Wasiat Terakhir

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ

Tidaklah berkumpul dua hal ini (khauf dan raja’) dalam hati seorang hamba dalam kondisi seperti ini (saat menjelang kematian), melainkan Allah memberinya apa yang ia harapkan dan memberinya rasa aman dari hal-hal yang ia takutkan.” (HR. Tirmidzi [983] dan Ibnu Majah [4/337], di-shahih-kan al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah [3/385/3455])

Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan: “Adapun saat menghadapi kematian, sebagian ulama menganjurkan hanya berharap kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena rasa harap mengandung makna bahwa si hamba benar-benar membutuhkan Allah. Selain itu, karena larangan meninggalkan khauf bisa dimaafkan, saat itu ia wajib berbaik sangka kepada Allah dengan mengharap ampunan dan maaf-Nya.” (Fathul Bari`, 13/397)

Detik-detik menjelang sakaratul maut merupakan momen yang sangat penting untuk kebahagiaan dan kesengsaraan manusia. Masa paling kritis yang dialami setiap insan seshalih apapun ia hidup di dunia.

Wasiat terakhir al-Hasan al-Bashri menjelang wafatnya: “Hai Abu Sa’id (julukan al-Hasan), bekalilah dengan nasihat yang bermanfaat!” Maka al-Hasan berkata, “Baiklah, kalian akan aku bekali dengan tiga nasihat. Kemudian beranjaklah dari sini dan biarlah aku menghadapi apa yang akan aku hadapi. (1) Setiap perkara yang dilarang bagi kalian, jadilah kalian orang yang paling menjauhinya, (2) setiap perkara yang ma’ruf yang diperintahkan bagi kalian, jadilah kalian yang paling mengamalkannya, dan (3) ketahuilah bahwa langkah kalian ada dua langkah yang menguntungkan dan langkah merugikan. Maka perhatikanlah kemana saja kau melangkah dari pagi hingga sore.” (Hilyatul Auliya`, 1/275)

Kemudian perhatikan bagaimana ketabahan imam asy-Syafi’i menjelang wafatnya! Diriwayatkan dari Ismail bin Yahya al-Muzani, murid dekat imam asy-Syafi’i, katanya : “Aku menjenguk asy-Syafi’i ketika beliau sakit menjelang ajalnya. Kukatakan kepadanya : “Bagaimana keadaan Anda pagi ini?” “Pagi ini aku akan meninggal dunia, berpisah dengan kawan-kawan dan menenggak cawan kematian. Aku akan berjumpa dengan segala kejahatanku dan menghadap Allah Sang Pencipta. Aku tak tau kemana ruhku akan melayang, akankah ke jannah hingga kuucapkan selamat ataukah ke neraka hingga kuucapkan bela sungkawa.” Jawabnya lirih (dikutip dari buku Ibunda Para Ulama, hlm. 95)

Demikianlah kepasrahan asy-Syafi’i dalam menghadapi sakaratul maut, beliau begitu takut akan siksa Allah, padahal sesungguhnya iman dan amal shalihnya luar biasa. Inilah bukti ketawaduan beliau dan pengagungan pada kemahakuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Semoga 2 wasiat terakhir dari dua imam Ahlus Sunnah ini mampu memotivasi kita agar mempersiapkan bekal takwa yang kuat agar perjalanan panjang menuju kampung akhirat selamat dan berakhir bahagia. Kematian yang membahagiakan bagi pelaku kematian dan juga keluarga yang ditinggal.

فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

(Ya Rabb), pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih.” (QS. Yusuf : 101)

Referensi :
1. Merencanakan Khusnul Khotimah (terjemah), Muhammad al-Muqri, Jembatan Ilmu, Solo, 2007.
2. Ibunda Para Ulama, Sufyan bin Fuad Baswedan, Wafa Press, Klaten, 2006.

**

Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/11770-wasiat-terakhir.html

Surat Quraisy beserta Artinya, Tafsir dan Asbabun Nuzul

Surat Quraisy (قريش) adalah surat ke-106 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Quraisy.

Surat ini terdiri dari empat ayat dan merupakan Surat Makkiyah. Hanya beberapa ulama yang menyebutnya Madaniyah. Ia adalah surat ke-29 yang turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni setelah Surat At Tin dan sebelum Surat Al Qariah.

Dinamakan surat Quraisy diambil dari ayat pertama dari surat ini. Quraisy adalah suku terkuat dan paling berpengaruh di Makkah.

Surat Quraisy beserta Artinya

Berikut ini Surat Quraisy dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia:

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ . إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ . فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ . الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

(Li,iilaafi quroisy. Iilaafihim rihlatasy syitaa,i wash shoif. Fal ya’buduu robba haadzal bait. Alladzii ath’amahum min juu’iw wa aamanahum min khouf)

Artinya:
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Asbabun Nuzul

Sebagian mufassirin menjelaskan, Surat Quraisy ini diturunkan Allah untuk mengingatkan orang-orang Quraisy akan nikmat-nikmat Allah. Salah satunya adalah nikmat keamanan, yang pada surat Al Fil diterangkan kebinasaan pasukan bergajah yang hendak menyerbu Makkah untuk menghancurkan Ka’bah.

Dengan rasa aman itu, orang-orang Quraisy bisa menjalankan kebiasaan mereka berupa bepergian pada musim dingin dan musim panas. Surat ini juga mengingatkan nikmat Allah lainnya berupa makanan.

Dengan demikian banyaknya nikmat itu, semestinya orang-orang Quraisy menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.

Ketika menjelaskan asbabun nuzul Surat Quraisy, Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir mengetengahkan hadits yang juga dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dari Ummu Hani’ binti Abu Thalib, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فضل الله قريشا بسبع خلال : أني فيهم و أن النبوة فيهم و الحجابة فيهم و السقاية فيهم و أن الله لنصرهم على الفيل و أنهم عبدوا الله عشر سنين لا يعبده غيرهم و أن الله أنزل فيهم سورة من القرآن

“Allah memuliakan kaum Quraisy dengan tujuh hal. Aku dari kalangan mereka, kenabian ada pada mereka, hijabah dan siqayah ada pada mereka, Allah menolong mereka dari pasukan gajah. Mereka menyembah Allah selama sepuluh tahun saat tidak ada kaum selain mereka yang menyembah-Nya. Dan Allah menurunkan satu surat di dalam Al Quran yang berbicara mengenai mereka.” Lalu Rasulullah membaca Surat Quraisy. (HR. Baihaqi; hasan)

Tafsir Surat Quraisy

Tafsir surat Quraisy ini bukanlah tafsir baru. Kami berusaha mensarikan dari Tafsir Ibnu KatsirTafsir Fi Zhilalil QuranTafsir Al AzharTafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Agar ringkas dan mudah dipahami.

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ . إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ . فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ . الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. (QS. Quraisy: 1-4)

Surat Quraisy ayat 1

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

Ibnu Jarir mengatakan, huruf lam (ل) di awal ayat ini menunjukkan makna ta’ajjub. Seakan-akan disebutkan, kagumlah kamu terhadap kebiasaan orang-orang Quraisy dan nikmat-Ku yang telah Kulimpahkan kepada mereka.

Ibnu Katsir menjelaskan, iilaaf (إيلاف) artinya adalah kebiasaan atau tradisi.

Disebut suku Quraisy diambilkan dari nama tokohnya, Quraisy. Quraisy adalah gelar dari An Nadhr bin Kinanah, yang merupakan kakek Rasulullah yang ketiga belas. Rasulullah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhr bin Kinanah.

Ada juga yang mengatakan bahwa Quraisy adalah Fihr. Manapun yang benar, hampir semua penduduk asli Makkah adalah keturunan Quraisy.

Kata Quraisy (قريش) berasal dari kata At Taqarrusy (التقرش) yang artinya keterhimpunan. Anggota suku ini tadinya terpencar-pencar lalu menyatu dalam himpunan yang sangat kokoh sehingga disebut Quraisy.

Ada pula pendapat bahwa Quraiys berasal dari kata Qarasya (قرش) yang artinya berusaha atau mencari. Suku ini dinamakan Quraisy karena terkenal sebagai pengusaha yang ulet dan selalu mencari orang-orang yang butuh untuk dibantu.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Quraisy berasal dari kata Qirsy (قرش) yang artinya adalah ikan hiu. Ikan ini sangat kuat, melebihi ikan-ikan lain, bahkan bisa menjungkirbalikkan perahu. Dinamakan Quraisy untuk menggambarkan kuatnya suku ini laksana ikan hiu.

Surat Quraisy ayat 2

إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ

 (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.

Kata rihlah (رحلة) berasal dari kata rahala (رحل) yang artinya pergi ke tempat yang relatif jauh. Rihlah pada ayat ini adalah perjalanan dagang orang-orang Quraisy yang dilakukan dua kali setahun yakni pada musim dingin dan musim panas. Perjalanan ini dipelopori oleh kakek Rasulullah, Hasyim bin Abdi Manaf.

Sebelumnya, di Makkah ada istilah al I’tifar (الأعتفار). Yakni apabila penduduk Makkah mengalami kesulitan pangan, pemimpin keluarga membawa mereka ke satu tempat. Lalu membangun tenda di sana untuk tinggal hingga mati kelaparan.

Suatu hari keluarga Bani Makhzum ada yang mau melakukan al i’tifar lalu didengar oleh Hasyim, kakek Rasulullah. Maka beliau menyampaikan kepada suku Quraisy dan meminta mereka saling membantu. Dari situ mereka bersepakat untuk melakukan perjalanan dagang yang keuntungannya dibagi rata. Apa yang diperoleh si kaya, diperoleh pula dalam kadar yang sama oleh si miskin. Agaknya kebiasaan inilah yang dipuji Allah dalam surat ini.

Surat Quraisy ayat 3

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ

Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah).

Yakni hendaklah mereka mengesakan-Nya dalam menyembah-Nya. Dialah yang telah menjadikan bagi mereka kota yang suci lagi aman serta Ka’bah yang disucikan. Perihalnya sama dengan firman Allah Ta’ala:

إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. (QS. An Naml: 91)

Surat Quraisy ayat 4

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Dialah yang memberi mereka makan agar tidak lapar dan Dialah yang telah memberikan keamanan dan banyak kemurahan kepada mereka. Maka hendaklah mereka beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Dua kenikmatan dalam ayat terakhir ini, keejahteraan ekonomi dan stabilitas keamanan, merupakan dua hal sangat penting bagi kebahagiaan masyarakat. Dan nikmat-nikmat Allah atas Quraiys ini mereka peroleh karena Allah menempatkan ‘rumah’-Nya di sana. Sehingga disebutkan di ayat 3, rabba haadzal bait. Seandainya Allah tidak menempatkan rumah-Nya di sana, niscaya mereka tidak akan memperoleh keistimewaan dan kemudahan tersebut.

Penutup Tafsir Surat Quraisy

Surat Quraisy ini terkait erat dengan Surat Al Fil. Bahkan sebagian ulama menyebutnya satu surat. Surat Al Fil menjelaskan penghancuran pasukan gajah yang akan menyerang Ka’bah, Surat Quraisy menjelaskan nikmat Allah kepada Quraisy karena Ka’bah di kota mereka.

Surat Quraisy mengingatkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada Quraisy mulai dari kebiasaan perjalanan dagang mereka hingga kecukupan pangan dan stabilitas keamanan. Maka Allah pun memperingatkan mereka agar beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan dengan sesuatu pun.

Demikian Surat Quraisy mulai dari terjemahan, asbabun nuzul, hingga tafsir. Semoga menambah keimanan dan meningkatkan rasa syukur kita. Wallahu a’lam bish shawab.

[Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Kemenag Cabut Izin Tiga Travel Umrah

Tiga travel umrah yang izinnnya dicabut melanggar ketentuan undang-undang.

Kementerian Agama mencabut izin tiga Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU). Izin ketiga PPIU itu dicabut karena terbukti melanggar ketentuan perundang-undangan. 

Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim menyampaikan, sanksi pencabutan izin penyelenggaraan untuk tiga PPIU itu dijatuhkan karena melanggar beberapa ketentuan. Pertama pelanggaran berupa peminjaman legalitas kepada Non PPIU.

Kedua tidak menyediakan tiket kepulangan, dan ketiga tidak memulangkan jemaah umrah sesuai dengan masa berlaku visa di Arab Saudi. 

“Ketiga PPIU yang telah dicabut izinnya adalah PT Zeinta Intan Kalimantan, PT Yasmira Wisata Utama, dan PT As Syirbani Mandiri Wisata,” kata Arfi Hatim di Jakarta, Jumat (29/11).

Arfi menuturkan, setelah mencabut izinnya PT Zeinta Intan Kalimantan, PT Yasmira Wisata Utama, dan PT As Syirbani Mandiri Wisata, Kemenag juga telah mengeluarkan ketiganya dari daftar PPIU berizin.

“Ketiganya juga sudah dikeluarkan dari daftar PPIU Berizin di aplikasi umrah cerdas,” ujarnya.

Kepala Subdit Perizinan, Akreditasi dan Bina PPIU Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus M Ali Zakiyudin menambahkan, selain cabut izin, Kemenag juga telah menjatuhkan sanksi peringatan tertulis kepada empat PPIU. Sanksi ini diberikan disebabkan keempat PPIU tersebut terbukti melakukan pelanggaran berupa penundaan jadwal keberangkatan, penerbangan dengan 2 kali transit atau lebih. Selain itu empat PPIU itu tidak membuatkan identitas/kartu tanda pengenal jemaah umrah sesuai ketentuan, serta operasional kantor perwakilan yang tidak sesuai ketentuan.

“Jika kesalahan yang berakibat peringatan tertulis ini terulang, maka sanksi akan ditingkatkan menjadi pembekuan. Yaitu, tidak boleh beroperasi, paling lama dua tahun,” tegas Zaki.

Zaki menegaskan, sanksi pencabutan izin yang sudah dijatuhkan tidak bisa dipulihkan karena alasan apapun. Untuk sanksi tertulis, proses pemulihannya dilakukan dengan berkinerja lebih baik lagi dan tidak melanggar aturan. 

“Jangan percaya jika ada oknum yang mengatasnamakan Kemenag untuk memberi bantuan mengurus proses sanksi ini sambil minta biaya dalam jumlah tertentu,” jelasnya

Kasubdit Pengawasan Umrah Noer Aliya Fitra (Nafit), sejak awal 2019, Kemenag total telah menjatuhkan sanksi kepada 12 PPIU. Sebanyak lima PPIU dicabut izinnya. Sebelumnya, dua PPIU yang dicabut izinnya adalah PT. Joe Pentha Wisata dan PT. Bumi Minang Pertiwi. Sementara tujuh PPIU menerima sanksi peringatan tertulis.

“Penjatuhan sanksi ini menjadi pembelajaran bagi PPIU lainnya agar selalu mengikuti regulasi penyelenggaraan ibadah umrah,” tuturnya.

Dikatakan Nafit, pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan pembenahan penyelenggaraan ibadah umrah. Salah satunya adalah dengan menghadirkan Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus (SISKOPATUH).

“Keberadaan SISKOPATUH diharapkan bisa menjadi alat monitor dan kontrol bagi pemerintah dan masyarakat. Publik nantinya bisa ikut mengakses sehingga bisa ikut mengetahui kalau ada biro travel yeng manelantarkan calon jemaah umrah atau tidak menepati janjinya,” katanya.

IHRAM

Menag Usulkan BPIH 2020 Rp 35 Juta, Sama dengan 2019

Kementerian Agama (Kemenag) mengusulkan biaya ibadah penyelenggaraan haji (BPIH) untuk 2020 ke DPR. Menteri Agama (menag) Fachrul Razi mengungkapkan, besaran BPIH yang diusulkan sebesar Rp 35 juta. 

“Pemerintah mengusulkan rata-rata besaran BPIH (besaran penyelenggara ibadah haji) 1441 H sebesar Rp 35.235.602,” kata Menteri Agama Fachrul Razi dalam rapat dengar Komisi VIII, Kamis (28/11).

Dia menuturkan, biaya tersebut tidak terlalu jauh berbeda dengan biaya haji tahun ini. Lebih lanjut, dia menjelaskan, besaran biaya tersebut meliputi beberapa komponen. 

“Biaya penerbangan ke Arab Saudi Rp 28 juta, sedangkan yang lalu Rp  29 juta berarti lebih kecil. Living cost sama besar Rp 5.680.005. Untuk visa ini tambahan baru sebesar Rp 1.136.000, tapi kita masih negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi,” ujarnya.  

Fachrul Razi mengatakan, jika nantinya dalam proses negosiasi berhasil, kemungkinan biaya visa akan lebih murah, bahkan bisa hilang.  

“Meskipun secara rata-rata besaran BPIH 1441 H sebesar Rp 35 juta sama dengan rata-rata besaran BPIH tahun 1440, sejatinya dalam komponen tersebut terjadi kenaikan biaya, yaitu kenaikan biaya penerbangan dan biaya visa, tapi biaya visa jadi catatan. Mudah-mudahan tidak jadi,” ujarnya.  

Dalam rapat kali ini Komisi VIII sepakat untuk membentuk panitia kerja (panja) ibadah haji. Komisi VIII berharap DPR dan pemerintah bisa segera memulai pembahasan ibadah haji dalam rapat panja. (Febrianto Adi Saputro)

IHRAM

Hukum Istri Pencemburu dan Suka Intip Isi HP Suami

SEORANG ibu rumah tangga bertanya di sebuah pengajian, bagaimana hukumnya seorang istri yang cemburuan, dan karena itu sering mengintip-intip dan membukai ponsel suaminya. Apalagi bila kesenangan mengintip isi ponsel suaminya itu kini telah menjadi semacam hobi.

Sebenarnya, tidak ada salahnya kalau seorang istri berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh suaminya. Tetapi tentu saja harus dilakukan dengan cara yang baik, bijaksana dan syar’i. Tidak dengan cara-cara yang akan berpotensi akan menimbulkan kemunkaran

Cara yang syar’i tersebut ialah dengan cara membangun komunikasi yang baik dengan suami. Dalam arti, apa pun yang akan dilakukan oleh suami dan istri sebaiknya dikomunikasikan dan dimusyawarahkan terlebih dahulu. Sebagai contoh, kalau seorang istri ingin membaca sms yang ada hp suaminya, semestinya meminta izin dulu kepada suaminya. Bukan dengan jalan mencuri-curi kesempatan saat suami lengah. Wallahu a’lam bishshawaab []

INILAH MOZAIK

Bertobatlah pada Hari Ini

SAUDARAKU, kurang iman, kurang rida, kurang sabar, kurang syukur kepada Allah adalah perkara-perkara yang wajib kita tobati. Banyak-banyaklah beristighfar, memohon ampun kepada Allah atas setiap rongga dan celah kekurangyakinan kepada-Nya, yang ada pada hati kita. Sungguh tidak patut kita meragukan sedikit pun kekuasaan Allah.

Allah SWT berfirman, “..Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. al-Baqarah [2]: 222)

Sesungguhnya kita adalah makhluk lemah yang tiada pernah luput dari kesalahan. Setiap hari dosa-dosa kita lakukan. Baik dosa besar maupun dosa kecil. Namun, bukan besar kecilnya dosa yang perlu kita waspadai. Yang penting kita waspadai adalah kalau kita sampai meremehkan dosa. Jangan sampai kita meremehkan keraguan-keraguan terhadap kekuasaan Allah yang sempat hadir di hati kita.

Mari kita periksa hati kita, kita nilai diri kita sendiri dengan sejujur-jujurnya. Hari ini sudah berapa kali kita berkeluh kesah kepada orang lain tentang harta kita. Sudah berapa kali hari ini kita mengeluhkan pakaian kita. Atau tentang rumah kita, atau tentang kendaraan kita, atau tentang gaji kita, atau posisi kita di tempat kerja.

Boleh jadi ada orang yang mengatakan kalau mengeluh itu sesuatu yang manusiawi. Boleh saja kita sebut demikian, tetapi jika hanya berakhir di situ saja maka bisa berbahaya. Karena sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala apapun yang kita rasakan dalam menjalani hidup ini harus senantiasa dikembalikan kepada Dzat Yang Memiliki kehidupan, Dialah Allah Swt. Jika hendak mengeluh dan mengadu, lakukanlah kepada Allah SWT. Yang utama, karena hanya Allah Yang Maha Mengetahui secara sempurna tentang keadaan diri kita dan kebutuhan kita.

Bertobatlah terus-menerus, karena dalam satu hari saja betapa banyak dosa dan kekhilafan yang kita lakukan. Bisa jadi kita sempat tidak bersyukur. Sempat tidak rida pada apa yang terjadi hari ini. Sempat tidak sabar ketika terjadi suatu peristiwa hari ini. Bertobatlah agar segera bersih hati dan Allah mengampuni kesalahan kita.

Betapa banyak kesalahan dan dosa yang kita lakukan. Hati kita yang awalnya putih bersih, kini sudah berlumur noda hitam legam karena bekas dari dosa-dosa yang kita lakukan. Oleh karenanya sahabatku, tiada pernah ada alasan bagi kita untuk menunda-nunda tobat. Tiada pernah ada alasan bagi kita untuk lalai memohon ampun kepada Allah.

Kita ini hanyalah manusia biasa. Bayangkan sosok mulia nana gung, kekasih Allah, Nabi Muhammad saw. Beliau yang sudah dijamin oleh Allah untuk bersih dari dosa-dosa (mashum) saja masih memohon ampunan Allah setiap hari hingga seratus kali. Maka, kita seharusnya kita serius untuk bertobat terus-menerus.

Rasulullah bersabda, “Tidakkah aku berada di pagi hari (antara terbit fajar hingga terbit matahari) kecuali aku beristighfar kepada Allah sebanyak seratus kali.” (HR. An-Nasai)

Allah menyukai hamba-Nya yang bertobat. Jika Allah SWT sudah menyukai hamba-Nya, maka niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepadanya sehingga selamat dalam kehidupan. Allah akan kuatkan hatinya menjalani hidup ini, dan Allah akan lapangkan jalan baginya. Beban hidup sebesar apapun akan ringan saja untuk dipikul jika Allah menolong kita.

Maka, jika ada orang yang kita lihat begitu banyak masalah dalam hidupnya namun ia tetap bisa menjalani dengan senyuman dan keringanan, maka itulah bentuk pertolongan Allah baginya. Allah berikan ia kekuatan dan ketabahan sehingga setiap ujian bisa ia lalui tanpa banyak keluh kesah, hingga akhirnya ia terbentuk menjadi pribadi yang tangguh. Bukan masalah hidupnya yang berkurang, tapi kemampuannya untuk menghadapi masalah hiduplah yang bertambah kuat. Insya Allah! [*]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK