Rajab Bulan Mulia: Puasa Sunah Kenapa tidak?

PADA prinsipnya puasa sunah dianjurkan untuk dilaksanakan sebanyak mungkin mengingat puasa sarat keutamaan lahir dan batin. Karenanya agama Islam tidak akan menghalangi pemeluknya yang ingin mengejar banyak keutamaan melalui puasa selain pada hari-hari tertentu yang dilarang. Teristimewa pula puasa yang diperintahkan Rasulullah SAW seperti puasa Rajab, maka anjuran agama semakin kuat.

Abu Bakar bin M Al-Hishni dalam karyanya Kifayatul Akhyar menyebutkan,

. : . : . :

Dianjurkan sekali memperbanyak puasa sunah. Timbul pertanyaan, apakah makruh puasa sepanjang masa? Imam Baghowi berpendapat, makruh. Sementara Imam Ghozali mengatakan, itu justru disunahkan. Sedangkan mayoritas ulama menjelaskan, selagi khawatir akan mudharat tertentu atau melalaikan kewajiban karenanya, maka puasa sepanjang masa hukumnya makruh. Tetapi jika tidak membawa akibat-akibat tertentu, maka tidak makruh.

Di samping anjuran puasa sebanyak mungkin mengingat besarnya keutamaan ibadah jenis ini, Rasulullah SAW menekankan agar umatnya tidak melewatkan kesempatan puasa pada bulan-bulan Haram (mulia) sebagai kesempatan emas. Syekh Yahya Abu Zakariya Al-Anshori dalam Tahrir Tanqihil Lubab mengatakan sebagai berikut.

:

Perintah berpuasa di bulan mulia tertera pada hadis yang diriwayatkan Imam Abu Dawud dan imam lainnya. Dan yang paling utama dari semua bulan itu adalah Muharram seperti hadis riwayat Imam Muslim. Rasulullah SAW bersabda, “Puasa paling afdal setelah Ramadan itu dikerjakan pada bulan Muharram.”

Adapun perihal bulan-bulan mulia ini, ada baiknya kita mengamati keterangan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Muin berikut ini.

. .

Bulan paling utama untuk ibadah puasa setelah Ramadan ialah bulan-bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulnya. Yang paling utama ialah Muharram, kemudian Rajab, lalu Dzulhijjah, terus Dzulqadah, terakhir bulan Syaban.

Puasa yang lebih utama setelah puasa Ramadan, jelas puasa di bulan Muharram. Tetapi mana yang lebih utama setelah Muharram, ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama mengatakan bulan Syaban jatuh setelah Muharram. Sementara Imam Royani memilih Rajab berada di posisi ketiga setelah Ramadan dan Muharram. Keterangan ini dikutip dari Kifayatul Akhyar. Pendapat Imam Royani sejurus dengan keterangan sebelumnya di Fathul Muin.

Dalam Ianatut Tholibin, Sayid Bakri bin M Sayid Syatho Dimyathi mengemukakan sejumlah catatan soal Rajab sebagai salah satu bulan mulia di sisi Allah dan Rasulnya.

. . .

“Rajab” merupakan derivasi dari kata “tarjib” yang berarti memuliakan. Masyarakat Arab zaman dahulu memuliakan Rajab melebihi bulan lainnya. Rajab biasa juga disebut “Al-Ashobb” karena derasnya tetesan kebaikan pada bulan ini. Ia bisa juga dipanggil “Al-Ashomm” karena tidak terdengar gemerincing senjata untuk berkelahi pada bulan ini. Boleh jadi juga disebut “Rajam” karena musuh dan setan-setan itu dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh.

Dari uraian di atas, kita memperoleh keterangan terkait bulan-bulan terhormat yang mana kita disunahkan untuk berpuasa pada bulan yang dimuliakan Allah SWT dan Rasulnya SAW itu. Wallahu Alam. (Alhafiz K/nuol)

Harta Berlimpah, Perbuatan Zalim

MASIH banyak sekali bertebaran dalam alquranul Karim, kisah sejarah umat terdahulu yang menjadi pelajaran mahal. Kisah yang menjadi panduan Rasulullah shallahualaihi wa sallam membimbing para sahabatnya, mengkader mereka, berdakwah di masyarakatnya, menghilangkan kejahiliyaan yang ada pada mereka, dan tentu menjadi panduan untuk kita semuanya.

Surat yang disunahkan untuk dibaca setidaknya seminggu sekali di malam/hari Jumat ialah surat al-Kahfi. Surat ini memuat beberapa kisah, dan di antaranya adalah kisah tentang dua orang yang berteman, tetapi mereka diberikan Allah subhana wa taala nasib ekonomi yang berbeda. Allah subhana wa taala di dalam ayat yang ke-32 dari surat al-Kahfi dan seterusnya berkisah tentang dua orang ini.

“Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang (tanaman-tanaman yang lain).” (QS al-Kahfi: 32)

Sungguh sangat luar biasa jika kita membayangkan dua kebun anggur yang dikelilingi oleh kurma, kemudian di antara kedua kebun itu ada tanaman-tanaman lainnya. Tentu ini adalah kebun yang luar biasa. Makanya Alquran mengatakan, “kedua kebunnya menghasilkan buah.” Maka menjadi kaya rayalah orang ini, berbeda dengan temannya yang miskin. Akan tetapi, kekayaan yang melimpah ruah yang seharusnya menghasilkan syukur itu justru menghasilkan kezaliman.

Di ayat 35 Allah menyampaikan itu, “dia masuk kebunnya dalam keadaan zalim terhadap dirinya sendiri.” Lihat! Hati-hatilah dengan kekayaan. Seharusnya kekayaan di dunia inibagi siapa pun yang Allah berikan kenikmatan kaya di duniamaka lanjutkan kekayaan itu sampai anda menjadi orang kaya di akhirat sana, di surga Allah subhana wa taala. Jangan hanya kaya di dunia yang sementara dan kemudian sengsara di akhirat nanti. Ini termasuk orang yang merugi, ternyata harta menghasilkan kezaliman bagi dirinya sendiri.

Setidaknya ada dua kesalahan besar yang dia lakukan karena kaya lupa diri. Dia pikir dunia ini akan mengabadikan dirinya hidup di dunia. Dia pikir tidak mati. Dia pikir bisa membeli segalanya, sampai ia (pemilik kebun) mengatakan, “saya menduga bahwa kebun ini akan akan abadi tidak hilang, terus menghasilkan. Bahkan saya menduga kiamat itu tidak ada.” Pemilik kebun ini berani pada Allah subhana wa taala, padahal ia hanya memiliki sekelumit debu dunia ini. Hati-hati, orang lupa diri hanya karena kekayaan yang sangat terbatas. Bahkan dia salah dalam memaknai harta, ia menduga dengan dia kaya adalah bukti Allah mencintainya. Dan nanti kalau dia kembali pada Allah dia pasti mulia. Ini salah tolok ukur. Kemuliaan di sisi Allah bukan karena kekayaan, tetapi siapa yang paling bertakwa. Maka dinasihatilah ia oleh temannya yang baik itu, “apakah kamu kafir? Ingkar? Kufur nikmat terhadap yang telah menciptakan kamu dari tanah, dan seterusnya.” Dinasihati tetapi tetap tidak mau, akhirnya ujung dari semua itu adalah,

Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak berbuat kemusyrikan kepada Allah.” (QS al-Kahfi: 42)

Akhirnya kebun itu dihancurkan Allah subhana wa taala, dan kemudian dia menyesal dan berkata, andai saya tidak berbuat kemusyrikan kepada Allah. Jadi bukanlah sekadar banyak, akan tetapi harus berkah. Oleh karena itu, jangan sampai kita menjadi orang yang lalai, orang yang sombong, orang yang jauh dari agama Allah, hanya karena harta kita. Karena mudah sekali bagi Allah untuk mencabutnya, mengambil kenikmatan yang kita nikmati hari ini.

Maka pertahankan keberkahan itu. Ambil berkahnya. Semoga Allah subhana wa taala memberkahi kita semua. Wallahualam bisshowab. [Ust. Budi Ashari, Lc.]

INILAHMOZAIK

Delapan Kelelahan Manusia yang Disukai Allah

SETIDAKNYA ada delapan kelelahan manusia yang disukai Allah SWT dan RasulNya. Kedelapan kelelahan tersebut adalah :

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya (QS. 9:111)

2. Lelah dalam berda’wah/mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)

3. Lelah dalam beribadah dan beramal saleh (QS.29:69)

4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)

5. Lelah dalam mencari nafkah halal (QS. 62:10)

6. Lelah mengurus keluarga (QS. 66:6)

7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu (QS. 3:79)

8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit (QS.2:155)

Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana? Jika Anda seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah sehingga pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu adalah nikmat Allah swt yang luar biasa, karena banyak orang yang saat ini menganggur dan bingung mencari kerja.

Jika Anda seorang istri yang selalu kelelahan dengan tugas rumah tangga dan tugas melayani suami yang tidak pernah habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, karena betapa banyak wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, namun jodoh tak kunjung hadir.

Jika kita orangtua yang sangat lelah tiap hari, karena merawat dan mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Karena betapa banyak pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.

Lelah dalam mencari nafkah

Suatu ketika Nabi saw dan para sahabat melihat seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”

Rasulullah saw menjawab: “Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rejeki karena riya dan kesombongan, maka dia di jalan setan.” (Al-Mundziri, At-Targhb wa At-Tarhb).

Sungguh penghargaan yang luar biasa kepada siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan hidup di dunia juga memiliki dimensi akhirat.

Bahkan secara khusus Rasulullah saw memberikan kabar gembira kepada siapa pun yang kelelahan dalam mencari rezeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, maka pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya selalu ada keutamaan.

Kelelahan dalam bekerja bisa mengantarkan meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di sisi lain dia mendapatkan keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja dan lelah. Bukankah ini bukti tak terbantahkan, bahwa kelelahan ternyata nikmat yang luar biasa?

Kelelahan mendidik anak

Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya bingung dan bertanya: “Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan kepada mereka: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Alquran kepada anak-anakmu.”

Merawat dan mendidik anak untuk menjadi generasi saleh bukan urusan yang mudah. Betapa berat dan sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup.

Betapa banyak orang-orang kaya yang anaknya “gagal” karena mereka sibuk mencari harta, namun abai terhadap pendidikan anak. Mereka mengira dengan uang segalanya bisa diwujudkan. Namun, uang dibuat tidak berdaya saat anak-anak telah menjadi pendurhaka.

Berbahagialah manusia yang selama ini merasakan kelelahan dan berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di sisi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil tidak akan pernah terlupakan.

Rasulullah saw bersabda: “Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”

Allah swt akan selalu menilai dan menghitung dengan teliti dan tepat atas semua prestasi hidup kita, sebagaimana firman-Nya: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya. Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” []

 

 

Tahukah Anda Unta Hewan Tersabar dan Terkuat di Gurun?

Unta, merupakan salah satu hewan istimewa yang disebutkan dalam Alquran. Hewan ini tidak hanya bermanfaat juga sebagai moda transportasi utama pada masa lalu, tetapi juga sebagai binatang peliharaan yang favorit dengan nilai jual yang sangat tinggi.

Alquran menempatkan binatang ini sebagai salah satu hewan yang layak dijadikan sebagai bahan tadabur terhadap penciptaan Allah SWT. Dalam Alquran surah al-Gasyiyah ayat ke-17: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.”

Seorang profesor antropologi di Universitas King Saud di Riyadh, Saad Sowayan, mengatakan bahwa unta mengingatkan segala sesuatu yang berharga dalam kehidupan gurun.

Menurutnya, unta memiliki kesabaran tanpa batas dan merupakan hewan yang terkuat, namun paling empuk.

Sowayan mengenal dengan baik orang-orang Badui di Saudi utara dan unta mereka. Ia telah mendedikasikan diri selama puluhan tahun untuk mempelajari narasi lisan gurun pasir, etnografi dan warisan budaya yang telah muncul di tengah dan sekitar gurun pasir yang luas di al-Nafud al-Kabir.

“Segala sesuatu yang terkait dengan cinta dan kasih sayang, ekspresi, kosakata dan penggunaannya, dipinjam dari unta,” kata Sowayan, seperti dilansir dari AramcoWorld, Rabu (6/3).

Di perpustakaan pribadinya, Sowayan mengatakan bahwa kata ‘hanin’ dalam bahasa Arab berarti ‘merindukan sesuatu’. Kata itu dipinjam dari suara khas yang dibuat unta ketika dia merindukan anaknya. Keterikatan atau kasih sayang unta terhadap anaknya sangat kuat.

Selain itu, ia menuturkan bahwa unta adalah hewan terkuat, yang paling bertahan lama dan paling sabar. Sehingga, kata dia, sosok orang yang berguna kerap dibandingkan dengan unta.

Tanggungjawab besar dari kehidupan atau kepimpinan, jika seseorang adalah kepala suku, disamakan dengan beban unta yang membawa beban berat.

Rekaman penelitian Sowayan menunjukkan adanya hubungan intim dan simbiosis antara dromedari (unta Arab) dan manusia yang telah berkembang selama 4.000 tahun sejak unta pertama dijinakkan di suatu tempat di Semenanjung Arab selatan.

Bersamaan itu muncul sebuah korpus (badan hewan yang mati) yang sangat kompleks, terus berkembang dan misterius dari terminologi dromedari Arab. Menurutnya, ini bukan hanya kata dan metafora individual.

owayan menjelaskan, unta secara harfiah menjadi sarana transmisi tradisi lisan. Banyak puisi dalam bentuk bahasa Arab tradisional yang disebut qasida. Biasanya, puisi ini menyertakan dedikasi lirik kepada unta yang membawa penyair dan syair sepanjang perjalanan jarak jauh.

Dari sana, dromedari merasuki tradisi lisan Arab. Puisi dibawakan dengan perumpamaan, metafora, alegori, julukan dan motif yang semuanya merujuk kepada unta.

Direktur Pusat Penelitian Unta di Universitas King Faisal di Hofuf, Arab Saudi, Faisel al-Mathen, mempelajari konservasi dan peningkatan genetika unta. Ia mengatakan, unta adalah hewan peliharaan terbesar dan hewan yang paling sulit dikelola dan ditangani.

“Anda harus kuat untuk berurusan dengan mereka. Unta yang pemarah bisa dengan cepat dan tak terduga menendang ke segala arah dengan masing-masing kakinya,” kata al-Mathen.

REPUBLIKA

Pemerintah Arab Saudi Larang Istilah Wisata Religi

Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan istilah wisata religi untuk penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Staf Teknis Haji Konsul Haji Republik Indonesia (KJRI), Endang Jumali mengatakan, kebijakan ini baru diterima KJRI Jeddah hari ini, Ahad (10/3).

Keputusan ini, kata dia diketahui berdasarkan surat Muassasah Muthawwif Jamaag Haji Asia Tenggara. Endang mengatakan, dengan adanya keputusan tersebut, maka perjalanan ibadah haji, umrah atau ziarah ke Masjid Nabawi, dilarang menggunakan istilah wisata religi.

Menurut Endang, surat itu merupakan tindak lanjut dari surat Wakil Menteri Haji dan Umrah Saudi pada 2 Jumadil Akhir 1440 H (7 Februari 2019) lalu yang merujuk pada Dekrit Kerajaan. Endang juga mengatakan telah menyampaikan informasi ini kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

“Kami sudah bersurat kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk ikut mensosialisasikan kebijakan baru tersebut, baik kepada Kanwil Kemenag Provinsi, maupun penyelenggara perjalanan ibadah haji khusus dan umrah,” kata Endang melalui keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (10/3).

Istilah wisata religi, memang sering ditemui dalam paket-paket penyelenggaraan ibadah umrah dan haji khusus. Istilah ini biasanya dikonotasikan dengan kunjungan ke tempat-tempat yang memiliki sejarah dalam dakwah Islam.

IHRAM REPUBLIKA

Kisah : Ketika Rasulullah saw Mempercepat Sholatnya

Suatu hari Rasulullah saw sedang solat Dhuhur berjamaah bersama para sahabatnya, namun tiba-tiba beliau mempercepat solatnya di dua rakaat terakhir.

Setelah selesai solat, orang-orang bertanya kepada nabi, “Apakah ada sesuatu yang terjadi pada solat tadi?”

“Apa yang terjadi?” tanya beliau.

“Engkau mempercepat solatmu di dua rakaat terakhir wahai Rasulullah.”

Beliau pun menjawab, “Tidakkah kalian mendengar suara jeritan anak kecil?”

Inilah akhlak baginda nabi Muhammad saw. Disaat tertentu beliau memperpanjang sujudnya karena cucunya Alhasan dan Alhusain sedang bermain di punggung beliau. Disaat yang lain beliau mempercepat solatnya karena mendengar tangisan anak kecil. Disini beliau ingin mengajarkan cara menghargai seorang anak kecil.

Sumber : Al-Qashas wa At-Tarbiyah

Semoga bermanfaat…

 

KHAZANAH ALQURAN

Kesombongan dan Kufur Nikmat Memancing Datangnya Siksaan!

Apabila kita merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an, kita akan menemukan begitu banyak fenomena kehidupan yang yang menarik untuk kita kaji.

Disana ada sekelompok manusia yang congkak dengan kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Tak hanya itu, ia pun mengingkari kenikmatan tersebut dan menggunakannya untuk hal-hal yang dibenci oleh Allah.

Orang-orang semacam ini telah mendapat stempel dari Al-Qur’an bahwa suatu saat mereka akan mendapatkan siksaan di dunia, sebelum siksaan di akhirat kelak.

Allah swt berfirman,

(1)

وَكَمۡ قَصَمۡنَا مِن قَرۡيَةٖ كَانَتۡ ظَالِمَةٗ وَأَنشَأۡنَا بَعۡدَهَا قَوۡمًا ءَاخَرِينَ

“Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang zhalim yang telah Kami binasakan, dan Kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya).” (QS.Al-Anbiya’:11)

(2)

فَكَأَيِّن مِّن قَرۡيَةٍ أَهۡلَكۡنَٰهَا وَهِيَ ظَالِمَةٞ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَبِئۡرٖ مُّعَطَّلَةٖ وَقَصۡرٖ مَّشِيدٍ

“Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zhalim, sehingga runtuh bangunan-bangunannya dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (ti-dak ada penghuninya).” (QS.Al-Hajj:45)

(3)

وَكَمۡ أَهۡلَكۡنَا مِن قَرۡيَةِۭ بَطِرَتۡ مَعِيشَتَهَاۖ فَتِلۡكَ مَسَٰكِنُهُمۡ لَمۡ تُسۡكَن مِّنۢ بَعۡدِهِمۡ إِلَّا قَلِيلٗاۖ وَكُنَّا نَحۡنُ ٱلۡوَٰرِثِينَ

“Dan betapa banyak (penduduk) negeri yang sudah bersenang-senang dalam kehidupannya yang telah Kami binasakan, maka itulah tempat kediaman mereka yang tidak didiami (lagi) setelah mereka, kecuali sebagian kecil. Dan Kamilah yang mewarisinya.” (QS.Al-Qashash:58)

Ayat-ayat semacam ini banyak sekali disebutkan dalam Al-Qur’an. Dan banyaknya ayat mengenai hal ini ingin menegaskan sebuah Sunnatullah bahwa siksaan itu tidak akan datang kecuali karena akibat dari kesombongan seseorang dan karena ia menggunakan kenikmatan yang Allah berikan tidak pada tempatnya.

Ayat-ayat diatas selalu menggunakan kata قَرْيَة yang bermakna desa atau penghuni suatu wilayah. Para ahli tafsir menyebutkan bahwa kata قَرْيَة sering digunakan untuk membuktikan bahwa :

1. Siksaan yang Allah turunkan begitu dahsyat sehingga membinasakan semua yang ada di negeri atau desa tersebut.

2. Agar puing-puing bekas kehancuran itu tetap ada agar menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.

Semua pelajaran ini disampaikan oleh Al-Qur’an agar kita sadar bahwa semua kehancuran itu terjadi akibat dari kesombongan manusia.

Sunnatullah ini akan berjalan hingga hari kiamat. Siapapun yang mengkufuri nikmat-Nya, siapapun yang tidak bersyukur dan menggunakan kenikmatan itu untuk menentang Allah swt, maka pasti siksa Allah akan datang sebagaimana siksaan itu menimpa umat-umat terdahulu.

Namun di sisi lain adapula Sunnatullah bahwa siksaan itu tidak akan datang sebelum Allah mengirimkan seorang Rasul yang memberi peringatan kepada mereka. Dan Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir yang akan memberi peringatan hingga akhir zaman.

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبۡعَثَ فِيٓ أُمِّهَا رَسُولٗا يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِنَاۚ وَمَا كُنَّا مُهۡلِكِي ٱلۡقُرَىٰٓ إِلَّا وَأَهۡلُهَا ظَٰلِمُونَ

“Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezhaliman.” (QS.Al-Qashash:59)

Setiap ada kecongkaan dan kekufuran terhadap nikmat Allah, pasti disana akan datang siksa.

Tentu kita pernah melihat bagaimana Negeri yang dulunya aman dan sejahtera, penuh dengan kenikmatan yang Allah curahkan bagi penduduknya. Namun ketika muncul kecongkaan dan mulai mengkufuri nikmat Allah, maka keadaan akan berubah. Dulunya aman, sekarang penuh ketakutan. Dulunya subur, lalu ditimpa kekeringan. Dulunya kuat, lalu menjadi lemah. Seperti kaum Saba’ yang negerinya penuh dengan kejayaan lalu mereka mulai congkak dan mengkufuri nikmat-Nya sehingga semua keadaan menjadi berubah.

Inilah Sunnatullah yang akan dijalani oleh sebuah masyarakat atau keluarga maupun individu masing-masing.

Jauhkan kesombongan dari hati kita dan perbanyaklah bersyukur, agar kenikmatan itu terus bertambah dan Allah tidak menggantinya dengan siksaan.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Awas, Jangan Remehkan Perkara Kecil

DARI Ibnu Abbas radliallahu ‘anhuma berkata; Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam suatu ketika melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:

“Kedua penghuni kubur ini sedang mendapatkan siksa, dan keduanya disiksa bukan karena perbuatan dosa besar. Yang satu disiksa lantaran *tidak bersuci dari kencingnya*, sedangkan yang kedua disiksa karena *suka mengadu domba (orang lain)*.”

Kemudian beliau meminta sepotong pelepah kurma yang masih basah. Lalu beliau membelahnya menjadi dua dan menancapkannya pada dua kuburan tersebut. Beliau kemudian bersabda: ‘Semoga ini bisa meringankan keduanya selagi belum kering.’ (HR. Bukhari)

Hikmah Hadis:

1. Anjuran untuk berhati-hati dan tidak menganggap remeh perkara-perkara yang dianggap kecil. Karena ternyata banyak orang yang disiksa lantaran menganggap remeh perkara perkara yang kecil.

Di antaranya adalah ketidakhati-hatian dalam menjaga lisan, sehingga lisannya dapat mengadu domba antara seseorang dengan orang lain (namimah), dan ketidakhati-hatian dalam masalah buang air kecil, sehingga auratnya tidak terhijab dari orang lain, atau tidak tuntasnya dalam membersihkan najis dari sisa air kecilnya, sehingga pakaiannya ternoda oleh najis.

Dan ternyata perkara yang dianggap ringan ini, mengakibatkannya mendapatkan azab.

2. Kemuliaan dan kemurahan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan mendoakan umatnya yang mendapatkan siksa, seraya menancapkan pelepah kurma agar umatnya diringankan dari siksa.

Wallahu A’lam. [Ustaz Rikza Maulan, Lc., M.Ag]

INILAH.COM

99 Ular Azab Bagi Kafir di Dalam Kubur

SIKSA yang paling kita takuti tentu adalah azab neraka. Di mana kita dimasukkan api besar yang akan melumat seluruh tubuh, namun terus berulang-ulang hingga kiamat akan menyapa. Astagfirullah hal adzim.

Tentang azab orang kafir

Dalam sebuah dialog antara Nabi dan sahabat, Rasul bersabda : Adakah engkau ketahui, kepada siapa diturunkan ayat ini?Thaha ayat 124 (Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit)

Para sahabat pun menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi Bersabda: azab bagi orang kafir di dalam kuburnya itu berupa siksa sembilan puluh sembilan tinnin. Tahukakah kamu apa itu tinnin? Yaitu sembilan puluh sembilar ular. Sedang tiap-tiap ular itu mempunai tujuh kepala yang mencakar, menjilat (menggigit) dan meniup hingga bengkak pada tubuh orang kafir. Adzab itu berlangsung hingga kiamat (Al-Hadist).

Imam Al-Ghazali menyebutkan, bahwa azab itu merupakan jelmaan dari sifat-sifat yang tercela, dari sombong, riya, dengki, tipu, busuk hati dan sifat-sifat lainnya, yang berbilang-bilang dan bercabang-cabang. Sehingga akhirnya menjelma di alam kubur berupa kalajengking dan ular.

Tentang azab bagi orang kikir tak mau mengeluarkan zakat

Sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali Imran tentang larangan kikir dalam mengeluarkan zakat . “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil (kikir) dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran: 180).

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang dalam tafsir ayat ini: Yakni, janganlah sekali-kali orang yang bakhil menyangka, bahwa dia mengumpulkan harta itu akan bermanfaat baginya. Bahkan hal itu akan membahayakannya dalam (urusan) agamanya, dan kemungkinan juga dalam (urusan) dunianya. Kemudian Allah memberitakan tentang tempat kembali hartanya pada hari kiamat, Dia berfirman,”Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di leher mereka, kelak pada hari kiamat.” [Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran ayat 180]

Abu Hurairah r.a berkata: Nabi Sawa bersabda : “Siapa yang diberi Oleh Allah kekayaan harta kemudian tidak mengeluarkan zakatnya, akan dibentuk baginya harta itu berupa ular botak kepalanya, bersungut dua, lalu dikalungkan di lehernya pada hari kiamat, lalu menggigit kanan kiri pipi sambil berkata : “Aku hartamu, aku timbunan kekayaanmu.” (HR. Bukhari)

Selain itu akan ada azab bagi kaum yang meninggalkan salat lima waktu

Dalam kitab Azzawajir susunan Ahmad bin Hajar Alhaitami berkata: “Tersebut dalam hadits: siapa yang menjaga sembahyang lima waktu maka Allah akan memulyakan dengan lima macam :

1. Dihindarkan dari kesempitan hidup

2. Dihindarkan siksa kubur

3. Diberi kitab amalnya dengan tangan kanannya

4. Berjalan di atas akhirat bagaikan kilat

5. Masuks surga tanpa hisab

Dan siapa yang meremehkan (meninggalkan) salat akan dihukum Allah dengan lima belas siksa. Lima di dunia, dan tiga ketika mati, dan tiga di dalam kubur dan tiga ketika keluar dari kubur. Adapun di dunia:

1. Dicabut berkat umurnya

2. Dihapus tanda orang salih dari mukanya

3. Tiap amal yang dikerjakan tidak diberi pahala oleh Allah

4. Doanya tidak dinaikkan ke langit

5. Tidak dapat bagian dari doa orang-orang salihin

Adapun hukuman yang terkena ketika mati :

1. Matinya hina

2. Matinya kelaparan

3. Matinya haus, dan andaikan diberi air samudera dunia tidak akan puas dan tetap haus.

Adapun hukuman ketika di alam kubur :

1. Disempitkan kuburnya hingga hancur tulang-tulang rusuknya

2. Dinyalakan api dalam kubur, maka ia bergelimpangan dalam api, siang dan malam.

3. Didatangkan padanya ular bernama syuja yang buta matanya dari api dan kukunya dari besi tiap kuku panjangnya perjalanan sehari, ia berkata pada di mayit: “Aku syuja al aqra sedang suaranya bagaikan petir yang menyambar, ia berkata: “Allah telah menyuruhku memukul kamu karena meninggalkan salat subuh hingga terbit matahari, dan memukulmu karena meninggalkan salat zuhur hingga asar, dan memukulmu karena meninggalkan salat magrib hingga isya dan memukulmu karena meninggalkan salat Isya hingga subuh, dan tiap ia memukul satu kali terbenamlah orang itu ke dalam tanha tujuh puluh hasta, maka ia selalu tersiksa dalam kubur hingga hari kiamat.

Adapun hukuman yang menimpa setelah keluar dari kubur :

1. Diberatkan hisabnya

2. Allah murka padanya

3. Masuk dalam neraka

Diriwayatkan: Bahwa dalam jahanam ada lembah bernama Lamlam yang berisi ular-ular, tiap-tiap ular setebal leher onta, panjangnya sejauh perjalanan sebulan, menggigit orang yang meninggalkan salat, maka mendidihnya bisa racunnya dalam badan orang yang digigit selama tujuh puluh tahun kemudian hancur dagingnya.

Adab bagi pelaku zina

Kita mengatahui bahwa sejatinya ketika melakukan zina di dunia pun sudah mendapat siksanya yaitu. Mendapat pukulan 100 kali jika yang berzina belum menikah dan akan mendapatkan rajam jika pelaku zina sudah menikah.

Sebagaimana firman Allah : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur : 2)

Diriwayatkan: Bahwa di Jahannam ada jurang yang bernama Jubbulhazan berisi ular dan kala-kala (Amblypygi) tiap-tiap kala sebesar keledai, yang mempunyai tujuh puluh duri, tiap-tiap duri penu dengan bisa/ racun, menggigit orang yang berzina dan menuangkan racunnya dalam badannya yang terasa dalam masa seribu tahun, kemudian hancur dagingnya sehingga mengalir darah bercampur nanah dari kemaluannya.

Diriwayatkan: Bahwa siapa menyentuh tangannya wanita yang tidak halal baginya dengan syahwat makan akan tiba di hari kiamat terbelenggu kedua tangan ke lehernya, maka jika dicium digunting di bibirnya dalam neraka, dan jika berzina, maka akan berkata pahanya menjadi saksi: Aku telah kamu gunakan untuk haram, maka Allah melihat padanya dengan murka sehingga jatuh daging mukanya.

Lalu diingkari perbuatannya tapi lidah berkata: Saya telah mengatakan apa yang tidak halal bagiku, dan tangan berkata: Aku telah menyentuh barang yang haran dan mata berkata: Aku telah melihat yang haram dan kaki berkata: Aku telah berjalan menuju yang haram dan kemuluan berkata : Aku telah berbuat yang haram.

Lalu malaikat penjaga berkata : Aku mendengar dan lainnya berkata: Aku mencatat dan Allah berfirman: Aku melihat dan menutupi dan Allah menyuruh pada Malaikat: Tangkaplah dan rasakan padanya dari siksa-Ku karena Aku sangat marah padanya, sebab ia tidak malu pada-Ku. [Kazuhana El Ratna Mida]

Sumber : bersamadakwah

[1] Irsyadul Ibad by Salim Bahresi

INILAH MOZAIK