Khalifah Utsman, Sang Pemilik Dua Cahaya Nabi SAW

KHALIFAH Utsman bin Affan r.a termasuk orang yang paling kaya, meski bukan seorang tokoh berpengaruh di kalangan Quraisy. Ia memiliki akhlak yang baik, sehingga para ibu-ibu mendoakan putra mereka dengannya.

Mereka berkata, “Semoga Zat Yang Maha Pengasih menyayangimu seperti cintanya kaum Quraisy terhadap Utsman.” Hal itu lantaran kebaikan akhlaknya dan kemudian sifat-sifatnya sehingga ia menjadi orang yang paling dicintai oleh orang-orang Quraisy.

Utsman bin Affan dilahirkan enam tahun sesudah tahun gajah. Dia pergi berhijrah tatkala berusia 47 tahun dan diangkat menjadi Khalifah ketika berusia 70 tahun. Dia menjabat sebagai khalifah selama 12 tahun. Meninggal tatkala berusia 82 tahun, tepatnya ketika ia mati syahid pada tanggal 18 Dzulhijjah tahun 35 Hijriah.

Istri pertama Utsman adalah Ruqayyah, putri Nabi Muhammad SAW yang telah meninggal terlebih dahulu. Kemudian setelah itu, ia menikahi saudarinya, yaitu Ummu Kaltsum. Sebenarnya, kedua putri Nabi SAW itu telah dikhitbah oleh kedua putra Abu Lahab. Namun, sesudah Nabi SAW diutus sebagai Nabi dan Rasul, Abu Lahab mulai memerangi dakwah dan menyakiti Rasulullah SAW dan memerintahkan kedua putranya untuk menceraikan kedua putri Nabi SAW. Keduanya pun menceraikannya.

Dua tahun sebelum hijrah, Utsman r.a menikah dengan Ruqayyah binti Muhammad SAW, yang kemudian mempunyai anak yang bernama Abdullah. Kemudian Ruqayyah meninggal pada hari kemenangan, yaitu setelah perang Badar. Setelah itu, Utsman menikah dengan saudarinya yang bernama Ummu Kaltsum yang meninggal pada tahun sembilan Hijriyyah.

Oleh karena itu, Utsman dijuluki dengan sebutan “Pemilik Dua Cahaya”, karena ia telah menikahi dua putri Nabi SAW. Dikatakan bahwa orang Arab tidak mengenal sepasang suami istri yang saling mencintai antara keduanya sebagaimana Ruqayyah dan Utsman.

Sesudah kematian Ummu Kaltsum, Utsman menikah lagi dengan Sakhithah binti Ghazwan, Fatimah binti Walid dan Ummul Banin binti Uyainah bin Hishan. Adapun istri terakhirnya adalah Nailah binti Al-Farafishah, wanita Nasrani yang kemudian masuk Islam setelah menikah dengan Utsman bin Affan.[]

 

Sumber : Jejak Para Khalifaholeh Amru Khalid

MOZAIK INILAHcom

MUI: Perbedaan Jangan Dibesar-Besarkan

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Saadi mensyukuri Idul Fitri 1438 Hijriyah/2017 Masehi yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh mayoritas umat Islam.

“Kita syukuri 1 Syawal 1438 H tahun ini jatuh pada hari Minggu tanggal 25 Juni 2017 sehingga pelaksanaan hari raya Idul Fitri bisa diikuti oleh mayoritas umat Islam di Indonesia,” kata dia di Jakarta, Selasa.

Meskipun demikian, kata dia, masih ada sebagian umat Islam yang berbeda dalam penentuan 1 Syawalnya sehingga pelaksanaan lebaran juga berbeda.

Dia berharap hal tersebut tidak mengurangi kekhidmatan dan kekhusyuan umat dalam menunaikan ibadahnya. Perbedaan tersebut harus tetap diterima sebagai sebuah kewajaran dan tidak perlu dibesar-besarkan apalagi dipertentangkan sehingga menimbulkan permusuhan.

“Semua harus tetap dibangun dalam bingkai persaudaraan Islam dan persaudaraan kebangsaan,” katanya.

Memang, kata dia, sebaiknya hal tersebut tidak perlu terjadi jika sebelumnya pimpinan jamaah atau para tokoh dari kelompok tersebut bersedia bertanya atau berdiskusi tentang metode penentuan 1 Syawal dengan berbagai pihak yang lebih memiliki kompetensi di bidang itu. Sehingga lebih banyak menerima informasi sebelum menetapkan putusan berdasarkan keyakinannya.

Menurut dia, pemerintah melalui Kementerian Agama sebenarnya sudah mengambil kebijakan melalui sidang isbat. Dalam sidang isbat tersebut diikuti oleh semua kelompok yang mewakili organisasi Islam tingkat pusat di Indonesia dan juga diikuti oleh para tokoh Islam dan ilmuan yang ahli di bidangnya.

Hal itu, kata dia, agar bisa mengakomodasi semua kelompok dan golongan. Baik yang menggunakan metode hisab maupun rukyah sehingga diharapkan hasilnya lebih akurat dan bisa diterima oleh semua umat Islam di Indonesia.

Seharusnya, kata dia, umat Islam memberikan kepercayaan kepada pemerintah sebagai pihak yang berwenang atau berkompeten dalam menentukan awal bulan Ramadhan, awal bulan Syawal dan awal bulan Dzulhijah.

“Kedudukan pemerintah di dalam hukum Islam adalah sebagai hakim pemutus, sebagaimana kaidah fiqih hukmul haakim ilzaamun yarfa’u al khilaf (keputusan hakim adalah suatu yang harus ditaati sebagai pemutus perbedaan),” katanya.

 

REPUBLIKA

Hari-hari dan Malam-malam Istimewa dalam Islam

SELURUH hari dalam Islam adalah baik, dan seluruh malam juga baik. Namun ada hari-hari dan malam-malam yang diistimewakan dalam Islam, memiliki keutamaan khusus.

Ada empat hari terbaik dalam Islam. Keempat hari tersebut sesuai urutan kebaikannya adalah sebagai berikut:

1. Hari-hari Arafah

Hari Arafah adalah hari berkumpulnya kebaikan, baik bagi umat muslim yang sedang berhaji atau yang tidak. Pada hari arafah juga disunnahkan berpuasa. Bahkan Allah akan mengampuni segala doa kecil yang ada pada manusia selama dosa tersebut bukan dosa yang berhubungan dengan manusia.

2.Hari Jumat

Pada hari Jumat Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa kita selamaseminggu belakangan. Dosa-doa itu adalah dosa-dosa yang tidak terampuni dengan shalat lima waktu.

3. Hari Raya Idul Adha

Hari raya idul adha adalah hari dimulainya memuliakan tamu Allah SWT dengan berqurban.

4. Hari Raya Idul Fitri

Pada hari ini setiap hamba akan bersih dari segala dosa setelah sebulan penuh berpuasa. Bagi orang-orang terpilih mereka juga akan mendapat gelar muttaqin atau masuk dalam golongan orang-orang yang bertaqwa.

Itulah 4 hari terbaik dalam Islam. Namun menurut Imam Ahmad bin Hambal, kedudukan hari Jumat lebih baik dari hari Arafah. Wallahualam.

Malam Terbaik dalam Islam

Islam juga memiliki 4 malam terbaik di antara malam-malam yang lain. Empat Malam terbaik dalam Islam berdasarkan urutannya adalah sebagai berikut:

1. Malam kelahiran Rasulullah SAW

Malam kelahiran Rasulullah SAW tentu adalah malam terbaik di antara malam yang lain. Malam mana yang lebih baik dari malam lahirnya seorang Rasul mulia yang membawa begitu banyak kebaikan untuk seluruh manusia?

2. Malam Lailatul Qadar

Malam lailatur qadar menduduki urutan kedua sebagai malam terbaik dalam Islam. Malam lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. Artinya, pada malam ini begitu banyak kebaikan yang Allah berikan untuk hamba-hambaNya. Balasan yang Allah berikan juga akan dilipatkan berkali-kali lipat bagi hambaNya yang beribadah pada malam tersebut.

3. Malam Jumat

Nilai pahala bagi yang beribadah pada malam Jumat akan dilipat gandakan.

4. Malam Isra Miraj

Pada malam tersebut Rasulullah SAW naik ke sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat dari Allah SAW. Shalat sendiri merupakan merupakan tiang agama.

Empat malam tersebut merupakan yang terbaik pada hak kita umat Nabi Saw. Namun bagi Rasulullah SAW, malam paling baik adalah malam isra miraj, karena pada malam tersebut nabi bertemu dan melihat langsung Allah SWT dengan mata kepala sendiri berdasarkan pendapat kuat.

Menurut Imam Ahmad bi Hambal, kedudukan malam Jumat melebihi malam lailatul qadar.Penjelasan mengenai hal ini terdapat dalam Hasyiyah Bajuri ala Fathul Qarib. Hal. 210.

 

MOZAIK

Ustaz Arifin: 9 Keutamaan Puasa Syawal

Selepas  Ramadhan, salah satu ibadah yang utama adalah menunaikan ibadah puasa sunnah Syawal. Lamanya enam hari.

Hal itu ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan  kemudian dia mengikutkannya dengan  puasa enam hari dari bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.”

“Ibadah puasa Syawal sangat penting untuk kita lakukan. Setidaknya ada sembilan hikmah puasa Syawal,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham dalam pesan instan yang diterima Republika.co.id, Senin (26/6).

Pertama, Muslim yang menunaikan puasa Syawal, maka ia meraih nilai puasa  setahun penuh.

Kedua, ia dicintai Allah dan  meraih ampunan dosa. Allah menegaskan,  “Katakanlah! Jika memang kalian benar benar mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Penyayang.” (QS Ali Imran: 31).

Ketiga, Muslim yang menegakkan puasa Syawal, maka ia meraih syafaat Rasulullah dan  bersama beliau karena menghidupkan sunnah beliau. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW,  “Siapa yang menghidupkan sunnahku,  maka sungguh ia mencintaiku dan  siapa yang mencintaiku bersamaku di surga.”

Keempat, orang yang melaksanakan puasa Syawal tanda iman dan takwanya  meningkat. “Karena  itulah disebut “Syawal” yang artinya bulan peningkatan,” ujar Arifin.

Kelima, puasa Syawal menutupi kekurangan selama shaum Ramadhan.

Keenam, di antara tanda ikhlas, gemar dengan  amal sunnah, kalau wajib ya kewajiban tetapi kalau sunnah adalah kerelaan seorang hamba mengabdi kepada Allah. “Termasuk di antaranya adalah puasa Syawal,” kata Arifin.

Ketujuh, puasa Syawal adalah cara terbaik memupuk keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada Nabi-Nya.

Kedelapan, hamba Allah yang beriman cerdas adalah semua sunnah dihidupkan sebagai  bekal di akhirat kelak. “Kesembilan, Muslim yang melaksanakan puasa Syawal insya Allah meraih surga-Nya. Hal itu karena ia termasuk sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah. “Orang yang puasa Syawal melewati pintu Surga  Ar-Rayan, yang disediakan  spesial hanya untuk hamba-Nya yg berpuasa,” papar Arifin.

Bagaimana cara melaksanakan puasa Syawal? Apakah harus enam hari berturut-turut? Menurut Arifin, puasanya dengan dua cara. Langsung berturut-turut  enam hari setelah Idul Fitri atau boleh puasa enam hari selama di bulan Syawal. “Bagi muslimat yang berutang lebih utama bayar puasa dulu,” tutur Ustaz Muhammad Arifin Ilham.

 

REPUBLIKA

Ucapan Idul Fitri Lindsay Lohan untuk Muslim Sedunia

Umat Muslim sedunia merayakan hari besar Idul Fitri 1438 Hijriyah pada Ahad (25/6). Sebagai wujud solidaritas beragama, para seleb mancanegara turut menyampaikan beragam ucapan selamat Lebaran versi masing-masing via media sosial Instagram.

Salah satunya adalah aktris dan penyanyi asal Amerika Serikat, Lindsay Lohan. Perempuan 30 tahun itu mengunggah foto Instagram berisi ucapan “Eid Mubarak” yang kerap diterjemahkan sebagai “Selamat Hari Raya” atau “selamat menikmati hari yang penuh berkah”.

Unggahan Lohan bertuliskan sederet kalimat yang menyejukkan. Gambar lentera dengan cahaya berbentuk bulan sabit itu menerakan kalimat berbunyi, “Berkah Tuhan menerangi jalanmu dan membimbingmu menuju kebahagiaan, kesuksesan, dan kedamaian”.

Ucapan Lohan dibalas dengan ucapan selamat hari raya serupa dan berbagai apresiasi dari warganet pengguna Instagram. Sebagian besar mempertanyakan apakah Lohan yang belakangan mengonfirmasi diri mempelajari Alquran itu telah memeluk agama Islam.

Lohan memang sudah cukup lama mencantumkan kalimat “Alaikum salam” pada keterangan profil Instagramnya. Meski demikian, banyak pula warganet yang mengkritisi ucapan hari raya dari Lohan karena ia membubuhi keterangan foto dengan kutipan dari sosok biarawati Bunda Theresa.

Pemeran film “Mean Girls” itu kerap mengutip kalimat Bunda Theresa dalam sejumlah statusnya. Ucapan biarawati Katolik Roma berkewarganegaraan India yang meninggal pada 1997 tersebut juga disisipkan Lohan pada ucapan Lebarannya.

“Jika Anda menghakimi orang lain, Anda tidak akan memiliki waktu untuk mencintai mereka. Sebarkan cinta ke mana pun Anda pergi. Jangan biarkan mereka yang berjumpa dengan Anda tidak bahagia. Yakini hal-hal kecil karena di sanalah kekuatanmu bersemayam,” tulis Lohan mengutip Theresa.

 

REPUBLIKA

Apa Hukum Mengqadha Puasa Enam Hari di Bulan Syawal?

Seorang wanita sudah terbiasa menjalankan puasa enam hari di bulan Syawal setiap tahun, pada suatu tahun ia mengalami nifas karena melahirkan pada permulaan Ramadhan dan belum mendapat kesucian dari nifasnya itu kecuali setelah habisnya bulan Ramadhan, setelah mendapat kesucian ia mengqadha puasa Ramadhan.

Apakah diharuskan baginya untuk mengqadha puasa Syawal yang enam hari itu setelah mengqadha puasa Ramadhan walau puasa Syawal itu dikerjakan bukan pada bulan Syawal ? Ataukah puasa Syawal itu tidak harus diqadha kecuali mengqadha puasa Ramadhan saja dan apakah puasa enam hari Syawal diharuskan terus menerus atau tidak?

Jawaban:

Puasa enam hari di bulan Syawal, sunat hukumnya dan bukan wajib berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan kemudian disusul dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka puasanya itu bagaikan puasa sepanjang tahun” [Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya]

Hadits ini menunjukkan bahwa puasa enam hari itu boleh dilakukan secara berurutan ataupun tidak berurutan, karena ungkapan hadits itu bersifat mutlak, akan tetapi bersegera melaksanakan puasa enam hari itu adalah lebih utama berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya) : “..Dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Rabbku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)” [Thaha : 84]

Juga berdasarakan dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah yang menunjukkan kutamaan bersegera dan berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan. Tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa Syawal secara terus menerus akan tetapi hal itu adalah lebih utama berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (yang artinya) : “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus dikerjakan walaupun sedikit”

Tidak disyari’atkan untuk mengqadha puasa Syawal setelah habis bulan Syawal, karena puasa tersebut adalah puasa sunnat, baik puasa itu terlewat dengan atau tanpa udzur.

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz

 

REPUBLIKA

Hikmah Puasa Syawal

Assalaamu alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.

Sahabatku yang merindukan ridho Allah dan Syurga-Nya, kuulangi kembali hikmah shoum enam hari di bulan Syawal. Simaklah sabda Rasulullah, “Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan dan kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti orang yang berpuasa selama satu tahun.” [HR Muslim).

Diantara keutamaan shoum enam hari dibulan syawal adalah:
Maka nilai puasanya setahun penuh Dicintai Allah dan meraih ampunan dosa (QS 3:31) Meraih syafaat Rasulullah dan bersama beliau karena menghidupkan sunnah beliau, “Siapa yang menghidupkan sunnahku maka sungguh ia mencintaiku dan siapa yang mencintaiku bersamaku di Syurga” Tanda meningkat iman dan taqwanya karena itulah disebut “Syawal” bulan peningkatan Menutupi kekurangan selama shoum Romadhon Diantara tanda ikhlas, gemar dengan amal sunnah, kalau wajib ya kewajiban tetapi kalau sunnah adalah kerelaan seorang hamba mengabdi kepada Allah Cara terbaik memupuk keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada NabiNya Hamba Allah yang beriman cerdas adalah semua sunnah dihidupkan sebagai bekal di akhirat kelak.

 

Puasa syawal bisa dengan dua cara, boleh berturut-turut enam hari setelah Idul Fitri atau puasa enam hari selama di bulan Syawal. Bagi muslimat yang berhutang lebih utama bayar puasa dulu.

Semoga Allah selalu hiasi hidup kita dengan kesenangan ibadah dan kemuliaan akhlak… Aamiin”.

 

REPUBLIKA

Dahsyatnya Puasa Syawal

KITA tahu bersama bahwa puasa Syawal itu punya keutamaan, bagi yang berpuasa Ramadan dengan sempurna lantas mengikutkan puasa 6 hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapatkan pahala puasa setahun penuh.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR Muslim no. 1164).

Itulah dalil dari jumhur atau mayoritas ulama yag menunjukkan sunnahnya puasa Syawal. Yang berpendapat puasa tersebut sunnah adalah madzhab Abu Hanifah, Syafii dan Imam Ahmad. Adapun Imam Malik memakruhkannya. Namun sebagaimana kata Imam Nawawi rahimahullah,

“Pendapat dalam madzhab Syafii yang menyunnahkan puasa Syawal didukung dengan dalil tegas ini. Jika telah terbukti adanya dukungan dalil dari hadits, maka pendapat tersebut tidaklah ditinggalkan hanya karena perkataan sebagian orang. Bahkan ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah ditinggalkan walau mayoritas atau seluruh manusia menyelisihinya.

Sedangkan ulama yang khawatir jika puasa Syawal sampai disangka wajib, maka itu sangkaan yang sama saja bisa membatalkan anjuran puasa Arafah, puasa Asyura dan puasa sunnah lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51)

 

ERA MUSLIM

Tanda-tanda Puasa Diterima Allah Menurut KH Arifin Ilham

Ada beberapa tanda nyata yang menunjukkan puasa seorang Muslim diterima oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Di antaranya, menurut Pimpinan Majelis Az-Zikra, KH Arifin Ilham, terjadinya perubahan positif dan nyata dalam diri Muslim tersebut.

“Tanda yang paling utama ibadah itu diterima adalah, ada perubahan besar, ada perbaikan nyata pada dirinya,” ujar Ustadz Arifin, sapannya, di sebuah bandara dalam suatu perjalanannya, Sabtu (24/06/2017), 29 Ramadhan 1438 H.

Dimana perubahan itu bisa dirasakan oleh seseorang tersebut. Serta oleh keluarga, tetangga, dan sahabatnya, jelas Arifin melalui rekaman video siaran langsungnya di fanspage resminya.

Perubahan itu pun, terangnya, jelas sekali terasa.

“Apa itu? Taubatan nasuha. Yang tadinya maksiat, tidak maksiat lagi. Tadinya (pakai) narkoba, tidak (pakai) narkoba lagi. Tadinya merokok, tidak merokok lagi,” imbuhnya mencontohkan.

Contoh lain perubahan itu, lanjutnya, jika seseorang yang tadinya malas shalat ke masjid, pasca puasa jadi rajin ke masjid.

Tanda kedua puasa seseorang diterima oleh Allah, masih menurut Arifin, Muslim tersebut tenggelam dalam cinta kepada Sang Khalik. Kalau dulu seseorang itu tenggelam dalam maksiat, sebutnya mencontohkan, “Sekarang tenggelam dalam cinta kepada Allah.”

“Tadi yang hobinya ke diskotik, eh, malah hobinya nangis saat tahajud,” sebutnya lagi.

Tanda ketiga, tambahnya, seseorang tersebut sangat benci kepada kemaksiatan. Kalau dulu orang itu senang bermaksiat, pasca puasa Ramadhan jadi benci sama maksiat.

“Dulu demen banget sama rokok tuh, sampai 3-4 bungkus sehari (diisap. Red). Sekarang benci banget dia sama rokok. Nah, itu nyata, hijrah,” ungkap Arifin sebagai contoh menunjuk seseorang di dekatnya yang tampaknya rombongan seperjalanannya.

Begitu pula, contohnya lagi, seseorang yang dulunya tidak peduli halal-haram, lalu berubah menjadi takut dengan haram.

Tanda selanjutnya, jelas Arifin, adalah wara’. “Itu semakin berhati-hati dengan hukum Allah,” jelasnya yang tampak mengenakan pakaian khasnya, serba putih.

Lebih jelasnya, wara’ maksudnya, secara mutlak semua perintah Allah dilaksanakan oleh seseorang tersebut. “Dan seluruh larangan Allah dijauhi,” imbuhnya.

Tanda kelima, yaitu mudah menangis karena Allah dimana saja. “Jadi, hatinya hancur redam kalau ingat masa lalunya,” terang Arifin. Seseorang itu jadi sedih kenapa selama ini selalu bermaksiat, “Nyesalnya hebat sekali.”

Tanda keenam, terjadinya perubahan lingkungan. Baik pergaulan maupun suasana. Misalnya meninggalkan pergaulan dengan teman-teman yang liberal dan tidak beragama. “Maka begitu dia bertaubat, hijrah, (menuju) lingkungan sahabat yang baik-baik,” ujar Arifin.

Tanda terakhir puasa seseorang diterima oleh Allah, masih paparan Arifin, adalah keistiqamahan seseorang dalam hijrahnya. “Tidak mundur lagi, tidak maksiat lagi,” sebutnya.

Dan yang ada sekarang, lanjutnya, adalah pertaubatan, ibadah, amal shaleh, perbaikan akhlak, serta cinta kepada Allah, Rasul, orang-orang beriman, orang-orang shaleh, cinta majelis ilmu, majelis dzikir, cinta syariat Allah, Sunnah Nabi, dan cinta al-Qur’an. “Itu yang ada.”

Tanda selanjutnya, jelas Arifin, adalah wara’. “Itu semakin berhati-hati dengan hukum Allah,” jelasnya yang tampak mengenakan pakaian khasnya, serba putih.

Lebih jelasnya, wara’ maksudnya, secara mutlak semua perintah Allah dilaksanakan oleh seseorang tersebut. “Dan seluruh larangan Allah dijauhi,” imbuhnya.

Tanda kelima, yaitu mudah menangis karena Allah dimana saja. “Jadi, hatinya hancur redam kalau ingat masa lalunya,” terang Arifin. Seseorang itu jadi sedih kenapa selama ini selalu bermaksiat, “Nyesalnya hebat sekali.”

Tanda keenam, terjadinya perubahan lingkungan. Baik pergaulan maupun suasana. Misalnya meninggalkan pergaulan dengan teman-teman yang liberal dan tidak beragama. “Maka begitu dia bertaubat, hijrah, (menuju) lingkungan sahabat yang baik-baik,” ujar Arifin.

Tanda terakhir puasa seseorang diterima oleh Allah, masih paparan Arifin, adalah keistiqamahan seseorang dalam hijrahnya. “Tidak mundur lagi, tidak maksiat lagi,” sebutnya.

Dan yang ada sekarang, lanjutnya, adalah pertaubatan, ibadah, amal shaleh, perbaikan akhlak, serta cinta kepada Allah, Rasul, orang-orang beriman, orang-orang shaleh, cinta majelis ilmu, majelis dzikir, cinta syariat Allah, Sunnah Nabi, dan cinta al-Qur’an. “Itu yang ada.”

 

HIDAYATULLAH

Puasa Sempurna Setahun Penuh dengan Puasa Syawal

KENAPA puasa Syawal bisa dinilai berpuasa setahun? Mari kita lihat pada hadits Tsauban berikut ini,

Dari Tsauban, bekas budak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Barangsiapa berpuasa enam hari di bulan Syawal setelah Idul Fitri, maka ia telah menyempurnakan puasa setahun penuh. Karena siapa saja yang melakukan kebaikan, maka akan dibalas sepuluh kebaikan semisal.” (HR. Ibnu Majah no. 1715. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Disebutkan bahwa setiap kebaikan akan dibalas minimal dengan sepuluh kebaikan yang semisal. Ini menunjukkan bahwa puasa Ramadan sebulan penuh akan dibalas dengan 10 bulan kebaikan puasa.

Sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal akan dibalas minimal dengan 60 hari (2 bulan) kebaikan puasa. Jika dijumlah, seseorang sama saja melaksanakan puasa 10 bulan + 2 bulan sama dengan 12 bulan.

Itulah mengapa orang yang melakukan puasa Syawal bisa mendapatkan ganjaran puasa setahun penuh. [Muhammad Abduh Tuasikal]

 

MOZAIK INILAHcom