Sebab-Sebab Menuju Persatuan Umat

Fatwa Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al-Fauzan

Pertanyaan:

Apa sebab-sebab dan sarana persatuan umat?

Jawaban:

Sebab-sebab persatuan umat di antaranya:

Pertama, memurnikan aqidah, yaitu aqidah yang selamat (terbebas) dari kemusyrikan. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu. Dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minuun [23]: 52)

Sesungguhnya, aqidah yang lurus (shahih) itulah yang menyatukan hati manusia dan menghilangkan saling dengki di antara mereka. Berbeda halnya jika aqidah tersebut bermacam-macam dan (akibatnya) sesembahan pun bermacam-macam. Maka setiap (penganut) aqidah (tertentu) akan mengistimewakan (mengunggulkan) aqidah mereka dan sesembahan mereka, dan menilai batil aqidah yang lain. 

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman,

أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

“Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (QS. Yusuf [12]: 39)

Oleh karena itu, bangsa Arab di jaman jahiliyyah itu berpecah belah dan menjadi lemah di muka bumi. Ketika Islam datang, dan luruslah aqidah mereka, mereka pun bersatu dan bersatu pula negeri mereka. 

Kedua, mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendegar dan taat (kepada penguasa), meskipun dia adalah seorang budak dari Habaysah (Ethiopia). Barangsiapa yang masih hidup di antara kalian, dia akan melihat perselisihan yang sangat banyak.” (HR. Tirmidzi no. 2676 dan yang lainnya, hadits shahih)

Ketiga, kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk menyelesaikan dan menghentikan perselisihan. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ  وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59)

Dan tidak merujuk kepada pendapat seseorang atau adat kebiasaan mereka.

Keempat, melakukan perdamaian (perbaikan) di antara sesama, yaitu ketika terjadi perselisihan di antara person tertentu atau di antara suku (kabilah) tertentu. Allah Ta’ala berfirman,

فَاتَّقُواْ اللّهَ وَأَصْلِحُواْ ذَاتَ بِيْنِكُمْ

“Oleh sebab itu, bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS. Al-Anfal [8]: 1)

Kelima, memerangi pemberontak dan khawarij, yang ingin memecah belah kaum muslimin. Mereka bagaikan duri yang mengancam persatuan dan merusak keamanan kaum muslimin.

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي

“Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi.” (QS. Al-Hujurat [49]: 9)

Oleh karena itu, amirul mukminin ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu memerangi pemberontak dan Khawarij, dan hal itu dihitung sebagai salah satu keutamaan beliau, semoga Allah Ta’ala meridhainya.

***

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.or.id

Aa Gym: Sempurnakan Protokol Kesehatan

Umat harus tetap optimis dengan melakukan ikhtiar-ikhtiar agar tidak terinfeksi Covid

Pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Bahkan, kasus positif terinfeksi Covid-19 di Indonesia angkanya terus melonjak. Berdasarkan data Satgas Covid-19 hingga 11 September jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 210.940 kasus. Sedang total pasien sembuh mencapai 150.217 pasien. Sementara pasien meninggal mencapai 8544 pasien.

Penceramah yang juga pimpinan Pesantren Daarut Tauhid Bandung, KH Abdullah Gymnastiar atau akrab disapa Aa Gym mengajak masyarakat tidak resah, tidak was was atau panik menghadapi situasi saat ini. Justru Aa Gym mengajak, umat tetap optimis dengan melakukan ikhtiar-ikhtiar agar tidak terinfeksi Covid-19. 

Aa Gym menjelaskan, umat Islam harus menjadi contoh dalam menghadapi pandemi Covid-19. Aa Gym mengingatkan, umat harus yakin bahwa musibah yang terjadi semata-mata karena dengan izin Allah. 

“Bahwa virus ini adalah makhluk ciptaan Allah yang senantiasa bertasbih, tidak bisa membawa manfaat dan mudharat tanpa izin Allah, dan satu-satunya yang bisa melindungi kita hanya Allah dari virus ini, serta hanya Allah juga yang bisa menghilangkan virus ini, harus yakin,” kata Aa Gym kepada Republika,co.id pada Jumat (11/9).

Namun demikian, menurut Aa Gym, sebagai manusia yang dikaruniai akal dan pikiran, seorang Muslim juga harus menggunakan akal pikirannya untuk memahami dengan benar segala hal tentang virus Covid-19 . Termasuk diantaranya tentang bagaimana bahayanya, bagaimana penyebarannya, bagaimana penanggulangannya atau cara mencegahnya. 

Sebab, menurut Aa Gym, ilmu tentang kesehatan pun datang dari Allah yang harus dipahami sebagai seorang hamba-Nya. Disamping itu, kata dia, secara lahiriah seorang Muslim harus menyempurnakan ikhtiar sesuai dengan keyakinan dan ilmu. 

“Kita harus menyempurnakan protokol kesehatan, jaga jarak, pakai masker, selalu bersihkan tangan, kemudian tidak dalam ruangan berlama-lama, dan sesuai dengan sunatullah bagaimana kita mengatasi semua ini, namun bersamaan dengan itu tingkatkan ibadah, tahajud, baca quran, perbanyak doa-doa yang dicontohkan Rasulullah untuk menolak bala, protokol istighfar lebih banyak lagi istighfar, karena bala menimpa karena dosa, bala diangkat karena tobat,” kata Aa Gym.

Tak hanya itu Aa Gym mengatakan, salah satu amalan yang tak kalah penting terlebih dalam situasi pandemi saat ini adalah bersedekah. Sebab dengan bersedekah Allah akan menolong hambanya dari setiap kesulitan. 

“Dalam situasi apapun harus terus berbuat kebaikan karena setiap kebaikan yang ikhlas adalah sedekah, sedekah adalah penolak bala. Allah akan senantiasa menolong orang yang senantiasa menolong sesamanya, semoga Allah mengangkat wabah ini, syaratnya dengan kita menyempurnakan ikhtiar bersama-sama dengan disiplin,” katanya.

KHAZANAH REPUBLIKA


Kasus Covid-19 Meningkat, Menag: Patuhi Protokol Kesehatan

Kasus covid-19 di beberapa wilayah mengalami peningkatan.

Kasus positif Covid-19 di beberapa wilayah mengalami peningkatan. Sejumlah pimpinan daerah memperketat aturan untuk mencegah penularan dan penyebaran Covid-19.

Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi mengimbau umat untuk mematuhi aturan pemerintah daerah dan dan Gugus Tugas Covid-19 dalam melaksanakan protokol kesehatan. Untuk wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi atau zona merah, Menag imbau umat agar membatasi beraktivitas di luar dan melaksanakan ibadah di rumah.

“Kami imbau, umat yang tinggal di kawasan dengan kasus positif Covid-19 yang tinggi, agar sementara membatasi aktivitas di luar, serta beribadah di rumah dulu,” kata Menag melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Jumat (11/9).

Menag juga mengajak umat agar menjadi teladan yang disiplin mematuhi protokol kesehatan. Tugas seorang hamba Tuhan adalah mewujudkan kemaslahatan bagi sesama. Karenanya, kepatuhan dan disiplin terhadap protokol kesehatan harus diyakini sebagai bagian dari wujud pelaksanaan ajaran agama.

“Teladan itu akan memberi kontribusi besar dalam menghadapi pandemi Covid-19 di negeri kita,” ujarnya.

Menag mencontohkan kepatuhan penduduk Syam terhadap pesan Gubernur Amru bin Ash saat dilanda wabah Tha’un dalam sejarah Islam. Menurut Amru bin Ash, wabah bagaikan api yang menjilat dan bisa membakar siapa saja. Karenanya, harus dijauhi hingga api itu padam. Arahan ini dipatuhi penduduk Syam hingga wabah Tha’un hilang.

“Mari, sama-sama kita patuhi arahan pemerintah daerah dan Gugus Tugas Covid-19, semoga pandemi ini segera berakhir,” jelas Menag.

Imbauan serupa juga banyak disampaikan tokoh agama. Menag menilai, mematuhi anjuran tokoh agama dan pemerintah untuk tetap di rumah serta menerapkan protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19 adalah bentuk kesalehan sosial sebagai umat beragama sekaligus tanggung jawab sebagai warga negara.

“Sebagai umat beragama, kita perlu mengutamakan menjaga keselamatan jiwa atau hifdzu an-nafs. Menjaga keselamatan jiwa merupakan salah satu substansi dan kewajiban utama dalam beragama,” kata Menag.

KHAZANAH REPUBLIKA

Alat Pendeteksi Kebenaran Yang Paling Canggih!

semua hal bisa dinilai dengan mata. Tidak segala sesuatu bisa terdeteksi oleh telinga. Bahkan akal manusia pun karena keterbatasannya, seringkali tertipu oleh tipuan-tipuan fatamorgana.

Lalu bagaimana cara kita mencari kebenaran yang sejati? Bila menilainya saja sulit sekali?

Dalam sebuah ayat Allah Swt berfirman :

أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٌ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٌ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ

“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (QS.Al-Hajj:46)

Ayat ini sungguh memberikan jawaban yang sangat indah. Seakan semua indera yang ada dalam tubuh kita sangat bergantung dengan kondisi hati.

Bila hati itu kotor, maka mata juga akan menjadi buta dan sulit melihat kebenaran.

Bila hati itu kotor, maka telinga juga akan tuli dalam mendengarkan seruan kebenaran.

Bila hati itu kotor, maka akal pun akan tumpul dalam menilai kebenaran.

Karena hati itu bagaikan cermin, bila cermin itu penuh noda maka ia tidak akan bisa memantulkan benda yang begitu jelas dihadapannya. Begitupula hati, bila hati itu kotor ia tidak akan bisa menyerap kebenaran walau sangat nyata dihadapannya.

Bila engkau ingin mencari kebenaran, maka langkah pertama adalah bersihkan hatimu! Karena hati adalah wadah utama yang akan menampung kebenaran tersebut. Karenanya, ketika Allah memerintahkan Nabi Musa as untuk mendatangi Fir’aun, pertama yang disampaikan oleh Nabi Musa as adalah :

فَقُلۡ هَل لَّكَ إِلَىٰٓ أَن تَزَكَّىٰ

Maka katakanlah (kepada Fir‘aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri?” (QS.An-Nazi’at:18)

Bersihkan hati dari kesombongan, iri, dengki, merasa lebih baik dari orang lain dan noda-noda lainnya hingga matamu, telingamu dan akalmu mampu bekerja dengan baik untuk mendeteksi kebenaran.

Semoga bermanfaat….

KHAZANAH ALQURAN

Ingatlah Dua Hal ini, Akan Bertambah Kesabaranmu!

Ketika berbicara tentang kesabaran, Al-Qur’an memberikan beberapa resep agar kita mampu meraih kesabaran tersebut.

Resep pertama adalah dengan menggabungkan antara ketakwaan dan kesabaran. Karena pasti kemenangan dan kesuksesaan pada akhirnya akan di raih oleh orang bertakwa dan bersabar, karena dua hal ini tak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

فَٱصۡبِرۡۖ إِنَّ ٱلۡعَٰقِبَةَ لِلۡمُتَّقِينَ

“Maka bersabarlah, sungguh, kesudahan (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS.Hud:49)

Resep kedua adalah menggabungkan kesabaran dengan banyak Istighfar dan bertasbih.

فَٱصۡبِرۡ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ بِٱلۡعَشِيِّ وَٱلۡإِبۡكَٰرِ

“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampun untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (QS.Ghafir:55)

Pada resep ini kita juga dapat melihat bahwa Istighfar dan Tasbih juga sangat membantu manusia untuk bisa meraih kesabaran.

Namun fokus kita kali ini bukan pada dua hal di atas. Ada dua hal lain yang sangat membantu manusia untuk meraih kesabaran, yaitu :

1. Kesadaran bahwa kita selalu diperhatikan dan dipantau oleh Allah Swt.

وَٱصۡبِرۡ لِحُكۡمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعۡيُنِنَاۖ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika engkau bangun.” (QS.Ath-Thur:48)

2. Keyakinan bahwa janji Allah itu pasti benar.

فَٱصۡبِرۡ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ وَلَا يَسۡتَخِفَّنَّكَ ٱلَّذِينَ لَا يُوقِنُونَ

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad), sungguh, janji Allah itu benar dan sekali-kali jangan sampai orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan engkau.” (QS.Ar-Rum:60)

Tidak ada yang bisa memberikan kekuatan pada diri kita untuk bisa bersabar menghadapi segala kesulitan hidup seperti dua hal di atas. Yaitu kesadaran bahwa Allah Swt melihat semua gerak-gerik kita dan Allah juga memperhatikan kondisi dan nasib kita.

Dan kedua, janji Allah Swt pasti benar. Ketika kita berpegang pada janji Allah bahwa disetiap kesulitan ada kemudahan, di setiap kesabaran ada kemenangan dan akhir bagi orang yang bertakwa adalah kesuksesan maka hati kita akan menjadi tenang dan yakin bahwa kesulitan kita saat ini pasti akan segera berlalu. Apabila Allah ingin merubah nasib kita, maka dalam sekejap segala sesuatu bisa berubah.

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN

Setiap Hari 70 Kali Malaikat Maut Tatap Wajah Kita

BETAPA sering malaikat maut melihat dan menatap wajah seseorang, yaitu dalam waktu 24 jam sebanyak 70 kali. Seandainya manusia sadar hakikat tersebut, niscaya dia tidak akan lupa untuk mengingat mati.

Tetapi oleh karena malaikat maut adalah makhluk gaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyadari apa yang dilakukan oleh Malaikatul maut.

Coba kita lihat 1 hari=24 jam=1440 menit. 1440 menit/70 kali malaikat melihat kita=20.571 menit, itu berarti Sang pencabut nyawa menziarahi kita setiap 21 menit.

Hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas bahwa Rasulullah bersabda:

“Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang merenungi wajah seseorang, didapati orang itu sedang bergelak-ketawa. Maka berkata Izrail: Alangkah herannya aku melihat orang ini, padahal aku diutus oleh Allah untuk mencabut nyawanya kapan saja, tetapi dia masih terlihat bodoh dan bergelak ketawa.”

Seorang sahabat pernah bertanya: “Wahai Rasululloh, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?” Rasulullah menjawab: “Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling: baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.” {HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy)

Semoga bisa menjadi asbab hidayah. [AllAboutIslam]

INILAH MOZAIK

Mualaf Sumayyah Meehan, Islam Solusi Disiplinkan Hidupnya

Mualaf Sumayyah Meehan menguatkan keimanan dengan berislam.

Meski sudah menyatakan Islam selama 25 tahun lalu, Sumayyah Meehan tak segan berbagi kisah awal mula perkenalannya dengan Islam. “Perjalanan menemukan Islam dimulai ketika masih menjadi mahasiswa berusia 19 tahun yang duduk di kamar asrama merenungkan dunia yang berbeda,” kata perempuan yang kini menekuni jurnalistik kepada aboutislam.net. 

Meehan ketika itu menimba ilmu hukum di Universitas Waynesburg, Pensylvania. Masa muda dilaluinya dengan berbagai kebersamaan, tak terkecuali di tempat hiburan. Pada suatu malam dia berkumpul bersama teman-temannya.  

Ketika itu dia menyaksikan teman-temannya mabuk dan kehilangan kesadaran. Bahkan sebagian dari mereka bertengkar. Baru kali ini dia menyaksikan langsung dampak buruk mengonsumsi alkohol. Sejak itu dia menyadari minuman alkohol harus dihindari.  

Semakin bertambah usia, Meehan semakin menyadari pentingnya menjaga keimanan. Ini adalah sesuatu yang tak pernah sungguh-sungguh dikerjakannya ketika berada di rumah. Namun kini, di tanah perantauan, dia merasa kebutuhan ini harus dipenuhi. “Saya merasakan panggilan Tuhan sebagai alat keselamatan dari dosa,”jelasnya. 

Dalam usaha tersebut dia mengunjungi beberapa gereja di dekat kampus. Setiap kali merasa tidak puas dengan khotbah, dia mulai berhenti untuk hadir. Namun dia harus merasakan keresahan batin yang tak terhitung jumlahnya. Hingga suatu saat dia mulai mendengar tentang Islam. Meehan mulai mencari tahu seluk beluk agama tersebut dari berbagai literatur. Dengan mengucap syahadat, maka seseorang mengimani segala ketentuan dalam Islam. Secara otomatis dia menjadi Muslim. Dari sinilah perjalanan bersama Islam benar-benar dimulai. Mereka tidak bisa begitu saja menyatakan diri sebagai Muslim tanpa menjalankan agama. Apalagi jika tidak menjalankan ibadah yang ditentukan. 

Menurut Meehan sangat penting untuk menyadari bahwa tidak semua orang berada pada level Islam yang sama. Beberapa Muslim baru telah mempelajari agama Islam secara mendalam sebelum mengucapkan syahadat. Ada juga muallaf yang memiliki pemahaman dasar tentang Islam. Lalu lamban mendalami ajaran tersebut.

Menjadi Muslim adalah perjuangan tersendiri. Rasanya berat, sehingga harus dilalui dengan pendirian yang kuat. Selama berbulan-bulan dia mencari pengetahuan Islam karena minimnya bahan bacaan bahasa Inggris yang tersedia di Kuwait. Di sana dia menjalani kehidupan baru untuk menemukan ketenangan batin. “Saya hanya mengandalkan apa yang diajarkan suami saya dan butuh waktu lama untuk belajar agama,” jelasnya. 

Sebagai seorang mualaf baru dia menghadapi banyak perubahan baik secara spiritual maupun fisik. Salah satu perubahan yang paling sulit adalah hubungan dengan orang lain. Karena Islam sering digambarkan dalam berita negatif di media. Orang-orang terdekat bisa saja memutuskan hubungan sepenuhnya. 

Orang lain juga menghindar, karena keengganan mereka menjalin hubungan dengan Muslim. Alasan inilah yang membuat Meehan memilih untuk tidak memberi tahu keluarga tentang memeluk Islam selama beberapa bulan. 

Dia tidak benar-benar peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentang hal itu. Tetapi dia tahu mereka akan memiliki beberapa hal yang mengerikan untuk dikatakan tentang agama barunya. Meehan tidak ingin mendengar hal itu. 

Suatu ketika dia memberanikan diri memberitahukan perubahan keimanannya kepada keluarga. apa yang terjadi? Mereka membencinya, marah, dan menghardiknya dengan kata-kata kotor. Namun itu tidak menggoyahkan pendirian yang sudah dibangun. Meehan justru semakin meyakini apa yang ditempuhnya sudah benar. 

Dia pun menyarankan bagi Muslim baru untuk menyembunyikan keimanannya dari orang lain. Meski demikian, harus ada keyakinan bahwa Allah tidak menguji hamba-Nya di luar kemampuan yang ada. 

KHAZANAH REPUBLIKA 

Orang Bernasib Baik di Dunia Tertahan Masuk Surga

Rasulullah menyebut orang bernasib baik di dunia tertahan masuk surga.

Dalam sebuah hadits pada kitab Shahih Muslim diceritakan Rasulullah Nabi Muhammad SAW melihat orang miskin banyak yang memasuki surga. Nabi Muhammad SAW juga melihat orang-orang yang bernasib baik di dunia tertahan di luar.

“Rasulullah SAW bersabda: Aku berdiri di pintu surga, maka kulihat orang-orang yang masuk ke dalamnya kebanyakan dari orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang yang bernasib baik di dunia, mereka tertahan di luar. Kecuali penduduk neraka mereka langsung diperintahkan masuk ke neraka.”

“Dan aku (Rasulullah SAW) berdiri pula di pintu neraka, kulihat orang yang masuk (neraka) kebanyakannya ialah kaum wanita.” (HR Muslim)

Dalam kitab Sahih Muslim juga tertulis sebuah hadis yang menyampaikan bahwa sedikit sekali kaum wanita yang menjadi penghuni surga. Hadis ini memiliki kesamaan redaksi dengan hadis sebelumnya yang mengatakan bahwa banyak kaum wanita yang masuk neraka.
 
“Rasulullah SAW bersabda: Bahwa kaum wanita adalah penghuni surga yang paling sedikit.” (HR Muslim)

“Rasulullah SAW bersabda: Sepeninggalku, tidak ada (sumber) bencana yang lebih besar bagi laki-laki selain dari pada wanita.” (HR Muslim)

Fuji E Permana

KHAZANAH REPUBLIKA

3 Amal Anak Berbakti

Mujahid, seorang ulama era tabiin mengatakan, 

لَا يَنْبَغِي لِلْوَلَدِ أَنْ يَدْفَعَ يَدَ وَالِدِهِ إِذَا ضَرَبَهُ وَمَنْ شَدَّ النَّظَرَ إِلَى وَالِدِهِ لَمْ يَبِرَّهُمَا وَمَنْ أَدْخَلَ عَلَيْهِمَا مَا يُحْزِنُهُمَا فَقَدْ عَقَّهُمَا

“Tidak sepatutnya bagi seorang anak menahan tangan ayah yang hendak memukulnya. Siapa yang melototi kedua orang tuanya tidaklah berbakti kepadanya. Siapa yang membuat sedih kedua orang tuanya sungguh telah durhaka kepadanya.” (Birrul Walidain karya Ibnul Jauzi)

Ada tiga tips yang disampaikan oleh Mujahid agar kita tergolong anak berbakti:

PERTAMA:

Tidak menangkis atau menahan tangan orang tua yang mau memukul atau mencubit kita.

Pada dasarnya tidak mungkin ortu menghukum anak secara fisik kecuali karena anak sudah melakukan tindakan yang keterlaluan. 

Bakti kepada ortu adalah berupaya tidak membuat ortu kecewa. 

Menahan tangan ortu yang hendak menghukum adalah bentuk membuat ortu kecewa. 

Agar ortu tidak kecewa anak yang berbakti segera menyadari kesalahan yang dilakukan dan tidak menahan tangan ortu yang hendak mencubit, misalnya. 

KEDUA:

Tidak melototi ortu. Melototi ortu adalah bentuk durhaka.

Sebaliknya memandang ortu dengan penuh rasa hormat adalah bentuk amal shalih, berbakti kepada ortu. 

KETIGA:

Tidak membuat ortu sedih, kecewa dan menangis. 

Anak yang berbakti itu gemar melakukan hal yang membuat ortu senang dan bahagia. Sedangkan anak durhaka itu melakukan tindakan yang membuat sedih ortu. 

Diantara bentuk durhaka kepada ortu adalah:

  1. Memasukkan ortu ke panti jompo karena tidak mau merawat ortu.
  2. Tidak pernah mau menyuapi ortu yang tidak bisa sendiri karena merasa cukup dengan sekedar membayar pembantu untuk melakukan hal tersebut padahal anak dalam kondisi longgar.
  3. Tidak membezuk ortu yang sakit dengan sekedar alasan sibuk kerja.

Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini untuk menjadi anak yang benar-benar berbakti. Aamiin. 

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.

YUFIDIA

10 Kewajiban Anak

Ada 10 hak orang tua yang wajib ditunaikan oleh anak:

  1. Memenuhi kebutuhan pangan ortu jika keduanya memerlukannya. 
  2. Memenuhi kebutuhan sandang ortu jika anak mampu
  3. Memberikan layanan/servis/khidmat kepada ortu jika ortu memerlukannya. 
  4. Merespon dan datang jika ortu memanggil.
  5. Memenuhi permintaan ortu selama permintaannya bukan maksiat. 
  6. Berbicara kepada ortu dengan lembut, tidak kasar.
  7. Tidak memanggil ortu dengan nama langsung.
  8. Berjalan di belakang ortu.
  9. Anak menginginkan terjadi pada ortu apa yang dia inginkan terjadi pada dirinya dan tidak ingin terjadi pada ortu pada yang tidak dia inginkan terjadi pada dirinya. 
  10. Mendoakan ortu agar mendapatkan ampunan Allah setiap kali mendoakan diri sendiri.

(Tanbih al-Ghafilin hlm 124)

Anak itu memiliki kewajiban untuk menafkahi ortu (memenuhi kebutuhan sandang dan pangan) dengan dua syarat:

  1. Ortu memerlukan bantuan
  2. Anak memiliki kebutuhan harta setelah tercukupi kebutuhan dasar untuk diri sendiri, anak dan isteri.

Kewajiban ini berlaku untuk anak laki-laki ataupun perempuan, sudah menikah ataupun belum.

Contoh servis atau khidmah untuk ortu adalah antar belanja, antar ke rumah sakit, pijit ortu dll. 

Berjalan di depan ortu bisa dibenarkan jika dengan tujuan menjaga dan melindungi orang tua.

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.

YUFIDIAH