Month: June 2022
Apakah Sapi Kurban Masuk Surga?
Apakah sapi kurban masuk surga? Banyak di antara masyarakat yang berkeyakinan bahwa hewan yang jadi kurban akan mengantarkan orang yang berkurban masuk ke dalam surga.
Bahkan ada sebagian yang berkeyakinan bahwa hewan yang jadi kurban nantinya akan masuk surga. Benarkah hewan kurban masuk surga?
Sapi Kurban Masuk Surga
Mengenai hewan yang jadi kurban nantinya masuk surga, maka tidak terdapat sumber-sumber dari Al-Quran, hadis maupun kalam para ulama yang menjelaskan demikian.
Yang dijumpai adalah sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa hewan yang jadi kurban akan menjadi tunggangan pada saat kelak melewati titian sirat ketika hendak menuju surga.
Riwayat tersebut bersumber oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Al-Talkhis Al-Habir berikut;
عظموا ضحاياكم ، فإنها على الصراط مطاياكم
Besarkanlah (gemukkan) hewan-hewan kurban kalian karena ia kelak menjadi tunggangan kalian di sirat.
Juga Ibnu Hajar Al-Haitami menyebutkan riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah, beliau berkata;
استفرهوا ضحاياكم ، فإنها مطاياكم على الصراط
Gemukkan hewan-hewan kurban kalian karena ia akan menjadi tunggangan kalian di atas sirat.
Selain itu, terdapat sebuah hadis yang menjelaskan bahwa kelak di hari kiamat, orang yang berkurban akan membawa tanduk hewan kurban, kuku dan juga rambut. Setiap helai rambut hewan kurban akan menjadi satu kebaikan untuknya.
Hadis tersebut bersumber dari riwayat, Imam Al-Hakim, Ibnu Majah dan Al-Tirmidzi dari Sayidah Aisyah, Nabi Saw bersabda;
مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih Allah cintai, dari pada mengalirkan darah dari hewan kurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan kurban tersebut.
Dan sungguh darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban. (Baca juga: Bolehkah Berkurban Hewan yang Ekornya Putus?).
Dengan demikian, hewan kurban, baik sapi, kambing atau unta, nantinya di hari kiamat akan menjadi tambahan kebaikan untuk orang yang berkurban. Bahkan akan menjadi tunggangannya kelak ketika melewati jalan titian sirat saat menuju ke surga.
Prosedur Mengurus Jamaah Haji Meninggal di Tanah Suci, Bisakah Dibawa Pulang ke Indonesia?
Sampai Senin (20/6/2022) pukul 16.43 WAS sudah ada tujuh jamaah haji Indonesia meninggal dunia di Madinah. Bagaimana prosedur pengurusan jamaah haji Indonesia yang meninggal di Arab Saudi?
Abdul Hafiz, anggota tim Surveilans PPI Arab Saudi bidang kesehatan menuturkan, pertama yang harus dilakukan adalah memastikan berita kematian jamaah haji itu valid sumbernya. Sumber berita kematian jamaah haji harus diterima dari tenaga kesehatan haji (TKH) di kelompok terbang (kloter) yang terdiri dari dokter dan perawat .
Ketika ada kematian, TKH harus menyampaikan kepada tim surveilans Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah. Informasi kematian harus lengkap mulai dari kronologi yang menerangkan waktu, tempat termasuk riwayat penyakit.
“Petugas kloter menginformasikan kepada surveilans di mana wafatnya, jam berapa. Itu harus diinformasikan ke kita,” kata Abdul Hafiz seperti dilaporkan Republika, Senin (20/6/2022).
Petugas kloter dalam hal ini TKH, setelah mengetahui ada jamaahnya yang wafat harus segera membuat Certificate of Death (COD) yaitu sertifikat formulir yang menjelaskan sebab wafat dari jamaah. Dokter yang mengisi COD adalah dokter umum padahal untuk mengisi COD itu adalah kompetensinya dokter spesialis.
“Maka dokter kloter tersebut akan berkonsultasi dengan dokter spesialis yang ada di KKHI Madinah untuk mengisi COD, sehingga isian dari COD tersebut sebagai bukti penyebab wafat dari jamaah haji tersebut bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” katanya.
Setelah medapat informasi kematian tim surveilans langsung mengurus surat keterangan dari RS Arab Saudi. Karena setiap jamaah haji yang wafat itu harus dibawa ke Rumah Sakit Arab Saudi untuk otopsi guna mengetahui penyebab kematiannya.
“Setelah diotopsi oleh Rumah Sakit terkadang kita harus meminta surat keterangan dari kepolisian,” katanya.
Abdul Hafiz mengatakan, ada beberapa kasus yang harus diminta surat keterangan kepolisian. Pihak Arab Saudi beralasan surat keterangan dari kepolisian itu diperlukan untuk membuktikan bahwa kematian jamaah haji itu adalah kematian yang wajar.
Jika kematiannya tidak wajar maka selanjutnya itu merupakan urusan kepolisian.
“Tetapi kalau dia wajar maka itu dilanjutkan untuk proses pemakaman,” katanya.
Sebelum jamaah haji yang wafat dimakamkan, Rumah Sakit Arab Saudi akan memberikan surat keterangan atau izin, jamaah tersebut siap dimakamkan kepada Muassasah Adilla yang ada di Madinah. Setelah surat keluar dari Muassasah, jamaah yang wafat tersebut bisa dibawa ke tempat pemandian di daerah Uhud sebelum dimakamkan.
“Selanjutnya dilakukan penyelenggaraan pemakaman jenazah nah pemakaman itu boleh dihadiri oleh pihak keluarga yang bersangkutan. Boleh juga tidak dihadiri tergantung dari pihak keluarga yang bersangkutan,” katanya.
Bagaimana jika keluarga jamaah ingin dimakamkan di Tanah Air, bagaimana prosedurnya?
Abdu Hafiz mengatakan, sepanjang sejarah belum pernah ada jamaah haji Indonesia yang meninggal di Arab Saudi dibawa ke Tanah Air, kecuali pahlawan nasional Bung Tomo. Bung Tomo kata dia, satu-satu jamaah haji yang dibawa pulang jenazahnya ke Indonesia atas permintaan keluarga.
“Setahu saya sepanjang sejarah baru ada satu orang yaitu Bung Tomo meninggalnya di sini, oleh pihak keluarga diminta untuk dikembalikan ke Indonesia,” katanya.
Abdul Hafiz memastikan sangat sulit membawa jamaah haji yang meninggal di Arab Saudi ke Indonesia. Selama ini Pemerintah Arab Saudi tidak mengizinkan membawa jenazah pulang ke negara asal jamaah.
“Urusan itu sangat sulit, sehingga jamaah haji yang sudah wafat di sini itu oleh pemerintah Arab Saudi tidak diizinkan untuk dibawa pulang ke tanah air,” katanya.
Hikmah dari Nabi Muhammad tentang Hambatan Pelaksanaan Haji
Pasti sangat sulit bagi jutaan Muslim dari seluruh dunia tidak dapat melakukan umroh pertama di bulan Ramadhan. Sekarang adalah musim haji. Sangat disayangkan tidak semua orang bisa melaksanakannya.
Sebagian besar Muslim menjalani seluruh hidup mereka untuk pengalaman mengunjungi Makkah dan Madinah terutama sebagai peziarah haji. Ini adalah impian terbesar mereka untuk berjalan di jejak para Nabi dan jejak generasi yang paling teladan dari Islam.
Hal tersebut menandakan klimaks dari perjalanan spiritual seorang Muslim. Ini adalah kesimpulan dari semua keinginan spiritual dan tujuan akhir di mana semua tujuan lainnya mengarah dan akhirnya berhenti dan merupakan momen kebenaran.
Tak heran jika untuk tabungan haji orang-orang menyisihkan uang sejak muda. Mereka juga secara bertahap, tetapi terus-menerus mempersiapkan untuk saat ini, baik secara spiritual maupun mental.
Haji adalah investasi dunia lain yang hasilnya juga luar biasa. Tak seorang pun kembali dari haji kecewa, tidak yakin, dan harapannya tidak terpenuhi. Tidak ada cara yang lebih baik untuk pemenuhan diri selain haji.
Haji adalah pengalaman yang mengubah hidup. Ini adalah revolusi spiritual. Setelah haji, tidak ada kehidupan yang sama lagi. Seseorang harus melihat dan mengalaminya untuk mempercayainya.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menegaskan bahwa: “Setelah haji yang diterima, maka ia akan kembali dalam keadaan bersih dari dosa sebagaimana pada hari ketika ibunya melahirkannya; bahwa haji yang diterima tidak membawa pahala kecuali surga.” (HR. Al-Bukhari; Muslim)
“Haji yang diterima menghilangkan kemiskinan dan dosa sebagaimana hembusan menghilangkan kotoran besi, emas dan perak.” (HR. Al-Tirmidzi).
Secara harfiah, haji berarti “ziarah” atau “perjalanan ke tempat tujuan yang tetap”. Hal ini berasal dari kata kerja hajja, yang berarti “perjalanan” dan “pergi ke”.
Kata kerja hajja juga berarti “berniat”, “bertujuan” dan “berusaha untuk (qasd)”. Berasal dari akar kata yang sama adalah kata benda hijjah dan hujjah, yang masing-masing berarti “tahun” dan “bukti yang sah”.
Oleh karena itu, haji adalah ziarah (perjalanan spiritual) ke kota suci Makkah: Ka’bahnya, al-Masjid al-Haram dan tempat-tempat suci lainnya. Ini adalah peristiwa yang sangat menantang yang dilakukan setahun sekali (hijjah).
Pengalaman Nabi SAW
Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah. Selama 13 tahun pertama misi kenabiannya berlangsung di sana, tepat di sekitar Ka’bah dan Masjidil Haram.
Namun, sejak ia menyatakan misinya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah ditinggalkan sendirian dan dalam damai. Sejumlah besar orang sebangsanya dan bahkan kerabatnya menolaknya. Mereka tidak pernah berusaha menjatuhkannya, membuat tahun-tahun itu menjadi yang tersulit dalam hidupnya.
Masjidil Haram, yang saat itu menampung sekitar 360 berhala, menjadi fokus utama perhatian mereka. Bisa dibayangkan betapa mengerikannya bagi Nabi Muhammad untuk melihat lawan-lawannya dan penentang kebenaran mengendalikan dan menggurui Masjidil Haram.
Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya terhalang untuk memanfaatkan Masjidil Haram dengan benar. Masjid itu ada di sana, tetapi bentuknya berubah dan kabur. Tujuan dan fungsi bawaannya melemah hingga tak bisa dikenali lagi.
Hambatan tersebut bervariasi dari fisik hingga psikologis, dan dari kepahitan batin dan protes verbal hingga operasi terkoordinasi dan kekerasan fisik. Ketika perlakuan buruk mencapai titik puncaknya, dan hubungan antara kedua belah pihak melampaui titik tidak bisa kembali, meninggalkan Makkah dan Masjidil Haram untuk hijrah ke Madinah terjadi selanjutnya. Itu adalah eskalasi peristiwa yang disayangkan dan menyedihkan.
Sulit untuk mengatakan keadaan mana yang lebih memilukan: untuk terus tinggal di Makkah dan di sebelah Masjidil Haram, tetapi mengalami kekejaman dan pelecehan, atau untuk melarikan diri dan hidup bebas, tetapi jauh dari tanah terbaik di bumi dan masjid sucinya.
Nabi Muhammad SAW merangkum sentimen ini ketika dia mengatakan tentang Makkah setelah meninggalkannya: “Kamu adalah tanah yang paling dicintai Allah, dan kamu adalah tanah yang paling aku cintai. Seandainya orang-orang musyrik tidak memaksa saya keluar dari Anda, saya tidak akan pernah keluar dan meninggalkan Anda.” (HR. Al-Tirmidzi; Ahmad; Ibn Hibban).
7 Jenis Sedekah Yang Mendatangkan Kemuliaan Dan Pahala Besar
Sedekah adalah membelanjakan harta dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Bersedekah termasuk ibadah atau amal saleh yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Perumpamaan orang bersedekah diterangkan oleh Allah dalam firman-Nya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah Ayat 261)
Ada beberapa jenis sedekah yang hukumnya sunnah, namun mendatangkan banyak kemuliaan dan pahala besar diantaranya adalah :
1. Menyantuni Anak Yatim
Memberi santunan kepada anak-anak yatim, adalah perbuatan yang amat mulia
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Tetapi Dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apa jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin yang sangat fakir. (QS. Al Balad: 11-16)
dan dijanjikan posisi yang dekat dengan Rasulullah di surga. Perbuatan ini termasuk sedekah yang hukumnya sunnah namun memiliki banyak kemuliaan dan berpahala besar.
2. Menyumbang Masjid
Menyumbang pembangunan masjid atau mengisi kotak amal yang beredar seusai shalat termasuk sedekah yang sunnah dan termasuk golongan Sabilillah yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah Ayat 261 dan sangat bernilai di sisi Allah SWT.
3. Menyerahkan Harta Wakaf
Menyerahkan tanah wakaf untuk dikelola dengan baik dan selalu memberi manfaat yang terus dipetik, termasuk ke dalam jenis sedekah dan termasuk golongan Sabilillah yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah Ayat 261 yang mendatangkan pahala besar.
4. Membiayai Penuntut Ilmu
Membiayai para penuntut ilmu termasuk sedekah yang dianjurkan. Termasuk membiayai siswa berprestasi dalam program bea siswa dan menyantuni sekolah atau pesantren dan termasuk golongan Sabilillah yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah Ayat 261
5. Membiayai Kegiatan Dakwah
Mengeluarkan uang atau harta untuk memmbiayai berbagai program dan kegiatan dakwah juga mendatangkan pahala besar. Diantaranya untuk kepentingan majelis taklim, pengajian, tabligh akbar dan semacamnya dan termasuk golongan Sabilillah yang dijelaskan dalam surat Al-Baqarah Ayat 261
6. Memberi Makan Hewan
Bahkan memberi makan hewan-hewan juga termasuk sedekah yang dicintai Allah. Diriwayatkan ada orang masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan. Berkat memberi minum anjing itu, Allah mengampuni dosanya.
7. Membantu Kerabat atau Fakir Miskin
Membantu atau bersedekah pada kerabat dan fakir miskin termasuk amalan yang mendatangkan pahala besar. Hal ini sebagaimana diterangkan Rasulullah dalam sabdanya: “Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan kepada kerabat ada dua (kebaikan), sedekah, dan silaturrahim.” (HR At-Tirmidzi)
Demikian jenis-jenis sedekah yang dianjurkan dan mendatangkan pahala besar bagi yang mengamalkannya. Semoga Allah meenjadikan kita golongan ahli sedekah. Wallohu’alam
Penulis : Muh. Hanafi, SS. M.Sy
Alasan Mengapa Sedekah Sebaiknya Diam-Diam Menurut Ghazali
Imam Al Ghazali menyebutkan hikmah di balik sedekah sembunyi-sembunyi.
Allah SWT memberikan pahala kepada hamba-Nya yang bersedekah secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Allah tidak mengurangi pahala sedikit pun apa yang dilakukan hamba-Nya atas kedunya mengenai sedekah terang-terangan tidak termasuk riya.
Namun kata, Imam Abu Hamid Al Ghazali, dalam Kitabnya Ihya Ulumiddin, memberikan sedekah dengan sembunyi-sembunyi itu dapat terselamat dari riya dan kemasyuran.
Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW bahwa sedekah yang paling utama adalah sedekahnya orang miskin dengan sembunyi-sembunyi, yang dengan jerih payahnya, dia mendapatkan harta, kemudian dia menyedekahkannya kepada orang yang tidak dikenal.
“Barangsiapa menyebut-nyebut sedekahnya, berarti menginginkan kemasyhuran. Dan barang siapa yang membeli di tengah-tengah orang banyak, dia adalah ahli riya,” kata Imam Ghazali.
Menurut Imam Ghazali, orang-orang terdahulu berusaha keras untuk menyembunyikan sedekahnya sehingga mereka tidak suka jika orang miskin yang diberi itu mengetahui siapa pembelinya. Karena itu ada di antara mereka yang lebih suka bersedekah kepada orang-orang miskin yang buta.
Demi menjaga dari kemasyuran dan riya, kata Imam Ghazali, ada orang yang memasukkan uang di saku orang miskin yang sedang tidur, ada pula yang memberikan sedekahnya kepada orang miskin melalui perantara orang lain. Tujuan itu semua agar orang miskin itu tidak mengetahui sipemberiannya, sehingga orang yang diberi itu tidak merasa malu.
“Jika dalam bersedekah yang dicari kemasyhuran dan untuk diperlihatkan kepada orang lain maka kebaikan yang menjadi rusak dan dosa pasti diperoleh,” katanya.
Imam Ghazali menceritakan, kisah penyesalan tentang kemasyuran seperti dialami Mu’adz bin Jabal RA. Pada suatu saat, ketika Umar bin Khattab RA datang ke Masjid Nabawi, dia melihat Mu’adz RA menangis sambil duduk di dekat makam Nabi Muhammad SAW. Maka Umar bin Khattab bertanya mengapa dia menangis.
Mu’adz menjawab bahwa dia mendengar dari Rasulullah, bahwa sedikit bagian dari riya itu juga syirik. Sesungguhnya Allah SWT, sangat mencintai orang-orang yang tinggal di pojok-pojok yang tidak dikenal, jika dia pergi tidak ada yang mencarinya dan jika dia datang di suatu majelis tak seorangpun yang mengenalnya, hati mereka adalah pelita hidayah dan merekalah orang-orang yang selamat dari tempat yang gelap gulita.
Imam Ghazali menegaskan, banyak sekali hadits dan ayat Alquran yang membicarakan tentang keburukan Riya.
Meskipun demikian dalam beramal secara terang-terangan kadang-kadang ada kemaslahatan agama, misalnya, sebagai dorongan (targhib) kepada orang lain.
Misalnya kalau yang bersedekah itu hanya beberapa orang saja, maka keperluan agama tidak bisa terpenuhi. Tetapi bila ada orang yang bersedekah dengan terang-terangan, banyak orang akan mengikutinya sehingga sedekah banyak terkumpul dan kepulauan agama terpenuhi.
Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah bersabda “Orang yang membaca Alquran dengan suara keras seperti orang yang bersedekah dengan terang-terangan dan orang yang membaca Alquran yang dengan suara pelan perlahan seperti orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi,”
Merenungi Sisa-Sisa Umur Kita
Dia yang di masa muda berbadan tegap, akhirnya akan mengeriput kulitnya. Dia yang di masa dewasa memiliki kekayaan ratusan trilliun rupiah, akhirnya akan beruban. Dia yang di masa puncak pernah duduk di kursi terpandang pun, akhirnya akan berkurang penglihatan dan pendengarannya. Dia yang Allah Ta’ala berikan umur panjang, akhirnya akan menua, sehebat apapun masa mudanya.
Sudah berapa tahun kita hidup?
Cobalah sejenak merenungi pertanyaan ini. Sudah berapa tahun kita hidup? Jika ternyata usia sudah 60 tahun lebih, maka berarti kita termasuk ke dalam orang-orang yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
أعمارُ أمَّتي ما بينَ الستينَ إلى السبعينَ وأقلُّهم مَنْ يجوزُ ذلِكَ
“Umur umatku itu antara 60 sampai 70 tahun, dan sedikit orang yang melewati umur tersebut.” (HR. At-Tirmidzi no. 3550, Ibnu Majah no. 4236, dihasankan oleh Syekh Albani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa umur kita sebagai umatnya adalah antara 60 sampai 70 tahun hijriyah. Sehingga apabila kita sudah berumur 60 tahun atau lebih, maka sudah seharusnya diri semakin banyak mengingat kematian yang akan datang tanpa diundang.
Sudah berapa tahun kita hidup?
Jika ternyata usia sudah 40 tahun, berarti kita termasuk ke dalam orang-orang yang disebutkan dalam Al-Quran,
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.’” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa seseorang ketika sudah mencapai 40 tahun, maka akal dan pemahamannya telah sempurna. Kebanyakan orang yang sudah berusia 40 tahun tidak akan berubah lagi kebiasaan dalam menjalani kesehariannya. Seseorang yang telah mencapai usia 40 tahun harus memperbarui tobat dan bertekad tidak mengulangi lagi kesalahan yang pernah diperbuatnya. (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 258-259)
Sudah berapa tahun kita hidup?
Jika ternyata sudah mulai muncul uban di kepala, berarti kita termasuk ke dalam ayat Al-Quran,
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ
“Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. Ar-Rum: 54)
Allah Ta’ala berfirman,
اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ
“Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.“ (QS. Fathir: 37)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa para ulama tafsir seperti Ibnu Abbas, Ikrimah, Qatadah, Sufyan bin ‘Uyainah, dan yang lainnya, menjelaskan bahwa maksud pemberi peringatan dalam ayat di atas adalah uban. (Tafsir Ibnu Katsir, 6: 493)
Aku masih muda …
Kita masih merasa muda? Usia kita belum 60 tahun, belum muncul uban sedikit pun, belum 40 tahun, bukan berarti waktu kita masih panjang. Masalah sisa umur yang tersisa tidak ada orang yang mengetahui, kapan dan di mana jatah hidup di dunia habis.
وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
“Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34)
Masih muda bukanlah jaminan. Betapa banyak yang meninggal di masa mudanya. Data jaringan kolaborasi beban penyakit dunia menyebutkan kematian penduduk Indonesia pada tahun 2019 sebesar 18.370 orang berumur 5-14 tahun, 264.550 orang berumur 15-49 tahun, 612.889 berumur 50-69 tahun, sisanya berumur kurang dari 5 tahun dan lebih dari 69 tahun. Ini menunjukkan bahwa kematian di usia muda sangat banyak. Jadi, bukan berarti kita masih bisa bersantai ria karena merasa masih muda dan kematian masih lama.
Kebiasaan di sisa waktu
Kalau kita mau jujur, nasihat untuk beramal kebaikan yang datang kepada kita sudah banyak. Peringatan akan kematian seringkali terdengar. Imbauan dan ajakan untuk memanfaatkan sisa umur sudah sangat sering didapatkan. Jadi, kita bisa memilih, mau memilih mengisi sisa umur dengan kebiasaan yang baik ataukah menghabiskannya dengan kesenangan dunia dan kepuasan nafsu dalam hidup ini. Yang perlu diingat, seseorang itu akan meninggal dalam keadaan kebiasaan hidupnya. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan saat menafsirkan surah Ali-Imran ayat 102, maksud dari firman Allah Ta’ala,
وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
adalah supaya kita memelihara Islam saat keadaan sehat, agar kita mati di atas Islam. Sesungguhnya Allah Ta’ala akan memberlakukan seseorang sesuai dengan kebiasaannya. Orang yang memiliki kebiasaan tertentu dalam hidup, dia akan mati sesuai kebiasaannya tersebut. Dan siapa yang mati dalam kondisi tertentu, dia akan dibangkitkan sesuai kondisi matinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2: 75)
Sebelum kita menyesali masa lalu
Sebagaimana seseorang belajar di sekolah atau di kampus, ataupun bekerja menjadi karyawan, seseorang yang hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Anak sekolah akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia kerjakan dan pelajari selama sekolah lewat ujian sekolah atau ujian kampus. Orang yang bekerja sebagai karyawan akan dimintai pertanggungjawaban atas pekerjaannya lewat laporan rutin. Para pejabat juga dimintai pertanggungjawaban selama ia menjabat. Itu dalam masalah dunia yang sifatnya sementara. Bagaimana dengan masalah akhirat yang merupakan kehidupan abadi? Tentu pertanggungjawabannya semakin besar dan teliti.
Di antara pertanggungjawaban tahap awal dalam kehidupan akhirat yang akan dilalui manusia adalah apa yang telah diceritakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,
لا تزولُ قدَما عبدٍ يومَ القيامةِ حتَّى يسألَ عن عمرِهِ فيما أفناهُ ، وعن عِلمِهِ فيمَ فعلَ ، وعن مالِهِ من أينَ اكتسبَهُ وفيمَ أنفقَهُ ، وعن جسمِهِ فيمَ أبلاهُ
“Tidaklah kedua kaki seorang hamba beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: untuk apa umurnya ia habiskan, apakah ilmunya ia amalkan, dari mana hartanya ia peroleh dan di mana ia belanjakan, serta untuk apa tubuhnya ia usangkan.” (HR. Tirmidzi no. 2417, Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih)
Sungguh kelak setiap orang akan mempertanggungjawabkan umur yang telah Allah Ta’ala berikan. Manusia akan menyesali keadaannya selama di dunia.
كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ
“Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan), dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.’” (QS. Al-Fajr: 21-24)
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa yang menyesal kelak di hari kiamat bukan hanya orang-orang kafir saja, melainkan juga kaum muslimin yang melakukan perbuatan dosa atas maksiat yang dilakukannya. Selain itu, kaum mukminin juga menyesal karena kurangnya ketaatan yang dilakukannya selama di dunia. (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 389)
Saat ini, sebelum penyesalan itu datang, sebelum hari ini menjadi masa lalu yang akan disesali, marilah kita berusaha sekuat tenaga meningkatkan keimanan kita, terus berdoa kepada Allah Ta’ala, agar Allah Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk, menjaga dan memberikan keistiqomahan kepada kita semua. Aamiin
***
Penulis: Apt. Pridiyanto
© 2022 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/75909-merenungi-sisa-sisa-umur-kita.html
Mengapa Kiswah Ka’bah Dinaikkan Selama Haji?
Setiap tahun kiswah atau kain penutup Ka’bah dinaikkan dan bagian bawahnya diikat dengan kain putih yang melambangkan Ihram.
Apa yang dimaksud dengan kiswah?
Kiswah atau dalam bahasa Arab berarti “selubung” adalah kain yang menutupi Ka’bah yang menurut banyak buku sejarah Islam telah ada sejak nabi Ibrahim.
Orang pertama yang membuat selubung untuk Ka’bah adalah putra nabi Ibrahim, yaitu nabi Ismail. Tradisi menutup Ka’bah dengan kiswah kemudian dilanjutkan hingga masa kini oleh para penguasa Makkah.
Mengapa kiswah Ka’bah dinaikkan setiap tahun?
Dilansir laman Haramain Sharifain, kiswah dinaikkan hingga 3 meter setiap tahun untuk mencegah kerusakan pada kain karena kerumunan besar yang berkumpul selama musim haji dan menjadi sulit untuk mengatur kerumunan selama jam sibuk.
Hal ini juga dimunculkan karena beberapa kepercayaan dari jamaah tertentu yang membawa gunting dan memotong bagian dari Kiswah mengharapkan beberapa manfaat spiritual dan karena beberapa orang menulis nama atau permohonan mereka di Kiswah.
Mengapa kain putih dililitkan ke Ka’bah?
Sebuah kain putih dililitkan di sekitar Ka’bah untuk melambangkan awal musim haji. Dahulu Kiswah dinaikkan sedemikian rupa sehingga bagian bawah kain yang berwarna putih terungkap. Namun dalam beberapa tahun terakhir kain putih yang terpisah disiapkan.*
Jamaah Datang Lewat Jeddah Tunaikan Umroh Setibanya di Makkah
Sebanyak 393 calon jamaah haji Banten tiba di Makkah, Ahad pukul 05.30 WAS.
Jamaah Indonesia yang datang ke Arab Saudi melalui Kota Jeddah melaksanakan ibadah umroh wajib setelah tiba di Kota Makkah, Ahad (19/6/2022). Jamaah dalam kelompok terbang 24 Embarkasi Jakarta-Pondok Gede tiba di Bandara Internasional King Abdulaziz Jeddah pada Ahad pukul 03.00 waktu Arab Saudi (WAS).
Mereka adalah rombongan pertama calon jamaah haji Indonesia yang diterbangkan dari Tanah Air menuju ke Kota Jeddah pada pemberangkatan gelombang dua. Dari bandara Jeddah, sebanyak 393 calon haji asal Banten itu diantar ke penginapan di Kota Makkah.
Mereka tiba di Al Lu’luah Hotel di Sektor 3 Raudhah pada pukul 05.30 WAS. Rombongan kemudian beristirahat sejenak dan bersiap-siap menuju ke Masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah umroh.
Sekitar pukul 08.00 WAS, seluruh anggota jamaah yang sudah memakai pakaian ihram diberangkatkan menggunakan bus ke Masjidil Haram. Petugas seksi transportasi mengarahkan jamaah menaiki bus shalawat yang akan mengantar mereka ke Masjidil Haram.
Ada enam bus shalawat dengan kode nomor 3 yang disiapkan untuk melayani jamaah di rute Raudhah-Syieb Amir. Selain itu, 16 bus shalawat disediakan untuk mengantar dan menjemput jamaah di sektor 3.
Fauzi, anggota jamaah asal Banten, bersyukur mendapat pelayanan baik sejak tiba di Jeddah. “Dari bandara ke sini pelayanan bagus. Petugas ramah-ramah semua, termasuk sampai Jeddah disambut orang Arab bagus, jamaah dikasih bunga,” katanya.
Jamaah Indonesia yang diberangkatkan pada gelombang kedua memasuki wilayah Arab Saudi melalui Kota Jeddah dan kemudian diantar menuju ke Kota Makkah. Pada pemberangkatan gelombang pertama, jamaah Indonesia diterbangkan dari Tanah Air menuju ke Kota Madinah. Setelah sembilan hari berada di Kota Nabi mereka diberangkatkan ke Makkah.
Syeikh Sudais: Masjidil Haram dan Nabawi Siap Layanai Jamaah Haji
Presidensi Umum Saudi mengkonfirmasi kesiapannya untuk menerima satu juta jamaah. Saat ini mereka telah memobilisasi 10 ribu karyawan dan pekerja pria dan wanita untuk melayani para jamaah.
Seperti dilansir arabnews.com Presiden Presidensi Syeikh Abdulrahman Al-Sudais meluncurkan rencana tersebut di hadapan menteri haji dan umrah, Tawfiq Al Rabiah, dan direktur Direktorat Jenderal Keamanan Publik, Letnan Jenderal Mohammed Abdullah Al Bassam.
Al Sudais mengatakan bahwa semua topik, layanan, dan program ditindaklanjuti setiap saat untuk memastikan kualitas tertinggi, melalui serangkaian indikator yang diawasi oleh kepresidenan sepanjang waktu. Dia mengatakan bahwa kepresidenan telah meluncurkan aplikasi pintar dan platform elektronik yang akan memfasilitasi dan memperkaya pengalaman pengunjung. Dia mengungkapkan bahwa jumlah penerima layanan digital ini telah mencapai lebih dari 160 juta.
Al Sudais mengatakan bahwa kepresidenan telah mengalokasikan Gerbang Raja Abdulaziz, Gerbang Raja Fahd, dan Gerbang Bab Al Salam untuk masuknya jamaah dan pengunjung, menambahkan bahwa kepresidenan telah mengalokasikan total 144 gerbang untuk masuknya jamaah ke Masjid. Selain itu, kepresidenan bekerja untuk mendistribusikan tiga juta botol air Zamzam sehari di Masjidil Haram, dan satu juta botol air Zamzam di tempat-tempat suci.
Al Sudais mengatakan bahwa kapasitas operasional penuh ekspansi ketiga pelataran masjid, halaman luar dan perluasan Masjid Raja Fahd telah selesai. Halaman masjid akan disediakan hanya untuk jamaah, dengan alokasi pelataran khusus di ruang bawah tanah, dan lantai pertama untuk melakukan ritual Tawaf. Dia mengatakan bahwa kepresidenan telah menerapkan standar tertinggi perlindungan lingkungan dalam layanan yang diberikan di Dua Masjid Suci.
“Alhamdulillah, dipastikan dua musim haji selama dua tahun terakhir bebas dari kasus epidemi di dalam Dua Masjid Suci, mengingat lingkungan Masjidil Haram adalah yang paling steril di seluruh dunia,” kata dia.
Beragam paket layanan telah disiapkan untuk memberdayakan jamaah haji, memfasilitasi ritual mereka dan memperkaya pengalaman mereka, terutama karena musim haji tahun ini tak terlalu ketat dibanding dua tahun lalu. Sehingga memungkinkan orang untuk melakukan ritual mereka sambil mendapatkan agama yang sehat ideal suasana.
Al Sudais mengatakan bahwa dua ribu kendaraan listrik telah disediakan untuk melayani orang tua dan penyandang cacat, selain menyediakan 500 staf teknik, dan bahwa khotbah Arafa akan diterjemahkan ke dalam 10 bahasa yang berbeda.