Menag Imbau Umat Islam Lakukan Doa Qunut Nazilah, Ada Apa?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pengakuan sepihak tentang Jerusalem sebagai Ibukota Isreal. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau, umat beragama untuk memanjatkan doa agar pengakuan sepihak itu dianulir.

“Saya mengimbau umat beragama, khususnya umat Islam, mendoakan agar pengakuan sepihak Amerika Serikat tersebut bisa dianulir oleh AS sendiri,” tegas Lukman usai mendampingi Presiden Joko Widodo menyampaikan sikap Pemerintah Indonesia terhadap pengakuan sepihak AS di Istana Bogor, Kamis (07/12).

“Bagi Muslim, lakukan doa tersebut dengan melakukan qunut nazilah pada saat shalat Jumat besok,” imbaunya lagi.

Menurut Lukman, pengakuan sepihak itu sangat disesalkan dan Indonesia menolak tegas setiap upaya pengingkaran atas kesepakatan perdamaian. “Amerika mestinya sadar bahwa memindahkan ibukota Israel ke Yerusalem akan menciptakan konflik kian meluas. Kebijakan itu mengusik kedamaian dunia. Setiap umat beragama wajib menolaknya,” tandasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan sikap mengecam keras pengakuan sepihak AS tersebut dan meminta AS mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. Menurut Presiden, pengakuan sepihak tersebut telah melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB yang Amerika Serikat menjadi anggota tetapnya serta bisa mengguncang stabilitas keamanan dunia.

“Saya dan rakyat Indonesia tetap konsisten untuk terus bersama dengan rakyat Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak-haknya sesuai dengan amanah Pembukaan UUD 1945,” tegas Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Cara Duduk dan Bersandar Rasulullah

Selama beraktivitas di kehidupan sehari-hari, sepanjang hari kita akan disibukkan dengan berbagi aktivitas yang melelahkan. Berdiri, berjalan, atau bahkan berlari. Dan dengan duduk atau bersandar pada sesuatu adalah posisi istirahat yang paling mudah dilakukan, selain tidur.

Ketika kita duduk atau bersandar kita tidak terlalu mementingkan posisi atau cara yang baik untuk melakukannya. Asal nyaman semua posisi dapay digunakan. Tetapi dalam Islam, Rasulullah mengajarkan kita bagaimana istirahat dengan duduk dan bersandar dengan posisi yang terbaik agar tidak menyakiti tubuh kita yang lelah.

Inilah cara duduk dan bersandar yang baik dan dianjurkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam:

1. Lutut Diangkat Menempel Perut.

Dari Qailah binti Makhramah meriwayatkan, “Qailah melihat Rasulullah sallallahu alaihi wasallam di dalam masjid, beliau sedang duduk dengan lutut diangkat menempel ke perut. Qailah berkata, ‘Ketika aku melihat Rasulullah duduk dengan sangat khusyu’, aku gemetar karena takut.”(HR. Abu Dawud)

2. Bersandar ke Bantal.

Dari Jabir bin Samurah radhiyallahi anhu meriwayatkan, “Aku melihat Rasulullah bersandar ke bantal di sisi kiri tubuh beliau.”(HR. Tirmidzi)

3. Duduk Menekuk Lutut

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Di dalam masjid, Rasulullah duduk memeluk lutut dengan punggung kakinya diikat baju.”(HR. Baihaqi)

Disarikan dari Buku Teladan Rasulullah, Maghfirah Pusataka

REPUBLIKA

Kebijakan Trump Soal Yerusalem akan Rusak Perdamaian

Pengamat Timur Tengah, Yon Mahmudi, menilai sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan merusak perdamaian di Timur Tengah.

“Dengan pengakuan ini maka dapat dipastikan proses perdamaian di Timur Tengah akan rusak,” ujar Yon saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/12).

Yon mengungkapkan, sikap Trump tersebut juga menunjukkan perbedaannya dengan mantan Presiden AS sebelumnya, Barack Obama.

Menurut dia, dalam mengambil kebijakan, Trump tidak mengedepankan dialog konstruktif.

“Ini perbedaan mendasar antara Trump dan pendahulunya. Obama dan presiden-presiden AS sebelumnya masih mengedepankan dialog konstruktif dalam membangun perdamaian di Timur Tengah,” ucapnya.

Yon mengatakan, Trump juga cenderung sepihak dalam memutuskan suatu kebijakan yang akan diambil. Bahkan, Trump lebih memikirkan kepetingannya dengan Israel.

“Dia cenderung sepihak dalam memutuskan kebijakan. Tidak peduli dengan kondisi kawasan. Dia lebih memikirkan kepentingan mitra setianya di Timur Tengah, yaitu Israel,” kata Yon.

Trump telah mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dalam pidato publiknya di Gedung Putih pada Rabu (6/12) waktu setempat.

Trump juga menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk mulai merancang perencanaan dimulainya proses pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Langkah kontroversial Trump ini merupakan perwujudan janji kampanye juga menindaklanjuti keputusan Kongres AS tahun 1995 yang meloloskan undang-undang yang mengatur kebijakan AS untuk memindahkan Kedubes ke Yerusalem.

Sejak tahun 1995, para Presiden AS terdahulu selalu menandatangani ‘surat pernyataan’ untuk menunda penerapan undang-undang itu. Namun, tidak demikian halnya dengan kepemimpinan Trump.

 

REPUBLIKA

Sesungguhnya Janji itu Dimintai Pertanggungjawaban

JANJI memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak orang yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa banyak pula orang yang berutang namun menyelisihi janjinya. Bahkan meminta udzur (maaf) pun tidak.

Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah banyak memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan keras melanggar janji dengan orang-orang kafir.

Manusia dalam hidup ini pasti ada keterikatan dan pergaulan dengan orang lain. Maka, setiap kali seseseorang itu mulia dalam hubungannya dengan manusia dan terpercaya dalam pergaulannya bersama mereka, maka, akan menjadi tinggi kedudukannya dan akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara, seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yang baik dan mulia pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Dan di antara akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.

Sungguh Alquran telah memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan serta memerintahkan untuk menepatinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya…” (QS. An-Nahl: 91)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: “Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (QS Al-Isra: 34)

Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan senjata, dan semisalnya.

 

INILAH MOZAIK

Awas, Takut Hantu Bisa Syirik

ADA yang bertanya, apakah ketakutan akan hantu termasuk sirik? Ustaz Ammi Nur Baits menjawab sbb:

Pertama, perasaaan takut yang dialami manusia ada dua, takut yang disertai pengagungan dan takut yang merupakan bagian dari tabiat.

Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,

Takut ada beberapa macam. Diantaranya takut disertai merendahkan dan menghinakan diri, serta pengagungan kepada yang ditakuti. Yang diistilahkan dengan khauf as-sirri (takut yang samar). Takut semacam ini hanya boleh diberikan untuk Allah. Barangsiapa yang menyekutukan Allah dengan memberikan rasa takut semacam ini kepada selain Allah, berarti dia telah melakukan syirik besar. Seperti orang yang takut kepada berhala, atau orang mati, atau orang yang dianggap wali. Disertai keyakinan bahwa mereka bisa memberi manfaat dan madharat. Sebagaimana yang dilakukan para penyembah kubur.

Yang kedua, takut yang merupakan bagian dari tabiat manusia (khauf thabii). Takut semacam ini hukum asalnya mubah. Sebagaimana firman Allah yang menceritakan tentang Musa,

Musa keluar dari kota itu dengan rasa takut dan mengendap-endap. (QS. al-Qashas: 21)

Oleh karena itu, rasa takut seseorang terhadap sesuatu yang membahayakan atau yang bisa mengganggu, tidak termasuk kesyirikan. Karena tujuan kita bukan untuk mengagungkannya, atau meyakini bahwa dia bisa memberi manfaat dan madharat dengan sendirinya. (al-Qoul Mufid Syarh Kitab at-Tauhid, 2/67).

Kedua, berdasarkan keterangan di atas, penting bagi kita untuk memahami perbedaan khouf siri dengan khauf thabii. Karena dengan ini kita bisa memahami batasan, kapan rasa takut itu terhitung kesyirikan.

Disamping keterangan Imam Ibnu Utsaimin di atas, ada keterangan Syaikh Sholeh Alu Syaikh tentang batasan khauf iri dan khauf tabiat. Beliau menjelaskan,

Khouf siri adalah seseorang takut kepada selain Allah azza wa jalla karena anggapan, yang ditakuti bisa memberikan gangguan kepadanya tanpa sebab. Takut semacam inilah yang hanya khusus untuk Allah. Allah bisa menakdirkan sakit bagi hamba tanpa ada sebab apapun yang dia ketahui. Dia mampu mentakdirkan kematian bagi hamba tanpa sebab apapun yang dia tahu.

Namun jika ketakutan itu karena sebab yang kita ketahui, lalu dia takut ada jin yang menjadi sebab bahaya, dan ini bagian dari tabiat, misalnya takut masuk ke tempat-tempat tidak berpenghuni atau melewati tempat yang gelap, dia takut dengan hantu atau jin, semua ini termasuk sebab.

Namun yang dimaksud khauf siri misalnya,dia takut akan ditangkap wali atau ditangkap jin tanpa sebab. Maksudnya, dia meyakini bahwa jin itu memiliki kekuatan dan kemampuan yang bisa mengancamnnya tanpa sebab.

Jika rasa takut itu takut tabiat bukan takut keyakinan, namun takut karena pengaruh sifat lemah manusia, bukan takut karena keyakinan terhadap jin, namun takut terhadap gangguan mereka, misalnya di rumah angker, maka rasa takut semacam ini termasuk takut tabiat, dan tidak termasuk takut yang haram, tidak pula takut yang statusnya kesyirikan. (Ittihaf as-Sail, Syarh Aqidah Thahawiyah, volume 43).

Keterangan lain tentang batasan khouf, disampaikan Syaikh Sulaiman bin Abdillah,

Makna khoouf siri adalah seorang hamba takut kepada selain Allah dia akan menimpakan keburukan dengan kehendaknya dan kemampuannya, tanpa harus bertemu langsung dengannya. Semacam ini syirik besar, karena dia meyakini ada selain Allah yang bisa memberi manfaat dan madharat secara tidak langsung. Allah berfirman, (yang artinya) “Takutlah kalian hanya kepada-Ku.” (Taisir al-Aziz al-Hamid, Syarh Kitab Tauhid, 1/24).

Dari beberapa keterangan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa rasa takut bisa bernilai ibadah (khouf siri) jika memenuhi beberapa kriteria berikut,

Disertai perasaan mengangungkan kepada yang ditakuti (at-Tadzim)

Merasa hina dan rendah kepada yang ditakuti (al-Khudhu wa at-Tadzallul)

Meyakini bahwa yang ditakuti bisa memberi manfaat dan madharat secara tidak langsung dan tanpa sebab.

Takut Kepada Jin & Hantu

Bagian ini yang menjadi rancu, apakah takut kepada jin termasuk khouf siri ataukah sebatas takut karena tabiat. Kita tidak bisa memberikan penilaian secara umum. Karena tidak semua bentuk takut kepada jin termasuk khouf siri. Ada bentuk takut kepada jin yang termasuk takut tabiat.

Pertama, takut kepada jin disertai pengagungan dan merendahkan diri di hadapan mereka, ini termasuk takut kesyirikan. Ciri khas takut semacam ini, ketika ada orang yang hendak melewati tempat sunyi atau dianggap angker, dia akan tetap mendatangi tempat itu, sambil mohon pamit dan minta izin.

Contoh kasus yang sering kita jumpai di masyarakat, ada orang yang ketika hendak melewati kuburan, atau jalan yang hawanya angker, dia minta izin untuk lewat. Mbah, nyuwun sewu, mau lewat.

Kebiasaan semacam ini termasuk tradisi orang musyrikin jahiliyah. Allah berfirman, meceritakan salah satu komentar jin tentang manusia,

“Ada beberapa orang di antara manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa.” (QS. al-Jin: 6).

Ibnu Katsir menjelaskan,

Kami para jin merasa lebih mulia dibandingkan manusia, karena mereka meminta perlindungan kepada kami. Yaitu ketika mereka melewati lembah atau tempat asing di darat maupun lainnya. Dan ini kebiasaan masyarakat arab jahiliyah. Mereka memohon perlindungan terhadap raja jin yang diyakini menguasai tempat itu, agar mereka dilindungi dari segala hal yang membahayakannya.

Ketika jin menyaksikan manusia meminta perlindungan kepadanya, karena rasa takut mereka kepada jin, maka manusia itu menambah bagi jin itu rasa sombong, dengan ketakutan mereka dan kerendahan mereka. Sehingga manusia menjadi sangat takut kepada jin dan sering memohon perlindungan kepada jin. (Tafsir Ibn Katsir, 8/239).

Kedua, takut tabiat. Takut kepada hantu yang berpenampilan jelek, termasuk takut tabii.

Diantara cirinya, orang akan mejauhi tempat yang dia takuti. Dia tidak semakin mendekat apalagi memohon izin. Namun dia akan menghindar dan menjauhi tempat itu. Dia takut dengan wajah jelek hantu, atau takut dibuat kaget atau takut dicekik, diganggu, dst.

Termasuk orang yang tidak berani melewati kuburan sendirian, karena khawatir akan muncul wajah menakutkan, dan menyeramkan.

insyaaAllah takut semacam ini tidak sampai derajat kesyrikan.

Jangan Lupa Baca Doa

Sebagai ganti agar manusia tidak berlindung kepada jin ketika merasa takut dengan gangguan makhluk halus, terutama pada saat melewati tempat yang menakutkan, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membekali doa,

Aku berlindung dengan Kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan segala yang Dia ciptakan.

Dari Khoulah bintu Hakim Radhiyallahu anha, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

” Barangsiapa yang singgah di suatu tempat, kemudian membaca: Audzu bi Kalimaatillaahit Taammaati Min Syarri Maa Kholaq maka tidak akan ada yang membahayakannya sampai dia berpindah dari tempat itu”(HR. Muslim 7053, Turmudzi 3758 dan yang lainnnya).

 

INILAH MOZAIK

 

—————————————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Benarkah Mandi Hujan Sunah?

TERDAPAT hadis yang menjelaskan bahwa ketika hujan turun Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam keluar hingga hujan tersebut sedikit membasahi beliau.

Sebagian orang mengira bahwa ini adalah sunah untuk mandi hujan atau berhujan-hujanan. Ini tidak benar karena penjelasan ulama mengenai hadits ini adalah beliau membasahi sebagian anggota tubuhnya saja, bukan seluruh tubuh sebagaimana mandi. Berikut sedikit pembahasan mengenai hal ini.

Adapun haditsnya adalah sebagai berikut,

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata, “hujan turun membasahi kami (para Sahabat) dan Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam, maka Rasululullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam membuka bajunya, sehingga hujan mengguyur beliau, maka kami bertanya, Wahai Rasulullah untuk apa engkau berbuat seperti ini? Beliau menjawab,

“Karena sesungguhnya hujan ini baru saja Allah tala ciptakan.” (HR. Muslim no. 898).

Mereka memahami bahwa mandi hujan dan berbasah-basah adalah sunnah, padahal yang benar adalah sebagaimana penjelasan ulama bahwa maksud hadits ini adalah menyentuhkan/menyingkap beberapa anggota badan dengan air hujan ketika pertama kali turun.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

(Berkaitan dengan hadits tersebut, ini adalah) “Pasal disunnahkannya berdiri (di luar) ketika awal turun hujan dan mengeluarkan pelana (kendaraan) agar mengenai air hujan”

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata,

“Makna membuka bajunya adalah menyibaknya, yaitu menyibak sebagian tubuhnya. Dan makna “baru saja Allah ciptakan” ialah penciptaan dari Allah Taala dan maknanya hujan itu adalah rahmat, yakni rahmat yang baru saja Allah ciptakan, maka nabi shallallahu alaihi wa alihi sallam mengambil barakah (tabarruk) dari hujan tersebut. Konten hadits ini menjadi dalil bagi para ulama syafiiyyah bahwa pada awal turunnya hujan disunnahkan untuk menyibak tubuhnya -selain aurat- sehingga terguyur hujan”.

Pernyataan bahwa disunnahkan berhujan-hujanan adalah hal yang belum pernah kami ketahui dari pendapat para ulama. Demikian, semoga bermanfaat.

[muslim.or.id]

Allah Memberi Kemuliaan

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya miliki Allah Swt. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui setiap kejadian sekecil apapun, dan Maha Mendengar setiap bisikan sehalus apapun. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, salah satu asma Allah Swt adalah Al Kariim, Allah Yang Maha Mulia. Segala kemuliaan adalah milik Allah dan Allah Maha Kuasa untuk memberi kemuliaan kepada siapa saja di antara hamba-Nya yang Dia kehendaki. Allah kuasa memberikan kemuliaan kepada siapa saja, dan begitu juga Allah kuasa mencabut kemuliaan itu darinya.

Allah Swt berfirman,“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al Hujurot [49] : 13)

Dalam ayat ini jelas bahwa orang yang paling mulia di hadapan Allah adalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Ini adalah penjelasan dari Allah mengenai jalan bagaimana cara agar kita memiliki kemuliaan sebagaimana yang Allah ridhoi. Dengan takwa maka Allah akan memberikan kemuliaan.

Jadi, standar kemuliaan itu bukanlah yang paling bagus kendaraannya, bukan pula yang paling tinggi jabatannya, bukan yang paling banyak gelarnya. Karena sebenarnya orang yang inkar pun Allah beri segala aksesori duniawi itu. Standar kemuliaan di hadapan Allah adalah yang paling bertakwa. Inilah standar yang Allah ridhoi. Maka, barangsiapa ingin mulia tapi bukan standar yang Allah sukai yang ia kejar, maka bersiap-siaplah jikalau bukan kemuliaan yang ia raih melainkan kehinaan.

Beruntunglah orang-orang yang mendapat kemuliaan di hadapan Allah Swt. Itulah kemuliaan sejati, kemuliaan dunia dan akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian.Aamiin yaa Robbal aalamiin. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

INILAH MOZAIK

Ini Tanggapan MUI Soal Ustazah Salah Tulis Ayat Alquran

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis menanggapi, kesalahan penulisan ayat Alquran oleh Ustazah Nani Handayani dalam program bertajuk Syiar Kemuliaan di Metro TV. Atas kejadian itu, Kiai Cholil mengimbau, agar para dai lebih berhati-hati saat berceramah dan menulis ayat Alquran di televisi.

“Sebaiknya sebagai ustaz atau ustazah itu lebih hati-hati kalau menulis Alquran, karena kalau Alquran tidak boleh kutang satu huruf pun,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/12).

Jika pun kesalahan penulisan Alquran itu dikarenakan ada kesalahan pada papan tulis dlektroniknya, kata dia, seharusnya seorang penceramah yang memang dalam ilmu agamanya, bisa mengoreksinya. “Kalau toh itu karena mesinnya, umpamanya, maka dia harus koreksi disampaikan bahwa itu salah tulis. Ya kalau tidak, nggak perlu ditayangkan, kan bisa dimatikan,” ucapnya.

Kiai Cholil mengaku, dirinya juga sering berceramah di Metro TV, tapi belum pernah ada kerusakan papan tulis elektronik. Menurut dia, setidaknya sudah 15 kali dirinya diminta berceramah di Metro TV, tapi tidak pernah ada kendala dengan penulisan ayat Alquran.

“Oleh karena itu, tetap saja yang menjadi sorotan adalah ustazah yang mengisi di acara itu. Karena bukan hanya sekali menulis bahasa Alqurannya yang salah. Padahal, ustaz dan ustazah itu adalah penyampai dari Alquran. Ketika tidak fasih imlak dan penulisannya itu menjadi problem,” katanya.

Seperti diketahui, penulisan ayat Alquran oleh ustazah Nani Handayani dalam acara Syiar Kemuliaan yang ditayangkan Metro TV menjadi viral di media sosial sejak Selasa (5/12) pagi. Pasalnya, dalam acara tersebut terdapat kesalahan penulisan ayat Alquran yang berbunyi, Innash sholaata tanhaa’ anil-fahsyaa’i wal-munkar. Artinya, “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.

 

REPUBLIKA

Salah Tulis Ayat Alquran, Ini Klarifikasi Ustazah Nani H

Penulisan ayat Alquran oleh Ustazah Nani Handayani dalam acara Syiar Kemuliaan yang ditayangkan salah satu televisi nasional menjadi viral di media sosial sejak Selasa (5/12) pagi. Tayangan video itu pun mendapat tanggapan nyinyir dari warganet karena salah menulis Alquran yang berbunyi, Innash sholaata tanhaa’ anil-fahsyaa’i wal-munkar. Artinya, “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.

Karena itu, Nani Handayani mengklarifikasi kesalahan penulisan ayat Alquran ini dalam sebuah video yang diunggah dalam akun twitternya, @handayani_nani pada Selasa (5/12) sekitar pukul 10.00 pagi.

Berikut klarifikasi Nani Handayani dalam video tersebut:

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakutuh…

Astaghfirullahal adzim alladzi lailaha illa hual hayyul qayyum wautubuilaih.

Mohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mohon maaf kepada guru-guru, ustaz, ustazah dan juga kepada semua umat Islam di muka bumi ini. Apa yang terjadi di acara Metro TV adalah sebuah kesalahan manusiawi yang sama sekali tidak pernah diniatkan untuk melakukan kesalahan yang disengaja. Sama sekali tidak disengaja.

Saya mohon ampun, Rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lana kunanna minal khasirin. Mohon ampun kepada Allah mohon maaf kepada semua umat Islam. Semoga hal ini tidak akan terulang lagi dan saya akan terus banyak belajar dan berhati-hati dalam berdakwah

wabillahittaufiq wal hidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Terkait masalah ini, Kementerian Agama pun membenarkan ada kesalahan fatal dalam penulisan Alquran dalam acara Syiar Kemuliaan yang ditayangkan Metro TV. “Ternyata betul bahwa Ibu Ustazah Nani Handayani menurut informasi dari Metro TV Charles Meikyansyah bahwa benar itu adanya,” ujar Dirjen Bimas Islam Kemenag Prof Muhammadiyah Amin saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (5/12).

 

REPUBLIKA