Kelicikan Kaum Yahudi

Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr hafizhahullah

Sesungguhnya Al-Quran merupakan kitab yang berisikan petunjuk, penjelasan, nasehat, dan arahan. Di dalamnya terdapat cerita orang-orang sebelum kita, dan berita orang-orang setelah kita, dan hikmah-hikmah / pelajaran-pelajaran bagi kita. Barangsiapa yang beramal dengannya, maka akan diberi pahala. Barangsiapa berhukum dengannya, niscaya dia telah berbuat adil. Dan barangsiapa berdakwah kepadanya, maka dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Diantara dalil yang jelas dan petunjuk mulia yang ada dalam al-Quran, ialah penyingkapan jalan orang-orang yang gemar melakukan dosa, dan penjelasan terhadap orang-orang yang dibenci lagi sesat; supaya kaum mukminin mengetahuinya kemudian mereka menjauhinya; dan tersingkap bagi mereka keadaanya, kemudian mereka menjaga diri darinya; dan jelas bagi mereka musuh-musuh mereka, kemudian memperingatkan manusia darinya. Allah Ta’ala berfirman :

{وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ}

Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran, supaya jelas jalan orang-orang yang berdosa” (QS. al-An’am : 55)

yaitu supaya jelas jalan mereka, dan tersingkap perkara mereka, dan jelas keadaan mereka, sehingga kaum muslimin memperingatkan manusia dari mereka.

Yahudi merupakan umat yang dimurkai oleh Allah

Telah datang dalam Al-Quran berupa dalil dan petunjuk yang jelas, bahwasanya orang-orang yang paling licik tipu-dayanya terhadap kaum mukminin, paling besar permusuhannya, dan paling kotor makar dan kebenciannya; ialah orang-orang Yahudi. Mereka adalah umat yang dimurkai, yang – karena jeleknya amal perbuatan mereka – mendapat kemarahan, laknat, dan kemurkaan dari Allah Ta’ala. Maka, mereka adalah umat yang terlaknat lagi dimurkai, karena kejelekan yang mengakar pada diri mereka, kekejian yang bertumpuk-tumpuk, dan kerusakan yang besar,
Allah Ta’ala berfirman :

{ قُلْ هَلْ أُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكَ مَثُوبَةً عِنْدَ اللَّهِ مَنْ لَعَنَهُ اللَّهُ وَغَضِبَ عَلَيْهِ وَجَعَلَ مِنْهُمُ الْقِرَدَةَ وَالْخَنَازِيرَ وَعَبَدَ الطَّاغُوتَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ }

Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus” (QS. al-Maidah : 60)

Allah Ta’ala juga berfirman :

{تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ}

Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan” (QS. al-Maidah : 80)

Dia Ta’ala juga berfirman :

{ بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ }

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan” (QS. al-Baqarah: 90)

Orang-orang yahudi memiliki hati yang keras

Dan Allah telah mensifati mereka dalam al-Quran, bahwasanya hati-hati mereka keras.

{ ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً }

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi” (QS. al-Baqarah : 74)

Pengingkaran yahudi terhadap Taurat

Ketika dihadapkan kepada mereka Taurat – yang merupakan firman Allah, wahyu-Nya, dan diturunkan dari-Nya – mereka menolaknya, dan menutup diri dari menerimanya. Kemudian Allah memerintahkan Jibril ‘alaihis salaam untuk mencabut sebuah gunung sampai akarnya dari bumi, sesuai dengan ukuran/jumlah mereka, kemudian mengangkatnya di atas kepala mereka, dan dikatakan kepada mereka, “Jika kalian tidak menerimanya, maka akan Kami jatuhkan gunung ini kepada kalian.” Maka mereka menerimanya dalam keadaan terpaksa. Allah Ta’ala berfirman :

{وَإِذْ نَتَقْنَا الْجَبَلَ فَوْقَهُمْ كَأَنَّهُ ظُلَّةٌ وَظَنُّوا أَنَّهُ وَاقِعٌ بِهِمْ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}

Dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (Dan Kami katakan kepada mereka): “Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa”” (QS. al-A’raf : 171)

Allah Ta’ala juga berfirman :

{وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ – ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ}

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa”. Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi” (QS. al-Baqarah : 63 – 64)

Kelancangan yahudi terhadap Allah dan rasul-Nya

Dan ketika Nabi Musa ‘alaihis salaam mengajak mereka untuk beriman kepada Allah dan wahyu-Nya, mereka menolaknya, seraya berkata, “Kami tidak akan beriman hingga kami melihat Allah dengan mata kepala kami.” Maka Allah menurunkan api dari langit, lalu membunuh mereka dengan api tersebut karena sebab dosa mereka. Kemudian, Allah menghidupkan mereka setelah kematian mereka tersebut supaya mereka bersyukur. Allah Ta’ala berfirman :

{وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ – ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur” (QS. al-Baqarah : 55 – 56)

Dan diantara keculasan mereka adalah mereka menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan selain Allah, padahal mereka telah melihat sendiri bagaimana Allah menimpakan hukuman yang dahsyat kepada kaum Musyrikin. Padahal Nabi mereka masih hidup, belum mati. Padahal mereka juga melihat sendiri dengan mata kepala mereka bagaimana tukang patung membuat patung sapi tersebut. Ia membuat adonan bahannya, memasukannya ke dalam api, menempanya dengan palu, lalu didinginkan, lalu dibolak-balik oleh tangan si pematung, walaupun mereka tahu semua ini namun mereka tetap menyembahnya selain juga menyembah Allah. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga mengklaim secara dusta bahwa patung tersebut adalah sesembahannya Musa ‘Alaihissalam.

{فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ} [طه:88]

kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa”” (QS. Thaha: 88)

Dan Allah juga berfirman:

{وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة:51-52]

Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang lalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah: 51-52)

Walaupun hujjah-hujjah senantiasa ditunjukkan kepada mereka dan mereka senantiasa dilimpahkan kenikmatan dari Allah berkali-kali, mereka tetap saja meminta untuk dibuatkan sesembahan selain Allah. Terkadang mereka menyembah patung sapi selain menyembah Allah. Terkadang mereka mengatakan, “Wahai Musa, kami belum bisa membenarkanmu sebelum kami melihat Allah dengan nyata”. Dan ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekuasaan Fir’aun dan kezhalimannya, dan mereka dipisahkan dengan laut, mereka sudah melihat ayat-ayat Allah, keajaiban-keajaiban serta pertolongan dari-Nya, namun ketika Nabi mereka (Musa) mengajak mereka untuk berperang mereka malah enggan dan berkata

{فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ} [المائدة:24]

“Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.”” (QS. Al Maidah: 24).

Dan diantara ulah mereka juga, ketika dikatakan mereka, dan ketika mereka bersama Nabi mereka lalu wahyu dari Allah turun:

{وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ}[البقرة:58]

Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: “Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah: “hithah (Bebaskanlah kami dari dosa)”, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Baqarah: 58).

Al qaryah maksudnya Baitul Maqdis. Mereka diperintahkan masuk ke dalamnya dengan cara yang demikian, yaitu cara yang penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah, namun mereka malah enggan. Mereka ingkar dan sombong, mereka pun masuk ke sana lewat pintu belakang, mereka kembali ke belakang, dan berkata: “hinthah” (padahal yang disuruh adalah “hithah”), artinya biji-bijian. Maka Allah Ta’ala pun berfirman:

{فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ} [البقرة:59]

Lalu orang-orang yang lalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang lalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik” (QS. Al Baqarah: 59)

Dan diantara keculasan mereka adalah mereka membunuhi para Nabi yang sesungguhnya hidayah tidak sampai kepada mereka kecuali oleh sebab para Nabi tersebut. Dan mereka menjadikan para rahib mereka sebagai sesembahan selain Allah. Mereka juga menuduh Nabi Isa dan ibu telah berbuat dosa besar. Dan mereka juga mengklaim bahwa mereka telah berhasil membunuh keduanya.

{فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِآيَاتِ اللَّهِ وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا (155) وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا (156) وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (157) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا } [النساء:155-158] .

Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. An Nisaa’: 155-158)

Dan diantara keculasan mereka adalah menisbatkan hal-hal yang tidak layak kepada Allah. Dan mereka menyifati Allah dengan sifat-sifat yang Allah disucikan darinya. Diantara perkataan mereka, bahwa Allah lelah dan beristirahat setelah menciptakan langit dan bumi. Kemudian Allah menurunkan ayat untuk membantah mereka:

{وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ} [ق:38]

Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan” (QS. Qaaf: 38)

lughuw maknanya lelah. Dan diantara perkataan mereka juga, “Allah itu faqir dan kami itu kaya”. Maka Allah pun menurunkan ayat:

{لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ} [آل عمران:181]

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya”. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): “Rasakanlah olehmu azab yang membakar”” (QS. Al Imran: 181)

Allah juga berfirman:

{ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ } [المائدة:64]

Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki” (QS. Al Maidah: 64)

Kemudian, dengan semua kekufuran yang besar dan kedustaan yang nyata ini, mereka mengklaim diri mereka ahli surga dan juga mengklaim diri mereka adalah makhluk Allah yang paling terbaik dan makhluk terpilih.

{وَقَالُوا لَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ كَانَ هُودًا أَوْ نَصَارَى تِلْكَ أَمَانِيُّهُمْ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ } [البقرة:111

Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”” (QS. Al Baqarah: 111)

{وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ} [المائدة:18]

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:”Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?” (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya” (QS. Al Maidah: 18)

Dan yang semestinya kita ketahui bersama, bahwa kaum Yahudi itu setelah mencoba membunuh Al Masih Isa bin Maryam, dan Allah menjaga Nabi Isa dari usaha mereka tersebut, ternyata makar mereka sama sekali tidak berkurang sampai Allah memecah mereka menjadi banyak golongan dan menyempitkan mereka sesempit-sempitnya.

Dan mereka tidak memiliki kekuasaan sampai diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Merekapun kufur kepada beliau dan mendustakannya. Kemudian Allah menyempurnakan adzab-Nya kepada mereka dan menhancurkan mereka sehancur-hancurnya, serta menghinakan mereka sehina-hinanya. Kehinaan ini terus ada pada mereka hingga diturunkannya Nabi Isa ‘Alaihissalam di akhir zaman kelak. Akan dihentikan semua ulah mereka dan dibunuh semua dari mereka yang tersisa. Dan bumi dibersihkan dari para penyembah salib.

Inilah sebagian kabar yang datang dari Al Qur’an Al Karim mengenai keadaan kaum Yahudi yang dimurkai dan dilaknat ini. Agar kaum Muslimin mengetahu sejarah hitam dari kaum tersebut. Kehidupan mereka itu kelam dan penuh dengan kekufuran, permusuhan, kezaliman dan kedustaan. Mereka tidak merasa aman terhadap kejahatan mereka sendiri, dan mereka tidak henti-hentinya berbuat keji hingga tidak ada perasaan aman di setiap waktu dan keadaan karena kesesatan dan permusuhan yang mereka perbuat. Selain itu, hikmah Al Qur’an mengabarkan hal ini juga agar setiap Muslim menyadari kadar nikmat Allah yang diberikan kepadanya yang berupa agama yang hanif dan juga berupa nikmat ilmu dan iman. Maka sungguh segala puji bagi Allah dari awalnya hingga akhirnya.

Sesungguhnya seorang Mukmin dalam setiap keadaannya dan setiap perkaranya, baik di kala sulit maupun lapang, dikala senang maupun susah, ia tidak merasa takut kecuali kepada Allah dan tidak meminta jalan keluar kecuali kepada Rabb-nya sebagai penghulunya dan penolongnya. Wahai Allah, Engkau lah tempat mengadu dan Engkau lah yang mencukupi kami. Wahai Dzat yang mengabulkan doa orang kesulitan ketika ia berdoa, dan menguatkan hati orang yang rapuh ketika ia menengadahkan tangannya dan menghilangkan kegelisahan orang yang gelisah ketika ia menundukkan diri kepada-Nya dan berharap pada-Nya. Wahai Rabb kami, sesungguhnya kaum Yahudi berbuat makar terhadap saudara-saudara kami di Palestina, berupa pembunuhan dan pengusiran. Kaum Yahudi menghancurkan dan menyabotase rumah-rumah mereka, mencoreng dan merusak kehormatan mereka. Betapa banyak rumah yang telah hancur dan betapa banyak kehormatan yang dicoreng. Betapa banyak wanita yang diperkosa, betapa banyak darah yang telah mengucur, dan betapa banyak anak-anak yang telah menjadi yatim. Sungguh arogansi kaum Yahudi semakin menjadi-jadi, semakin bertambah kesombongan dan kejahatan mereka, serta semakin besar pula perlawanan dan permusuhan mereka.

Wahai Rabb kami, wahai Dzat yang memiliki pertolongan dan kemuliaan, kepada-Mu pertolongan diminta. Wahai Dzat yang pintu-pintu-Nya dan khizanah-Nya dibuka bagi orang yang berdoa, wahai Dzat yang menggoyangkan singgasananya orang-orang zalim, wahai Dzat yang menghancurkan kekuasaan para penguasa hebat, wahai Dzat yang membatalkan tipu daya orang-orang jahat. Ya Allah, hancurkanlah kaum Yahudi yang mereka itu melampaui batas. Ya Allah, kami jadikan Engkau penolong untuk membinasakan mereka dan kami memohon perlindungan dari-Mu dari kejahatan mereka.

Sumber: http://al-badr.net/detail/9BPph26c5w
Penerjemah: tim penerjemah Muslim.Or.Id
Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/22148-kelicikan-kaum-yahudi.html

Derita Palestina Akibat Kekejaman Yahudi

Yahudi dan orang-orang musyrik. Dua kelompok inilah musuh Islam yang paling keras dalam berupaya untuk menghancurkan umat Islam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh akan kalian dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik).” (QS. al-Maa’idah [5]: 82).

Oleh sebab itu haram hukumnya bagi umat Islam memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak akan kamu temukan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir justru berkasih sayang dengan orang-orang yang memusuhi Allah dan rasul-Nya, meskipun orang-orang itu adalah ayah-ayah mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau kerabat mereka…” (QS. al-Mujadilah [58]: 22).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kecintaan, berkasih sayang, dan hubungan perasaan di antara sesama mereka adalah laksana satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang kesakitan, maka semua anggota tubuh yang lain pun akan saling membantunya dengan merasakan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari [6011] dan Muslim [2586], dari an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ini lafazh Muslim).

Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa seorang mukmin akan turut merasa susah dan sedih karena sesuatu yang membuat susah dan sedih saudaranya sesama mukmin yang lain.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 163).

Sesungguhnya bumi Palestina merupakan bagian dari tanah air kaum muslimin. Kaum muslimin yang berada di sana adalah saudara-saudara kita seaqidah. Musibah yang menimpa mereka akibat kekejaman Yahudi merupakan musibah yang menimpa kita pula. Doa dan bantuan kita untuk mereka adalah wujud persaudaraan di jalan Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Jika Allah menolong kalian, maka niscaya tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Namun, jika Allah membiarkan kalian (tidak memberikan pertolongan), maka siapakah lagi yang dapat menolong kalian setelah-Nya. Maka kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin itu bertawakal.” (QS. Ali Imran [3]: 160).

Penulis: Ari Wahyudi S.Si.
Artikel Muslim.Or.Id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/21542-derita-palestina-akibat-kekejaman-yahudi.html

Seruan Para Ulama Markaz Al-Albani untuk Menolong Kaum Muslimin di Palestina

بسم الله الرحمن الرحيم

Sebuah penjelasan

الحمد لله رب العالمين، والعاقبة للمتّقين، ولا عدوان إلّا على الظالمين، والصّلاة والسّلام على خاتم النّبيّين، نبيّنا محمّد، وعلى آله وصحبِه أجمعين. أمّا بعدُ:

Apa yang terjadi di Masjidil Aqsha dan sekitarnya, dan yang terjadi di Gaza secara khusus, atau Palestina secara umum, yaitu berupa permusuhan dari orang-orang Yahudi Zionis yang anarkis dan penuh perbuatan dosa. Mereka telah mengotori tempat-tempat suci dan melanggar kehormatannya. Mereka telah menumpahkan darah orang-orang yang polos dan tidak bersalah. Di negeri Palestina yang penuh dengan keberkahan. Ini semua semakin menguatkan apa yang telah kita yakini bahwa kaum Yahudi Zionis adalah kaum yang gemar melanggar perjanjian. Sebagaimana mereka telah membunuh para Nabi dan Rasul. Dan mencela Rabbul ‘Alamin, dan mereka adalah orang-orang yang Allah akan berikan kehinaan dan akan Allah hilangkan kemuliaannya. Baitul Maqdis hanya milik Allah, Gaza hanya milik Allah.

Semoga apa yang terjadi ini bisa menyadarkan orang-orang yang lalai dari kaum Muslimin, dapat menghidupkan hati yang masih ada kehidupan di dalamnya, atau masih memiliki rasa malu di dalamnya, sehingga mereka tersadar tentang pentingnya masalah Palestina. Karena ini adalah masalah akidah dan masalah iman. Sehingga hatinya tergerak untuk membantunya.

Sudah menjadi suatu kewajiban bagi kaum Muslimin di hari ini, untuk membela Masjidil Aqsha, dan membantu penduduknya yang terzalimi, dengan semua sarana yang memungkinkan. Dan semua kalangan dari kaum Muslimin,

* wajib membantu mereka dengan doa

* bantu mereka dengan banyak bertaubat dan beristighfar dari semua dosa

* bantu mereka dengan harta

* bantu mereka dengan (menggunakan) kedudukan

* bantu mereka dengan (menggunakan) media informasi

Dan untuk seluruh kaum Muslimin, hendaknya bersiap diri untuk dengan sebenar-benarnya untuk menghadapi musuh-musuh Islam, dengan semua sarana yang memungkinkan.

Betapa banyak kondisi sulit yang terjadi, ternyata memberikan manfaat. Dan betapa sering ujian dari Allah, ternyata membawa karunia.

لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ

“Jangan kalian mengira itu buruk bagi kalian, padahal itu baik bagi kalian” (QS. An Nur: 11).

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ (139) إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140) وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ (141)

“(139) Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

(140) Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,

(141) Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran: 139 – 141).

Kita memohon kepada Allah Ta’ala yang telah menurunkan Al Qur’an, yang memperjalankan awan-awan, yang telah membinasakan ahzab (kaum-kaum yang kufur), agar Allah Ta’ala mensucikan Masjidil Aqsha dari kotoran berupa kaum Yahudi Zionis. Semoga Allah menimpakan azab-Nya kepada mereka, yang azab Allah tidak bisa dihindari oleh orang-orang yang berlaku durhaka. Semoga Allah menolong saudara-saudara kita terzalimi dan berusaha mempertahankan Masjidil Aqsha, Gaza dan Palestina. Semoga Allah mengokohkan mereka. Semoga Allah menjaga mereka. Semoga Allah melindungi mereka dan menolong mereka dari makar orang-orang Yahudi Zionis yang zalim.

والحمد لله رب العالمين

Ahad, 3 Syawal 1442H / 16 Mei 2021

Sumber: https://www.alalbany.org/adv-47

Keterangan

Markaz Imam Al Albani lid Dirasah wat Tadris (Imam al-Albani Center Society for Studies and Research) adalah asosiasi resmi dibawah naungan Kementerian Pembangunan dan Sosial Yordania, dan diawasi oleh Kementerian Agama Yordania. Didirikan pada 20 Desember 2011.

Para ulama yang tergabung di markaz imam Al Albani di antaranya:

* Syaikh Dr. Basim Al Jawabirah

* Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman

* Syaikh Dr. Husain bin Audah Al Awaisyah

* Syaikh Dr. Ziyad bin Salim Al Abbadi

* Syaikh Akram Muhammad Ziyadah

* Syaikh Dr. Ashim Al Qaryuti

* Syaikh Dr. Khalid Al Anbari

* Syaikh Dr. Utsman Al Khamis

* Syaikh Dr. Abdul Azhim Al Badawi

* Syaikh Abdurrahman At Tamimi (ulama dari Indonesia)

dan para ulama lainnya.

Baca Juga:

Penulis: Yulian Purnama, S.Kom.

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/66030-seruan-para-ulama-markaz-al-albani-untuk-menolong-kaum-muslimin-di-palestina.html

Nabi Adam Pernah Membangun Kabah?

Sebagian Muslim mengetahui bahwa bangunan Ka’bah dibangun di masa nabi Ibrahim bersama Nabi Ismail. Namun ternyata sejarah pembangunan Ka’bah dapat dirunut jauh ke belakangan hingga ke nabi Adam yang merupakan manusia pertama di muka bumi.

Diketahui, dalam riwayat yang didokumentasikan Alquran, memang disebutkan Ka’bah dibangun atau ditinggikan Ibrahim AS dan anaknya Ismail AS. Kala itu berbentuk yang segi empat menjadi fokus spiritual umat Islam untuk mendulang kekayaan pengalaman religius.

”Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan (membangun) dasar-dasar (pondasi) Baitullah beserta puteranya Ismail (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amal perbuatan kami), sesungguhnya Engkau Maha mendengar lagi Maha mengetahui’.” (QS  2: 127). 

Namun riwayat lain mencatatkan konon Ka’bah dibangun saat Adam turun dari surga. Adam disebut merasakan kesedihan mendalam. Puncak kesedihan Adam karena ditelantarkan di bumi sehingga tidak bisa lagi melakukan laku spiritual mengikuti langkah ibadah bersama para malaikat mengitari Arsy (singgasana Tuhan).

Belakangan, Tuhan menjawab kesedihan Adam dengan diperbolehkannya membuat Ka’bah sebagai tiruan dari Arsy. Adam lalu diperintahkan Tuhan mengelilingi Ka’bah atau disebut thawaf sekarang yaitu sebentuk cara beribadah menirukan malaikat berputar mengelilingi Arsy.

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran: 96).

Dalam ayat tersebut dikatakan dibangunkan untuk manusia bukan dibangun oleh manusia. Sumber lain mengatakan bahwa 2000 tahun berdasarkan hitungan hari di bumi atau sekitar 2 hari dalam hitungan Allah sebelum Nabi Adam diciptakan, malaikat sudah membangun Ka’bah di bumi ini atas perintah Allah SWT.

Bangunan yang didirikan untuk pertama kali menurut sebuah riwayat baru berupa tancapan penanda lokasi. Kemudian Allah SWT berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi,” (QS Al-Baqarah: 30). Kemudian pada titik yang ditentukan Allah SWT, Nabi Adam membangun Ka’bah.

Hanya saja, di zaman Nabi Nuh AS (5 generasi setelah Nabi Adam AS) terjadi banjir besar sehingga tersisa pondasinya. Pada titik inilah, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memperbaiki sekaligus meninggikan Ka’bah.

Seiring berjalannya waktu, Ka’bah yang dibangun Ibrahim (atau Adam) mengalami pemugaran dan renovasi beberapa kali sebelum terwariskan kepada umat Muhammad SAW. Hingga saat ini, Ka’bah telah memberikan kesaksian ihwal jejak-jejak ruhaniah perjalanan manusia. 

IHRAM

Rezim Apartheid Zionis di Palestina

Situasi di Palestina memanas dalam beberapa hari terakhir ini. Hal ini bermula sejak penghujung bulan Ramadan yang baru lalu, ketika berlaku pengusiran dan pengambilalihan paksa atas beberapa rumah milik penduduk Palestina di kawasan Syeikh Jarrah di Yerusalem (Baitul Maqdis) Timur serta terjadinya serangan oleh petugas keamanan ‘Israel’ atas Masjid al-Aqsha (Frykberg, 11 Mei 2021).

Serangan di bulan Ramadhan oleh ‘Israel’ terhadap masyarakat Palestina telah terjadi berulang kali dan menimbulkan korban yang tidak sedikit, terutama di pihak Palestina.  Dengan bahasa kekuasaan dan diplomasinya, negara zionis ‘Israel’ tak pernah mengubris kecaman masyarakat internasional terhadap berbagai pelanggaran dan kekerasan yang dilakukannya. Negara zionis yang bisa disifati sebagai kolonialisme pemukim (settler colonialism) ini terus meluaskan pengaruhnya di seluruh dunia untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat internasional.

Walaupun banyak masyarakat dunia yang marah terhadap perilaku zionis ‘Israel’, tidak sedikit pula yang menutup mata dan memberikan dukungan. Negara-negara Arab yang membuka hubungan diplomatik dengan ‘Israel’ juga bertambah dalam beberapa tahun terakhir.

Di samping itu, ada pula anggota masyarakat Muslim yang bersimpati terhadap zionis Yahudi dan beranggapan bahwa mereka sebenarnya berhak atas Yerusalem dan Palestina. Sementara orang-orang Arab Muslim yang ada di tempat itu dianggap sebagai penyerobot yang tidak memiliki hak untuk berada di sana.

Benarkah anggapan seperti itu?

Fokus utama tulisan kali ini adalah pada klaim hak Yahudi atas Palestina serta sifat kekuasaan mereka di negeri itu. Tulisan ini menggunakan pandangan orang-orang Yahudi sendiri.

Pada tahun 1922, Leopold Weiss tengah berada di Baitul Maqdis (Yerusalem). Ia adalah seorang Yahudi Austro-Hungaria yang kelak masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Asad. Walaupun ketika itu ia belum masuk Islam, rasa simpatinya terhadap orang-orang Arab Muslim di negeri itu cukup besar.

Ia bersikap sangat kritis terhadap Deklarasi Balfour (1917), begitu pula terhadap misi zionis untuk mendirikan ‘negara Yahudi’ di Palestina.

Pada satu kesempatan, ia mendengarkan Chaim Weizmann berbicara dalam salah satu kunjungan rutinnya ke Yerusalem.

Weizmann merupakan salah satu pemimpin penting Zionis yang berbasis di Inggris dan nantinya menjadi presiden pertama negara zionis ‘Israel’. Di akhir pembicaraannya yang berapi-api bagi perjuangan zionis, Leopold Weiss mengajukan pertanyaan.

Ia mengkritik zionisme yang bermasalah secara moral karena telah mengabaikan masyarakat Arab Palestina yang jumlahnya mayoritas ketika itu dan merupakan penduduk asli negeri itu.

Dengan ringan Weizmann menjawab bahwa di masa depan orang-orang Arab Palestina tak akan lagi menjadi penduduk mayoritas di sana. Di bawah ini kami kutip dialog lanjutan dari kedua orang tersebut secara lebih lengkap, dimulai dari komentar Weiss (Asad).

“… tidakkah aspek yang lebih besar dari pertanyaan itu pernah mengganggu Anda? Tidakkah menurut Anda menggusur orang-orang yang selama ini tinggal di negeri ini merupakan satu kesalahan?”

“Tapi ini adalah negara kita,” sergah Weizmann. “Kita melakukan tidak lebih dari mengambil kembali apa yang kita telah tercerabut darinya secara salah.”

“Tapi kalian telah meninggalkan Palestina selama hampir dua ribu tahun! Sebelum itu kalian telah memerintah negeri ini, dan hampir tidak pernah seluruh bagiannya, selama kurang dari lima ratus tahun. Tidakkah kalian berfikir bahwa dengan pembenaran yang sama orang-orang Arab dapat menuntut Spanyol bagi diri mereka – karena, bagaimanapun, mereka memegang kendali Spanyol selama hampir tujuh ratus tahun dan kehilangan negeri itu sepenuhnya hanya lima ratus tahun yang lalu?”

“Omong kosong,” jawab Weizman yang mulai kehilangan kesabarannya. “Orang-orang Arab hanya menaklukkan Spanyol; negeri itu tidak pernah menjadi tanah air (homeland) mereka yang asli, jadi sudah sepantasnya jika pada akhirnya mereka diusir keluar oleh orang-orang Spanyol.”

“Minta maaf,” ujar Weiss, “tapi menurut saya ada kekeliruan sejarah di sini. Bagaimanapun, orang-orang Yahudi juga datang sebagai penakluk di Palestina. Jauh sebelum mereka sudah ada suku-suku Semitik dan non-Semitik yang berdiam di sini – orang-orang Amori, Edomit, Filistin, Moabite, Hittite. Suku-suku itu terus hidup di sini bahkan di era kerajaan-kerajaan ‘Israel’ dan Yudea. Mereka tetap hidup di sini setelah orang-orang Romawi mengusir nenek moyang kita. Mereka hidup di sini sekarang. Orang-orang Arab yang menetap di Suriah dan Palestina setelah penaklukkan mereka di abad ketujuh selalunya hanya menjadi minoritas kecil dari populasi yang ada; selebihnya dari apa yang kita gambarkan sekarang ini sebagai orang-orang Palestina atau “Arab” Suriah pada realitasnya hanyalah penduduk asli negeri ini yang telah terarabkan. Sebagian dari mereka menjadi Muslim dalam beberapa abad, sebagian lainnya tetap beragama Kristen; orang-orang Islam secara natural melakukan kawin campur dengan rekan-rekan seagama mereka dari Arabia. Namun dapatkah kamu menolak bahwa sebagian besar penduduk Palestina, yang berbicara Arab, baik Muslim ataupun Kristen, merupakan keturunan langsung dari penduduk asli [negeri ini]; asli dalam arti telah hidup di negeri ini beberapa abad sebelum orang-orang Yahudi datang ke sini?”

Chaim Weizman hanya tersenyum mendengar argumen itu dan kemudian mengalihkan pembicaraan ke topik lainnya. Walaupun memenangkan perdebatan itu, Leopold Weiss tidak merasa gembira, karena kritiknya itu sama sekali tidak menimbulkan rasa gelisah di kalangan pendukung zionis. Sebaliknya, “I found myself facing a blank wall of staring eyes” (Asad, 2004: 94-96).

Demikianlah “tembok” itu terus berdiri, bersikap masa bodoh terhadap berbagai argumentasi dan kritik yang ada, hingga negara ‘Israel’ akhirnya berdiri pada tahun 1948. Sejak saat itu, berbagai konflik berdarah dan perampasan tanah semakin meningkat di negeri itu.

Sedikit demi sedikit wilayah Palestina diambil alih. Dunia hanya bisa mengutuk dan mengeluarkan resolusi, tanpa ada satupun yang mampu menghentikan apa yang dilakukan oleh ‘Israel’.

kiri: Warga palestina melarikan diri dari Galilea selama bencana Al-Nakba, 4 November 1948 | kanan: Warga Palestina di Gaza utara melarikan diri setelah serangan udara dan artileri Israel 14 Mei 2021

Zionis ‘Israel’ mengklaim Yerusalem (Baitul Maqdis) dan Palestina atas nama agama Yahudi, tetapi diskriminasi dan kekerasan yang mereka lakukan terhadap masyarakat Palestina tidak mencerminkan perilaku orang-orang yang memiliki agama.  Orang-orang zionis Yahudi menyanyikan secara berulang-ulang lagu holocaust untuk mendapatkan simpati dunia. Tetapi kaum zionis yang sama kini dilihat oleh banyak orang tengah memainkan peranan mirip NAZI di Palestina.

Sebenarnya sebagian tokoh zionis sendiri secara langsung atau tidak langsung telah menerima ideologi NAZI dan berusaha untuk menerapkannya terhadap penduduk Palestina.

Belum lama ini sebuah rekaman telah dipublikasikan, yang di dalamnya dua orang rabbi Yahudi di pemukiman Tepi Barat menyampaikan “komentar-komentar rasis tentang orang-orang Arab, membela pandangan dunia Adolf Hitler (Adolf Hitler’s worldview), dan secara terbuka mempromosikan supremasi Yahudi” (Pileggi, 30 April 2019).

Salah satu dari rabbi tersebut, Eliezer Kashtiel, kepala Akademi Bnei David, telah terdengar berkata-kata seperti berikut:

Kaum kafir (gentiles) ingin menjadi budak kita. Menjadi budak seorang Yahudi adalah yang terbaik. Mereka senang menjadi budak, mereka ingin menjadi budak. Alih-alih hanya berjalan-jalan dan menjadi bodoh dan kejam serta saling menyakiti, begitu mereka menjadi budak, kehidupan mereka bisa mulai terbentuk.

Ia bahkan secara terang-terangan menerima rasisme.

Ya, kami memang rasis. Kami percaya pada rasisme…. Ada ras-ras di dunia dan masyarakat memiliki sifat genetik, dan itu mengharuskan kami untuk mencoba membantu mereka. Orang-orang Yahudi adalah ras yang lebih sukses.

Rabbi yang satunya lagi, Giora Redler, terdengar berbicara di depan murid-murid di akademi yang sama:

Mari kita mulai dengan apakah Hitler benar atau tidak. Dia adalah orang yang paling benar yang pernah ada, dan benar dalam setiap kata yang dia ucapkan… dia hanya berada di sisi yang salah. Holocaust yang sebenarnya bukanlah ketika mereka membunuh orang-orang Yahudi, bukan itu. Semua alasan ini – bahwa itu ideologis atau sistematis – tidak masuk akal. Humanisme, dan budaya sekuler ‘Kami percaya pada manusia’, itulah Holocaust.

Kritik terhadap zionis ‘Israel’ tidak jarang datang dari orang-orang Yahudi sendiri. Sikap diskriminatif dan aksi perampasan tanah penduduk Palestina oleh orang-orang Yahudi garis keras, misalnya, dinilai oleh sebagian Yahudi lainnya sebagai hal yang memalukan dan berpotensi menimbulkan kehancuran bagi negeri zionis tersebut (Benvenisti, 10 Februari 2005).

Pada akhirnya, tidak salah jika ada yang menilai sistem pemerintahan zionis ‘Israel’ sebagai tidak ada bedanya dengan pemerintahan Apartheid. Sistem pemerintahan Apartheid pernah berlaku beberapa dekade yang lalu di Afrika Selatan, dimana kebijakan politik dan ekonomi yang diskriminatif serta pemisahan rasial dilakukan secara resmi oleh penguasa kulit putih terhadap penduduk kulit hitam (britanica.com).

Istilah apartheid telah digunakan baru-baru ini dalam laporan yang dibuat oleh B’Tselem (12 Januari 2021), sebuah lembaga hak asasi ‘Israel’ di kawasan pendudukan (occupied territories). Laporan itu menyebutkan alasan mengapa kebijakan pemerintah zionis ‘Israel’ layak disebut Apartheid:

Di seluruh wilayah antara Laut Mediterania dan Sungai Jordan, rezim ‘Israel’ menerapkan hukum, praktik, dan kekerasan negara yang dirancang untuk memperkuat supremasi satu kelompok – Yahudi – atas yang lain – Palestina. Metode utama untuk mencapai tujuan ini adalah merekayasa ruang yang berbeda untuk setiap kelompok.

Berlakunya kebijakan apartheid di ‘Israel’ juga diakui oleh seorang rabbi Yahudi, Brian Walt, walaupun pada awalnya ia cenderung menutup mata terhadap hal itu. Brian Walt (17 Februari 2021) menjalani masa kecilnya di Afrika Selatan. Ia menyaksikan kebijakan apartheid di negeri itu dan kemudian ikut berjuang menentangnya. Ia mengkritik apartheid di Afrika Selatan sebagai seorang Yahudi dan penganut zionis progresif. Namun belakangan ia terpaksa menerima kenyataan pahit bahwa negara ‘Israel’ yang menjadi kebanggaannya ternyata menerapkan kebijakan yang kurang lebih sama terhadap masyarakat Palestina. Ia antara lain menulis:

Selama beberapa dekade, dalam tur dan aktivisme di Tepi Barat dengan organisasi seperti Komite ‘Israel’ Melawan Penghancuran Rumah, saya telah menyaksikan kenyataan mengganggu yang sangat mempengaruhi saya: pembongkaran rumah Palestina, perampasan tanah Palestina untuk permukiman Yahudi, kebun zaitun yang dicabut oleh pemukim, dan orang Palestina diusir dari rumah di Yerusalem yang telah mereka miliki selama beberapa generasi. Pengalaman ini sangat mengejutkan sehingga, jika saya tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri, saya tidak akan pernah percaya bahwa itu benar. Pengalaman ini mengingatkan saya pada ketidakadilan yang sangat mirip yang pernah saya lihat di Afrika Selatan. … Saya dibesarkan di Afrika Selatan, dan apa yang saya saksikan di Hebron dan di seluruh ‘Israel’ dan tanah yang didudukinya, juga merupakan apartheid – sistem dominasi dan kontrol yang secara sistemik memberi hak istimewa bagi kehidupan Yahudi atas kehidupan Palestina.

Walt kemudian mengutip laporan B’Tselem tentang berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh zionis ‘Israel’ terhadap penduduk Palestina:

penyitaan tanah, pembunuhan orang-orang Palestina oleh pasukan keamanan atau pemukim, pemindahan paksa orang-orang Palestina, pembatasan pergerakan, penyiksaan dan pelecehan dalam interogasi, dan penahanan administratif. Lembaga itu juga melaporkan pelanggaran oleh orang-orang Palestina terhadap hak-hak warga sipil ‘Israel’. … Laporan tersebut menjelaskan bagaimana ‘Israel’ secara sistematis memberikan hak istimewa kepada orang Yahudi atas orang Palestina: mengizinkan imigrasi hanya untuk orang Yahudi; mengambil alih tanah untuk orang-orang Yahudi sambil menyesakkan orang-orang Palestina di daerah kantong; membatasi kebebasan bergerak Palestina; dan menolak hak warga Palestina untuk berpartisipasi politik. Laporan tersebut juga menunjuk pada hukum negara-bangsa 2018, yang menetapkan “pemukiman Yahudi sebagai nilai nasional” dan mengabadikan hak “unik” orang-orang Yahudi untuk menentukan nasib sendiri dengan mengesampingkan semua yang lain.

Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa proyek zionisme sebenarnya telah gagal, bahkan sejak awalnya; ia telah kehilangan segenap alasan moral maupun keagamaan bagi eksistensinya. Semakin ia menyalahgunakan kekuasaannya dalam mendiskriminasi dan menindas warga Palestina, semakin ia kehilangan legitimasinya.

Zionisme sama sekali tidak menghasilkan negara ideal yang layak dikagumi, sekalipun ia memiliki berbagai capaian sains dan teknologi. Negara zionis ‘Israel’ tak lebih hanyalah mimpi buruk kemanusiaan. Mereka yang mendukung dan memuja ‘Israel’ kemungkinan tengah mengalami delusi atau telah menjadi bagian dari mimpi buruk tersebut. Cepat atau lambat bangunan negara zionis itu akan runtuh juga. Ia sebenarnya sudah mulai runtuh, dari dalam dirinya sendiri.  (Kuala Lumpur,5 Syawal 1442/ 17 Mei 2021)

Penulis adalah staf pengajar di Departemen Sejarah dan Peradaban, International Islamic University Malaysia (IIUM)

Referensi

Asad, Muhammad. 2004. The Road to Makkah. New Delhi: Islamic Book Service.

B’Tselem. 12 Januari 2021. “A regime of Jewish supremacy from the Jordan River to the Mediterranean Sea: This is Apartheid.” https://www.btselem.org/publications/fulltext/202101_this_is_apartheid

Benvenisti, Meron. 10 Februari 2005. “A shameful kind of Zionist.” https://www.haaretz.com/1.4742326

Frykberg, Mel. 11 Mei 2021. “Occupied East Jerusalem: Forced expulsion and raids on al-Aqsha.” https://www.aljazeera.com/news/2021/5/11/forced-expulsion-’Israel’i-mosque-raid-ignite-middle-east-conflict

Pileggi, Tamar. 30 April 2019. “Embracing racism, rabbis at pre-army yeshiva laud Hitler, urge enslaving Arabs.” https://www.timesof’Israel’.com/embracing-racism-rabbis-at-pre-army-yeshiva-laud-hitler-urge-enslaving-arabs/

Walt. Brian. 17 Februari 2021. “As a rabbi raised in South Africa, I can’t ignore ‘Israel’ is an Apartheid State.” https://truthout.org/articles/as-a-rabbi-raised-in-south-africa-i-cant-ignore-’Israel’-is-an-apartheid-state/


HIDAYATULLAH

Karakter Orang Yahudi yang Terekam Sejarah

Orang-orang Yahudi dikenal akan kelebihan yang dikaruniakan Allah kepada golongan ini. Namun demikian, karakter khianat dari bangsa ini juga sangat kental, bahkan orang-orang Yahudi berani mengkhianati Nabi mereka.

Selain sifat khianat, orang-orang Yahudi pun merupakan bangsa yang munafik. Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjabarkan mengenai kemunafikan umat Yahudi itu. Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasannya ia berkata: “Beberapa orang dari agama Yahudi datang kepada Rasulullah SAW lalu beliau bersabda kepada mereka: sesungguhnya aku bersumpah demi Allah bahwasannya aku mengetahui bahwa kalian mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah,”.

Mendengar hal itu, beberapa orang Yahudi itu kemudian menjawab: “Kami tidak tahu apa-apa tentang hal tersebut,”. Yang mana sejatinya, mereka enggan untuk mengakui kebenaran Nabi dan juga wahyu yang disampaikan.

Untuk itu, Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah An-Nisa ayat 166: “Lakinillahu yasyhadu bimaa anzala ilaika anzalahu bi’ilmihi wal-malaaikatu yasyhaduuna wakafaa billahi syahida,”. Yang artinya: “(Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Alquran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan Alquran dengan ilmu-Nya, dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah mengakuinya,”.

Kemunafikan umat Yahudi akan kebenaran ajaran Islam melalui Nabi dan juga wahyu yang diabadikan dalam Alquran menjadi bukti jahil dan keras kepalanya mereka. Maka sikap jahil inilah yang kemudian Allah abadikan di dalam Alquran dengan adanya peristiwa tersebut.

Kepada agamanya sendiri, orang-orang Yahudi pun kerap mengingkari Nabi mereka sendiri. Bahkan bila merujuk pada kisah Nabi Musa, sejarah merekamnya bagaimana salah satu orang Yahudi bernama Samiri mengingkari Nabi Musa dengan membuat berhala patung sapi ketika ditinggal sejenak Nabi Musa.

Persitiwa itu dilangsungkan setelah belum lama berselang dari peristiwa besar mukzijat laut yang  dibelah oleh tongkat Nabi Musa. Di mana pada akhirnya menyelamatkan, peristiwa mukjizat itu dapat menyelamatkan Bani Israel dari kejaran Firaun.

IHRAM

Hikmah Silaturahmi

Bulan Syawal identik dengan bulan Silaturahmi. Pada bulan ini, umat Islam merayakan kemenangannya setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Silaturahmi bermakna tali persahabatan (persaudaraan). Menyambung silaturahmi, berarti menyambung tali persahabatan atau tali persaudaraan.

Masih ada sedikit perbedaan pandangan terkait kata “silaturahim” ini. Ada yang mengatakan bahwa yang benar adalah silaturahim bukan silaturahmi. Silaturahim berasal dari kata silah yang artinya “hubungan”, dan rahim yang berarti “keluarga” atau “kekeluargaan”. Sementara silaturahmi berasal dari kata silah yang artinya hubungan dan rahmi yang artinya penyakit yang diangkat dari rahim seorang wanita.(Qamus al-Muhith, Juz II, halaman 317).

Ada juga yang berpendapat bahwa silaturahim adalah menjalin hubungan tali persaudaraan hanya dengan orang-orang yang berada dalam satu nasab/garis keturunan keluarga, sedangkan silaturahmi dimaknai menjalin hubungan persaudaraan dengan orang-orang yang bukan berada dalam satu garis keturunan, seperti rekan kantor, para sahabat, dan khalayak umum.

Terlepas dari perbedaan tersebut, penulis berpendapat bahwa antara silaturahim dan silaturahmi bermakna sama. Keduanya bermakna menjalin hubungan tali persaudaraan, baik berada dalam satu garis keturunan maupun tidak. Terkhusus kita yang tinggal di Indonesia, kita tidak pernah memaknai silaturahmi sebagai ” menghubungkan penyakit yang ada di rahim wanita”. Apalagi jika kita menacu pada KBBI, kata silaturahim merupakan bentuk tak baku dari silaturahmi. Artinya, yang merupakan kata baku dalam KBBI adalah silaturahmi, buka silaturahim.

Ada banyak hikmah dan manfaat yang dapat kita petik dari menjalin silaturahmi, terlebih di bulan Syawal ini. Namun demikian kita perlu sadari, bahwa silaturahmi tidak hanya dilakukan di momen-momen khusus seperti idul fitri saja, namun bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Dua hal yang paling sering kita dengar dari sekian manfaat menjalin tali silaturahmi adalah Allah akan melapangkan rezeki dan memperpanjang umur orang-orang yang senantiasa menyambung tali silaturahmi. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim:

Dari Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.”

Dengan menjalin silaturahmi, berarti kita telah menjalankan salah satu pekerjaan yang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Dari sinilah akan melahirkan kebaikan-kebaikan yang pada dasarnya akan kembali kepada para pelaku silatuhami tersebut.

Orang yang gemar bersilaturahmi akan memiliki banyak relasi dan sahabat. Dari banyaknya relasi dan sahabat inilah, pintu rezeki akan terbuka lebar dan dirinya akan dikenal lebih luas, ketimbang orang yang tidak gemar silaturahmi. Pada akhirnya, orang yang gemar menjalin silaturahmi, namanya akan lebih dikenang dan abadi meskipun dirinya telah tiada.

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang gemar menjalin tali silaturahmi, tentunya tidak hanya di bulan Syawal atau di momen idul fitri saja. Aamiin Ya Robbal ‘alamiin. ***

Referensi :

https://www.republika.co.id/berita/qadspa458/mana-yang-tepat-silaturahim-atau-silaturahmi

https://www.inews.id/lifestyle/muslim/hadits-tentang-silaturahmi

KHAZANAH REPUBLIKA

Asal Muasal Terbentuk Negara Palestina

Berikut penjelasan terkait asal muasal terbentuk negara Palestina.

Palestina kembali menjadi sorotan. Pasalnya, konflik berdarah antara Israel dan Palestina kembali terjadi. Akibatnya, ratusan warga sipil tewas. Nahas, hingga kini konflik puluhan tahun ini tak juga menemui titik terang dan solusi.

Menurut Muhsin Muhammad Shaleh, dalam buku Palestina : Sejarah, Perkembangan, dan Konspirasi Palestina merujuk pada sebuah nama yang berada di wilayah barat daya negeri Syam— sebuah wilayah  di bagian barat Asia dan bagian pantai timur Laut Tengah.  Sebelum Palestina, nama klasiknya wilayah Palestina adalah Kan’an. Pasalnya, bangsa Kan’an adalah bangsa yang pertama kali bermukim di Palestina. Suku Kan’an datang dari Jazirah Arab sekitar 2500 tahun SM.

Fawzy Al Ghadiry, Sejarah Palestina; Asal Muasal Konflik Palestina-Israel menulis asal kata Palestina disebutkan dalam catatan Asiria selama masa Raja Assyiria (Addizari III) sekitar 800 SM, dari kata philsta. Ini merujuk pada orang Filistin yang menduduki wilayah itu di abad 12 SM.

Sepanjang sejarah, Palestina dikuasai pelbagai kelompok, yaitu Assyria, Babylonia, Persia, Yunani, Romawi, Arab, Fatimiyah, Turki Seljuk, Tentara Salib, Mesir, Mameluk dan Islamis. Tak heran kemudian, Palestina diberikan julukan highway of conquest.Pasalnya, silih berganti rezim yang menguasai teritorial ini.

Sejarah mencatat, ekspansi Islam ke Palestina  pertama kali terjadi di bawah kekhalifahan Umar bin Khattab, sekitar  (636 M). Pertempuran antara Islam dan Romawi untuk memperebutkan Palestina ditandai dengan perang Ajnadid. Imbas perang ini banyak korban  berjatuhan baik dari tentara muslim dan Romawi. Panglima perang Islam, Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid berhasil menaklukkan pasukan Romawi, sehingga mereka menarik diri ke kota Yerusalem.

Selanjutnya, Fawzy Al Ghadiry mencatat selain Umar bin Khattab, peran dan kiprah besar juga dilakukan oleh Shalahudin al Ayubi. Ia berhasil merebut kembali Palestina dari cengkraman Eropa dengan tentara salibnya.  Kemenangan Shalahudin al Ayubi dimulai di Hittin, Rabiul Akhir 538 H. Ekspansi Eropa ke Palestina atas seruan Paus Urbanus II (1088-1099 M). Sang Paus berpidato di Dewan Claremont merebut tanah suci dari tangan Islam.

Pada Perang Dunia I (1914 – 1918) berakhir dengan kekalahan di pihak Ottoman (Turki Usmani). Dinasti Ottoman tercatat berabad-abad lamanya menguasai Palestina. Kekuasaan itu berakhir setelah kekalahan perang dengan Inggris. Palestina kemudian dikuasai oleh Inggris, setelah mendapat restu dari League of Nations.

Lord Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris, menjanjikan pada kaum Yahudi pendirian sebuah negara Yahudi independen di wilayah Palestina. Perjanjian Balfour terjadi pada 2 November 1917. Perjanjian ini secara resmi menandatangani Deklarasi Balfour yang memuat tentang pendirian negara otonom bangsa Yahudi di Palestina. Saat perjanjian Balfour disepakati tercatat sebesar 56.000 Yahudi menatap di kawasan Palestina.

Maryam Jamilah dalam Bangsa Palestina dan Keberadaan Israel mencatat pelbagai konflik antara Israel dan Palestina. Pada tahun 1920 dan 1921, terjadi perselisihan antara Arab dan Yahudi yang memakan korban  jiwa di   masing-masing pihak.

Pasalnya, Jewish National Fund  yang membeli tanah di area tersebut dengan ukuran yang sangat besar, kemudian itu berimbas pada penduduk Arab yang hidup di area tersebut diusir. Peristiwa inimeningkatkan tegangan antara penduduk Palestina dan bangsa Yahudi.

Tak dapat dipungkiri, sejak 1920-an, Inggris mengsponsori “migrasi internasional”  secara besar-besaran bangsa Yahudi maupun kelompok Zionis ke Palestina. Era itu pula menandai pelbagai  ketegangan antara kelompok Arab dan Yahudi yang tinggal di Palestina. Pasalnya, Arab Palestina tidak mendukung ideologi Zionisme maupun pendirian negara Yahudi di daerah palestina.

Ketika  Perang Dunia berakhir, dominasi Inggris  atas Palestina pun berakhir.   negara-negara Arab lainnya juga bebas dari kolonialisme. Pada hari  saat yang sama, Ben Gurion mendeklarasikan  berdirinya negara Israel.  Sontak saja, deklarasi   kemerdekaan Israel mendapatkan  pengakuan dari  Amerika  Serikat.  Berselang satu hari, 15 Mei 1948, pasukan dari negara Arab yaitu ; Mesir, Yordania, Irak dan Suriah memasuki Palestina guna meluluh lantahkan negara baru Israel.

Pada tahun 1964,  berdiri Palestine Liberation Organization (Organisasi Pembebasan Palestina). PLO dibentuk sebagai upaya membangun negara Palestina di Israel. Tak hanya itu, kemunculan PLO sebagai respons terhadap Zionisme—gerakan membangun kembali tanah air Yahudi di Israel. Adalah Yasser Arafat  terpilih sebagai Ketua PLO  pada tahun 1969 hingga tutup usia di tahun 2004.

Arum Sutrisni Putri dalam artikel Mengapa Palestina Tidak Diakui Sebagai Negara? Menulis  tahun 1987, konflik Intifada I terjadi. Hal ini dipicu oleh pendudukan Israel atas Gaza dan Tepi Barat. Proses perdamaian diupayakan yang dikenal dengan Kesepakatan Damai Oslo (Oslo Peace Accords) untuk mengakhiri kekerasan.

Menurut Arum Sutrisni, Oslo I itu disepakati pada tahun 1993. Kesepakatan ini disaksikan secara langsung oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan pemimpin Palestina Yasser Arafat. Terbentuklah pemerintahan Palestina yang baru.

selanjutnya Pada 1995, Oslo II diadakan untuk meminta Israel menarik mundur pasukannya dari Tepi Barat dan area lainnya. Sekaligus menjadwalkan Pemilihan Dewan Legislatif Palestina.

Demikian sekilas asal muasal terbentuk negara Palestina. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Makna Syirik dan Larangan Berbuat Syirik

Secara bahasa, syirik dari kata asyraka-yusyriku yang artinya: menjadikan sesuatu tidak bersendirian. Dan kata “syirik” maksudnya asy-syirku fiihima (adanya persekutuan dalam keduanya). Secara istilah syar’i, syirik artinya mempersembahkan sesuatu yang khusus bagi Allah kepada selain Allah, sehingga Allah tidak bersendirian dalam hal-hal yang khusus bagi-Nya. Syekh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan,

حقيقة الشرك بالله: أن يعبد المخلوق كما يعبد الله، أو يعظم كما يعظم الله، أو يصرف له نوع من خصائص الربوبية والإلهية

“Hakekat syirik terhadap Allah adalah: (1) menyembah makhluk seperti menyembah Allah, atau (2) mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah, atau (3) memalingkan salah satu kekhususan Allah kepada makhluk dalam rububiyah atau uluhiyyah” (Tafsir As-Sa’di, 2/499).

Contoh:

  • Seseorang mempersembahkan ibadah salat kepada berhala, maka ini syirik karena menyembah makhluk seperti menyembah Allah.
  • Seseorang mengagungkan seorang kyai dengan penuh pengagungan, sujud dan rukuk kepadanya, meyakini ia memiliki kuasa-kuasa terhadap nasib, rezeki dan semisalnya, maka ini syirik karena mengagungkan makhluk seperti mengagungkan Allah
  • Seseorang mengklaim tahu yang terjadi di masa depan, maka ini syirik karena masa depan adalah perkara yang khusus bagi Allah.

Awal terjadinya kesyirikan

Awal terjadinya kesyirikan adalah di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhu, beliau berkata,

كان بين نوحٍ وآدمَ عشرةُ قرونٍ كلُّهم على شريعةٍ من الحقِّ فاختلَفوا فبعث اللهُ النبيين مُبشِّرينَ ومُنذرِين

“Dahulu antara Nuh dan Adam terpaut 10 generasi. Mereka semua di atas syariat yang benar. Kemudian setelah itu mereka berpecah-belah sehingga Allah pun mengutus para Nabi untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan” (HR. At-Thabari dalam Tafsir-nya [4048], disahihkan Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 3289).

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan,

فأولهم نوح عليه الصلاة والسلام بدليل قوله تعالى: {وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ} بعثه الله إلى قومه لما غلوا في الصالحين بعد أن كان الناس على دين التوحيد منذ آدم عليه السلام إلى عشرة قرون وهم على التوحيد

“Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh ‘alaihis shalatu was salam, dengan dalil firman Allah (yang artinya), “dan para Nabi setelahnya” (QS. An Nisa: 163). Allah mengutus Nuh pada kaumnya karena mereka ghuluw (berlebihan) dalam mengkultuskan orang saleh. Setelah sebelumnya manusia di atas tauhid seluruhnya sejak zaman Nabi Adam ‘alaihissalam sampai 10 generasi, semuanya di atas tauhid” (Syarah Tsalatsatil Ushul, 288).

Allah Ta’ala berfirman tentang kesyirikan di zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam,

وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr” (QS. Nuh: 23).

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan,

أسماء رجال صالحين من قوم نوح، فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون أنصاباً وسموها بأسمائهم ففعلوا، فلم تعبد، حتى إذا هلك أولئك وتنسخ العلم عبدت

“Ini adalah nama-nama orang saleh di zaman Nabi Nuh. Ketika mereka wafat, setan membisikkan kaumnya untuk membangun tugu di tempat mereka biasa bermajelis, lalu diberi nama dengan nama-nama mereka. Dan itu dilakukan. Ketika itu tidak disembah. Namun ketika generasi tersebut wafat, lalu ilmu hilang, maka lalu disembah” (HR. Bukhari).

Ternyata kesyirikan pertama kali karena berlebihan dalam mengkultuskan orang-orang saleh.

Larangan berbuat syirik

Larangan berbuat syirik banyak sekali dalam Al-Qur’an dan hadis, diantaranya:

Allah Ta’ala berfirman,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Sembahlah Allah semata dan janganlah berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36).

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ

“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud” (QS. Al Hajj: 26).

Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala ‘anhu, ia berkata,

أنَّ أعْرَابِيًّا أتَى النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَقالَ: دُلَّنِي علَى عَمَلٍ إذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الجَنَّةَ، قالَ: تَعْبُدُ اللَّهَ لا تُشْرِكُ به شيئًا، وتُقِيمُ الصَّلَاةَ المَكْتُوبَةَ، وتُؤَدِّي الزَّكَاةَ المَفْرُوضَةَ، وتَصُومُ رَمَضَانَ

“Ada seorang arab badui datang kepada Nabi shallallahu ’alaihi wasallam, lalu berkata, ‘Tunjukkan padaku amalan yang bisa memasukkan aku ke surga jika aku amalkan.’ Nabi bersabda, ‘Engkau menyembah Allah semata dan tidak berbuat syirik sama sekali, mendirikan shalat wajib, membayar zakat yang wajib dan puasa Ramadhan’…” (HR. Bukhari).

Dan kesyirikan adalah dosa dan kezaliman yang paling besar. Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Ketika Luqman menasehati anaknya ia berkata, ‘Wahai anakku, janganlah engkau berbuat syirik, karena syirik adalah kezaliman yang paling besar’.” (QS. Luqman: 13).

Dan juga berdasarkan firman Allah Ta’ala,

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik)” (QS. Al An’am: 82).

Terkait ayat ini, disebutkan dalam hadis,

قُلْنَا: يا رَسولَ اللَّهِ، أَيُّنَا لا يَظْلِمُ نَفْسَهُ؟ قالَ: ليسَ كما تَقُولونَ {لَمْ يَلْبِسُوا إيمَانَهُمْ بظُلْمٍ} [الأنعام: 82] بشِرْكٍ، أَوَلَمْ تَسْمَعُوا إلى قَوْلِ لُقْمَانَ لِابْنِهِ يا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ باللَّهِ إنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah! Siapa di antara kami yang tidak pernah berbuat zalim pada dirinya sendiri?’ Maka Nabi menjelaskan, ‘Makna ayat [tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman] tidak sebagaimana yang kalian pahami, namun maksudnya kesyirikan. Bukankah kalian mendengar perkataan Luqman kepada anaknya, ‘Sesungguhnya kesyirikan adalah kezaliman terbesar?’.” (Muttafaqun ‘alaih).

Dan banyak sekali dalil-dalil yang lain dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang melarang kesyirikan.

Semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk menjauhkan diri dari segala bentuk kesyirikan. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Penulis: Yulian Purnama

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/65984-makna-syirik-dan-larangan-berbuat-syirik.html

Teladan Nabi dalam Istighfar

Imam Bukhari Rahimahullah berkata di dalam Shahihnya, di kitab ad-Da’awaat dalam bab istighfar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sehari semalam.

Abul Yaman menuturkan kepada kami. Dia berkata: Syu’aib mengabarkan kepada kami dari az-Zuhr’i. Dia berkata: Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarkan kepadaku. Dia berkata: Abu Hurairah –Radhiyallahu’anhu– berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali” (Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, hal. 1288. Hadits no 6307).

Imam Muslim Rahimahullah berkata di dalam Shahihnya, di kitab adz-Dzikr wa ad-Du’aa’ wa at-Taubah wa al-Istighfar:

Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata: Ghundar menuturkan kepada kami dari Syu’bah dari Amr bin Murrah dari Abu Burdah, dia berkata: Aku mendengar al-Agharr dan dia adalah termasuk sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dia menyampaikan hadis kepada Ibnu Umar. Ketika itu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai umat manusia, bertaubatlah kepada Allah. Karena sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari kepada-Nya seratus kali” (Shahih Muslim yang dicetak bersama syarahnya jilid 8, hal. 293. Hadits no 2702).

an-Nawawi Rahimahullah berkata setelah menjelaskan kandungan hadis ini, “Adapun kita -apabila dibandingkan dengan Nabi- maka sesungguhnya kita ini jauh lebih membutuhkan istighfar dan taubat -daripada beliau-…” (Syarh Muslim [8/293]). Benarlah apa yang dikatakan oleh an-Nawawi, semoga Allah merahmati dan mengampuni kita dan beliau.

Imam Bukhari Rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ahmad bin Yunus dari Abu Syihab dari al-A’masy dari ‘Umarah bin ‘Umair dari al-Harits bin Suwaid dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya seperti orang yang sedang duduk di bawah kaki bukit dan khawatir kalau-kalau bukit itu akan runtuh menimpanya. Adapun orang yang fajir atau pendosa maka dia melihat dosa-dosanya seolah-olah seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya lalu dia usir dengan cara begini.” Abu Syihab berkata, “Maksudnya adalah dengan sekedar menggerakkan tangan di atas hidungnya.” (lihat Shahih Bukhari, hal. 1288).

Marilah kita hidupkan sunnah atau ajaran yang telah banyak ditinggalkan manusia ini, ayyuhal ikhwah -wahai saudaraku- semoga Allah menggolongkan kita di antara hamba-hamba-Nya yang beruntung. Wa tuubuu ilallaahi jamii’an ayyuhal mu’minuuna la’allakum tuflihuun.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

Artikel: Muslim.or.id

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/65982-teladan-nabi-dalam-istighfar.html