Apa itu Ihtikar?

Ihtikar berasal dari kata hakara yang arti az-zulm (aniaya) dan isa’ al-mu’asyarah (merusak pergaulan). Secara istilah berarti menyimpan barang dagangan untuk menunggu lonjakan harga.

Menurut Imam Asy-Syaukani (wafat 1834) ahli hadis dan usul fikih, ihtikar adalah penimbunan barang dagangan dari peredarannya. Imam al-Ghazali mengartikan sebagai penjual makanan yang menyimpan barang dagangannya dan menjualnya setelah harganya melonjak.

Adapun menurut ulama mazhab Maliki, ihtikar adalah menyimpan barang oleh produsen, baik berupa makanan, pakaian, dan segala barang yang dapat merusak pasar.

Semua pendapat tersebut secara esensi mempunyai pengertian yang sama, yaitu menyimpan barang yang dibutuhkan masyarakat dan memasarkannya setelah harga melonjak, namun dari jenis barang yang disimpan atau ditimbun terjadi perbedaan.

Imam asy Syaukani dan mazhab Maliki tak merinci barang apa saja yang disimpan tersebut. Berbeda dengan pendapat keduanya, Imam al-Ghazali mengkhususkan ihtikar kepada jenis makanan.

Dengan menganalisis berbagai pengertian tentang ihtikar yang dikemukakan oleh para ulama dan memperhatikan situasi perekonomian pada umumnya, Fathi ad-Duraini seorang Guru Besar bidang fikih dan usul fikih di Fakultas Syariah Universitas Damascus, memberikan suatu pengertian.

Menurutnya, ihtikar adalah tindakan menyimpan harta, manfaat atau jasa serta enggan untuk menjual dan memberikan harta dan jasanya kepada orang lain, sehingga harga pasar melonjak secara drastis karena persediaan terbatas atau stok hilang sama sekali dari pasar, sementara kebutuhan masyarakat negara atau hewan amat mendesak untuk mendapatkan barang, manfaat atau jasa tersebut.

Berdasarkan analisis yang mereka lakukan, para ahli fikih menghukumkan ihtikar sebagai perbuatan terlarang dalam agama. Dasar hukum pelarangan ini adalah kandungan Alquran yang menyatakan bahwa setiap perbuatan aniaya, termasuk di dalamnya kegiatan ihtikar, diharamkan oleh agama (QS Al Baqarah [2]: 279; Al Maidah [5]: 2 dan 6; dan Al Hajj [22]: 78).

Di samping itu banyak hadis Rasulullah SAW tidak membenarkan perbuatan ihtikar, misalnya, ”Siapa yang merusak harga pasar, sehingga harga tersebut melonjak tajam, maka Allah akan menempatkannya di dalam api neraka pada hari kiamat.” (HR at-Tabrani dari Ma’qil bin Yasar).

Kemudian sabda Rasulullah yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Hurairah, ”Siapa yang melakukan penimbunan barang dengan tujuan merusak harga pasar, sehingga harga naik secara tajam, maka ia telah berbuat salah.”

Dalam riwayat Ibnu Umar dari Rasulullah SAW juga mengatakan, ”Para pedagang yang menimbun barang makanan (kebutuhan pokok manusia) selama 40 hari, maka ia terlepas dari (hubungan dengan) Allah, dan Allah pun melepaskan (hubungan denga)-nya.”

Berdasarkan Alquran dan hadis di atas, para ulama sepakat bahwa ihtikar tergolong ke dalam perbuatan yang dilarang atau haram. meskipun demikian, terdapat sedikit perbedaan pendapat diantara mereka tentang cara menempatkan hukum tersebut, sesuai dengan sistem  pemahaman hukum yang mereka miliki.

Menurut jumhur ulama yang terdiri dari ulama mazhab Maliki, Syafi’i, Hanbali, Zaidiyah dan Imam al-Kasani (ahli fikih mazhab Hanafi), ihtikar hukumnya haram. Alasan yang mereka kemukakan adalah ayat-ayat dan hadis-hadis di atas. Ulama mazhab Syafi’i berpendapat bahwa hadis di atas mengandung pengertian yang dalam.

Orang yang melakukan kesalahan al-khata’ dengan sengaja berarti telah mengingkari ajaran syara’ (hukum Islam) dan syariat. Kalangan mazhab Hanbali juga mengatakan bahwa ihtikar adalah perbuatan yang diharamkan syara’, karena mambawa mudharat yang besar terhadap masyarakat dan negara.

Apabila penimbunan suatu barang tekah terjadi di pasar, maka pemerintah berhak memaksa pedagang untuk menjualnya dengan harga normal pada saat itu. Bahkan menurut ulama fikih, para pedagang menjual barang tersebut dengan harga modal sebagai hukumannya, karena mereka tidak berhak mengambil untung.

Disamping bertindak tegas, pemerintah sejak semula seharusnya dapat mengantisipasi agar tidak terjadi ihtikar dalam setiap komoditi, manfaat atau jasa yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Siapakah Harut dan Marut?

Harut dan Marut adalah dua nama yang disebutkan dalam Alquran dan juga dikenal dalam kisah-kisah orang terdahulu. Namun siapakah mereka sebenarnya? Dan bagaimana keyakinan yang benar mengenai mereka? Simak penjelasan ringkas berikut ini.

Dalam ayat yang berbicara tentang sihir di zaman Nabi Sulaiman ‘alahissalam, Allah Ta’ala menyebutkan nama Harut dan Marut. Allah Ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ

Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.” (QS. Al-Baqarah: 102)

 

Lalu Siapakah Harut dan Marut?

Zhahir ayat menyebutkan bahwa Harut dan Marut itu malaikat:

وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ

Dan dengan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut.” (QS. Al Baqarah: 102)

Ulama Tabi’in, Qatadah dan Ibnu Syihab Az Zuhri rahimahumallah menyebutkan:

كانا ملكين من الملائكة، فأهبطا ليحكما بين الناس

“Mereka berdua adalah malaikat. Mereka turun ke dunia untuk menegakkan hukum di tengah manusia.” (Tafsir Ath Thabari, 2/420)

Ibnu Zaid mengatakan:

الشياطين والملكان يعلمون الناس السحر

“Maksud ayat ini, setan-setan dan dua malaikat mengajarkan sihir kepada manusia.” (Tafsir Ath Thabari, 2/420)

Sebagian ulama mengatakan bahwa Harut dan Marut adalah manusia, diantara yang menafsirkan demikian adalah Al-Qasimi. Beliau mengatakan:

والذي ذَهَب إليه الْمُحَقِّقُون أنَّ هَارُوت ومَارُوت كَانا رَجُلَين مُتَظَاهِرَين بالصَّلاح والتَّقْوى في بَابِل

“Pendapat yang dikuatkan pada ulama muhaqiq adalah bahwa Harut dan Marut adalah dua orang yang menunjukkan kesalihan dan ketakwaan di Babil.” (Tafsir Al-Qasimi, 210)

 

Yang rajih, wallahu a’lam, bahwasanya Harut dan Marut adalah malaikat. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan:

اختلف العلماء في هذا، والأظهر: أنهما ملكان نزلا ابتلاء وامتحانًا

“Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Yang rajih, Harut dan Marut adalah dua malaikat yang turun untuk menguji dan mengetes manusia.” (Majmu’ Fatawa wal Maqalat Mutanawwi’ah, 8/115)

 

Mengapa Mereka Mengajarkan Sihir?

Kemudian pertanyaannya, kalau mereka malaikat kenapa mengajarkan sihir? Jawabannya ada pada kelanjutan ayat:

وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ

“Mereka berdua tidaklah mengajarkan (sihir) kepada seseorang kecuali berkata: ‘ini adalah fitnah, jangan engkau kufur’.” (QS. Al Baqarah: 102)

Jadi mereka mengajarkan sihir sebagai bentuk ujian bagi manusia. Syaikh As Sa’di menjelaskan:

وكذلك اتبع اليهود السحر الذي أنزل على الملكين الكائنين بأرض بابل من أرض العراق، أنزل عليهما السحر امتحانا وابتلاء من الله لعباده

“Demikian juga orang Yahudi biasa mempraktikan sihir yang dahulu diturunkan kepada dua malaikat yang ada di bumi, di negeri Babil, di Iraq. Mereka berdua diberi ilmu sihir sebagai bentuk ujian dari Allah bagi para hamba.” (Tafsir As Sa’di, 61)

Adapun kisah yang beredar tentang Harut dan Marut bahwa mereka adalah malaikat yang dihukum oleh Allah kemudian mereka melakukan zina, mabuk dan membunuh, ini kisah dari Israiliyat yang tidak boleh diyakini. Ibnu Katsir mengatakan:

حاصلها راجع في تفصيلها إلى أخبار بني إسرائيل ، إذ ليس فيها حديث مرفوع صحيح متصل الإسناد إلى الصادق المصدوق المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى

“Kesimpulannya, rincian kisah Harut dan Marut itu berasal dari Israiliyat. Karena tidak ada hadis yang sahih marfu’ muttashil sanadnya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang tidak bicara dengan hawa nafsu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/360)

As Sa’di rahimahullah mengatakan:

وكل ما عدا ظاهر القرآن في حال هذين الملَكين : فهو من الإسرائيليات ، يردها ما ثبت من عصمة الملائكة ، على وجه العموم

“Semua kisah Harut dan Marut selain yang ada dalam zahir ayat ini, semua berasal dari Israiliyat. Semua kisah itu dibantah secara umum oleh dalil-dalil tentang ma’shum-nya malaikat.” (Tafsir As Sa’di, 61)

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/44645-siapakah-harut-dan-marut.html

Karunia Allah

SAUDARAKU, setiap karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. yang sudah kita terima, itu belum tentu menjadi nikmat bagi kita. Pemberian Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi nikmat jika kita mensyukurinya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)

Semoga kita tergolong orang-orang yang senantiasa bersyukur atas berbagai karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sehingga bagaimana pun keadaan kita saat ini, apapun episode kehidupan yang tengah kita hadapi, selalu bisa kita nikmati karena rasa syukur kita. Aamiin yaa Robbalaalamin. [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar 

Mengeluh hanya pada Allah

COBALAH hari ini buka al-Qur’an surat Yusuf (12) ayat 86, kita temukan satu ayat yang menarik sekali untuk dibaca dan direnungkan: “Dia (Ya’qub) menjawab, Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Yusuf 12: Ayat 86)

Untuk mengetahui konteks ayat ini adalah harus bagi kita membaca ayat-ayat sebelumnya. Singkat kata, Nabi Ya’qub merasa sedih betul dengan berbagai ujian dan cobaan yang diterimanya, khususnya yang berkenaan dengan anak tercintanya, Yusuf. Lalu, kemanakah beliau keluhkan kesedihan beliau?

Ayat di atas jelas menyatakan bahwa kesusahan dan kesedihan beliau adalah disampaikan hanya kepada Allah. Mengapa tidak kepada orang lain? Orangvlain tidak akan merasakan apa yang sungguh dirasakan oleh kita saat kita mendapatkan musibah. Maknanya, sebagian banyak orang adalah tidak memiliki empati.

Saat keluhan sedih kita sampaikan kepada orang lain, sangat bisa jadi bukan solusi dan empati yang didapat melainkan ejekan dan hinaan. Ada banyak orang yang pekerjaannya adalah tertawa di atas derita orang lain dan menertawakan derita orang lain. Salam, AIM. [*]

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi |

Doa Rasulullah di Saat Susah Maupun Senang

YA, Allah, kumohon cinta-Mu

dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu

Ya, Allah, jadikanlah

Cintaku kepada-Mu melebihi

cintaku kepada diriku sendiri, terhadap keluargaku

Dan air yang dingin (saat kehausan)

Bait doa di atas adalah sebuah doa yang selalu dilantunkan oleh Rasulullah SAW setiap pagi dan petang, saat siang dan malam dan saat gembira maupun susah, bahkan setiap saat dan setiap detik. Sebuah doa permintaan yang tumbuh dari kedalaman hati sang perindu Allah.

Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang mempunyai kadar mahabbah kepada Allah paling tinggi di antara manusia-manusia lain. Doalah sang suri tauladan bagi semua manusia. Dial ah Nabi akhiruzzaman, penutup dari nabi-nabi sebelumnya. Beliau memberikan contoh bagaimana harus memposisikan diri sebagai hamba yang menanggung cinta kepada Tuhannya, jalan ini lah yang kemudian diteruskan oleh para pencari Tuhan, oleh para perindu dan pecinta Tuhan.

“Wahai Tuhan kami, jadikanlah cintaku kepada-Mu sebagai sesuatu yang paling aku sukai, dan rasa takutku pada-Mu sebagai suatu rasa yang paling dalam. Putuskanlah segala ketergantungan dunia dariku, dan gantilah dengan rasa rindu untuk berjumpa dengan-Mu. Jika Engkau memberikan kepada ahli dunia kesejukan harta mereka, maka jadikanlah kesejukan di dalam ibadahku”, kata Nabi dalam salah satu doa nya.

Kalau kita baca bait doa di atas, betapa dalam cinta nabi kepada Tuhan, sehingga tidak ada lagi didunia ini yang diinginkannya selain mengharapkan cinta Allah semata.

Pernah suatu saat Aisyah, istri tercinta Nabi ingin menemui Nabi, sedangkan beliau sendiri dalam kondisi tenggelam dalam lautan mesra dengan kekasihnya. Ketika beliau melihat Aisyah, baliau bertanya, “Siapa kamu?”

“Aisyah!” jawabnya

“Aisyah siapa?” tanya Nabi untuk kedua kalinya

“Aisyah anak As-Siddiq!”

“Siapa As-Shiddiq?”

“Ayah mertua Muhammad!”

“Siapa itu Muhammad?”

Mendengar pertanyaan terakhir dari suaminya, Aisyah hanya bisa diam. Dia tahu betul bahwa Nabi, semaminya sedang tenggelam dalam lautan cinta dengan Kekasihnya (Allah SWT).

Seperti itulah rasa cinta Muhammad kepada Tuhannya. Cinta memang sering kali melupakan yang lain selain yang dicintainya. Dalam kehidupan sehari-hari Nabi adalah seorang suami yang begitu mencintai istrinya, anaknya dan keluarganya. Tetapi cintanya kepada Allah adalah sebuah cinta yang sangat dahsyat, cinta sejati yang melebihi cintanya kepada yang lain.

Cinta Nabi kepada Tuhan itulah yang selalu dijadikan dasar ibadah oleh kaum sufi. Mereka berusaha menjadikan kehidupan Nabi yang penuh cinta kasih sebagai suri tauladan dalam hidupnya sehari-hari. Para pecinta Tuhan juga sangat mencintai Rasulullah sebagai tali penyambung untuk menyampaikan cinta mereka kepada Tuhan.

Mencintai Rasulullah SAW adalah bagian dari ibadah kita kepada Allah karena Allah mengatakan lewat firman-Nya dalam hadist qudsi, “Mencintai yang Aku cinta maka Aku akan cinta”. Sangat disayangkan di zaman sekarang ini ada sekelompok orang yang mengaku dirinya paling Islam, paling bertauhid, paling mengikuti sunnah, namun mereka sangat melarang kita untuk memuliakan Nabi dan memuliakan ulama-ulama pewaris Nabi. Mereka berusaha memutuskan Wasilah kita kepada Rasulullah SAW dengan jalan menuduh orang-orang yang berwasilah kepada Rasulullah sebagai pembuat bidah, sesat dan bahkan kafir.

Semoga Allah SWT senatiasa melimpahkan cinta-Nya kedalam hati kita karena tanpa limpahan cinta Allah SWT sebagai pemilik cinta maka kita tidak akan bisa mencintai-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin [Sufimuda.net]

Doa Mengubah Takdir Baik dan Buruk

DOA memang bisa mengubah takdir. Tapi semuanya tetap berujung pada ketentuan Allah. Beriman pada takdir selalu dengan kedua perspektif manusia yaitu takdir baik dan buruk. Padahal bagi Allah semua berujung kebaikan. Baik dan buruk itu perspektif manusia saja.

Manusia yang beriman seharusnya tak menyerah untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan dan di saat yang sama ia berdoa. Berdoa adalah usaha agar keinginan kita diselaraskan dengan keinginan Allah Sang Penentu. Kalau pun tidak atau belum, doa adalah kekuatan untuk mengubah perspektif negatif kita.

Keberpihakan Allah kepada hamba-Nya dalam penentuan takdir bermaksud ketika keinginan kita dikabulkan Allah.

Manusia bisa berada pada empat kondisi, di antaranya:
– yang ia inginkan terjadi = sama dengan keinginan Allah Ta’ala
– yang ia tidak ia inginkan tidak terjadi
– yang ia inginkan tidak terjadi
– yang tidak ia inginkan terjadi

Sebagai orang beriman kita harus menyiapkan diri menerima keempat kondisi di atas. Doa adalah salah satu sarana menyiapkan diri menerima takdir Allah apapun keputusannya.

Wallahu a’lam. [Ustaz DR. Syaiful Bahri]

 

INILAH MOZAIK

 

 

Tiga Jenis Daging yang Dikonsumsi Era Ottoman Sebagai Obat

Ada banyak metode pengobatan yang digunakan sepanjang sejarah peradaban manusia. Di  era ottoman, makanan dan diet merupakan salah satu metode ampuh yang kerap digunakan dinasti ini.

Menurut sejumlah manuskrip Ottoman, pengobatan tersebut dimulai dengan menetapkan enam aturan yang harus diikuti untuk hidup sehat, dan salah satu dari aturan ini adalah makan makanan yang seimbang.

Jenis dan karateristik makanan dan obatan termasuk waktu konsumsi sangat diperhatikan. Pengobatan Ottoman didasarkan pada pengobatan Islam, yang berakar pada ajaran Hippocrates dan Galen, dan terutama pada karya-karya dokter Islam Ibnu Sina (Avicenna) dan Ibnu al-Baytar.

Alasan utama mengapa makanan dan minuman sangat penting dalam kedokteran adalah bahwa mereka tidak hanya menyediakan nutrisi tetapi juga menjaga kesehatan dan memiliki sifat kuratif.

Konsekuensinya, praktik diet yang sehat muncul sebagai bidang pengetahuan medis yang berbeda. Subyek nutrisi, diet dan pencernaan berkaitan erat dengan menjalani hidup sehat dan pengobatan penyakit yang dibahas panjang lebar dalam naskah medis periode Utsmaniyah. Di antara tiga makanan yang menjadi konsumsi wajib bagi pasien di era Ottaman adalah sebagai berikut:

Burung. Penulis Turki abad ke-17 Evliya elebi menceritakan daging dari berbagai burung diberikan kepada pasien sebagai makanan diet di Rumah Sakit Jiwa Fatih Sultan Mehmet Han dan di Rumah Sakit Bayezid di Edirne.

Berbagai hidangan lezat disiapkan untuk pasien dua kali sehari, jika burung hutan tidak tersedia, maka mereka akan menyajikan burung bulbul, burung pipit dan merpati harus dimasak dan diberikan kepada pasien.

Daging atau lemak burung untuk menyembuhkan luka dan pengobatan  pada otot dan sistem saraf serta untuk meningkatkan kejantanan, menyembuhkan suara serak, menghilangkan perut kembung, dan menggemukkan serta menguatkan tubuh, menghilangkan rasa sakit, membersihkan, dan mempercantik kulit.

Ayam. Kaldu ayam muda, ayam betina dan ayam jago sama gizinya untuk makanan dan kesehatan. Namun ayam jantan yang terbaik adalah yang belum mulai berkokok dan ayam betina yang baik adalah yang belum bertelur.

Jika ayam diisi dengan apel misk atau quince dan kemudian dipanggang, itu sangat bergizi. Memasak ayam jantan dengan banyak air dan menambahkan poliploidi dapat digunakan sebagai pencahar.

Resep diberikan untuk mengobati penyakit tertentu. Sebagai contoh, untuk pengobatan lumbago dengan ayam jago dan tambahkan 20 gram benih safflower yang ditumbuk, 15 gram polipodi, sejumput daun dill, biji adas, jinten, anyelir, dan beberapa buncis.

Ikan. Berbagai spesies ikan, termasuk goby, turbot, belut, gurame, ikan laut, tombak, ikan belanak merah, plaice, bluefish, bream, picarel, belanak abu-abu, sole, dua-banded bream, bonito, mackerel dan trout, dan juga lumba-lumba , digambarkan sebagai penyembuh oleh penulis medis.

Obat-obatan dengan ikan digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit seperti furunkel kronis, kutil, sengatan beracun seperti sengatan kalajengking, gigitan anjing gila, pembengkakan di anus, demam tinggi, malaria, tuli, gumpalan keras pada uvula, psoriasis dan sakit kuning.n Ratna Ajeng Tejomukti

 

REPUBLIKA

Sempat Vakum Puluhan Tahun, PNRI Kembali Cetak Alquran

Perum Percetakan Negara RI (PNRI) memulai kembali pencetakan Kitab Suci Alquran dengan target senilai lebih dari Rp 30 miliar sepanjang tahun ini.

“Terus terang ini perjuangan kami selama kurang lebih empat tahun untuk dapat mencetak Alquran dan pada saat itu kami belum punya mesin tapi sudah mendapatkan order,” ujar Direktur Utama Perum PNRI Djakfarudin Junus di Jakarta, Rabu (16/1).

Menurut dia, target tersebut berdasarkan proyeksi sejumlah order atau pesanan Alquran yang kemungkinan akan bekerja sama dalam kerangka sinergi BUMN untuk disalurkan ke daerah-daerah, terutama daerah bencana.

“Kitab-kitab suci Alquran yang hancur karena bencana tsunami ataupun gempa, itu kami akan suplai,” ujarnya setelah menghadiri peresmian dan meninjau operasional mesin pencetakan Alquran milik Perum PNRI.

Pada hari ini, Perum PNRI secara resmi memulai kembali pencetakan kitab suci Alquran yang ditandai dengan peresmian serta peninjauan operasional mesin pencetakan Alquran.

Menurut Dirut Perum PNRI, BUMN tersebut pernah melakukan pencetakan kitab suci Alquran pada 1956, namun kemudian terhenti.

“Ini merupakan tonggak sejarah bahwa BUMN dalam bidang percetakan, dalam hal ini Perum PNRI, memulai kembali pencetakan Alquran dengan empat jenis cetakan dalam berbagai ukuran, baik yang terjemahan maupun tanpa terjemahan,” katanya.

Dirut Perum PNRI itu berharap hal tersebut bisa memberikan keberkahan bagi umat Islam Indonesia, bahwa negara melalui Perum PNRI sebagai BUMN, bisa hadir untuk negeri, mencetak kebutuhan umat.

Peresmian mesin pencetakan Alquran di Perum PNRI tersebut dilakukan Kepala Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Mahmud Husein dan dihadiri Direktur Utama Perum PNRI Djakfarudin Junus, Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum LKBN Antara Hempi N Prajudi, serta sejumlah pejabat tinggi terkait lainnya.

Fokus Selalu Berbuat Kebaikan

SAHABAT yang baik, Islam mengajarkan bahwa berbuat baik adalah sebagai ibadah, karena berbuat baik adalah amal yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala sukai.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “..Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Baqarah [2] : 195)

Mari kita senantiasa berbuat baik meskipun orang lain tidak peduli pada kebaikan kita. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa peduli pada sekecil apapun kebaikan yang dilakukan oleh hamba yang beriman kepada-Nya.

Tidak ada yang sia-sia, sekecil apapun amal kebaikan pasti ada perhitungan dan ganjaran yang berlipat ganda di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa lillaahitaala dalam beramal dan senantiasa antusias dalam berbuat kebaikan. Aamiin yaa Robbalaalamiin. [*]

 

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar