan setan yang terkutuk. Aamiin.

 

[Pirman/Kisahikmah]

Kisah Raja Tertarik dengan Istri Pelayan

DIKISAHKAH ada seorang raja yang berada di lantai atas istana sedang menoleh dan kebetulan dia melihat seorang perempuan di atas loteng rumah. Perempuan tersebut cantik sekali. Lantas sang Raja berkata kepada sebagian dayang-dayangnya, “Perempuan itu milik siapa?” Mereka berkata kepada Raja, “Perempuan itu istri pelayan tuan, Fairuz.”

Kemudian sang Raja turun. Sang Raja benar-benar mabuk cinta kepada perempuan tersebut. Lalu sang Raja memanggil pelayannya dan berkata, “Hai Fairuz!”

“Saya paduka.” Jawab Fairuz.

Raja melanjutkan, “Ambillah surat ini. Bawalah ke negeri anu dan berikan aku jawaban.”

Pelayan itupun mematuhi perintah sang Raja. Lantas dia menuju rumahnya. Dan meletakkan surat di atas tempat tidurnya. Dia pun mempersiapkan dirinya untuk melakukan perjalanan. Memasuki waktu pagi, dia berpamitan kepada keluarganya dan berangkat untuk memenuhi perintah Raja tanpa menyadari apa yang sedang direncanakan oleh Raja.

Di lain pihak, sang Raja menuju ke rumah pelayannya tersebut. Dia mengetuk pintu dengan pelan. Lantas istri pelayan tersebut berkata, “Siapa di luar?” Raja menjawab, “Saya Raja, majikan suamimu.” Isterinya pun membukakan pintu untuknya, lalu sang Raja masuk.

Si istri berkata kepada Raja, “Baru kali ini saya melihat tuan ke sini.” Sang Raja berkata, “Saya datang untuk berkunjung.” Perempuan tersebut menanggapi, “Saya berlindung diri kepada Allah Subhanahu wa Taala dari kunjungan ini. Saya kira kunjungan ini tidaklah pantas.”

Sang Raja berkata, “Celaka kamu! Sesungguhnya aku ini Raja dan majikan suamimu. Aku tidak menduga bahwa kamu tidak mengenaliku?” Perempuan tersebut menjawab, “Saya mengenalimu tuan. Akan tetapi, orang-orang terdahulu terlanjur mengucap syair berikut:

Saya akan meninggalkan air kalian tanpa mau mendatanginya karena telah banyak orang yang mendatanginya

Jika lalat jatuh pada makanan, maka aku pun mengangkat tanganku padahal nafsuku menginginkannya.

Singa-singa enggan mendatangi air ketika anjing-anjing telah menjilati air tersebut.

Kemudian perempuan tersebut berkata, “Wahai Raja! Paduka telah mendatangi tempat minum anjing paduka dan Anda meminumnya!”

Maka, sang Raja menjadi malu sebab perkataan perempuan tersebut, lalu dia beringsut keluar meninggalkan perempuan tersebut dan lupa sandalnya tertinggal di dalam rumah.

Sedang si pelayan yang telah berangkat untuk memenuhi perintah majikannya, dia merasa kehilangan surat. Ternyata dia tidak membawa serta surat tersebut. Dia pun teringat, dia lupa kalau suratnya masih ada di bawah tempat tidurnya. Lantas dia kembali ke rumah. Kebetulan, dia sampai di rumah setelah sang Raja keluar dari rumahnya. Tetapi, dia menemukan sandal sang Raja di dalam rumahnya. Dia pun tidak kehilangan akal. Dia sadar bahwa sang Raja mengutusnya untuk melakukan perjalanan ini dikarenakan ada sesuatu yang hendak dilakukannya. Dia pun terdiam dan tidak mengucapkan sepatah kata. Dia pun mengambil surat dan berangkat untuk memenuhi perintah Raja.

Tatkala dia telah melaksanakan tugasnya, dia pun menghadap sang Raja. Lantas sang Raja memberinya hadiah seratus dinar, lalu dia bertolak ke pasar dan membeli sesuatu yang disukai istrinya. Dia juga mempersiapkan hadiah yang bagus. Dia mendatangi istrinya lalu mengucap salam kepadanya dan berkata, “Ayo kita berkunjung ke rumah ayahmu!”

“Untuk apa?” Tanya si istri.

Dia menjawab, “Sang Raja telah memberi hadiah kepadaku dan saya ingin engkau menampakkannya kepada keluargamu.”

Dia pun bangkit dan menuju ke rumah ayahnya. Mereka bergembira dengan kedatangan perempuan tersebut serta benda-benda yang dibawanya. Lalu dia menetap di rumah keluarganya selama sebulan. Dia pun tidak pernah menanyakan istrinya dan tidak pernah menyebut-nyebutnya.

Kemudian saudara si istri mendatangi dan berkata, “Kamu pilih antara menceritakan kepada kami akan penyebab kemarahanmu atau kami minta putusan hukum kepada Raja?”

Fairuz menjawab, “Jika kalian menghendaki putusan hukum, lakukanlah. Saya tidak meninggalkan hak istri saya yang merupakan kewajiban saya.”

Lantas mereka pun menuntutnya untuk mencari putusan hukum. Fairuz bersama mereka menghadap hakim. Ketika itu hakim sedang duduk di samping Raja. Saudara si istri berkata, “Tuanku hakim yang mulia! Saya menyewakan kepada pemuda ini kebun yang berpagar kuat lengkap dengan sumur yang airnya melimpah dan terpelihara serta pepohonan yang berbuah, lalu dia memakan buah-buahannya, merobohkan pagarnya, dan menghancurkan sumurnya.”

Lantas hakim menoleh ke arah si pemuda dan berkata kepadanya, “Apa tanggapanmu, hai Fairuz?”

Fairuz menjawab, “Wahai tuan hakim! Saya telah menerima kebun itu dan saya menyerahkannya lagi kepadanya sebaik keadaannya semula.”

Hakim bertanya, “Apakah dia mengembalikan kebun itu kepadamu sebagaimana keadaannya semula?”

Dia menjawab, “Benar. Akan tetapi, saya ingin mengetahui penyebab dia mengembalikan kebun itu.”

Hakim berkata, “Apa tanggapanmu, hai Fairuz?”

Fairuz menjawab, “Yang mulia! Demi Allah, saya mengembalikannya bukan karena membencinya. Hanya saja, pada suatu hari saya datang dan ternyata saya menemukan jejak singa di dalamnya (maksudnya ialah sandal sang Raja). Saya takut diterkam oleh singa tersebut. Makanya, saya menahan diri untuk masuk ke dalam kebun untuk menghormati singa tersebut.”

Pada saat itu sang Raja sedang duduk bersandar, lantas beliau duduk dengan tegak dan berkata, “Wahai pemuda! Kembalilah pada kebunmu dalam keadaan aman dan tenang. Demi Allah, singa itu masuk ke dalam kebun tidak melakukan apa-apa. Ia tidak menyentuh daun, buah, dan apa saja. Ia berada di dalamnya hanya sebentar saja dan keluar tanpa berbuat apa-apa. Demi Allah, singa tersebut belum pernah melihat semisal kebunmu dan tidak ada yang lebih kuat perlindungannya dari pada pagar yang mengelilingi pepohonannya.”

Selanjutnya, pemuda tersebut pulang ke rumahnya dan istrinya pun dikembalikan kepadanya. Sang hakim dan lainnya tidak ada yang tahu apa yang terjadi sebenarnya.

(Ini semua termasuk di antara ungkapan-ungkapan eksentrik yang dibuat secara metaforis). [ ]Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371214/kisah-raja-tertarik-dengan-istri-pelayan#sthash.cSMD49Vu.dpuf

Inilah Penyebab Suami Suka Bohongi Istri

SERING kita mendengar terjadinya perceraian dalam rumah tangga disebabkan oleh perilaku kebohongan. Misalnya, suami suka berbohong kepada istrinya. Namun, penyebab kebohongan itu tanpa disadari adalah karena perilaku atau mungkin karakter si istri sehingga suami cenderung membohonginya.

Bukannya ingin melakukan pembenaran atas kebohongan suami, akan tetapi sebagai istri perlu juga melakukan introspeksi ketika mendapati suaminya berbohong.

Jangan-jangan istri yang memiliki karakter ‘terlarang’, sehingga mencetuskan suami menempuh kebohongan.

Apalagi Rasulullah pernah bersabda bahwa dusta di antara suami istri yang dapat membawa perdamaian di antara keduanya adalah diperbolehkan. Nah lho…

Apa saja sih karakter istri yang menyebabkan suami berbohong?

1. Minim toleransi

“Pokoknya sepulang kerja harus langsung pulang, jam 7 udah sampai rumah, titik!”

“Aku nggak mau tau, 100% gaji Abang harus aku terima di tanggal gajian!”

“Mas nggak boleh kasih uang ke Ibu dan saudara Mas, aku nggak izinin!”

Hati-hati para istri yang minim toleransi… Karakter seperti ini sangat membuka potensi suami berbohong.

Kita perlu menyadari bahwa suami bukanlah anak kecil, bukanlah narapidana, yang perlu diperlakukan sedemikian rupa, bahkan nyaris tanpa toleransi.

Sebagai istri, perlu menyadari ranah mana yang boleh ditoleransi, ranah mana yang perlu membuka toleransi.

Untuk urusan ibadah wajib, tentu saja tak boleh ada toleransi! Suami tidak shalat, tidak puasa Ramadhan, itu harus ditegasin bahkan disadisin!

Tapi kalau urusan keseharian, misalnya jam pulang kerja, uang bulanan untuk orangtua, aturan yang minim toleransi justru akan membuat pasangan kita ‘tersiksa’, apalagi kalau karakter pasangan berbeda dengan kita.

Akibatnya, suami akan merasa memiliki hak untuk membohongi istri, karena istri telah berlaku ‘dzolim’ alias tidak adil terhadap hak suami.

2. Cemburu buta

Istri yang terlalu gampang cemburuan, sangat rentan menyebabkan suami berbohong. Bisa jadi karena suami takut istrinya marah atau cemburu nggak jelas, bisa juga karena suami capek hati menanggapi kecemburuan istri yang tidak beralasan.

Coba kendalikan rasa cemburu kita, wahai para istri! Belajar memberi kepercayaan pada suami, karena semakin kita mudah cemburu, semakin menunjukkan kita tidak percaya diri dan tidak percaya suami, serta semakin menekan suami untuk berbuat kebohongan agar istri tidak marah.

Bukan berarti kebohongan suami dalam bentuk perselingkuhan loh yaa, tapi bisa jadi suami berbohong bahkan untuk hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berupa kesalahan atau dosa, hanya karena untuk menjaga perasaan istri.

Sayangnya, ketika istri mengetahui kebohongan suami, sekecil apapun, justru akan merasa dikhianati dan terluka. Sehingga hanya karena sifat cemburu buta ini, bisa menyebabkan keretakan dalam rumah tangga yang tentu saja tidak diharapkan.

3. Membuat suami terhimpit

Karakter istri yang memaksa suami memilih 1 di antara 2 pilihan penting, misalnya antara istri dan ibunya, tentu saja membuat suami terhimpit sehingga rentan melakukan kebohongan.

Istri perlu belajar memahami kondisi suami dan tidak melulu meminta dipentingkan oleh suami. Karena kalau kita mau jujur, sesungguhnya posisi istri berada di bawah posisi seorang ibu jika dilihat dari kacamata suami.

Meminta suami untuk memilih salah satu dari beberapa pilihan penting, misalnya keluarga atau pekerjaan, sama saja mengarahkan rumah tangga pada keretakan. Dan rasanya justru bijak jika suami akhirnya memutuskan berbohong untuk dapat memenuhi kebutuhan semua pihak.

Demikianlah beberapa karakter istri yang perlu dibenahi, karena secara langsung maupun tidak langsung telah mencetuskan suami untuk berbohong. []

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2367968/inilah-penyebab-suami-suka-bohongi-istri#sthash.TIgnh6HV.dpuf

Siapa yang Berhak pada Al-Aqsha, Yahudi/Islam?

MASJID al-Aqsha adalah milik umat Islam karena ia merupakan warisan dari risalah langit yang kemudian disempurnakan oleh ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Syariat Islam juga mengimani para rasul, kitab-kitabnya, dan membenarkan inti dari ajaran para nabi dan rasul tersebut, sebagaimana firman Allah Taala,

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu” (QS. Al-Maidah: 48)

Keimanan kepada para nabi dan rasul serta kitab-kitab yang Allah turunkan menjadi bagian dari rukun keimanan dalam Islam. Adapun umat-umat yang mengklaim mengikuti ajaran nabi-nabi terdahulu, maka klaim tersebut adalah suatu kebohongan karena realisasinya jauh dari yang semestinya. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi yang telah mengingkari ajaran-ajaran nabi dan rasul tidak patut mengklaim berhak atas al-Aqsha. [Sumber: islamstory.com]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371120/siapa-yang-berhak-pada-al-aqsha-yahudiislam#sthash.TD0aVhH9.dpuf

4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 2)

KETIGA, al-Aqsha adalah permukaan bumi yang dipilih Allah menjadi tempat landasan dari bumi menuju sidratul muntaha (miraj).

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Dibawakan kepadaku Buraq. Ia adalah hewan tunggangan berwarna putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. Ada tanda di setiap ujungnya.” Beliau melanjutkan, “Aku mengikat Buraq itu di salah satu pintu Baitul Maqdis, tempat dimana para nabi mengikat hewan tunggangan mereka. Kemudian aku masuk ke dalamnya dan salat dua rakaat. Setelah itu aku keluar dari masjid, lalu Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi khamr dan susu. Aku memilih yang berisi susu, lalu Jibril shallallahu alaihi wa sallam berkata, Engkau telah memilih fitrah. Setelah itu, kami pun miraj menuju langit.” (HR. Muslim)

Seandainya Allah menakdirkan, miraj dilakukan dari Masjid al-Haram pastilah Allah mampu melakukannya, akan tetapi Allah menetapkan agar Nabi dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam miraj dari Masjid al-Aqsha, agar kaum muslimin tahu kedudukan masjid ini dan agar masjid tersebut memiliki tempat istimewa di hati-hati umat Islam.

Keempat, Masjid al-Aqsha al-Mubarak adalah di antara tiga masjid yang boleh diniatkan secara khusus untuk mengunjunginya. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (untuk beribadah) kecuali ketiga masjid: Masjid al-Haram, Masjid Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dan Masjid al-Aqsha.” (HR. Bukhari).

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371117/4-keutamaan-masjid-al-aqsha-bagian-2#sthash.vRr8oAIa.dpuf

4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 1)

PERTAMA, keutamaan Masjid al-Aqsha bukanlah suatu rahasia yang tersembunyi, keutamaannya begitu masyhur walau bagi orang awam sekalipun. Siapa yang tidak tahu, kalau ia adalah kiblat umat Islam sebelum Kabah al-Musyarrafah?

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, “Dahulu Rasulullah shalat di Mekah dengan menghadap Baitul Maqdis dan Kabah beliau posisikan di hadapannya. Setelah 16 bulan dari hijrah beliau ke Madinah, beliau shalat dengan menghadap Kabah.” (HR. Ahmad).

Kedua, keutamaan lainnya yang sangat dikenal oleh umat Islam adalah Masjid al-Aqsha merupakan tempat isra Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Allah Taala berfirman, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)

Dan pada momen isra itulah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjadi imam shalat bagi para nabi. hal ini menunjukkan betapa berkahnya tempat ini.

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2371116/4-keutamaan-masjid-al-aqsha-bagian-1#sthash.EK9RVjzk.dpuf

 

[baca lanjutan: 4 Keutamaan Masjid Al-Aqsha (bagian 2)]

—————————————————————
Umrah resmi, Hemat, Bergaransi
(no MLM, no Money Game, no Waiting 1-2 years)
Kunjungi www.umrohumat.com
atau hubungi handphone/WA 08119303297
—————————————————————

Tradisi Tak Makan Daging Alias Vegetarianisme (2)

ADALAH Jeremy Bentham, seorang filosof Inggris tahun 1789, yang mengkampanyekan vegetarianisme di Barat. Tentang tak bolehnya membunuh binatang dia berkata bahwa pertanyaannya bukanlah “apakah binatang itu berakal?” Dan bukan pula pertanyaan “apakah binatang itu berbicara?” Pertanyaan yang harusnya diajukan adalah “apakah binatang itu merasa sakit dan menderita ketika dibunuh?”

Lihatlah ketika binatang disembelih, bukankah ia melakukan perlawanan di tengah ketidakberdayaannnya? Sungguh pertanyaan ini lumayan menjadikan kita tersentak walau sudah sering melihat binatang diikat dan disembelih. Bahkan, Bentham tidak lagi mempertanyakan apakah binatang itu memiliki jiwa (soul), sebuah pertanyaan yang seringkali menjadi dasar pokok setiap agama untuk menghormati manusia.

Pola pandang Jeremy Bentham berangkat dari filsafat etika utilitarian yang berprinsip bahwa ajaran benar dan salah merupakan upaya mempromosikan bahagia dan menghilangkan derita dalam bentuk apapun dan pada siapapun. Jiwa tidak benar-benar berkaitan dengan hal ini.

Lebih jauh lagi, pembunuhan binatang bukan tidak mungkin menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem yang pada akhirnya merugikan manusia. Ujung-ujungnya, manusia juga yang akan menderita.

 

 

Mantap sekali bangunan logika pro vegetarianisme ini. Lantas bagaimanakah dengan pandangan yang tetap memperkenankan makan daging? Salahkah logika agama-agama langit yang membolehkan makan daging? Jangan terburu-buru mengernyitkan dahi. Ulasan belum selesai.

Walaupun saya sendiri saat ini lebih suka makan buah dan sayuran, saya tidak sefanatik Jeremy Bentham karena nama saya Ahmad Imam Mawardi. Ikuti saja uraian berikutnya. Yang jelas, membunuh dengan tujuan membasmi tidaklah sama dengan menyembelih dengan tujuan menjadikannya semakin bermanfaat sesuai fungsinya. Para pemakan daging sudah merasa lebih bahagia kan? Salam, AIM@PPK Alif Laam Miim Surabaya. [*]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2370985/tradisi-tak-makan-daging-alias-vegetarianisme-2#sthash.qLfiHzak.dpuf

Tradisi Tak Makan Daging Alias Vegetarianisme (1)

TRADISI tidak makan daging hewan atau binatang sesungguhnya adalah tradisi yang sangat tua sekali usianya. Di beberapa negara timur, sebut misalnya India, tradisi ini didasarkan pada kepercayaan agama. Sementara di beberapa negara barat, vegetarianisme ini tidak didasarkan pada agama melainkan pada logika.

Saya tidak mengatakan bahwa agama tidak punya pengaruh di negara barat melainkan, faktanya, semenjak abad 18 yang dikenal sebagai abad pencerahan (renaisance) kuasa agama di barat diruntuhkan oleh kuasa logika.

Agama Kristen tak melarang makan daging kecuali daging tertentu. Kitab Genesis jelas sekali menyatakan bahwa tumbuh-tumbuhan dan binatang di alam ini diciptakan untuk digunakan oleh manusia. Agama Islam juga tak melarang makan daging. Meskipun demikian, ada beberapa tradisi di kalangan muslim tertentu yang menganjurkan tidak memakan apapun dari makhluk bernyawa untuk tujuan spiritual tertentu.

Sejarah mencatat bahwa Yesus atau Nabi Isa al-Masih adalah memakan daging. Juga tercatat bahwa Nabi Muhammad adalah mengkonsumsi daging. Sering sekali vegetarianisme ini dihubungkan dengan tradisi dalam agama Budha. Namun sejauh pelacakan sejarah, tradisi Budha lama tidak melarang makan daging. Bahkan Bufha Sidhartha Gautama tak terekam sebagai vegetarian.

Tradisi vegetarianisme di Barat berangkat dari logika yang sebenarnya sederhana sekali: “Kalaulah penderitaan itu tak baik dan menyakitkan, dan kalaulah binatang juga bisa merasa menderita dan sakit, lantas logika yang mana dan bagaimana yang memperkenankan membunuh binatang?”

Bagaimanakah sesungguhnya lengkapnya kisah vegetatianisme ini dalam pandangan agama dan pandangan filosofis Barat akan diulas dalam status berseri. Yang jelas tak boleh adalah memakan “daging” saudaranya sendiri dalam keadaan sudah menjadi mayat sebagaimana disebutkan dalam ayat al-Qur’an tentang larangan berghibah. Salam, AIM. [*]

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2370731/tradisi-tak-makan-daging-alias-vegetarianisme-1#sthash.gDnanhdT.dpuf