Pawai Obor Api dalam Perayaan Isra Mikraj Tradisi Majusi?

Salah satu tradisi di Indonesia yang sering terjadi adalah mengadakan pawai obor dalam menyambut dan merayakan Isra Mikraj Nabi Muhammad. Semua itu mereka lakukan sebagai manifestasi cinta kepada baginda nabi, namun dengan ekspresi menyalakan obor. Lantas, bagaimana hukumnya? Apakah perayaan itu identik dengan orang Majusi?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, terlebih dahulu perlu diketahui bahwa merayakan Isra Mikraj Nabi Muhammad bukanlah termasuk kewajiban, bukan pula termasuk larangan, namun termasuk ada tradisi yang tidak memiliki hubungan dengan hukum syariat. 

Hal ini sebagaimana perkataan Sayyid Muhammad dalam kitabnya, ia mengatakan:

هذا الأمر عادي لا صلة له بالتشريع الحكمي، فلا يوصف بأنه مشروع، كما أنه ليس معارضا لأصل من أصول الدين

“Persoalan ini (merayakan isra Mikraj dan Maulid Nabi) merupakan tradisi, yang tidak ada hubungannya dengan hukum syariat, sehingga tidak bisa disebut anjuran (tidak pula disebut larangan), sebagaimana ia tidak bertentangan dengan pokok dari beberapa pokok agama Islam.” (Sayyid Muhammad, al-Anwaru al-Bahiyyah min Isra wa Mikraji Khairil Bariyyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 83).

Karena tidak memiliki hubungan dengan syariat, maka orang-orang yang merayakannya tidak bisa dikatakan haram. Kendati demikian, bagaimana jika perayaan tersebut justru dengan pawai obor? Bukankah termasuk menyerupai perbuatan orang-orang majusi?

Perlu diketahui, bahwa setiap perbuatan yang tidak ada ketentuan (nash) yang pasti dari syariat perihal keharamannya, maka hukumnya boleh-boleh saja. Seperti merayakan sesuatu dengan pawai obor, karena tidak ada nash yang mengharamkannya.

Hal ini selaras dengan salah satu kaidah fiqih yang berbunyi:

اَلْأَصْلُ فِي الْأَشْيَاءِ اَلْإِبَاحَةُ إِلَّا مَا دَلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى تَحْرِيْمِهِ

“Hukum asal dari setiap sesuatu adalah boleh, kecuali terdapat dalil yang menunjukkan keharamannya (maka hukumnya haram).”

Jika digugat, “Merayakan obor memang hukumnya boleh, tapi bisa menjadi haram karena ada unsur menyerupai orang-orang majusi”. Benarkah demikian? Mari kita lanjut pembahasannya.

Perlu diketahui bahwa tidak semua tasyabbuh (menyerupai) non-muslim, atau majusi, bisa berhukum haram (tidak diperbolehkan). Ada juga beberapa perbuatan yang juga dilakukan oleh umat Islam sekalipun ada unsur tasyabbuh dengan mereka namun diperbolehkan, seperti makan, minum, menggunakan pakaian dan lainnya.

Berkaitan dengan hal ini, Sultanul Ulama Syekh Izzuddin bin Abdissalam dalam kitabnya mengatakan bahwa jika terdapat perbuatan wajib, sunnah, atau pun mubah, yang sekilas juga dilakukan oleh orang-orang non-muslim, sekalipun beda dalam pengaplikasiannya, maka tetap boleh dilakukan. Bahkan tidak boleh meninggalkannya dengan alasan karena juga dilakukan oleh mereka,

وما فعلوه على وفق الايجاب أو الندب أو الاباحة في شرعنا فلا يترك لأجل تعاطيهم اياه، فان الشرع لا ينهى عن التشبه بما أذن الله فيه

“Adapun sesuatu yang dilakukan oleh mereka (non-muslim), kemudian mirip dengan perbuatan wajib, sunnah, atau pun mubah dalam syariat Islam, maka tidak boleh ditinggalkan disebabkan juga dilakukan mereka padanya.

Sebab, syariat tidak melarang menyerupai dalam hal-hal yang mendapatkan izin dari Allah dengannya.” (Syekh Izzuddin, Fatawa Sultan al-Ulama al-Izz bin Abdissalam, [Darul Mishriyah: 2022], halaman 273).

Simpulan Hukum

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa merayakan Isra Mikraj dengan pawai obor hukumnya diperbolehkan, karena tidak ada dalil pasti yang melarangnya. Sedangkan anggapan haram karena menyerupai orang majusi tidak bisa dibenarkan. Sebab, perayaan dalam hal ini sekadar kebetulan saja, yang ternyata sama dengan ritual orang majusi.  Wallahu a’lam.

BINCANG SYARIAH

14 Pendapat Ulama Kapan Isra Mi’raj Terjadi

Imam Al-suyuthi memiliki karya khusus terkait peristiwa Agung yang bernama Isra Mi’raj, dalam karyanya yang berjudul Al Isra wa al Mi’raj, Imam As Suyuti panjang lebar menjelaskan terkait banyaknya pendapat terkait kapan Isra Mi’raj terjadi. 

Dalam persoalan kapan dan waktu Isra Mi’raj terjadi, setidaknya bisa dipetakan bahwasanya perbedaan tersebut itu berada pada dua spektrum, yaitu waktu dan tempat. Berikut adalah perinciannya;

Perbedaan pendapat terkait waktu

Dalam konteks ini banyak sekali pendapat di kalangan para ulama terkait kapan dilangsungkannya peristiwa Isra Mi’raj ini, antara lain:

(1) dilaksanakan sebelum Nabi diutus menjadi nabi (Qaul Syadz).  (2) Isra Mi’raj terjadi setahun sebelum hijrah, ini merupakan pendapatnya Ibnu Mas’ud dan Imam An Nawawi memilih pendapat ini.  (3) Isra Mi’raj terjadi 8 bulan sebelum Nabi hijrah, ini di hikayatkan dari Ibnul jauzi. 

(4) 6 bulan sebelum hijrah,  ini disampaikan oleh Abu Al-Rabi’ bin Sulaiman. (5) 11 bulan sebelum hijrah, ini pendapatnya Ibrahim Al-harabi dan ini dipilih oleh Ibnul Munir. (6) 15 bulan sebelum hijrah, ini pendapatnya Ibnu Faris 

(7) 17 bulan sebelum hijrah, ini pendapatnya Imam As sudi. (8) 18 bulan sebelum hijrah ini pendapatnya Ibnu Abdil bar. (9) 20 bulan sebelum Nabi hijrah. 10) 3 tahun sebelum Nabi hijrah, ini disampaikan oleh Ibnul atsir 

(11). 5 tahun sebelum hijrah ini disampaikan oleh Qodhi ‘Iyadh, dan ini diunggulkan oleh Imam Az Zuhri (12). 5 tahun pasca nabi hijrah (13). 15 bulan pasca nabi hijrah (14). 1 tahun setengah pasca nabi hijrah. 

Pada sisi lain, ulama juga berbeda pendapat tentang bulan terjadi Isra Mi’raj, sebagai berikut;

Pertama, bulan Rabi’ul akhir (pendapat ini diunggulkan oleh Ibnu Al-Munir dan Imam al-Nawawi). Kedua,  Rabiul awal (pendapat ini disampaikan Imam An Nawawi dalam fatwanya).

Ketiga, bulan Rajab (pendapat ini disampaikan Imam Nawawi dalam kitabnya yang berjudul Raudhah). Keempat, Ramadhan (pendapatnya Imam al-Waqidi), Syawal (pendapatnya Imam al-Mawardi).

Akan tetapi kendati berbeda pendapat, pendapat yang masyhur bulan terjadi Isra Mi’raj terjadi adalah bulan Rajab. Pendapat ini juga yang banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia. [Baca juga: Isra Mikraj dengan Jasad atau Ruh?]

Perbedaan pendapat terkait tempat

Adapun terkait setting atau tempat di mana terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, berikut adalah beberapa pendapat terkaitnya; yaitu Mekkah dan Madinah jika ditinjau dari segi latarnya. Adapun secara spesifik, Isra’ Mi’raj dilaksanakan di masjid, Maqam Ibrahim (tempat berdirinya Nabi Ibrahim As) dan air Zamzam, Hijr (ismail), rumahnya Nabi SAW rumahnya Umi Hani, rumahnya Sayyidah Khodijah (menurut kitab Al-syifa), dan Rumahnya Abi Thalib (menurut Imam Al waqidi). 

Demikianlah beberapa pendapat terkait kapan dan di mana terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, Adapun pendapat yang masyhur adalah bahwasanya Isra Mi’raj ini terjadi pada tanggal 27 rajab di Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa kemudian Mi’raj ke sidratul muntaha. 

Keterangan ini disarikan dari karyanya Imam al-Suyuthi yang berjudul Al-Isra’ wa al-Mi’raj,  halaman 52-54. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Awas Track Record Kita!

Track record atau bahasa Indonesianya rekam jejak perlu kita perhatikan. Kalau sudah baik, lanjutkan. Kalau belum, perbaiki. Ada pelajaran yang menarik dari kisah 2 orang yang sama-sama terjebak di lautan, yang satu selamat, yang satu celaka, karena track record mereka.

Kisah pertama adalah seorang yang dilemparkan ke lautan karena hasil undian. Muatan kapal yang dianikinya terlalu penuh dan seisi kapal sepakat untuk mengundi siapa yang harus keluar dari kapal alias diterjunkan ke laut. Tiga kali undian, semuanya menunjuk hasil yang sama, Nabi Yunus alaihissalam. Akhirnya beliau dilemparkan ke lautan dan ditelan oleh seekor ikan yang sangat besar. Kala terjepit itu, Yunus berdoa dan Allah mengabulkannya. seraya berfirman:

فَلَوْلَا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Seandainya dia tidak termasuk orang-orang yang mengingat Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari kiamat” (Qs as Shaffaat: 143-144)

Allah selamatkan Yunus ‘alaihissalam karena track record-nya, “kaana minal musabbihiin” (dulu dia termasuk orang yang sering mengingat Allah).

Kisah kedua adalah kisah seorang raja yang sedang mengejar musuhnya. Raja itu bernama Firaun dan musuhnya adalah Nabi Musa ‘alaihi salam. Pengejaran sampai ke tepi laut, Allah izinkan Musa dan kaumnya melewati lautan dengan terbelahnya lautan, Firaun tetap mengejar. Musa sudah sampai ujung lautan, Firaun dan pasukannya masih di tengah. Allah tutup jalan lautan, tenggelamlah Firaun dan pasukannya yang masih ada di tengah. Di tengah kegalauannya dan ketika nyawanya hampir melayang, Firaun baru ikrarkan keimanan kepada Allah dan mengaku sebagai muslim, tapi Allah tolak seraya berfirman:

آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs Yunus: 91)

Allah enggan selamatkan Firaun karena track record-nya, “Qad ‘ashaita min qoblu wa kunta minal mufsidiin” (Dulu kamu orang yang durhaka dan bikin kacau di sana sini).

Hikmah ini bisa dibaca dalam Jami’ul Ulum wal Hikam dalam penjelasan hadits ke 19 ketika membahas bagian wasiat Rasulullah kepada Ibnu Abbas, “Ingatlah Allah ketika engkau dalam keadaan lapang, Allah akan mengingatmu ketika kamu dalam keadaan sempit” dan itulah pesan dari kisah Yunus ‘alaihisalam dan Firaun, ingatlah Allah di waktu kita lapang, sehat, gagah dan berkecukupan. Balasannya, Allah akan ingat kita di waktu kita sempit, sakit, lemah, banyak hutang, Allah akan mengingat kita dengan pertolonganNya.

Penulis: Amrullah Akadhinta, ST.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/19856-awas-track-record-kita.html

8 Faedah dari Ketegasan Sikap Nabi Ibrahim

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمُ لِأَبِیهِ وَقَوۡمِهِۦۤ إِنَّنِی بَرَاۤءࣱ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ

إِلَّا ٱلَّذِی فَطَرَنِی

Dan ingatlah, tatkala Ibrahim berkata kepada ayah dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali Yang Menciptakanku….’” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)

Ayat yang agung ini mengandung pelajaran antara lain:

Pertama: Ayat ini menunjukkan bahwa umat Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyembah Allah, hanya saja mereka juga menyembah selain-Nya/ mempersekutukan-Nya. (lihat Al-Jadid fi Syarh Kitab At-Tauhid, hlm. 73) Sesembahan selain Allah itu berupa: patung-patung, matahari, bulan, dan bintang-bintang. (lihat Al-Qaul Al-Mufid ‘ala KitabAt-Tauhid [1/94])

Kedua: Seorang yang hendak merealisasikan tauhid di dalam dirinya, maka dia harus berlepas diri dari peribadahan kepada selain Allah. (lihat Al-Qaul As-Sadid fi Maqashid At-Tauhid, hlm. 32)

Karena tauhid tidak akan terwujud dengan cara beribadah kepada Allah dan juga kepada selain-Nya, oleh sebab itu wajib beribadah kepada Allah saja. (lihat Al-Qaul Al-Mufid [1/95])

Ketiga: Wajib berlepas diri dari syirik (lihat Al-Jadid, hlm. 73). Oleh sebab itu, setiap rasul mengajak kaumnya dengan satu seruan,

أَنِ ٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُوا۟ ٱلطَّـٰغُوتَۖ

Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut/sesembahan selain Allah.” (QS. An-Nahl: 36)

Keempat: Berterus terang dalam menyampaikan kebenaran merupakan salah satu karakter para rasul utusan Allah. (lihat Al-Jadid, hlm. 73)

Kelima: Manusia dapat dibagi menjadi tiga golongan: sebagiannya menyembah kepada Allah saja, sebagian lagi menyembah kepada selain-Nya saja, dan sebagian lagi menyembah kepada Allah dan juga kepada selain Allah. Maka, yang disebut dengan muwahhid (orang yang bertauhid) itu adalah golongan yang pertama saja, yaitu yang beribadah kepada Allah saja dan tidak kepada selain-Nya. (lihat Al-Qaul Al-Mufid [1/95])

Keenam: Pokok ajaran agama seluruh para nabi adalah satu/ sama, yaitu tauhid (lihat Al-Jadid, hlm. 73). Hakikat dari tauhid itu adalah pengetahuan dan pengakuan mengenai keesaan Rabb (yaitu Allah) dengan segala sifat kesempurnaan-Nya dan memurnikan (segala macam) ibadah hanya untuk-Nya. Sedangkan hal ini (tauhid) dibangun di atas dua pondasi: yaitu menolak segala sesembahan selain Allah (artinya tidak ada di antara mereka yang berhak diibadahi) dan menetapkan bahwasanya ibadah hanya boleh ditujukan kepada Allah. (lihat Al-Qaul As-Sadid, hlm. 31)

Oleh sebab itu, ayat ini merupakan bantahan bagi kaum Liberal dan Pluralis yang mengklaim bahwa inti ajaran Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah sama, yaitu monotheisme/tauhid, sampai-sampai mereka mempropagandakan istilah ‘tiga agama satu tuhan’ atau Abrahamic Religion demi menipu orang-orang awam yang tidak tahu apa-apa.

Ketujuh: Wajib mengingkari kemungkaran meskipun terhadap sanak kerabat sendiri. (lihat Al-Jadid fi Syarh Kitab At-Tauhid, hlm. 73) Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Kalau tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak mampu juga, maka cukup dengan hatinya dan itulah bentuk keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim)

Kedelapan: Di dalam ayat ini dipakai ungkapan “kecuali yang menciptakanku” bukan “kecuali Allah”.  Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa hal ini mengandung dua faedah: 1) Isyarat yang menunjukkan wajibnya menyembah Allah semata. Yaitu karena Allah semata yang menciptakan, maka hanya Allah yang berhak diibadahi. 2) Isyarat yang menunjukkan batilnya peribadahan kepada berhala (ataupun sesembahan selain Allah yang lainnya) karena ia tidak mampu menciptakan. (lihat Al-Qaul Al-Mufid [1/95])

Demikian sekelumit faedah yang bisa disajikan, mudah-mudahan bermanfaat.

***

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.

© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/82826-delapan-faedah-dari-ketegasan-sikap-nabi-ibrahim.html

Keutamaan Shaf Pertama Menurut Sayyid Muhammad Alawi Maliki 

Berikut ini keutamaan shaf pertama menurut Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam shalat berjamaah.  Sebelum shalat berjamaah dimulai lumrahnya, seorang imam akan meminta kepada setiap makmum untuk meluruskan dan merapatkan shafnya. 

Meluruskan dan merapatkan shaf dalam shalat berjamaah merupakan bagian dari tata tertib sholat supaya lebih sempurna. Sholat berjamaah seperti itu mencerminkan persaudaraan yang erat sesama muslim. Dalam beberapa hadist memang disebutkan bahwa jika di antara shaf ada yang renggang, itu memberikan kelonggaran bagi setan. 

Keutamaan Shaf Pertama

Menurut kitab Khasoisul Ummati Muhammadiyah, karya Imam Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dijelaskan;

وتسوية الصفوف من تمام الصلاة وقد أمرنا صلى الله عليه وسلم بذلك فقال : سُوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَفِّ مَنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ

Meluruskan shaf-shaf merupakan bagian kesempurnaan shalat berjamaah, dan sesungguhnya nabi memerintahkan dengan hal itu. 

Nabi bersabda : Luruskankan kalian terhadap shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf termasuk bagian kesempurnaan shalat. [Lihat Sayyid Muhammad Alawi al-maliki al-hasani, Kitab Khasoisul Ummati Muhammadiyah, Hai’ah As-Shofwah Al-Malikiyyah :2020], halaman 87).

وفي رواية لمسلم : “لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا فِيْ الصَّفِ الْمُتَقَدِّمِ لَكَانَتْ قُرْعَةٌ” والصف الأول هو خير صفوف الرجال. قال صلى الله عليه وسلم : خَيْرُالصُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا أَخِرُهَا وَخَيْرُ صُفُوْفِ النِّسَاءِ أَخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

Artinya :  Riwayat Imam Muslim, “Seandainya mereka mengetahui kepada fadilah shaf pertama maka niscaya meraka berundi”. Sementara shaf pertama ialah paling baik shaf bagi laki-laki. 

Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Saw. “Paling baik shaf laki-laki adalah shaf pertama. Dan paling buruk shaf laki-laki adalah shaf terakhir. Sementara paling baik shaf perempuan adalah shaf terakhir dan paling buruknya ialah shaf pertama.

Dengan adanya paparan hadist diatas, memerintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf agar mendapatkan fadilah berjamaah. Serta dianjurkan untuk selalu berada di shaf pertama bagi laki-laki. 

Sementara untuk perempuan dianjurkan berada di shaf terakhir agar tidak menimbulkan fitnah ketika berada di shaf paling depan. Seandainya mereka mengetahui begitu besar dan banyak keutamaan-keutamaan berada di shaf pertama dipastikan meraka berbondong-bondong untuk berada di sana, bahkan mungkin mereka akan mengadakan undian agar bisa berada di shaf pertama. 

Sebagaimana dalam hal ini hadist Nabi menjelaskan beberapa fadilah-fadilah berada di shaf pertama, yaitu Nabi akan memintakan ampunan sebanyak 3 kali serta mendoakan kepada orang yang berada di shaf pertama.

وَكَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَغْفِرُ لِأَهْلِ الصَفِّ الْأَوَّلِ وَصَلَّي عَلَيْهِمْ فَعَنِ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهَ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه كَانَ يَسْتَغْفِرُ لِلصَّفِ الْمُتَقَدِّمِ ثَلَاثًا وَلِلثَانِيْ مَرَّةً

Nabi Muhammad Saw memintakan ampun terhadap orang yang berada di shaf pertama serta Nabi mendoakan mereka. 

Diriwayatkan dari Irbad bin Sariyah, sesungguhnya Nabi memintakan ampun kepada orang yang berada di shaf pertama sebanyak tiga kali, dan orang yang berada di shaf kedua satu kali

بَلِ اللهُ تَعَالَى وَمَلَائِكَتُهَ الْكِرَامُ يَدْعُونَ لِأَهْلِ الصَفِّ الْأَوَّلِ بِالْغُفْرَانِ الرِّضْوَانِ مَرَّتَيْنِ

Bahkan Allah dan para malaikatnya juga mendoakan kepada orang yang berada di shaf pertama agar diampuni dan diridhoi oleh Allah sebanyak dua kali. 

Selain itu tidak hanya Nabi yang mendoakan orang yang berada di shaf pertama, akan tetapi Allah dan para malaikatnya juga mendoakan sebanyak 2 kali. Dengan begitu fadilah shaf pertama sangatlah besar, tentunya rugi ketika ditinggalkan.

BINCANG SYARIAH

Cara Singkat Tulis ‘Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ di Microsoft Word, Ini Dia

DALAM firman-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk selalu bershalawat kepada Rasulullah. Perintah ini terdapat dalam Alquran yang artinya:

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab ayat 56)

Nah, dalam penulisannya dalam bahasa Indonesia kita sering melihat ada orang yang menyingkat ucapan shalawat tersebut dengan singkatan SAW. Mungkin penulisan ucapan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang disingkat itu karena adanya khilaf atau karena ketidaktahuan tentang pentingnya menulis kalimat shalawat tersebut secara lengkap.

Atau mungkin juga karena kebiasaan orang Indonesia yang memiliki kebiasaan untuk menyingkat kata yang dianggap terlalu panjang untuk dituliskan dalam bahasa Indonesia.

Dalam tulisan Arab, kalimat “Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam” ditulis sebagai berikut,

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dalam ucapan tersebut terkandung ibadah dan pahala yang sangat besar, karena Allah sendiri yang memerintahkannya kepada kita. Oleh sebab itu, mulai sekarang hendaklah kita menulis ucapan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara lengkap tanpa disingkat menjadi SAW.

Kali ini kami akan memberikan sedikit tutorial tentang cara membuat karakter shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (ﷺ) dengan mudah di Microsoft Word.

Selain untuk membuat karakter shalawat tersebut, kita juga bisa membuat lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ) dan lain-lain.

Berikut ini adalah kode shortcut atau jalan pintas untuk menuliskan lafadz-lafadz tersebut di Microsoft Word dengan mudah, cepat dan singkat.

Allah ﷲ: Tulis FDF2 kemudian tekan tombol ALT + X.

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ﷺ: Tulis FDFA kemudian tekan tombol ALT + X.

Muhammad ﷴ: Tulis FDF4 kemudian tekan tombol ALT + X.

Basmalah ﷽: Tulis FDFD kemudian tekan tombol ALT + X.

Jalla Jalaluhu ﷻ: Tulis FDFB kemudian tekan tombol ALT + X.

Wasalam ﷸ: Tulis FDF8 kemudian tekan tombol ALT + X.

Qala ﷱ: Tulis FDF1 kemudian tekan tombol ALT + X.

Itulah shortcut untuk membuat kalimat Arab seperti lafadz Allah (ﷲ), Muhammad (ﷴ), Basmalah (﷽), Jalla Jalaluhu (ﷻ) dan lain-lain di MS Word dengan mudah. Semoga bisa bermanfaat untuk pembaca makintau.com, untuk cara menulis huruf Arab di blog, kami sudah menyiapkan artikelnya. []

SUMBER: MAKINTAU

ISLAMPOS

Pertahanan dan Pemanfaatan Bank Syariah dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

Oleh : Rumaysha Zaizifa Raudha
Mahasiswi Management Bisnis Syari’Ah
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Sebi Depok
rumayshazaizifar@gmail.com

PANDEMI Covid-19 yang telah berjalan lebih dari dua tahun memberikan begitu banyak dampak pada kehidupan. Hingga kini, kondisi keadaan pasca pandemi mengalami pemulihan di berbagai sektor termasuk pada sektor perekonomian. Banyak peran yang terlibat dalam upaya pemulihan keadaan pasca pandemi salah satunya peran dari perbankan.

Perbankan sendiri memiliki sistem pertahanan dalam pengelolaan keuangan yang berpengaruh pada kondisi perekonomian. Adanya sistem perbankan konvensional dan syari’ah mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian.

Sistem perbankan konvensional sudah digunakan oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Namun, masyarakat Indonesia yang mayoritas bergama Islam saat ini mulai beralih dan menggunakan sistem bank syariah.

Bukan hanya masyarakat muslim saja yang menggunakan sistem bank syari’ah, masyarakan non-muslim juga banyak yang beralih menggunakan bank syari’ah. Penerapan sistem keadilan dan transparansi sesuai dengan syariat Islam pada bank syariah membuktikan adanya ketahanan bank syari’ah terhadap krisis akibat pandemi.

Prinsip transparasi pada bank syari’ah merupakan keterbukaan dalam mengemukakaninformasi yang relevan dan keterbukaan dalam pengambilan sebuah keputusan. Sehingga, semua informasi tersebut dapat diketahui secara keseluruhan dari berbagai pihak. Sedangkan, prinsip keadilan merupakan keadilan pada kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pihak yang berkepentingan berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adanya sistem tanpa bunga dan bagi hasil yang menjadi ciri khas pada bank syari’ah dapat memicu pergerakan yang positif dibandingkan dengan bank konvensional. Adanya keberagaman produk serta layanan jasa pada bank syari’ah, dengan skema keuangan yang lebih bervariatif juga menjadi salah satu alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam pengelolaan perekonomian berskala besar dan luas, meluasnya penggunaan berbagai produk dan penerapan keuangan syari’ah di dalam bank syari’ah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut.

Meluasnya penggunaan produk dan penerapan keuangan syari’ah pada bank syariah, juga akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat dan akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif.

Maka, akan terciptanya sebuah kestabilitasan pada sistem keuangan secara keseluruhan. Pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan adanya penerapan dan pemanfaatan pada sistem bank syariah akan mampu menunjang proses pemulihan keadaan ekonomi pasca pandemi.

Sesuai dengan tujuan adanya bank syariah itu sendiri yaitu memberikan manfaat sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi maupun bersama dan mengihindari adanya kerugian yang terdapat didalamnya. []

ISLAMPOS

Jika Nafsu Ibarat Binatang yang Bandel, Ini 3 Cara Menaklukkannya Menurut Imam Ghazali

Imam Al Ghazali dalam Kitab Minhaj al-Abidin menggambarkan nafsu seperti binatang yang bandel. Ulama mengatakan ada tiga cara untuk menaklukan binatang yang bandel ini. 

Imam Al-Ghazali menjelaskan, nafsu adalah binatang yang bandel dan sulit dikendalikan. Maka muncul pertanyaan bagaimana caranya untuk dapat menguasai nafsu. Sebab nafsu sangat bandel dan membangkang, satu-satunya cara yang bisa ditempuh adalah membuatnya bertekuk lutut hingga mau mengikuti kendali kamu. 

Seorang ulama besar mengatakan ada tiga tindakan yang bisa digunakan untuk menekan nafsu atau mengalahkan nafsu. 

Pertama, mengekang keras keinginan nafsu. Ibarat binatang yang bandel, binatang tersebut akan melemah jika makanannya berkurang. Maka mengekang keinginan nafsu ibarat mengurangi makanan nafsu. 

Kedua, memberi beban berat pada nafsu berupa ibadah-ibadah dan latihan spiritual yang keras. Ibarat seekor keledai, jika ditambah beban muatannya dan makanannya dikurangi, maka ia akan tunduk serta menurut pada tuannya. 

Baca juga: 4 Sosok Wanita yang Bisa Mengantarkan Seorang Mukmin ke Surga, Siapa Saja?  

Ketiga, memohon pertolongan kepada Allah SWT serta merendahkan diri kepada Allah SWT. Agar Allah Yang Mahabaik berkenan menolong kamu. Kalau Allah SWT tidak menolong kamu, maka tidak ada jalan untuk melepaskan diri dari jerat nafsu. 

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang. (QS Yusuf ayat 53).

Jika kamu terus-menerus melakukan tiga tindakan di atas, maka nafsu kamu yang bandel itu akan menyerah kepada kamu dengan seizin Allah SWT. 

Maka saat itu segeralah kamu menguasai, membelenggu dan membebaskan diri dari keburukan nafsu tersebut. Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhaj al-Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.

KHAZANAH REPUBLIKA

4 Alasan Ini Mengapa Memaafkan dan tak Simpan Dendam Sehat untuk Kesehatan Jiwa Anda 

Anjuran memaafkan orang lain merupakan salah satu kemuliaan dalam Islam .

Memaafkan seseorang yang telah menyakiti kita bisa menjadi salah satu hal tersulit yang kita lakukan dalam hidup. Namun, pasti ada manfaat untuk memaafkan orang lain, dan banyak di antaranya bermanfaat untuk diri sendiri. 

Melansir laman aboutislam.net sebagai Muslim, kami percaya bahwa di dalam diri tidak hanya mengacu pada kesehatan mental kita, tetapi juga kondisi spiritual kita. 

Berikut adalah empat cara di mana memberikan maaf kepada seseorang yang telah menyakiti kita, dapat bermanfaat bagi jiwa.  

Pertama, membuat nyaman 

Perjuangan untuk memaafkan orang lain adalah sesuatu yang harus kita lalui sendiri. Tidak ada orang lain yang tahu persis bagaimana kita dipengaruhi oleh kata-kata atau tindakan orang itu, jadi mereka hanya bisa berbuat banyak untuk mendukung kita.  

Dan meskipun kita mungkin merasa bahwa orang lain tidak pantas mendapatkan maaf kita, terkadang kita harus mengesampingkan pikiran itu dan tetap memaafkannya bukan untuk mereka, tetapi untuk diri kita sendiri.  

Kita berhutang pada diri kita sendiri untuk mencoba menyingkirkan pikiran dan perasaan beracun, dan seringkali, ini hanya datang dengan memaafkan orang yang membuat kita merasa seperti itu. 

Kedua, memaafkan berarti menaikkan derajat diri  

Menyimpan dendam atau membalas dendam itu mudah, memilih untuk memaafkan orang lain itu sulit. Tapi itu menunjukkan kekuatan karakter seseorang, dan membantu kita bertumbuh secara spiritual. 

Ketiga, memaafkan berarti melawan iblis di hati 

Kita semua memiliki kelemahan, dan bagi sebagian dari kita, ini termasuk kecenderungan untuk membenci seseorang bahkan setelah mereka meminta maaf kepada kita. 

Memaafkan mereka dari lubuk hati kita yang paling dalam (tidak hanya mengatakan “tidak apa-apa”, meskipun tidak sungguh-sungguh) adalah cara yang sulit tetapi efektif untuk melawan kelemahan itu. 

Banyak dari kita juga cenderung tidak memaafkan diri kita sendiri terkadang bahkan lebih dari kita terhadap orang lain. Ini bisa menjadi salah satu pertempuran terberat untuk dilawan. 

Berdamai dengan kesalahan kita, dan belajar untuk memaafkan diri kita sendiri untuk itu, dapat memberi kita semacam kedamaian batin yang hanya dimiliki beberapa hal lain dalam hidup. Itu juga memungkinkan kita untuk menjadi sumber kepositifan dalam kehidupan orang lain 

Keempat, mendapat ampunan Allah SWT 

Satu hal yang sangat membantu dalam memaafkan orang lain adalah mengingatkan diri sendiri akan kekurangan sendiri, dan saat-saatmembuat kesalahan dengan menyakiti orang lain atau diri sendiri. Namun kita masih berharap bahwa Allah akan mengampuni kita, karena Dia Mahapenyayang. 

Tetapi mengapa harus berharap Allah SWT mengampuni kita bahkan untuk kesalahan dan dosa kita. 

Namun kita bahkan tidak mau mencoba melakukan hal yang sama untuk orang lain. Allah SWT menjelaskan konsep ini dengan indah di dalam Alquran surat An Nur ayat 22: 

وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang.

Sumber: aboutislam 

KHAZANAH REPUBLIKA

Tertimbun Reruntuhan Usai Sholat Tahajud, Jenazah Korban Gempa Turki Ditemukan Menggenggam Tasbih

Gempa bumi dahsyat yang melanda Turki dan Suriah, membuat warganya berada dalam kesusahan dan kekacauan. Namun, diantara musibah muncul sebuah foto yang menyentuh hati dan jiwa orang-orang di seluruh dunia.

Foto itu menunjukkan jenazah Mahmut Durusoy, wakil Syekh, yang ditemukan menggenggam tasbih. Saat gempa terjadi dan bangunan menimpanya, dia baru saja melakukan sholat tahajud dan sedang berdzikir, menurut kesaksian rekan dan temannya.

Meskipun goncangan hebat dan bahaya mengelilinginya, dia terus berdoa dan berdzikir, menggunakan tasbih sebagai panduan untuk tetap fokus dan tenang.

Foto tersebut, yang kemudian menjadi viral di media sosial, telah memicu rasa hormat dan kekaguman yang meluas dengan banyak orang yang memuji pengabdian dan keyakinan Durusoy yang tak tergoyahkan dalam menghadapi kesulitan.

Syekh Osman Nuri Topbas, telah menyatakan kebanggaan dan kekagumannya pada wakilnya, almarhum Durusoy, dengan mengatakan bahwa tindakannya adalah bukti nyata dari iman dan kesetiaan yang kuat yang ada di jantung komunitas mereka.

Pakar Seismologi: Gempa Turki Sangat ‘Merusak dan Mengerikan’

Gempa bumi berkekuatan 7,7 dan 7,6 yang mengguncang Turki selatan minggu lalu “merusak dan mengerikan,” kata seorang pakar seismologi sambil menjelaskan alasan di balik tingkat keparahannya.

“Jika gempa sebesar ini terjadi relatif dekat dengan permukaan dan tepat di dekat atau di bawah kota atau wilayah, maka akibatnya bisa dramatis. Seperti yang telah Anda lihat, menghancurkan dan mengerikan,” Suzan van der Lee, seorang seismolog dan ahli geofisika di Universitas Northwestern di negara bagian Illinois AS, kepada Anadolu.

Van der Lee meminta orang-orang untuk tetap mewaspadai kerusakan bangunan usai gempa dan kemungkinan bahwa gempa susulan masih dapat terjadi.

Selain itu, dalam kasus gempa bumi di Turki selatan, dia mengatakan dua gempa besar berturut-turut, seperti yang terjadi Senin lalu, biasanya bukan gempa bumi yang terjadi.

“Ini biasanya tidak terjadi dengan gempa bumi. Biasanya ada gempa utama, kemudian gempa susulan beruntun,” ujarnya.

Van der Lee merujuk pada gempa bumi Juli 2019 di Ridgecrest, California, yang dia ingat setelah gempa bumi di Turki, mencatat perbedaan antara kedua gempa tersebut adalah bahwa “itu adalah wilayah terpencil California. Itu bukan wilayah 10 kota dan jutaan orang yang tinggal di bangunan rentan di sekitarnya.”

Pada 4-5 Juli 2019, gempa berkekuatan 6,4, 5,4, 7,1 dan 5,5 mengguncang kota Ridgecrest di negara bagian California, menewaskan satu orang dan melukai 25 lainnya.

Van der Lee juga mengatakan bahwa komitmen komunitas internasional untuk mengirimkan dukungan ke Turki dalam bentuk tim penyelamat adalah “cara yang baik untuk melihat dunia bersatu dalam bencana.”

“Negara-negara dari timur seperti India, negara-negara dari barat sejauh AS, bahkan dari utara seperti Ukraina, yang berada di tengah perang…(serta) negara-negara lain telah mengirimkan tim bantuan dan penyelamat untuk dikirim ke Turki,” katanya.

Dia lebih lanjut mencatat bahwa kebanyakan orang di sekitarnya terkejut karena berita gempa bumi karena mereka memiliki kenalan dari daerah bencana.

Sedikitnya 29.605 orang tewas akibat gempa bumi Senin lalu, kata badan bencana negara itu, Minggu.

Gempa berkekuatan 7,7 dan 7,6, berpusat di provinsi Kahramanmaras, mempengaruhi lebih dari 13 juta orang di 10 provinsi, juga termasuk Adana, Adiyaman, Diyarbakir, Gaziantep, Hatay, Kilis, Malatya, Osmaniye dan Sanliurfa.

Beberapa negara di kawasan itu, termasuk Suriah dan Lebanon, juga merasakan getaran kuat yang melanda Türkiye dalam waktu kurang dari 10 jam.*

HIDAYATULLAH