Simak Tips Olahraga Saat Puasa

Olahraga adalah aktivitas fisik yang tetap bisa dilakukan saat menjalankan ibadah puasa. 

Mengutip dari akun instagram @ibupedia_id, Selasa, (05/06/2018), ada beberapa tips yang dapat Anda simak agar bisa berpuasa dengan lancar dan tetap menjlankan ibadah puasa. Seperti apa?

Simak tips berikut ini.

1. Persingkat waktunya cukup 30 – 60 menit per hari.

2. Lakukan mendekati jam buka puasa

3. Jangan lanjutkan olahraga saat Ibu lemas, pusing, atau sakit.

4. Pastikan minum air yang banyak selama berbuka puasa sampai sahur. Minum air dengan tambahan sea salt atau air kelapa untuk meningkatkan elektrolit tubuh.

5. Hindari olahraga berat seperti angkat beban dan olahraga yang berisiko cedera otot, menurunkan tekanan darah dan membuat sakit kepala.

6. Lakukan kardio ringan, seperti jalan atau bersepeda, untuk menjaga stamina, dan membakar kalori. (tka)

 

INILAH MOZAIK

Tiga Wasiat Rasulullah Untuk Kita

KITA mungkin pernah mendengar istilah ulama menyebut “Jawamiul Kalim”. Istilah itu memiliki makna: bahasa yang singkat, namun punya makna yang sangat mendalam.

Hal inilah yang sering kita jumpai dalam sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Salah satunya dalam hadis berikut,

“Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Muadz bin Jabal radhiyallahu anhuma, dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan (keburukan). Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” (HR. At-Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits Hasan Shahih).

Dalam hadis di atas, terkandung tiga wasiat Nabi yang sangat penting, baik hubungan manusia kepada Allah maupun hubungan manusia ke sesama manusia.

1. Perintah takwa di mana pun kita berada

Nabi tidak hanya memerintahkan takwa semata, namun bertakwa di mana pun kita berada, baik di tengah keramaian maupun di sunyi bersendirian. Inilah takwa yang sebenar benarnya, dan takwa yang paling berat.

Sebagaimana kata Imam Syafii rahimahullah

Imam Syafii mengatakan, “Perkara yang paling berat itu ada tiga, dermawan saat memiliki sedikit harta, meninggalkan hal yang haram saat sendirian dan mengatakan kebenaran saat berada di dekat orang yang diharapkan kebaikannya atau ditakuti kejahatannya” (Jami Ulum wa Hikam 2/18).

Ketika seorang bersendirian, menyepi tanpa ada yang mengetahui, maka hal itu akan mendorongnya untuk lebih mudah bermaksiat. Kecuali ia sadar betul bahwa Allah senantiasa mengawasinya, dan rasa takutnya menjadi lebih besar sehingga ia tidak berani melakukan kemaksiatan.

Contoh mudah adalah orang yang sedang berpuasa. Ketika berada di khalayak ramai, ia menahan diri dan mengaku berpuasa. Namun ketika bersendirian, ia diam-diam berpuka puasa. Hal ini tidak akan terjadi kecuali ia memiliki rasa takut yang besar kepada Allah.

2. Segera lakukan amal saleh

Hadis di atas menjelaskan perintah untuk bersegera melakukan kebaikan tatkala terjerumus dalam keburukan. Tidak seperti anggapan sebagian orang, jika sudah terciprat, maka tercebur sekalian saja biar basah. Hal ini adalah anggapan yang sangat keliru. Bahkan hadis yang mulia ini menjelaskan perintah untuk segera bertobat. Karena tobat adalah bagian dari amal saleh yang paling mulia dan harus disegerakan.

Allah Taala berfirman,

“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)

Hadis di atas juga menerangkan bahwa perbuatan baik yang dilakukan, akan menghapuskan dosa. Tentunya dosa yang terhapus hanyalah dosa kecil, karena dosa besar hanya terhapus jika pelakunya benar-benar telah bertobat.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

“Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat selanjutnya, serta Ramadan ke Ramadan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim No. 233).

Sehingga jelaslah bahwa yang dihapus hanyalah dosa kecil saja. Oleh karena itu, ketika seorang muslim terjerumus dalam dosa dan maksiat, maka wajib baginya untuk segera bertobat dan melakukan amal saleh.

3. Akhlak mulia kepada manusia

Wasiat yang terakhir adalah perintah untuk berakhlak yang mulia kepada sesama manusia. Setelah dua wasiat di atas menyebutkan perintah yang berhubungan antara Allah dan manusia. Contoh gampang dalam berakhlak mulia adalah senyuman yang diiringi wajah yang berseri dan bertegur sapa ketika bertemu.

Oleh karena itu, Rasulullah mengaitkan antara akhlak dengan iman yang sempurna. Dimana Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” (HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata: Hadits Shahih).

Bahkan dalam hadis lain juga disebutkan bahwa orang yang paling dekat dengan Rasulullah pada hari kiamat adalah yang paling bagus akhlaknya. Orang yang memiliki akhlak mulia, tidak hanya dicintai oleh Rasulullah, namun ia akan dicintai oleh manusia yang lainnya. [Ustaz Wiwit Hardi P/muslimorid ]

 

INILAH MOZAIK

Kata dari Arab yang Maknanya Berbeda di Indonesia

ADA beberapa kata dari bahasa Arab yg diserap kedalam bahasa Indonesia, namun kemudian mengalami perubahan bunyi atau perubahan makna.

Misalnya adalah kata KALIMAT/kalimah. Dalam bahasa arab arti KALIMAT adalah KATA (sebuah kata). Namun dalam bahasa indonesia artinya adalah SUSUNAN KATA-KATA, sedangkan bahasa arab dari SUSUNAN KATA-KATA adalah JUMLAH/JUMLATUN/KALAM.

Kata lain yang mengalami perubahan makna yaitu kata ZIARAH, dimana dalam bahasa arab arti ziarah adalah MENGUNJUNGI. Berkunjung ke orang hidup juga disebut ZIARAH, namun di indonesia arti ziarah identik mengunjungi orang mati/makam.

Kata ziarah dalam bahasa arab di indonesia diganti dengan kata SILATURAHMI, padahal dalam bahasa arab kata SILATURAHMI itu hanya ditujukan kepada kerabat (yang punya hubungan darah).

Dalam bahasa arab, mengunjungi orang yg bukan kerabat namanya bukan SILATURAHMI, namun ZIARAH. Jadi, kata SILATURAHMI dalam bahasa arab juga berbeda artinya dengan dalam bahasa indonesia.

Dalam bahasa indonesia, berkunjung ke siapapun bisa disebut SILATURAHMI, sedangkan dalam bahasa arab SILATURAHMI itu menyambung hubungan dengan kerabat dekat yang punya hubungan darah.

MUHRIM dalam bahasa arab artinya orang yg sedang mengerjakan IHROM (memakai baju ihrom), sedangkan dalam kamus bahasa indonesia punya bebrapa arti, makna yang pertama sama dengan bahasa arab tadi, makna yang kedua adalah orang yang masih ada hubungan keluarga dekat sehingga terlarang menikah dengannya untuk selama-lamanya (makna kedua ini dalam bahasa arab disebut MAHROM).

Dalam bahasa indonesia, kata FITNAH artinya: perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang. (kalau dalam bahasa arab makna tersebut istilahnya bukan FITNAH, tetapi BUHTAN atau IFK)

Dalam bahasa arab, arti kata FITNAH: ujian, cobaan, musibah, dll

Dalam Alquran banyak terdapat kata FITNAH, namun tak ada satupun ayat di dalam Alquran yang mengartikan kata “fitnah” dengan arti sebagaimana yang dipahami oleh orang Indonesia, yakni menuduhkan satu perbuatan yang tidak dilakukan oleh orang yang dituduh.

 

INILAH MOZAIK

Tarawih di Sudan, Tiap Malam 1 Juz Qur’an

LAIN ladang lain belalang. Lain daerah, lain pula kebiasaannya. Di Indonesia, banyak tradisi khusus selama bulan Ramadhan yang tidak dijumpai di negara lain. Begitu pula di Khartoum, ibu kota Sudan, sejumlah tradisi menjadi khas negara Arab-Afrika tersebut.

Banyak tradisi maupun situasi yang dirasa sangat berkesan bagi warga negara Indonesia (WNI) yang menjalani puasa di Sudan.

“Banyak sih (yang berkesan), mulai dari ‘begal ifthor’ di pinggir jalan, gubar (badai pasir ) pada saat mau buka puasa, hingga pada siang hari masjid sangat sesak oleh warga Sudan yang pingin ngadem dan tidur siang,” tutur Muhammad Irsyadul Ibad, WNI yang sudah lima tahun berada di Sudan, saat diwawancarai hidayatullah.com, baru-baru ini, Ramadhan 1439 H.

Irsyad, sapannya, menuturkan, durasi berpuasa di Sudan lebih lama daripada di Indonesia. Ini juga menjadi salah satu perbedaan dengan tanah airnya.

Durasi berpuasa di Sudan sekitar 14 – 15 jam, lebih lama beberapa jam dari durasi berpuasa di Indonesia.

Selain harus membiasakan diri soal waktu, WNI di Sudan juga mesti beradaptasi dengan cita rasa kuliner setempat.

“Tentunya menu yang berbeda (ala Sudan),” imbuh bujang berusia 25 tahun ini.

Di samping itu, ada pula tradisi unik di tanah perantauannya tersebut.

“Adat orang Sudan, untuk kaum laki-laki harus buka puasa di luar rumah (di jalan, lapangan, atau di emperan toko-toko),” sebutnya.

Bicara soal tantangan berpuasa di Sudan, apalagi kalau bukan cuaca ekstrem yang panas. Ini ia akui sebagai tantangan utama, selain durasi berpuasa yang lebih lama dari Indonesia.

Pada musim panas, sebutnya, suhu di sana berkisar di angka 38° – 47°celsius.

Dalam situasi seperti itu, bagaimana sikap kaum Muslimin Sudan dalam menyambut dan menjalani Ramadhan?

“Sikap umat Islam sangat antusias,” jawab mahasiswa International University of Africa di Khartoum ini.

Antusiasme itu, misalnya, terlihat dari berlomba-lombanya mereka mengajak orang lain berbuka puasa. Warga setempat ‘mengajak paksa’ warga lainnya untuk buka bersama (bukber) di tempatnya.

Kebiasaan unik ini biasa dikenal dengan sebutan “begal ifthor”, dimana warga mencegat pengguna jalan untuk diajak berbuka puasa bersama mereka.

“Jadi orang lewat di jalan dicegat, dipaksa turun, harus merasakan (hidangan) bukaannya. Sampai pernah dulu terjadi perkelahian sampai berurusan ke polisi gara-gara berebutan orang (untuk diajak berbuka puasa),” tutur Irsyad.

Antusiasme masyarakat Sudan mengisi Ramadhan juga terlihat dari sisi ibadahnya. Masjid-masjid tampak lebih ramai dibanding hari-hari biasa, terutama pada malam berlangsungnya shalat tarawih.

“Dan kebanyakan di masjid-masjid membaca 1 juz (al-Qur’an) per malam (saat tarawih),” imbuhnya.*

 

HIDAYATULLAH

Ramadhan Mengasah Intelektual

Pada bulan Ramadhan sekitar tahun 610 M, Allah menurunkan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang berisi perintah untuk melakukan salah satu aktivitas dalam proses belajar yakni membaca, Iqra!

Perintah membaca dari Allah ini menunjukkan tingginya kedudukan ilmu sekaligus akan meninggikan derajat pemiliknya (QS 58: 11).Membaca berkaitan erat dengan menulis, menelaah, menganalisis, dan merangkum. Sejak turunnya wahyu itulah ilmu menjadi ruh dari Islam yang tidak akan terpisahkan.

Tradisi membaca dan menulis merupakan ciri khas umat ini. Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat iqra di atas membawakan sebuah atsar salaf yang menyeru untuk mengikat ilmu dengan tulisan. Maka lahirlah peradaban ilmu umat manusia yang tidak ada tandingannya dalam sejarah manusia. Dari rahim Islam, lahirlah para ulama sekaligus para penulis produktif yang meletakkan fondasi keilmuan dan sains bagi umat manusia.

Aktivitas membaca pada bulan Ramadhan begitu mulia hingga Allah menjanjikan pahala dan kebaikan yang berlipat-lipat ganda. Rasulullah bersabda, Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah maka ia akan mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh.” (HR Tirmidzi).

Ketika menjalankan ibadah shaum, seseorang tidak disibukkan oleh syahwatnya sehingga proses belajar semisal membaca dan menulis semakin baik, insya Allah.An-Nadhr bin Syumail berkata, Seseorang tidak akan bisa merasakan nikmatnya belajar sampai dia lapar dan melupakan laparnya.

Dalam membaca dan menulis, para ulama terdahulu begitu bersemangat memanfaatkan waktu agar tidak ada satu menit pun terlewat tanpa manfaat dan faedah. Salah seorang murid senior Imam asy- Syafi’i bernama Imam al-Muzani pernah berkata, Aku membaca kitab ar-Risalahsebanyak 500 kali, setiap kali membacanya saya selalu menemukan ilmu yang baru.

Salah seorang dari guru Imam Bukhari bernama Ubaid bin Ya’isy pernah berkata, Diriku tidak pernah makan dengan tanganku di malam hari selama 30 tahun. Adalah saudara perempuanku yang menyuapkan makanan ke mulutku sementara aku sibuk menulis hadis Rasulullah.

Ramadhan bukan saja bulan saat shalat ditegakkan dan lisan basah oleh tilawah Alquran, melainkan ia juga momen mulia untuk memperdalam ilmu agama.

Syekh Albani pernah berkata kepada putranya, Adapun mengkhususkan bulan Ramadhan hanya untuk tilawah saja, tanpa mengerjakan ibadah yang lain, seperti menuntut ilmu agama atau mengajar hadis dan penjelasannya, maka ini tidak ada dasarnya.

Allah telah memberikan nikmat Ramadhan kepada hamba-Nya dengan seluruh kebaikannya, bukan saja ampunan dan limpahan pahala, tetapi juga kesempatan untuk mengasah intelektual sehingga selalu menggandengkan iman dengan ilmu. Wallahualam.

OLEH:  WISNU TANGGAP PRABOWO

 

REPUBLIKA

Siapa Yusya’ Bin Nun dan Khidir AS?

Siapakah murid yang menemani Musa sewaktu bertemu hamba Allah yang saleh itu? Siapa pula hamba Allah yang saleh tersebut?

Dalam beberapa keterangan, murid Musa yang menemaninya itu adalah Yusya’ bin Nun. Nama lengkapnya Yusya’ bin Nun bin Ifrosun bin Yusuf AS bin Ya’kub AS bin Ishaq AS bin Ibrahim AS. Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Yusya’ bin Nun adalah salah seorang Nabi yang meneruskan risalah kenabian Musa AS. Ia dimakamkan di Yordania.

Sementara itu, berdasarkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, hamba Allah yang saleh itu adalah Nabi Khidir AS. Dalam berbagai riwayat, Khidir adalah seorang nabi yang diutus Allah untuk menyerukan kaumnya kepada tauhid dan keimanan terhadap para nabi, rasul, dan kitab-kitab mereka.

Salah satu tanda kenabian atau mukjizatnya adalah setiap kali ia duduk di atas kayu kering atau tanah gersang, berubahlah tempat yang didudukinya menjadi hijau (akhdlor). Itulah alasan mengapa dia dipanggil dengan sebutan Khidir atau ‘Yang Hijau.’

Jalaluddin as-Suyuthi dalam tafsir ad-Dur al-Mantsur menukil hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas menyatakan, ”Sesungguhnya, Khidir disebut demikian lantaran setiap shalat di atas hamparan kulit putih, hamparan itu tiba-tiba berubah menjadi hijau.” Imam Bukhari mengatakan, Musa dan muridnya menemukan Khidir di atas sajadah hijau di tengah-tengah lautan.

Dalam riwayat lain, namanya adalah Talia bin Malik bin Abir bin Arfakhsyad bin Sam (atau Shem) bin Nuh.

Para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan Khidir. Sebagian mereka mengatakan bahwa ia seorang wali dari wali-wali Allah SWT. Sebagian lagi mengatakan bahwa ia seorang nabi. Bahkan, ada yang mengatakan, Khidir akan hidup sampai hari kiamat. Dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan Nabi Khidir.

Sementara itu, warga Anthakia (Syam) meyakini bahwa Khidir adalah manusia biasa yang diangkat menjadi seorang nabi. Ia pun telah wafat. Makamnya, menurut warga Anthakia, terletak di daerah mereka. Sami bin Abdullah menyatakan, dirinya pernah berkunjung ke lokasi tersebut, tetapi ia tak berani mengambil kesimpulan. Wa Allahu A’lam. 

 

REPUBLIKA

Angin Segar Roti Khobz dari Indonesia untuk Suriah

Namanya adalah Imad. Ia adalah salah satu dari ribuan pengungsi Suriah yang merasakan nikmatnya roti khobz.

“Alhamdulillah, saya suka sekali rotinya. Terima kasih Indonesia, semoga Allah membalas dengan kebaikan,” kata Imad Muhammad al-Zayn, ekspresif.

Iya, dia merasakan manfaat dari Program Pabrik Roti Aksi Cepat Tanggap (ACT), sebuah ikhtiar jangka panjang ACT dalam hal penyediaan pangan untuk pengungsi Suriah. Dengan segala kondisi mereka yang terbatas, kehadiran roti khobz gratis dari ACT jelas memberi sedikit angin segar. Khususnya untuk para pengungsi Suriah dalam menjalani kesehariannya.

Bekerja sama dengan pabrik roti lokal di Turki, Program Pabrik Roti ACT memproduksi hingga 2.400 potong khobz tiap harinya. Selanjutnya akan dibagikan kepada pengungsi Suriah, baik yang ada di perbatasan Turki-Suriah maupun di dalam Suriah. Sejak adanya gencatan senjata di Ghouta Timur pada akhir Maret lalu, Idlib dipenuhi gelombang pengungsi baru dari daerah tersebut.

Sejak peluncuran program pabrik roti ACT di awal April 2018, ribuan lembar khobz diangkut dari Reyhanli, Turki menuju beberapa wilayah di Idlib, Suriah melalui gerbang perbatasan Cilvegozu.

Dengan mengantongi izin baik dari Pemerintah Turki maupun Suriah. Pada pendistribusiannya pun ribuan khobz tidak hanya diberikan untuk pengungsi lama, namun juga untuk para warga Suriah yang umumnya baru mengungsi dari Ghouta Timur.

Program pabrik roti ini menjadi kelanjutan dari program serupa yang dilaksanakan oleh ACT pada Januari 2017, yaitu program pabrik roti yang dilaksanakan di Kilis, dekat perbatasan Turki-Suriah, dan Idlib, Suriah. Selain itu, program pabrik roti di Reyhanli memperteguh kembali komitmen ACT, atas nama bangsa Indonesia, untuk selalu berikhtiar untuk meringankan beban penderitaan para pengungsi Suriah melalui program-program terbaik yang telah berjalan sejak 2013. [@paramuda/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Inilah Keutamaan Berderma Pada Bulan Ramadhan (Bagian 3)

Lanjutan dari Inilah Keutamaan Berderma Pada Bulan Ramadhan (Bagian 2)

 

Dalam riwayat lain disebutkan, “Ada seseorang meminta kambing antara dua gunung kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka beliau memberikannya, lalu orang itu mendatangi kaumnya dan berkata, “Wahai kaum, masuk Islamlah kalian karena Muhammad itu memberi dengan pemberian yang banyak tanpa khawatir melarat.

Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu mengatakan, “Jika seseorang bersedia masuk Islam tanpa menginginkan selain dunia, maka tidaklah masuk waktu sore, kecuali Islam lebih ia cintai daripada dunia dan apa yang ada lebih besar daripadanya.” (HR. Muslim).

Diriwayatkan dari Shafwan bin Umaiyah Radhiyallahu Anhu, ia mengatakan,

وَاللهِ لَقَدْ أَعْطَانِى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَعْطَانِيْ وَإِنَّهُ لأَبْغَضُ النَّاسِ إِلَيَّ فَمَا بَرِحَ يُعْطِينِى حَتَّى إِنَّهُ لأَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ

Demi Allah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberiku apa saja yang beliau berikan, dan sungguh beliau adalah orang yang paling aku benci, tetapi beliau terus-menerus memberi aku hingga beliau menjadi orang yang paling aku cintai.(HR. Muslim)

Ibnu Syihab Az-Zuhri mengatakan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallammemberikan seratus ekor unta kepada Shafwan bin Umaiyah ketika perang Hunain, kemudian diberi seratus ekor lagi, lalu seratus ekor lagi.”

Dalam kitab Al-Maghazi karya Al-Waqidi disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan kepada Shafwan bin Umaiyah pada hari itu, unta dan ternak yang memenuhi satu lembah, maka Shafwan berkata, “Aku bersaksi bahwa tidak ada yang bisa melakukan ini dengan suka hati selain seorang Nabi.”

Setelah membaca banyak hadits di atas, sudah sepantasnya bagi kita yang sedang berada di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini untuk memperbanyak sedekah dalam makna umum maupun khusus.

Apabila seseorang telah terbiasa berderma di bulan Ramadhan ini dengan niat ikhlas karena Allah, maka Insya Allah pada bulan-bulan berikutnya dia akan mudah untuk berderma.

Sebagian tulisan ini dikutip dari kitab Latha’if Al-Ma’arif Fima Lil Mawasim Min Wazha`ifkarya Ibnu Rajab. Semoga bermanfaat. Aamiin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Niat Sholat Idul Fitri, Bacaan dan Tata Cara Lengkap

Sholat idul fitri merupakan amal khusus di hari raya idul fitri yang istimewa pahalanya luar biasa. Bagaimana niat, bacaan dan tata caranya? Berikut ini pembahasan lengkapnya.

Hukum sholat idul fitri

Jumhur ulama menjelaskan bahwa hukum sholat idul fitri adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mengerjakan sholat ini dan memerintahkan kaum laki-laki dan perempuan untuk mengerjakannya.

Pendapat hukum sholat id adalah sunnah dan bukan wajib ini didasarkan dari jawaban Rasulullah ketika ditanya seseorang. Beliau bersabda:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ

“Sholat lima waktu sehari semalam.” Orang itu bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban (sholat) lain?” Beliau menjawab, “Tidak, kecuali engkau mengerjakan sholat sunnah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fiqih Empat Madzhab menjelaskan, menurut Mazhab Hambali, hukumnya adalah fardhu kifayah bagi mereka yang diwajibkan untuk sholat Jumat. Sehingga jika di suatu masyarakat muslim sudah ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban bagi orang lain.

Sedangkan menurut mazhab Hanafi, sholat idul fitri hukumnya fardhu ‘ain bagi mereka yang diwajibkan untuk Sholat Jumat. Sehingga yang tidak mengerjakannya akan mendapat dosa.

Pendapat yang menyatakan hukumnya fardhu ‘ain ini didasarkan pada perintah Rasulullah yang memerintahkan seluruh muslim Madinah untuk mengikuti sholat idul fitri, termasuk budak perempuan. Bahkan wanita yang sedang haid pun diperintah untuk hadir mendengarkan khutbah, namun menjauhi tempat sholat, sebagaimana hadits dari Ummu Athiyyah radhiyallahu ‘anha

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَ فِيْ عِيْدَيْنِ العَوَاطِقَ وَالْحُيَّضَ لِيَشْهَدْناَ الخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَتَعْتَزِلَ الْحُيَّضُ الْمُصَلِّى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami keluar menghadiri shalat ‘id bersama budak-budak perempuan dan perempuan-perempuan yang sedang haid untuk menyaksikan kebaikan-kebaikan dan mendengarkan khuthbah. Namun beliau menyuruh perempuan yang sedang haid menjauhi tempat shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahkan wanita yang tidak memiliki jilbab pun diperintahkan untuk ke lapangan, dengan dipinjami jilbab oleh sahabiyah lainnya.

يَا رَسُوْلَ اللهِ لاَ تَجِدُ إِحْدَنَا جِلْبَابًا تَخْرُجُ فِيْهِ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا

“Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak mempunyai jilbab.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lantas bersabda: “Hendaklah saudaranya memberikan (meminjamkan) jilbab kepadanya.” (HR. Ahmad)

Tempat sholat idul fitri

Sholat idul fitri disyariatkan untuk dikerjakan secara berjamaah. Tempatnya lebih afdhol (utama) di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan. Meskipun ada Masjid Nabawi yang pahala sholat di dalamnya dilipatgandakan 1.000 kali lipat, Rasulullah biasa mengerjakan sholat ‘id di tanah lapang sebagaimana hadits dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa hadits di atas menjadi dalil bahwa sholat ‘id di tanah lapang lebih utama daripada di masjid. Kecuali penduduk Makkah yang selalu mengerjakan sholat ‘id di masjidil haram.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah menjelaskan bahwa Rasulullah selalu mengerjakan sholat id di lapangan kecuali satu kali beliau mengerjakan di Masjid yakni ketika turun hujan.

Sedangkan dalam Fikih Manhaji Mazdhab Syafii dijelaskan, tempat sholat id terbaik adalah di tempat yang banyak menampung jamaah. Jika daya tampungnya sama, masjid lebih utama dari pada lapangan karena kaum muslimin bisa mendapat dua pahala yakni dari sholatnya dan keberadaannya di masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sholat id di tanah lapang karena waktu itu masjid Nabawi sempit tidak bisa menampung seluruh jamaah yang terdiri dari kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak.

 

Waktu sholat idul fitri

Menurut jumhur ulama, waktu sholat idul fitri dimulai dari matahari setinggi tombak sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat).

Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa disunnahkan untuk melambatkan sholat Idul Fitri agar terbuka kesempatan luas untuk mengeluarkan zakat fitrah. Syaukani juga menyatakan demikian, bahwa sholat idul fitri disunnahkan untuk dilambatkan sedangkan sholat idul adha disunnahkan untuk disegerakan. Bahkan sunnah ini tidak ada perbedaan di kalangan ulama.

Sunnah-sunnah sholat idul fitri

Ada sejumlah hal yang dianjurkan untuk dilaksanakan baik sebelum maupun sesudah sholat idul fitri, antara lain:

1. Mandi sebelum berangkat sholat

Rasulullah biasa mandi sebelum berangkat sholat ‘id. Itu pula yang dicontoh oleh para sahabat.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأَضْحَى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ibnu Majah)

2. Memakai pakaian terbaik

Rasulullah mengenakan pakaian terbaik ketika sholat ‘id. Beliau memiliki pakaian indah buatan Yaman dan memerintahkan sahabat mengenakan pakaian terbaik. Sebagaimana hadits dari Hasan As Sibhti:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد ، وأن نتطيب بأجود ما نجد

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar pada hari raya mengenakan pakaian terbagus dan wangi-wangian terbaik (HR. Hakim)

3. Memakai wewangian

Dianjurkan menggunakan wewangian, khususnya bagi pria, sebagaimana hadits di atas. Adapun bagi kaum muslimah, sebaiknya tidak menggunakan parfum yang baunya tajam karena ada hadits yang melarangnya.

4. Mengajak seluruh keluarga dan anak-anak

Sebagaimana hadits di atas, Rasulullah memerintahkan seluruh wanita untuk menghadiri sholat id dan riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika masih kecil turut sholat id. Bahkan wanita yang haid pun diajak melihat namun menjauh dari tempat sholat, sebagaimana hadits dari Ummu Athiyyah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

5. Bertakbir saat menuju tempat sholat

Di antara lafazh takbir, boleh dua kali takbir, boleh pula tiga kali takbir.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

(Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illalloh wallohu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd)

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

(Allohu akbar, Allohu akbar, Allohu akbar, laa ilaaha illalloh wallohu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd)

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya

6. Berjalan kaki

Dianjurkan berjalan kaki baik saat pergi maupun pulang. Tidak naik kendaraan kecuali ada hajat, misalnya sangat jauh. Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang (HR. Ibnu Majah)

7. Melewati jalan yang berbeda saat pergi dan pulang

Sebagaimana hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘id, beliau lewat jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang (HR. Bukhari)

Tata cara sholat idul fitri

Sholat idul fitri dikerjakan secara berjamaah. Setelah sholat selesai ditunaikan, khatib menyampaikan khutbah idul fitri. Hal ini berbeda dengan urutan pada sholat Jumat yang khutbahnya disampaikan terlebih dulu baru setelah itu ditunaikan sholat.

Berikut ini beberapa hal terkait pelaksanaan sholat

1. Tidak ada sholat qobliyah dan ba’diyah

Sholat idul fitri tidak didahului dengan sholat sunnah qobliyah dan tidak pula diakhiri dengan sholat sunnah ba’diyah. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, lalu beliau mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat qobliyah maupun ba’diyah. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Tidak ada adzan dan tidak ada iqomah

Sholat idul fitri tidak didahului dengan adzan, tidak pula ada iqomah. Sebagaimana hadits dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ

Aku beberapa kali melaksanakan shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah

Tata cara sholat idul fitri sebagai berikut:

1. Niat. Pembahasan niat sholat idul fitri secara detil akan dibahas pada poin berikutnya.
2. Takbiratul ihram
3. Takbir lagi (takbir zawa-id) sebanyak tujuh kali

Di antara setiap takbir, dianjurkan membaca dzikir dengan memuji Allah. Di antaranya dengan bacaan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

(Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaha illalloh wallohu akbar)

Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar

4. Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan surat lainnya
5. Ruku’ dengan tuma’ninah
6. I’tidal dengan tuma’ninah
7. Sujud dengan tuma’ninah
8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
9. Sujud kedua dengan tuma’ninah
10. Bangkit dari sujud dan bertakbir
11. Takbir zawa-id sebanyak lima kali, antara takbir lebih baik jika membaca bacaan di atas
12. Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan surat lainnya
13. Ruku’ dengan tuma’ninah
14. I’tidal dengan tuma’ninah
15. Sujud dengan tuma’ninah
16. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah
17. Sujud kedua dengan tuma’ninah
18. Duduk tasyahud dengan tuma’ninah
19. Salam

Singkatnya, yang berbeda dari sholat lainnya adalah niat dan takbir zawa-id.

Adapun bacaan sholat untuk setiap gerakan lainnya, bisa dibaca lengkap di Bacaan Sholat

Niat sholat idul fitri

Di dalam hadits, tidak dijumpai bagaimana lafadz niat sholat idul fitri. Rasulullah dan para sahabat biasa mengerjakan amal dengan niat tanpa dilafadzkan.

Syaikh Wahbah dalam Fiqih Islam wa Adilatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah syarat, namun ia disunnahkan oleh jumhur ulama dengan maksud membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan niat karena tidak bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Syaikh Mushtofa Dieb Al Bugho dalam Al Wafi juga menjelaskan bahwa diperbolehkan melafadzkan niat untuk membantu konsentrasi.

Lafadz niat sholat idul fitri sebagai makmum adalah:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى

(usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa)

Artinya: Saya niat sholat sunnah idul fitri dua raka’at sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Sedangkan jika jadi imam, lafadz niat sholat idul fitri sebagai berikut:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى

(usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa)

Artinya: Saya niat sholat sunnah idul fitri dua raka’at sebagai imam karena Allah Ta’ala

Demikian tuntunan sholat idul fitri, mulai dari hukum hingga tata caranya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab.

 

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Di Tengah Perang, 230 Anak di Palestina Semangat Hafal Alquran

Meskipun Gaza masih bergejolak, namun semangat anak-anak di Palestina untuk menghafal Alquran tak pernah padam. Sebanyak 230 santri di Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Gaza telah berhasil menghafal 35 halaman.

Ini sudah tahun kelima Rumah Tahfizh Daarul Qur’an Gaza berdiri di Palestina. Setiap tahunnya puluhan anak-anak Gaza usia 8 sampai 19 tahun menjadi hafizh Alquran dengan menghafal 30 juz sebelum akhirnya diwisuda.

Di bulan Ramadan, semangat anak-anak Gaza untuk menghafal Alquran pun kian meningkat. Mereka tak mau kehilangan kesempatan untuk berlomba-lomba mendapatkan pahala yang berlipat ganda di bulan yang suci nan mulia ini.

Salah satunya adalah Fatimah (18), seorang santri yang telah menghafal 30 juz. Ia mengaku senang belajar dan menghafal di Rumah Tahfizh Daarul Gaza yang dikelola Program Pembibitan Penghafal Alquran (PPPA) Daarul Qur’an tersebut. Sebab tak hanya menghafal, para santri juga mendapat kajian rutin seperti hadits, tafsir quran dan kegiatan ekstra kulikuler lainnya.

“Para pembimbingnya pun menganggap kami seperti anak mereka, saking akrabnya, jika kami sakit para pembimbing bersama paman Abdillah Onim menjengguk kami, jika dalam bebebapa hari kami tidak datang ke Rumah Tahfizh Gaza pasti mereka datang ke rumah kami dan mencari kabar apa penyebab ketidakhadiran kami,” ungkap Fatimah, seperti dikutip dalam keterangan tertulis PPPA Daarul Qur’an, Minggu (10/6/2018).

Di samping itu, pegiat kemanusiaan sekaligus Ketua Yayasan Nusantara Palestina Center, Abdillah Onim, menggelar buka puasa bersama para santri yang mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Acara yang rutin digelar setiap tahun tersebut ia selenggarakan bersama PPPA Daarul Qur’an.

“Perlu diketahui bahwa mayoritas dari santri hidup di bawah garis kemiskinan, ada juga anak yatim di mana orang tuanya wafat korban peperangan,” ucap Onim.

Bang Onim, sapaan akrabnya, mengatakan para santri begitu bahagia bisa berbuka puasa dengan hidangan yang luar biasa. Meski dengan kondisi terbatas.

“Alhamdulillah, tiga lantai penuh dengan santri. Mereka sangat gembira menyantap hidangan buka puasa hadiah dari donatur,” ujar Onim.

Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada PPPA Daarul Qur’an khususnya para donatur yang telah memberikan buka puasa untuk anak-anak Gaza.

 

detik/ERA MUSLIM