Tentang Surat An-Nisa Ayat 135 yang Dipasang di Dinding Harvard

Dinding jalan masuk utama fakultas hukum Harvard memajang kutipan surat An-Nisa ayat 135 dalam Al-Quran. Potongan ayat 135 tersebut memerintahkan muslim selalu bertindak adil pada seluruh kelompok masyarakat.

Berikut potongan ayat 135 dari surat An-Nisa dalam Al-Qur’an, yang terpampang dalam Words of Justice.

ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā`a lillāhi walau ‘alā anfusikum awil-wālidaini wal-aqrabīn, iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā bihimā

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.

Dikutip dari situs Islamicstudies atas izin Islamic Foundation UK, ayat ini memerintahkan muslim tak hanya berteori soal keadilan. Muslim wajib menerapkan keadilan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan menjadi standar dalam praktik perlakukan yang tidak memihak pada kelompok tertentu.

Adil tentunya tak hanya dalam perkara yang menyangkut diri sendiri, namun juga urusan orang lain. Dengan seluruh kemampuan yang dimiliki, muslim harus memastikan semua orang mendapat perlakukan yang adil tanpa kecuali.

Ayat tersebut juga memerintahkan muslim tidak membiarkan praktik ketidakadilan diterapkan di lingkungannya. Muslim wajib berusaha semaksimal mungkin menghentikan praktik yang tidak adil. Setelah terbentuk praktik yang lebih baik dan adil, muslim wajib melindunginya sehingga bisa dilanjutkan generasi berikutnya.

Penerapan dan perlindungan perbuatan adil tentunya harus dilakukan hanya karena Allah SWT. Dalam sesi Towards Understanding the Quran tersebut, muslim tidak boleh memihak atau punya kecenderungan pada kelompok tertentu. Perintah lain adalah tidak menggunakan kesempatan dalam kesempitan serta tak berharap pada selain Allah SWT.

Keadilan ternyata tak hanya diterapkan dalam praktik umum, namun juga perlakuan suami dan istri. Seperti diketahui, Islam membolehkan suami memiliki istri lebih satu. Namun poligami hanya dibolehkan pada mereka yang bisa berlaku adil.

Syarat wajib dalam poligami tertulis dalam Al-Qur’an di surat An-Nisa ayat 3. Bagi yang tidak bisa berlaku adil maka sebaiknya hanya punya satu istri, supaya tidak berdampak buruk pada kehidupan rumah tangga.

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا

Arab latin: Wa in khiftum allā tuqsiṭụ fil-yatāmā fangkiḥụ mā ṭāba lakum minan-nisā`i maṡnā wa ṡulāṡa wa rubā’, fa in khiftum allā ta’dilụ fa wāḥidatan au mā malakat aimānukum, żālika adnā allā ta’ụlụ

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Perintah adil dan tidak menyakiti istri kembali diingatkan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 129. Berlaku adil menjadi prioritas utama terlepas dari perasaan dan kecenderungan suami pada istrinya dalam poligami.

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۚ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

Arab latin: Wa lan tastaṭī’ū an ta’dilụ bainan-nisā`i walau ḥaraṣtum fa lā tamīlụ kullal-maili fa tażarụhā kal-mu’allaqah, wa in tuṣliḥụ wa tattaqụ fa innallāha kāna gafụrar raḥīmā

Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Perlakuan adil tidak hanya soal lahiriah misal pembagian nafkah, tempat tinggal, atau urusan materi lain. Tapi juga dalam urusan non materi misal perhatian suami pada istri. Jika tidak mampu adil, maka sebaiknya suami tidak melakukan poligami dengan hanya punya satu istri.

HIKMAH DETIK

Kutipan Surat An-Nisa di Dinding Harvard, Ini Maknanya

Kutipan Al Qur’an surat An Nisa ayat 135 itu sebenarnya sudah terpasang di pintu masuk Fakultas Hukum Universitas Harvard di Amerika Serikat sejak 2013. Sejumlah media internasional pun sudah ramai membahasnya ketika itu.

Namun pekan ini, situs stepfeed kembali menurunkan artikel tentang kutipan surat An Nisa ayat 135 di pintu masuk Fakultas Hukum Harvard. Stepfeed menulis, berita ini kembali diturunkan untuk mengimbangi munculnya isu Islamophobia di Amerika Serikat dan dunia pada umumnya.

Dikutip dari library.law.harvard.edu, kutipan Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 135 di dinding jalan masuk utama Fakultas Hukum, Harvard menjadi bagian dari Words of Justice. Ini juga menjadi bagian untuk menyuarakan keinginan hukum yang adil dari warga dunia.

Berikut potongan ayat, yang mewajibkan seluruh muslim berlaku adil. Keadilan tersebut berlaku untuk seluruh kelompok masyarakat tanpa pengecualian.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا

Arab latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna bil-qisṭi syuhadā`a lillāhi walau ‘alā anfusikum awil-wālidaini wal-aqrabīn, iy yakun ganiyyan au faqīran fallāhu aulā bihimā

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.

Surat An-Nisa dalam Al-Qur’an yang berarti wanita diketahui sarat makna soal keadilan Islam pada laki-laki dan perempuan. Surat tersebut menekankan penghargaan Islam pada wanita dan kekuatannya. Ayat dalam An-Nisa melarang pembunuhan bayi perempuan, mendorong wanita untuk bekerja, serta mewajibkan persamaan hak dan kewajiban antara suami istri dalam pernikahan.

Keadilan yang disuarakan dalam An-Nisa, membuktikan Islam adalah agama pertama yang memberikan hak waris pada perempuan. Perempuan mendapat separuh dari hak waris laki-laki yang bisa berubah dengan kesepakatan dari keluarga. Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang memungkinkan perubahan pembagian hak waris.

Abdullah Jumma seorang mahasiswa Harvard asal Arab memberikan testimoni terkait makna dan kutipan surat An-Nisa ayat 135 dalam Al-Qur’an kepada surat kabar berbahasa Arab, Ajel. “Saya tahu potongan ayat 135 surat An-Nisa dalam Al-Qur’an diunggah fakultas hukum Harvard. Potongan ayat ini adalah ekspresi dan penjelasan terbaik soal keadilan dalam sejarah manusia,” kata Jumma.

Di Fakultas Hukum Harvard, kutipan surat An-Nisa ayat 135 dari Al-Qur’an dalam Words of Justice bersanding dengan kalimat lain yang menyuarakan keadilan. Salah satunya dari Saint Augustine atau Augustine of Hippo. Menurutnya hukum dan keadilan adalah kesatuan yang tidak mungkin dipisah.

“Hukum yang tidak adil sama saja dengan tidak ada hukum,” tulis tokoh keagamaan yang hidup pada 13 November 354 hingga 28 Agustus 430.

Martha Minow yang pernah menjadi dekan di fakultas hukum Harvard mengatakan kalimat di Words of Justice menegaskan kekuatan dan ide tentang hukum. Kalimat ini memberikan testimoni kekuatan kemanusiaan dalam mencari keadilan dan harga diri lewat hukum.

Words of Justice adalah kolaborasi antara mahasiswa, staf, seluruh pihak fakultas hukum Harvard. Potongan kalimat, termasuk ayat Al-Qur’an, mencerminkan harapan seluruh manusia pada keadilan yang berlaku tanpa kecuali. Kalimat tersebut juga diharapkan menjadi motivasi bagi siapa saja yang masih berjuang mencari keadilan.

HIKMAH DETIK



Hari Jumat itu Hari Terbaik, Mengharap Rezeki Setelah Shalat Jumat

Kali ini kita akan lihat keutamaan hari Jumat dan perintah mencari rezeki setelah shalat Jumat.

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail

بَابُ فَضْلِ يَوْمِ الجُمُعَةِ وَوُجُوْبِهَا وَالاِغْتِسَالِ لَهَا وَالطِّيْبِ وَالتَّبْكِيْرِ إِلَيْهَا وَالدُّعَاءِ يَوْمَ الجُمُعَةِ وَالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَفِيهِ بَيَانُ سَاعَةِ الِإجَابَةِ وَاسْتِحْبَابُ إِكْثَارِ ذِكْرِ اللهِ تَعَالَى بَعْدَ الجُمُعَةِ

210. Bab Keutamaan Hari Jumat, Kewajiban Shalat Jumat, Mandi untuk Shalat Jumat, Mengenakan Wewangian, Datang Lebih Dulu untuk Shalat Jumat, Berdoa pada Hari Jumat, Shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Penjelasan tentang Waktu Dikabulkannya Doa (pada Hari Jumat), dan Sunnahnya Memperbanyak Dzikir kepada Allah Setelah Shalat Jumat

قَالَ الله تَعَالَى: {فَإذَا قُضِيَتِ الصَّلاَةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ، وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ، وَاذْكُرُوا اللهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} [الجمعة: 10].

Allah Ta’ala berfirman, “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

Penjelasan Ayat

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa ketika azan Jumat berkumandang, maka dilarang jual beli, dan saat itu diperintahkan untuk berkumpul melaksanakan shalat Jumat, maka setelah selesai shalat Jumat, mereka diperbolehkan untuk menyebar ke muka bumi untuk mencari karunia Allah. ‘Arak bin Malik radhiyallahu ‘anhu, jika selesai shalat Jumat, ia berhenti pada pintu masjid, lantas ia berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَجَبْتُ دَعْوَتَكَ ، وَصَلَّيْتُ فَرِيْضَتَكَ ، وَانْتَشَرْتُ كَمَا أَمَرْتَنِي ، فَارْزُقْنِي مِنْ فَضْلِكَ ، وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ

“Ya Allah, aku telah memenuhi panggilan-Mu, aku telah melaksanakan shalat wajib untuk-Mu, aku telah menyebar ke muka bumi sebagaimana perintah dari-Mu, berilah aku rezeki dari karunia-Mu, Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.” (HR. Ibnu Abi Hatim).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata bahwa yang dimaksud adalah jika kalian telah selesai shalat Jumat carilah rezeki dan berdaganglah. Namun karena berdagang itu kemungkinan besar membuat seseorang lalai dari dzikir, maka Allah ingatkan untuk banyak berdzikir yaitu “banyaklah berdzikir kepada Allah”. Berdzikirlah ketika berdiri, saat duduk, saat berbaring supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung. Karena ingatlah bahwa banyak berdzikir kepada Allah sebab datangnya keberuntungan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hlm. 863).

Syaikh As-Sa’di juga menyatakan di kitab yang lain, “Berdzikirlah di saat kalian berdiri, di saat kalian duduk, di setiap aktivitas dan keadaan kalian. Karena dzikir kepada Allah adalah jalan keberuntungan. Dzikir akan membuat seseorang menggapai keberuntungan dan selamat dari bahaya. Bentuk dzikir bisa dengan bermuamalah yang baik kepada sesama. Karena segala perbuatan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah termasuk dzikir. Setiap perbuatan di mana seseorang mengharap pahala dari Allah termasuk dzikir. Jika seseorang berlaku baik dalam muamalah, tidak berbuat curang, dan muamalah (jual beli) yang dilakukan untuk meraih ridha Allah karena seperti itu Allah sukai dan Allah melarang transaksi yang haram yang mengundang bahaya, juga ia memberikan kemudahan dalam transaksi, maka itu termasuk ihsan dan suatu yang utama. Itu semua termasuk dzikir kepada Allah.” (Taisir Al-Lathif Al-Mannan, hlm. 140).

Hadits #1147

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الجُمُعَةِ: فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ أُدْخِلَ الجَنَّةَ، وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baiknya hari yang padanya terbit matahari adalah hari Jumat. Pada hari itulah saat diciptakannya Adam, dimasukkannya ia ke surga, dan dikeluarkannya dari surga.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 854]

Faedah Hadits

  1. Hadits ini menunjukkan keutamaan hari Jumat.
  2. Hari Jumat adalah hari yang agung, terjadi peristiwa-peristiwa besar, di antaranya diciptakannya Adam, dimasukkanya Adam ke surga, dan dikeluarkannya Adam dari surga.
  3. Hendaklah setiap hamba menghias diri pada hari Jumat dengan amalan saleh untuk mendapatkan rahmat Allah, terhindar dari musihah, mendapatkan keberuntungan, karena ingatlah bahwa hari kiamat tidaklah terjadi melainkan pada hari Jumat.

Dari Aus bin ‘Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ

Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan.” (HR. Abu Daud, no. 1047; An-Nasai, no. 1374; Ibnu Majah, no. 1085 dan Ahmad, 4:8. Hadits ini sahih kata Syaikh Al-Albani).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيْهِ أُخْرِجَ مِنْهَا، وَلاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِيْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ

Sebaik-baik hari dimana matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari Jumat Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke dalam surga dan pada hari Jumat itu juga dia dikeluarkan dari Surga. Hari Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR. Muslim, no. 854).

Semoga bermanfaat.

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/20298-hari-jumat-itu-hari-terbaik-mengharap-rezeki-setelah-shalat-jumat.html

Ingin Sukses Menghafal Alquran? Lakukan 10 Hal Ini

Ada 10 tip agar kita mudah menghafal Alquran.

Alangkah bahagianya bila Allah SWT memilih hati menjadi bejana untuk menyimpan ayat-ayat suci Alquran. Rangkaian ayat suci Alquran merupakan aset dan kekayaan yang sangat luar biasa mahal dan berharga termasuk orang mempelajari dan menghafalnya.

Umar al-Faruq, Lc al Hafizh dalam bukunya 10 jurus Dahsyat Hafal Alquran Rahasia Suskes Gemilang Para Hafizh  Quran, menuliskan agar mudah menghafal Alquran maka harus memperbaiki niat hanya karena Allah. Menurut dia, ada satu bonus dari Allah selama kita fokus berharap agar amalan diterima Allah, maka dalam satu amalan kita bisa menghadirkan dan menabur niat yang banyak.

“Satu amalan seribu niat, setiap niat itu akan dibalas kebaikan oleh Allah demikian pula dalam menghafal Alquran,” kata.

Umar al-Faruq menuliskan, seperti yang disampaikan Dr Raghib as-Sirjani bahwa orang yang menghafal Alquran bisa mengatur niatnya, antara lain dengan:

Pertama, agar mendapat pahala membaca al-quran dengan sebanyak-banyaknya. Karena bagaimanapun, untuk menghafal Alquran seorang harus sering membacanya, begitu pula setelah menjadi penghafal Alquran.

Kedua, bisa shalat qiyamul lail dengan cara yang sudah dihafalkan.

Ketiga, niat mendapatkan keutamaan dan pahala yang disediakan sebagai penghafal Alquran, baik pahala untuk dirinya atau orang lain.

Keempat, niat agar kelak di akhirat berhak memberikan mahkota kehormatan dan keselamatan untuk kedua orang tua. Jika ingin berbakti kepada kedua orang tua yang masih hidup atau sudah meninggal, maka menjadi penghafal Alquran adalah satu jalan terbaik.

Kelima, niat berlindung dari siksaan akhirat. Sebab Allah tidak akan menyiksa hati yang di dalamnya tersimpan Alquran.

Keenam, niat dapat mengajarkan Alquram kepada orang lain. Sebab, sebaik-baik orang adalah mereka yang belajar dan mengajarkan Alquran.

Ketujuh, niat untuk menjadi teladan yang baik bagi umat Islam secara keseluruhan.

Kedelapan, niat agar kita menjadi bagian dari kelompok yang dipilih Allah untuk menjaga kalam-Nya.

Kesembilan, belajar bahasa Arab dengan segala cabangnya dari Alquran.

Kesepuluh, lebih dekat dengan Allah karena kita mempelajari dan menghafal kalam-Nya.

Menurut Umar al-Faruq, selain dari 10 itu para penghafal Alquran juga bisa menambah niat baik lainnya. Di tengan proses menghafal, kata Umar, kita harus terus berusaha agar niat tetap terjaga.

Umar menambahkan, menghafal Alquran tidak hanya membutuhkan niat yang baik di awal, tetapi juga komitmen untuk menjaga niat hingga akhirnya bisa menyelesaikan hafalan Alquran atas pertolongan Allah. Maka dari itu para penghafal Alquran harus menjaga niat agar jangan sampai terperangkap kepada keinginan-keinginan duniawi.

“Sebab menghafal Alquran sungguh jauh lebih berharga daripada dunia dan seluruh isinya,” kata Umar.

Semua niat baik kata Umar, harus dikuatkan di dalam hati sejak memulai menghafal Alquran. Ia mengajak para penghafal Alquran memperbaiki niat sebelum menghafal, saat menghafal, dan setelah menghafal Alquran.

“Niat baik akan memberikan hasil yang berarti dan baik pula. Semoga Allah selalu menjaga hati kita semua dan membimbing kita ara yang diridhain-Nya,” katanya.

KHAZANAH REPUBLIKA



Siapa Keluarga Nabi Nuh yang tak Ikut ke Kapal Saat Banjir?

Alquran menjelaskan keluarga Nabi Nuh yang tak ikut naik kapal saat banjir.

Siapakah anggota keluarga Nabi Nuh yang tidak ikut naik kapal ketika banjir? Ada dua orang dari keluarga Nuh yang diinformasikan Alquran tidak ikut masuk bahtera. Pertama adalah putranya yang ingkar terhadap ajakan Nabi Nuh. Surat Hud ayat 42-43 menyampaikan.

“Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung dan memanggil anaknya ketika anak itu berada di tempat yang jauh terpencil. ” Wahai anakku Naiklah ke kapal bersama kami Dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.” Anaknya menjawab” Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah.” Nuh berkata tidak ada yang melindungi dari siksa Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang” dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya maka dia anak itu termasuk orang yang ditenggelamkan,”

Yang kedua yang tidak ikut bersama kapal Nabi Nuh adalah istrinya. Allah Menyebut istrinya Nabi Nuh bersama-sama dengan istri Nabi Luth sebagai istri istri yang kafir terhadap ajakan iman yang disampaikan oleh suami mereka seperti diabadikan surat At-Tahrim ayat 10.

Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada dibawah pengawasan dua orang hamba yang saling di antara hamba-hamba kami. Lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikitpun dari siksa Allah, dan dikatakan kepada dua istri itu masuk lah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk neraka.”

KHAZANAH REPUBLIKA

Ternyata Hikmah Ada di Empat Kalimat Ini

GURU dari Imam Mazhab Maliki dan Hanafi yang dikenal dengan Imam Jafar As-Shodiq pernah meriwayatkan.

Allah swt memberi wahyu kepada Nabi Adam as, “Wahai Adam, Aku kumpulkan hikmah untukmu dalam empat kalimat. Satu untuk-Ku, satu untukmu, satu antara Aku dan engkau dan satunya lagi antara dirimu dan sesama manusia.

1. Sedangkan untuk-Ku adalah, “Sembahlah Aku dan jangan kau sekutukan Aku dengan apapun.”

2. Dan untukmu adalah, “Aku akan membalas kebaikanmu di waktu kau sedang sangat membutuhkannya.”

3. Dan di antara Aku dan engkau adalah, “Tugasmu adalah berdoa dan Tugas-Ku adalah Mengabulkannya”

4. Dan di antara dirimu dan sesama manusia adalah,
“Lakukan kepada manusia sesuai dengan bagaimana kau ingin diperlakukan oleh mereka.” [khazanahalquran]

inilah mozaik

Di Manakah Tempat Pertolongan itu Berada?

ADA banyak orang yang menuliskan keluhannya di media sosialnya. Harapannya adalah mendapatkan simpati, doa dan pertolongan orang lain. Ada banyak orang yang kemana-mana bercerita kesedihan dan penderitaannya. Tujuannya sama, mencari pertolongan.

Ada banyak orang yang jelas-jelas meminta tolong kepada siapapun di banyak tempat yang tak ungkap di sini. Lalu ada pertanyaan, apakah mereka mendapatkan pertolongan seperti yang mereka harapkan? Ternyata, berdasarkan penelitian, jawabannya adalah “tidak.”

Mereka yang berdagang keluhan ternyata tak mendapatkan laba. Bahkan yang sering didapatkan adalah senyuman sinis dan kalimat nyinyir penuh hinaan. Karena itu berhentilah menjual derita. Derita dan musibah itu diberikan untuk dijalani dengan penuh kesabaran.

Lalu ada pertanyaan: “tak bolehkah berkonsulrasi dan meminta pertolongan?” Jawabannya adalah boleh. Konsultasilah kepada orang yang tepat, bukan kepada setiap orang. Berkonsultasi kepada semua orang itu bukanlah konsultasi, melainkan berdagang keluhan.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya supaya kita bisa dengan mudah menemukan tangan yang mudah menolong derita kita? Jawabannya adalah bahwa “tempat terbaik untuk menemukan tangan yang menolong kita adalah DI UJUNG TANGAN KITA SENDIRI.”

Jadikan ujung tangan kita adalah ujung tangan yang mudah bersalaman damai dengan banyak orang, jadikan ujung tangan kita adalah ujung tangan yang mudah membantu orang lain, maka kita akan mudah menemukan tangan yang akan menolong kita saat kita membutuhkan pertolongan. Salam, AIM. [*]

Oleh KH Ahmad Imam Mawardi

INILAH MOZAIK

Lamanya Sujud Nabi dalam Shalat Malam

Bagaimana lamanya sujud Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat malam?

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Al-Fadhail

  1. Bab Keutamaan Qiyamul Lail

Hadits #1171

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كَانَ يُصَلِّي إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً – تَعْنِي فِي اللَّيلِ – يَسْجُدُ السَّجْدَةَ مِنْ ذَلِكَ قَدْرَ مَا يَقْرَأُ أحَدُكُمْ خَمْسِينَ آيَةً قَبْلَ أنْ يَرْفَعَ رَأسَهُ ، وَيَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ الفَجْرِ ، ثُمَّ يَضْطَجِعُ عَلَى شِقِّهِ الأيْمَنِ حَتَّى يَأتِيَهُ المُنَادِي للصَلاَةِ . رَوَاهُ البُخَارِي .

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat sebelas rakaat (yaitu shalat malam). Beliau sujud satu kali sujud untuk shalat tersebut seukuran dengan salah seorang dari kalian membaca Alquran lima puluh ayat, sebelum beliau mengangkat kepalanya. Dan beliau melakukan shalat dua rakaat sebelum shalat Shubuh. Kemudian beliau berbaring di atas sisi tubuhnya yang sebelah kanan sampai datang muazin kepada beliau. (HR. Bukhari) [HR. Bukhari, no. 994]

Faedah Hadits

  1. Disunnahkan memperlama sujud dalam shalat malam.
  2. Dianjurkan menjaga dua rakaat shalat Sunnah qabliyah Shubuh.
  3. Dibolehkan berbaring sejenak selepas melaksanakan dua rakaat shalat sunnah Fajar.
  4. Dianjurkan berbaring ke sebelah kanan.
  5. Muazin harus mengetahui imam hadir, barulah mengumandangkan iqamah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اَلْمُؤَذِّنُ أَمْلَكُ بِالْأَذَانِ , وَالْإِمَامُ أَمْلَكُ بِالْإِقَامَةِ

Muazin adalah yang paling berhak menentukan azan dan imam adalah orang yang paling berhak menentukan iqamah.” (HR. Ibnu ‘Adi dan ia mendhaifkannya. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan berkata bahwa hadits ini dhaif karena adanya Syarik bin ‘Abdullah Al-Qadhi, hafalannya jelek). Al-Baihaqi juga meriwayatkan hadits yang senada dari ucapan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu. (Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan menyatakan sanadnya kuat, perawinya tsiqqah).

Baca Juga:

  • Setan Terus Mengganggu Sehingga Kita Tidak Bangun Shalat Malam
  • Jadi Hamba yang Bersyukur dengan Tahajud

Referensi:

  1. Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.
  2. Minhah Al-‘Allam fi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdullah bin Shalih Al-Fauzan. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Jilid Kedua.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/23133-lamanya-sujud-nabi-dalam-shalat-malam.html

Doa Saat Sujud, Doa Luar Biasa

Doa saat sujud adalah doa luar biasa. Silakan diamalkan namun ada beberapa aturan terkait hal ini.

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa)

بَابُ فِي مَسَائِلِ مِنَ الدُّعَاءِ

Bab 252. Tentang Berbagai Masalah Doa

Hadits #1498

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : (( أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ العَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأكْثِرُوا الدُّعَاءَ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang sujud, maka perbanyaklah berdoa pada saat itu.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 482]

Faedah hadits

  1. Ketaatan semakin membuat seorang hamba dekat dengan Allah.
  2. Semakin seorang hamba bertambah ketaatan, maka semakin doanya mudah terkabul.
  3. Sujud adalah tempat dikabulkannya doa. Hendaklah hamba memperbanyak doa ketika sujud, meminta kebaikan dunia dan akhirat saat itu.
  4. Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semangat mengajarkan umatnya kebaikan dan mengajarkan pintu kebaikan kepada mereka.
  5. Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud lebih afdal daripada berdiri dan lebih baik dari rukun shalat lainnya.

Lihat Bahjah An-Nazhirin, 2:506, penjelasan hadits no. 1428 dan penjelasan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Perlu diketahui bahwa kedekatan Allah itu ada dua macam:

  1. Kedekatan Allah yang umum dengan ilmu-Nya, ini berlaku pada setiap makhluk.
  2. Kedekatan Allah yang khusus pada hamba-Nya dan seorang muslim yang berdoa pada-Nya, yaitu Allah akan mengijabahi (mengabulkan) doanya, menolongnya dan memberi taufik padanya. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 77)

Kedekatan Allah pada orang yang berdoa adalah kedekatan yang khusus –pada macam yang kedua- (bukan kedekatan yang sifatnya umum pada setiap orang). Allah begitu dekat pada orang yang berdoa dan yang beribadah pada-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits pula bahwa tempat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Allah adalah ketika ia sujud. (Majmu’ah Al-Fatawa, 15:17)

Aturan berdoa ketika sujud:

  1. berdoa ketika sujud setelah membaca bacaan saat sujud seperti “SUBHAANA ROBBIYAL A’LAA”,
  2. berdoa ketika sujud tidak dikhususkan pada sujud yang terakhir,
  3. berdoa dengan bahasa Arab,
  4. boleh berdoa dengan doa yang berasal dari Alquran,
  5. tidak boleh telat dari imam ketika berdoa saat sujud.

Referensi utama:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.


Diselesaikan di Dasinem Pogung Dalangan, 5 Jumadats Tsaniyyah 1441 H (30 Januari 2020)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/23217-doa-saat-sujud-doa-luar-biasa.html

Waktu Berdoa yang Paling Didengar

Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, Kitab Ad-Da’awaaat (16. Kitab Kumpulan Doa)

بَابُ فِي مَسَائِلِ مِنَ الدُّعَاءِ

Bab 252. Tentang Berbagai Masalah Doa

Hadits #1500

وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ : قِيْلَ لِرَسُولِ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : أَيُّ الدُّعاءِ أَسْمَعُ ؟ قَالَ : (( جَوْفَ اللَّيْلِ الآخِرِ ، وَدُبُرَ الصَّلَواتِ المَكْتُوباتِ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ،وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ )) .

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, berkata, “Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Doa apa yang paling didengarkan?’ Beliau bersabda, ‘Doa pada pertengahan malam terakhir dan pada setiap selesai shalat wajib.’” (HR. Tirmidzi, ia katakan hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 3499, Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dalam hadits Riyadh Ash-Shalihin no. 1500 mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya atau syawahidnya].

Faedah hadits

Pertama: Hadits ini menunjukkan keutamaan doa pada malam secara umum. Ditambah lagi ada hadits yang mendukung hal ini seperti disebutkan dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 1178. (baca juga: Doa Dikabulkan pada Malam Hari)

وَعَنْ جَابِرٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُوْلُ : (( إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً، لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْألُ اللهَ تَعَالَى خَيْراً مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، إِلاَّ أعْطَاهُ إيَّاهُ ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ )) رَوَاهُ مُسْلِمٌ .

Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya pada malam hari itu ada satu waktu yang tidaklah seorang muslim tepat pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti memberikannnya kepadanya. Dan waktu itu ada pada setiap malam.” (HR. Muslim, no. 757)

Kedua: Waktu malam itu begitu tenang untuk berdoa karena orang-orang sedang tidur.

Ketiga: Allah juga memuji orang-orang yang beristighfar pada waktu sahur. Disebutkan dalam ayat,

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)

Keempat: Waktu sepertiga malam juga waktu utama untuk berdoa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari, no. 6321 dan Muslim, no. 758). Muhammad bin Isma’il Al Bukhari membawakan hadits ini dalam Bab ‘Doa pada separuh malam’. Imam Nawawi menyebutkan judul dalam Shahih Muslim Bab ‘Dorongan untuk berdoa dan berdzikir di akhir malam dan terijabahnya doa saat itu’.

Ibnu Hajar menjelaskan, “Bab yang dibawakan oleh Al-Bukhari menerangkan mengenai keutamaan berdoa pada waktu tersebut hingga terbit fajar Shubuh dibanding waktu lainnya.” (Fath Al-Bari, 11:129)

Ibnu Baththal berkata, “Waktu tersebut adalah waktu yang mulia dan terdapat dorongan beramal di waktu tersebut. Allah Ta’ala mengkhususkan waktu itu dengan nuzul-Nya (turunnya Allah). Allah pun memberikan keistimewaan pada waktu tersebut dengan diijabahinya doa dan diberi setiap yang diminta.” (Syarh Al-Bukhari, 19:118)

Kelima: Berdoa pada separuh malam terakhir lebih afdal dan lebih diharapkan terkabul berdasarkan hadits yang dibahas kali ini. Abu Bakar Ath-Thurthusyi dalam Ad-Du’a Al-Ma’tsur wa Aadabuhu (hlm. 65) mengatakan, “Tidak termasuk orang yang fakih (berilmu), siapa saja yang memiliki hajat kepada Allah, lantas ia asyik tidur pada waktu sahur (enggan berdoa saat itu).” (Dinukil dari Bahjah An-Nazhirin, 2:302, 534)

Kelima: Berdoa bakda shalat masih dianjurkan (diusahakan setelah dzikir bakda shalat wajib), walau dengan mengangkat tangan. Dalilnya adalah hadits ini, di samping pengamalan ayat,

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (QS. Alam Nasyrah: 7). Maksud ayat ini kata Ibnu ‘Abbas adalah jika engkau telah selesai shalat, maka sungguh-sungguhlah dalam berdo’a. Hal ini dikatakan pula oleh Adh Dhohak dan Maqotil. Lihat Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi dan Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas.

Referensi utama:

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.


Diselesaikan di Dasinem Pogung Dalangan, 13 Februari 2020, 19 Jumadats Tsaniyyah 1441 H

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:
https://rumaysho.com/23361-waktu-berdoa-yang-paling-didengar.html