Hidup Ruwet dan Rezeki Seret? Amalkan Ayat Ini

Mungkin Anda pernah mendengar curhat yang menggambarkan hidup ruwet dan rezeki seret. Atau bahkan Anda sendiri yang mengalaminya? Semoga saja tidak.

“Gaji saya naik tiap tahun, tapi kayaknya nggak pernah cukup. Cicilan nggak lunas-lunas.”

“Gaji saya besar. Tapi ada saja masalah membelit. Kecelakaan, anak sakit, istri nggak akur…” dan sederet masalah lain pun disebutkannya.

Siapapun yang mengalami, baik hidup ruwet maupun rezeki seret, Allah memberikan solusi dalam firmanNya. Jika diamalkan, keajaiban benar-benar akan terjadi. Sebab janji Allah adalah pasti. Tak pernah meleset dan tak akan Dia mengkhianati.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“..Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar bagi Nya dan Dia memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka..” (QS. Ath Thalaq: 2-3)

Inilah rangkaian ayat yang berisi jaminan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kuncinya adalah taqwa. Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Dia sendiri yang menjamin solusi untuknya. Dia sendiri yang berjanji akan memberikan rezeki, bahkan dari arah yang tidak disangka-sangka.

 

“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada apa yang diperintahkan, meninggalkan apa yang dilarang dan tidak melanggar batasan-batasan yang telah digariskanNya bagi hambaNya, maka Allah memberikan untuknya jalan keluar dan pintu penyelamat dari persoalan yang dihadapinya serta memberi rezeki dari arah yang tidak pernah terbersit dibenaknya, tidak pernah ia prediksikan dan tidak pernah iasangka-sangka,” terang Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir ketika menjelaskan ayat ini.

“Ini menjadi dalil yang menunjukkan bahwa taqwa adalah jalan keselamatan dari berbagai kebuntuan, situasi krisis, kesempitan, kesulitan, himpitan kesusahan dan kesedihan duniawi dan ukhrawi serta ketika mati. Ketaqwaan juga menjadi sebab yang mendatangkan rezeki yang baik, halal dan luas yang tidak disangka-sangka dan diprediksikan,” lanjutnya.

Telah banyak kisah nyata yang membuktikan kebenaran janji Allah ini. Pengusaha yang terbelit hutang karena riba, lalu bertaubat dan bertaqwa dengan menjauhi riba, akhirnya usahanya bangkit kembali dan mencapai kesuksesan.

Seseorang yang tadinya suka foya-foya dan menghamburkan uang di klub malam, rumah tangganya berantakan dan gaji besarnya tak pernah bersisa. Pendek kata, hidup ruwet menimpanya. Setelah ia bertaubat dan bertaqwa, Allah mengembalikan semuanya; keluarga menjadi sakinah, kekuatan ekonomi pulih dan hidupnya bahagia.

Tak hanya di ayat ini. Allah menegaskan lagi di ujung ayat berikutnya. Agar tak ada lagi orang yang ragu-ragu dengan janjiNya. Bahwa hidup riwet seruwet apa pun, dengan taqwa Allah akan memberinya solusi.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“..Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya..” (QS. Ath Tlahaq: 4)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menyimpulkan, “ini merupakan sebuah penegasan tentang keutamaan taqwa di dunia dan akhirat.”

 

Ayat ini tidak hanya berlaku bagi masalah pribadi atau keluarga seperti secara khusus mengiringi ayat-ayat di awal Surat Ath Thalaq ini. Namun juga berlaku bagi problematikan keutaman, perosalan dakwah dan gerakan Islam.

Bukankah sebuah jamaah merupakan kumpulan dari individu-individu dalam jamaah itu? Jika semuanya bertaqwa, jamaah itu secara komunal juga menjadi jamaah yang bertaqwa. Sehingga tribulasi sebesar apa pun yang dihadapinya, makar secanggih apa pun yang dilancarkan musuh-musuhnya, jika mereka bertaqwa, Allah yang akan memberikan solusi dan menyelesaikan urusannya.

“Kalau ada taqwa di jiwa,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar, “bagaimanapun sukar dan sulitnya urusan, akan ada saja jalan keluar yang ditunjukkan oleh Allah.” [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

BERSAMA DAKWAH

Menjadikan Setan Kurus Kering

Keberadaan setan di dunia ini memang hal yang tidak bisa disangkal. Pekerjaan utamanya adalah menggoda umat manusia untuk menjauh dari agama. Dengan cara pelan-pelan dan kadang tidak kita sadari sama sekali.

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pernah berkata bahwa diantara hal yang harus dimengerti oleh seorang hamba adalah mengetahui tipu daya setan dan godaannya. Sesungguhnya pemahaman ini fardhu ain adanya. Hanya saja kebanyakan manusia tidak mau mengerti dan kerap disibukkan oleh pengetahuan-pengetahuan yang menjebak dirinya sendiri masuk ke dalam kubangan setan.

Oleh karena akutnya tipu daya setan, maka seorang hamba harus mengerti berbagai kiat mematahkan bujuk rayu setan yang terkutuk. Terkutuk karena godaan dan rayuan itu diembuskan oleh setan bersama dengan embusan nafas manusia.

Al-Hasan suatu ketika pernah ditanya oleh Abu Said, “Apakah setan itu tidur?”

Al-Hasan pun menjawab, “Jika setan itu tidur, pasti kita bisa istirahat”. Sayangnya setan tidak mengenal sekat ruang dan waktu. begitu juga godaan-godaan mereka yang mengalir bersama arus dalam darah seorang hamba.

Manusia sebagai makhluk yang dibekali Allah dengan kemampuan bernalar harus memiliki kemauan dan kemampuan untuk mngalahkan setan. Oleh karenanya Al-Ghazali dengan jelas menerangkan lima kiat mematahkan godaan setan.

Pertama, membuat kurus setan dengan memperbanyak dzikir kepada Allah swt. Rasulullah saw pernah bersabda:

إن المؤمن ينضى شيطانه كما ينضى أحدكم بعيره فى سفره

Sesungguhnya orang mukmin itu membuat kurus setannya, sebagaimana seseorang diantara kamu membuat kurus ontanya dalam perjalanan.

Jika sebuah binatang liar telah dikuruskan pastilah ia akan mudah diatur dan menjadi penurut. Karena ketergantungan kepada majikannya. Begitu juga setan, jika seorang hamba telah bisa menguasai setan dengan tidak serta merta memenuhi keinginannya, pastilah setan akan kurus badannya.

Kedua, janganlah seorang hamba mendekatkkan dirinya kepada tempat-tempat kemaksiatan dan orang-orang mungkar. Sungguh hal itu memperkuat daya pikat setan membujuk manusia. Rasulullah secara legoris menyatakan:

من حام حول الحمى يوشك أن يقع فيه

Barang siapa berputar-putar di sekitar tempat larangan, maka besar kemungkinan ia akan terjerembab ke dalamnya.

Dua langkah pertama mencoba membikin setan tidak nyaman menggoda kita dengan harapan setan akan segera bosan dan kecewa karena keteguhan kita. Meskipun keduanya bukan hal yang mudah tetapi harus terus dicoba.

Ketiga, hendaknya seorang hamba selalu sadar bahwa sesungguhnya tujuan setan menggoda hanyalah ingin menjerumuskan kita ke lembah kenistaan dan kemadharatan abadi. Tidak ada godaan setan yang membawa pada kemanfaatan. Sesungguhnya setan berbuat demikian karena setan ahli cuci tangan. Ibarat penjegal yang merasa puas jika korbannya jatuh tersungkur dan dia terkekeh dengan bangganya.

Dalam surat al-Hasyr ayat 16 Allah menerangkan;

…إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ …

…ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu…

Keempat, seorang hamba harus selalu ingat bahwa selain berusaha cuci tangan, setan juga bersifat pengecut. Ia menginginkan banyak teman dalam kesesatannya. Semakin banyak teman yang menemani dirinya dalam kesesatan ia akan semakin puas. Karena sesungguhnya neraka sair itu sungguh luasnya. Dan karenanya setan menginginkan kawan untuk mengisinya.

Demikian keterangan al’A’raf 16-17 menerangkan;

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ –

Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Kelima, guna mendukung keempat kiat tersebut seorang hamba harus senantiasa dalam kondisi lapar. Karena kondisi lapar akan mempermudah seorang hamba dalam mengingat Allah swt.

إن الشيطان يجرى من ابن أدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع

Sesungguhnya setan itu berjalan pada manusia di tempat jalannya darah. Maka persempitlah jalannya itu dengan mengosongkan perut.

Semoga kita selalu bisa mengatasi godaan setan yang terkutuk.

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

Peter Gould: Alquran Menakjubkan

Seusai meluncurkan permainan edukasi Islam 5 Pilar, desainernya Peter Gould bercerita mengenai kisahnya bersyahadat. Ini bukan perjalanan mudah. Di dalamnya ada per gulatan batin yang mengantarkan  pebisnis itu kepada tauhid.

Dia memiliki perusahaan branding dan desain internasional yang sukses. Karyanya berupa fotografi Islam kontemporer dipamerkan di seluruh dunia, termasuk Arab Saudi, Turki, Amerika Serikat, Inggris, Malaysia, dan Uni Emirat Arab. Ketekunannya dalam menghasilkan karya seni membuahkan penghargaan Islamic Economy Award pada Global Islamic Economy Summit di Dubai pada 2015.

Namun, di tengah segala kesuksesan yang dia miliki, Gould tak pernah lupa akan Sang Pencipta. Setidaknya lima kali dalam sehari dia selalu mengumandangkan takbir, bersujud kepada Allah, menunjukkan kepasrahannya kepada Ilahi Rabbi. Kehidupannya kini sangat bergantung dengan Allah.

Islam telah membawa kedamaian dan kesejahteraan tak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga keluarga yang menjadi tempatnya bersandar, mencurahkan kasih sayang, dalam kebersamaan. Hati menjadi tenang. Sikap dan etika yang dijalani dengan penuh keyakinan.

Mengenal Islam

Sebelum menjadi Muslim, Gould ingat, bahwa agama sama sekali tidak menarik per hatiannya. Australia yang menjadi tempatnya tumbuh menjadi dewasa jauh dari nuansa kehidupan islami. Agama bu kan hal mendasar. Hidup baginya hanya men jalani rutinitas sehari-hari, bersosialisasi, bekerja, dan ber ke luarga.

Namun, pandangan itu perlahan mulai berubah. Kepribadiannya yang ang kuh, penuh percaya diri, tak peduli agama, berujung pada keham paan batin, kesepian, kesunyian, kesendirian yang sangat menjenuhkan.

Tiba-tiba dia mulai tertarik dengan Risalah Ilahiyah yang dibawa Ra sulullah SAW. Perasaan itu muncul ketika Gould menginjak tahun terakhir sekolah menengah atas. Di sebuah halte bus, dia bertemu dengan se orang Muslim. Ketika itu saya berkir, ini seseorang yang sangat cerdas, kenapa sih mereka percaya kepada Tuhan? Dan itu benar-benar mem bawa saya ke jalan penemuan personal,” ujar dia di Jakarta, Sabtu (17/3).

Banyak pertanyaan mengenai Islam yang diajukannya. Temannya yang seorang Muslim enggan asal menjawab. Dia melakukan penelitian untuk menjawab semua pertanyaan. Gould menginginkan jawaban yang faktual dan analitis.

“Saya mulai membaca, saya mulai mempelajarinya, dan saya langsung mem praktikannya. Saya merasa se makin yakin bahwa ada kebenaran yang mendalam tentang Islam,” jelas dia. Beberapa tahun setelah lulus sekolah, Gould memutuskan masuk Islam pa da suatu malam, tepatnya pada Ramadhan 2002. Kemantapan itu di dasarkan pada kenyataan bahwa Islam benar-benar menarik perha tian nya.

Di dalamnya ada ketenangan yang membuat batin nyaman. Hidup berjalan tanpa keraguan. Percaya diri dan ibadah berjalan beriringan. Kedamaian adalah dambaan setiap insan, tak terkecuali Gould. Dia telah men coba berpuasa selama Ramadhan. Awalnya tera sa berat. Namun, lambat laun, tubuh nya mulai terbiasa.

Batinnya semakin ber se mangat untuk menahan diri. Hatinya se makin teguh untuk memasrahkan diri kepada Allah. Pada suatu malam dia menyadari, batin nya sungguh berada dalam kedamaian. Itu adalah malam ke-27 Ramadan. Ketika itu, dia tidak menyadari pentingnya malam tersebut. Saya berdoa dan saya merasakan sesuatu yang sangat kuat sehingga membuatnya yakin untuk bersyahadat.

Ini adalah malam seribu bulan, malam Qadar. Ketika itu, malaikat turun mem bawa kebaikan seizin Allah. Mereka selalu mendoakan keselamatan kepada hamba yang ketika itu beribadah hingga fajar terbit.

Sejak itu, dia memahami arti kehi dupan sebenarnya. Mulanya dia hanya tahu bahwa seseorang hidup dari sekumpulan sel dan atom yang membentuk tubuh sebagai fisik manusia. Padahal, jauh lebih dalam di diri ini, setiap orang memiliki h ubungan dengan Sang Pencipta. Hubungan primordial ini sungguh kuat.

Allah sangat mencintai manusia, selalu membuka pintu tobat kepada siapa pun yang memohon ampunan dan menyesali dosa yang diperbuat. Manusia berusaha sekuat tenaga mewujudkan impian, kemudian berdoa kepada Sang Pencipta. Setelah itu, dia memasrahkan segalanya, bertawakkal menunggu kepastian Allah.

Setelah memeluk Islam, Gould sangat takjub dengan Alquran. Wahyu Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ini bertahan lebih dari 1400 tahun dan dijamin ke asliannya oleh Allah hingga akhir za man. Bagi Gould, isi dan kandungan Al qur an sangat cocok bagi semua kalangan: tua, muda, dan setiap orang yang berasal da ri berbagai negara. Bahkan, Alquran mam pu mengupas berbagai topik yang terjadi di masa lalu, saat ini, dan yang akan datang.

Setelah memeluk Islam, Gould pun baru memahami arti penting ibadah. Shalat, merupakan wujud syukur kepada Allah. Dia selalu mengajarkan anak-anaknya untuk mendirikan shalat lima waktu dalam sehari.

Ibadah yang unik, menurutnya, adalah puasa. Di saat orang terbiasa untuk selalu ma kan dan minum, Islam justru mewa jibkan umatnya untuk menahan lapar dan haus selama bulan Ramadhan. Ternyata ada hikmah di dalamnya, yaitu menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, mengistirahatkan dan menenangkan batin, menekan nafsu, sehingga diri hanya berpasrah kepada Sang Pencipta.

Gould mulai mempelajari Islam yang sederhana. Pertama adalah bersyukur dengan tidak meninggalkan shalat lima waktu. Bersyukur juga bisa dilakukan sederhana hanya dengan mengucapkan alhamdulillah setiap saat. Kedua, berpuasa selama tiga puluh hari lalu berzakat dan bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. ed: erdy nasrul

Menghadapi Keluarga

Gould mengakui, awal memeluk Islam adalah waktu-waktu yang sulit, terutama saat berhadapan dengan keluarga. Meskipun, dia sangat tahu bahwa ke dua orang tuanya sangat bijak. Mereka berpikir, Gould memiliki kesalahan berpikir karena menganggap ikut-ikutan dengan orang Arab.

Kedua orang tuanya hanya tahu bahwa Islam adalah budaya Arab. Padahal, jelas Nabi Muhammad menyebarkan Islam untuk semua orang bahkan seluruh alam. Allah sebaik-baikya perencana, orang tua menentangnya hanya karena mereka tidak tahu. Tetapi, saat ini mereka paham dan mengerti agama yang dijalaninya dan mendukungnya meski mereka belum mau menerima Islam sebagai agama.

Mereka mengerti bahwa Islam adalah agama cinta kasih. Hubungan Gould dengan kedua orang tuanya pun semakin baik. Istri adalah orang pertama yang mengenalkannya kepada Islam. Dia adalah pelajar Muslim yang ditemuinya di halte bus. Dia juga yang harus menghabiskan banyak waktu meneliti Islam setelah Gould mengajukan banyak pertanyaan.

Setelah enam bulan menjadi Muslim, Gould menikahinya. Kini usia pernikahannya telah menginjak 15 tahun dan telah memiliki tiga orang anak. Dia beruntung karena anak dan istrinya mendukung karier. Dari anaknyalah ide lima Pilar tercipta. Gould mengatakan, anak-anak Muslim mem butuhkan permainan edukasi Islam yang menyenangkan dan tidak melulu bermain dengan televisi, video gim, media sosial.

Anakanak Muslim membutuhkan permainan yang da pat mengakrabkan keluarga dan menambah il mu pengetahuan terutama tentang keislaman. Setelah kreasi lima pilar ini,Goul berharap, dapat menciptakan berbagai teknologi dan kreativitas lain untuk mendukung perkembangan Islam. Bagi Gould, mempelajari Islam tidak melulu hanya dari buku, ceramah, ataupun khutbah. Melalui permainan dan hal-hal menyenangkan, Islam dapat dipelajari dan lebih mudah dipahami.

 

REPUBLIKA

Roti dan Daging Tak Ada Habisnya dari Tangan Rasul

PADA perisitiwa perang Khandaq, di saat penderitaan kaum muslimin menjadi-jadi, Jabir merasa sedih melihat kondisi yang menimpa Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ia memiliki kisah kepahlawanan tersendiri yang ia tuturkan sendiri, “Pada hari-hari pertempuran Khandaq, kami menggali parit. Ada sebongkah batu keras yang menghalang. Orang-orang datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata, Ada batu keras yang melintang di parit. Beliau bersabda, Aku yang akan turun (tangan).

Lalu, beliau berdiri, sedangkan ketika itu ada batu yang terikat di perut beliau. Kami melewati tiga hari tanpa menyantap makanan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil godam dan memukulkannya (ke batu), hingga batu itu hancur menjadi pasir berhamburan. Aku berkata, Wahai Rasulullah, izinkan aku kembali pulang ke rumah. Aku berkata kepada istriku, Aku melihat pada diri Rasulullah sebuah kesabaran. Apakah kamu ada sedikit makanan? Istriku menjawab, Aku punya gandum dan seekor anak kambing. Aku pun menyembelih kambing dan menumbuk gandum. Lalu, aku masukkan daging ke dalam periuk.

Aku datang menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika adonan telah melunak dan daging dalam wadah di atas tungku hampir matang. Aku berkata, Aku mempunyai sedikit makanan, silakan Anda datang bersama satu atau dua orang ke rumahku. Beliau bertanya, Seberapa banyak makanan itu? Aku beritahukan jumlahnya. Beliau bersabda, Makanan yang banyak dan baik. Beliau melanjutkan, Katakan kepada istrimu untuk tidak mengangkat pembakaran dan adonan roti dari perapian hingga aku datang.

Beliau berkata kepada para sahabatnya, Bangkitlah kalian! Maka, segenap kaum Muhajirin dan Anshar bangkit berdiri.” Ketika Jabir masuk menemui istrinya, ia berkata, “Rasulullah akan datang bersama kaum Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang ada bersama mereka.” Istrinya bertanya, “Apakah beliau menanyakan sesuatu kepadamu?” Jabir menjawab, “Ya.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Masuklah kalian dan jangan berdesak-desakan.”

Beliau mulai memotong-motong roti dan menaruh daging di atasnya, lalu menutup periuk dan perapian bila mengambil (daging atau roti) darinya. Lalu, beliau mendekatkannya kepada para sahabatnya dan mengambilkannya. Beliau terus memotong-motong roti hingga semua orang kekenyangan, dan ternyata makanan itu masih tersisa.” Jabir berkata kepada istrinya, “Makanlah ini dan hadiahkanlah, sungguh orang-orang sedang ditimpa kelaparan.” (HR Bukhari, no. 4101; Muslim, no. 2039)

 

INILAH MOZAIK

Corak Baju yang Mengganggu Khusyuknya Salat Rasul

DARI Aisyah radhiyallahu anha, beliau menceritakan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah salat dengan memakai baju bergaris. Di tengah salat, beliau melihat corak garis itu. Setelah salam, beliau bersabda, “Berikan bajuku ini ke Abu Jahm, dan bawakan aku baju Ambijaniyah. Karena barusan, baju ini telah mengganggu kekhusyuanku ketika salat.” (HR. Bukhari 373 & Muslim 556).

Dari Uqbah bin al-Harits radhiyallahu anhu, beliau menceritakan, “Saya pernah menjadi makmum di belakang Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada saat salat asar. Ketika beliau salam, beliau langsung berdiri dan masuk ke rumah salah satu istrinya. Kemudian beliau keluar, dan terlihat di wajah para sahabat suasana keheranan karena beliau buru-buru. Beliau bersabda, “Ketika saya salat, saya teringat seonggok emas yang kami miliki. Saya tidak ingin emas itu menetap di rumah kami malam ini, sehingga aku perintahkan agar dibagikan.” (HR. Ahmad 16151 & Bukhari 1221)

Hadis ini menjadi dalil bahwa bisikan hati tidak membatalkan salat. Karena salat 100% khusyu, hampir tidak mungkin dilakukan manusia. Dari Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang selesai salat, sementara pahala yang dia dapatkan hanya sepersepuluh salatnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya, sepertiganya, dan setengahnya.” (HR. Ahmad 18894, Abu Daud 796, dan dishahihkan oleh Syuaib al-Arnauth).

Bagaimana Jika yang Terlintas adalah Pikiran Kotor?

An-Nawawi (w. 676 H) mengatakan, “Dianjurkan untuk khusyu, tunduk, dan merenungi bacaan alquran serta zikir yang dibaca ketika salat. Dan berusaha berpaling dari lintasan pikiran yang tidak ada hubungannya dengan salat. Memikirkan yang lain ketika salat dan banyak lintasan pikiran, tidak membatalkan salat, namun statusnya makruh. Baik yang dipikirkan masalah yang mubah atau masalah yang haram, seperti minum khamr. dan terdapat keterangan adanya ijma ulama bahwa lintasan semacam ini tidak membatalkan salat. Sedangkan hukum makruh, ini disepakati ulama.” (al-Majmu Syarh Muhadzab, 4/102)

 

INILAH MOZAIK

Bertakwalah dalam Segala Kondisi

TAKWA dan sikap kehati-hatian bisa memiliki muara yang sama. Ini terungkap dalam percakapan antara Umar bin Khathab dan Ubay bin Ka’ab. Ketika itu Ubay bertanya kepada Umar tentang makna takwa. Khalifah kedua ini malah balik bertanya, “ Pernahkah engkau berjalan di tempat yang penuh duri?”

Ubay bin Ka’ab menjawab, “Ya pernah.” “Apakah yang engkau lakukan?” tanya Umar kembali.

“Tentu aku sangat berhati-hati melewatinya!” jawab Ubay bin Ka’ab. “Itulah yang dinamakan takwa,” tegas Umar.

Jadi orang bertakwa adalah orang yang berhati-hati dalam bertindak. Semua yang dilakukannya penuh perhitungan.

Pemahaman, emosi, dan gerak fisiknya benar-benar dipandu aturan Ilahi agar seiring sejalan. Sebagai contoh mereka tidak mau menerima uang kecuali uang tersebut didapat dengan cara yang diridhahi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Mereka tidak mau makan kecuali makanan tersebut terjamin kehalalannya, baik zatnya atau cara mendapatkannya. Mereka tidak mau berbicara, kecuali pembicaraannya benar dan tidak menyakiti.

Mereka tidak berdua-dua dengan lawan jenis, kecuali yang telah dihalalkan Allah. Mereka tidak mau berbisnis, kecuali bisnis yang tidak merugikan orang banyak, barang yang dijual terjamin kehalalannya, tidak melanggar undang-undang, dan tidak tersentuh unsur riba.

Intinya, dalam hal apa pun, orang bertakwa selalu menyertakan sikap hati-hati yang bersumber dari rasa takut melanggar aturan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Orang bertakwa adalah orang yang proaktif. Ia mampu memanfaatkan ruang antara stimulus (rangsangan) dan respons (tindakan) untuk berpikir sesuai prinsip. Sederhananya, orang bertakwa itu selalu melibatkan pikiran dalam setiap tindakannya, sehingga semua yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Semuanya didasarkan pada prinsip-prinsip yang telah digariskan Yang Mahakuasa.

Saat seorang pejabat publik menerima cek sebesar dua puluh juta rupiah misalnya, ini stimulus atau rangsangan? Apa respon pejabat ini? Kalau ia orang bertakwa, ia tidak akan menerima cek tersebut begitu saja. Ia akan bertanya, “Ini uang dari siapa? Untuk apa? Apakah sesuai dengan prosedur yang dibenarkan? Apakah terjamin kehalalannya? Apakah tidak menyalahi nilai-nilai kejujuran yang dicontohkan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam?“, dan sebagainya.

Kalau memang uang tersebut benar-benar haknya, terjamin kehalalannya, dan benar proses pendapatannya, ia akan menerima dengan penuh syukur. Namun jika tidak, ia akan menolak apa pun konsekuensinya. Itulah respons yang didahului proses “berhenti sejenak” untuk berpikir dan menyelaraskan diri dengan prinsip-prinsip Ilahi.

Dalam hal apa pun, tidak hanya berkaitan dengan uang, ucapannya benar-benar terkendali dan penuh kehati-hatian. Sesungguhnya, sikap seperti ini akan menjamin keselamatan seseorang di dunia dan akhirat, juga akan mengundang datangnya pertolongan Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

Bahwa siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Siapa yang bertakwakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan baginya dalam urusannya. Dan siapa pun bertakwa kepada Allah nicaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.“ (QS. ath-Thalaaq: 2-5).*/Sudirman STAIL

Sumber buku: Haram Bikin Seram. Penulis buku: Tauhid Nur Azhar.

 

HIDAYATULLAH

Mahsita D Sari, Islam Menenangkan Jiwa

Tak seperti kebanyakan mualaf yang menghadapi banyak kendala ketika memilih Islam, Mahsita D Sari berjalan mulus.

Wanita kelahiran Jakarta, 16 November 1981, bersyukur mendapatkan kemudahan ketika menyatakan sebagai seorang Muslimah.

Alhamdulillah tak ada kendala yang berarti,” ungkap wanita yang bekerja di Manufacturing Engineer Section Leader di ResMed LTD, Sydney, Australia melalui surat elektrnoik kepada Republika.

Master Engineering Science dari University of New South Wales ini mengaku justru mamanya yang sangat berperan ia menjadi seorang Muslimah.

”Yang paling banyak mendukung dalam mempelajari Islam adalah mama. Kami belajar Islam di waktu yang sama dan secara tidak sadar kami saling memacu satu sama lain,” paparnya.

Sita, begitu ia akrab disapa, dibesarkan di sekolah Katolik mulai Taman Kanak-kanak hingga SMP. Demikian juga dengan kakak-kakak dan adik-adiknya, waktu itu ibunya seorang Kristiani.

Sewaktu kecil, Sita sering diajak orang tuanya ke panti asuhan Kristen. ”Kami dididik orang tua jika ingin pakaian baru, maka pakaian lama harus diberikan kepada panti asuhan. Istilahnya beli satu baju baru berarti memberi satu baju lama,” kenangnya.

Begitu akan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, Sita mengaku tergugah mencari tahu tentang Islam. Karena itu, ia berminat masuk SMA Negeri karena ada pelajaran agama Islam.

”Inilah awal dorongan untuk memeluk Islam. Waktu itu saya ada pilihan untuk melanjutkan ke sekolah Katolik atau di sekolah Negeri. Hati saya gundah gulana setiap kali saya ke SMA Katolik,” ungkapnya.

Akhirnya ia memutuskan masuk SMU Negeri walaupun diakuinya ada rasa takut karena harus belajar agama Islam. ”Agama yang tidak saya kenal walaupun di waktu kecil pernah belajar mengaji sebentar,” paparnya polos.

Rasanya saat itu, kata dia, pelajaran IPA tidak semenakutkan belajar agama Islam. ”Saya sempat stress karena waktu Penataran ada jadwal Shalat Zhuhur yang dilanjutkan dengan membaca Alqur’an sementara saya tidak bisa membaca Alqur’an.”

Jalan keluarnya, bersama sang mama, ia mencari Alqur’an dan terjemah. ”Alhamdulillah di sebuah toko buku Islam di Jakarta ada yang menjual Alqur’an dengan bahasa Arab dan latin. Hati agak tenang walau saya belum tahu bagaimana menavigasi isi Alqur’an,” ujarnya.

Sebagai upaya agar nilai pelajaran Agama tidak merah dan bisa naik kelas, Sita mulai belajar mengaji di rumah. Melalui besan dari kakaknya mama, keluarga Sita mendapatkan guru mengaji. ”Alhamdulillah, bersamaan dengan Sita belajar Islam di sekolah, kami sekeluarga juga mulai terbuka terhadap agama Islam,” jelasnya.

Awal belajar Islam di SMA penuh suka duka. Pertama kali ulangan agama stressnya luar biasa. Tulisan Arab ia hafalkan, belajar semalam suntuk dan besoknya curi-curi belajar di kelas sedangkan teman-teman dari Al Azhar tenang-tenang saja.

Waktu menerima hasil ulangan lebih was-was lagi dan kecewa berat karena guru Agama memberinya nilai huruf terbalik sementara teman-teman kebanyakan paling tidak mendapat huruf yang masih ada artinya dibanding terbalik… Beberapa bulan baru saya tahu kalau V terbalik itu adalah angka delapan dalam bahasa Arab.

Tidak lama kemudian sang mama memberitahu Sita dan keluarga akan pergi umrah. ”Saya pun mencari tahu apa itu umrah? Apa yang harus dilakukan, apa maknanya. Berbagai buku saya baca mulai dari bacaan shalat sampai tata cara umrah.”

Semuanya mengenai ibadah. ”Fokus saya saat itu, saya harus tahu tentang agama Islam supaya saya bisa naik kelas dan tahu umrah itu apa. Hal ini ternyata membuka tidak hanya wawasan, juga hati saya. Kedekatan saya kepada Allah semakin terasa di waktu umrah,” ungkapnya penuh syukur.

Lantas, kenikmatan apa yang ia rasakan setelah menjadi Muslimah? Menurut Sita, Islam itu begitu pribadi, menenangkan jiwa dan kedekatan kepada Allah terasa lebih mudah. ”Sesuatu yang tidak saya rasakan sebelumnya,” ungkapnya penuh syukur.

Dalam kesulitan membaca Al Qur’an, kata dia, Allah SWT meringankan dan mendekatkan hati untuk membacanya dan terus berusaha. Saat hati gundah dan pikiran kusut, berdzikr menenangkan hati dan pikiran.

”Saat bingung harus bagaimana dan diri pasrah seringkali jawaban itu hadir saat membuka Al Qur’an. Halaman yang terbuka mengandung ayat jawaban dari masalah yang ada,” ujar Sita yang pernah aktif di The Dawn Quranic Institute dan Daar Aisha College, Sydney secara part time.

Sita membenarkan nasihat sang mama. when you are close to Allah problems will revolve around you and it won’t affect you  (Ketika kamu dekat dengan Allah SWT, persoalan yang berputar di sekitarmu, tidak akan memengaruhimu).

Sita mengaku tahu tentang Islam melalui tetangga yang juga guru ngaji di waktu kecil. Waktu itu pengetahuannya terbatas pada soal Ramadaan dan shalat taraweh di Komplek.

”Saya mulai mengenal dan belajar apa itu Islam tahun 1997 saat SMA. Umrah adalah titik balik dari hidup saya. Saat umrah ada seorang ibu asing yang mengajarkan tata cara shalat kepada Mama dan Sita di Masjid Nabawi waktu kami sedang menunggu waktu Shalat di Raudhah,” ungkapnya.

”Ibu tersebut mengantar kami ke Raudhah dan menuntun kami ke makam Rasulullah SAW. Ibu itu juga menunjukkan lokasi rumah Rasulullah SAW dan Fatimah Al Zahra. Perjalanan umrah itu menjadi perjalanan spiritual yang sangat berkesan,” paparnya haru.

Enam bulan kemudian, kata Sita, ia dan sekeluarga pergi haji. ”Subhanallah, dalam ibadah yang sibuk dan memerlukan banyak energy, banyak kemudahan yang kami rasakan,” ujarnya.

Menjelang kepulangan ke Tanah Air, sang kakak bertanya apakah ia akan tetap memakai hijab. ”Jawaban saya saat itu saya ingin pakai tapi saya masih ingin bermain basket dan segala kegiatan lain,” kata Sita.

”Kakak saya bilang dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman memakai hijab itu wajib. Pipi saya panas seperti ditampar, saya baru tahu memakai hijab itu wajib. Sepulang haji, saya memutuskan memakai hijab. Waktu itu saya kelas 2 SMA,” ungkapnya.

Sita yang aktif dalam berbagai kegiatan Islam di Australia seperti menjadi mentor Islamic Youth Camp di Canberra tahun lalu serta kegiatan Islam lainnya, mengaku senang tinggal di Australia.

Di Sydney misalnya, kata Sita, bisa memilih untuk hidup di lokasi yang banyak komunitas Muslimnya dan sepanjang mata memandang mayoritas adalah kaum Muslimin atau di lokasi-lokasi lain.

Walau demikian, sambung Sita, ber-Islam di Australia bisa dibilang memerlukan kepercayaan diri untuk tampil berbeda.

”Pertama tiba di Australia saya tinggal dengan Paman yang tinggal di daerah Northern Beaches di Sydney yang Muslimnya masih sangat sedikit.”

Menuju tempat kuliah, ia memerlukan perjalanan 1,5 jam dengan transport umum dari rumah. Sepanjang perjalanan selalu bertemu orang Australia, baru bertemu warga Asia kalau sudah di daerah kota (Sydney City).

Sita mengaku tak jarang mendapatkan pertanyaan, ”Mengapa kamu menutup kepala kamu? Apa kamu tidak kepanasan, ini kan sedang musim panas? Kamu Islam liberal atau radikal?” ungkapnya getir.

Semua itu memuncak, setelah peristiwa jatuhnya Twin Tower – September 11, tak lama ia menetap di Sydney. Ujiannya, sambung Sita, tak hanya sekadar ditanya mengenai hijab atau Islam tapi juga ujian kesabaran.

”Kebencian terhadap Islam memuncak saat itu karena kebencian itu didasari oleh ketidaktahuan. Beberapa kali saya dimaki karena saya seorang Muslimah dan mereka tidak terima “saya” atau “kaum muslimin” menghancurkan the twin towers dan menyebabkan banyak nyawa melayang.”

Sekali waktu di jalan, Sita disemprot dan dimaki orang-orang yang sedang naik mobil padahal mereka tak mengenal Sita. Tetapi melalui semua ini, ia dan kawan-kawannya dalam the Islamic Society di University of New South Wales dan di pengajian Keluarga Pelajar Islam Indonesia (KPII) justru semakin dekat dengan satu sama lain dan semakin teguh iman Islamnya.

”Persaudaraan kami menjadi lebih erat dan kami jadi mencari tahu lebih lagi tentang Islam terutama bagaimana cara terbaik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Islam dan berdakwah.”

Sita mengungkapkan, dua sahabat terdekatnya memakai jilbab waktu di Sydney. Di perusahaannya, awalnya hanya Sita yang memakai hijab. ”Alhamdulillah dalam dua tahun terakhir sudah ada dua Muslimah lain yang mengenakan hijab dan diterima bekerja di perusahaan saya. Semua itu ada hikmahnya. Alhamdulillah,” ungkapnya semringah.

Di Sydney selain bekerja sita mengajar anak-anak di salah satu TPA, bantu-bantu di kepengurusan Masjid Al Hijrah dan sekarang belajar tajwid dan hafalan Al Qur’an.

Sita bersyukur, banyak masjid yang menyelenggarakan kegiatan agama seperti ceramah Sabtu malam atau pun ceramah Jum’at. Ada juga TPA (Taman Pendidikan Alquran) yang di Australia dikenal sebagai Saturday School. ”Juga ada organisasi kemasyarakatan dan institusi pendidikan yang menyelenggarakan belajar agama baik secara gratis ataupun membayar.”

Ia mengakui, suasana ber-Islam di Australia sangat terasa terutama di bulan Ramadhaan. ”Masjid-masjid menyelenggarakan i’tikaf terutama di 10 hari terakhir. Banyak kawan yang mengambil cuti di 10 hari terakhir agar bisa memaksimalkan ibadah.”

Masjid Al Hijrah, Tempat Sita aktif membantu, biasanya mengundang ustadz dari Indonesia mengisi kegiatan sepanjang bulan Ramadhaan. ”Masjid lainnya, ada juga yang mengundang sheikh dari negara lain.”

Jum’at, Sabtu dan Ahad malam di bulan Ramadhan, kata Sita, biasanya penuh dengan iftar (buka puasa) di masjid atau iftar fundraising untuk berbagai kegiatan kemanusiaan di seluruh dunia. Pernah juga ada iklan billboard tentang Islam beberapa waktu lalu.

Aktivitas Sita dalam kegiatan TPA di Sydney memberikan pengalaman menarik baginya. Siswanya mulai usia 2.5 tahun, yang awalnya tidak tahu apa-apa tentang agama dan belajar sambil main-main atau lari-lari karena usianya memang usia bermain, berubah menjadi ingin belajar dan selalu menunggu-nunggu waktu shalat.

”Pernah saat perubahan waktu shalat, anak-anak yang biasanya shalat dulu baru makan siang jadwalnya diganti menjadi makan siang dulu sebelum shalat. Saat disajikan makan siang beberapa dari mereka spontan bilang  “kita kan belum shalat. Makannya setelah shalat saja.”

 

Yang menarik, sambung Sita, semangat belajar para siswanya akhrinya menarik orang tuanya untuk lebih serius belajar agama.

”Saat anak-anak belajar, ibu-ibu yang menunggu pun mengaji. Anak dan ibu kadang berlomba untuk bisa membaca Al Qur’an. Sungguh suatu keberkahan bisa menyaksikan dan terlibat dalam perubahan baik ini,” ungkapnya penuh syukur.

 

Sita menuturkan, dari berbagai observasi menyebutkan, dakwah terbaik adalah melalui amal perbuatan. Kawan-kawannya non-Muslim mengatakan perilaku umat Muslim membentuk persepsi mereka akan Islam.

Selain aktif membina di TPA, Sita dan teman-teman Muslim di Australia juga sering berdakwah melalui kegiatan sosial seperti Feed the Homeless(Memberi makan para tunawisma0, Clean-Up Australia Day dan kegiatan lainnya.

 

REPUBLIKA

Rasulullah Melaknat Lelaki Tiru Gaya Perempuan

ISLAM melarang keras lelaki yang meniru-niru (tasyabbuh) gaya wanita, dan wanita meniru gaya lelaki. Larangan keras itu hingga pada tingkat dosa besar.

Karena di sana ada ancaman laknat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau mengatakan,

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat para lelaki yang meniru-niru kebiasaan wanita dan para wanita yang meniru-niru kebiasaan lelaki.” (HR. Bukhari 5885)

Batasan tasyabuh antara lelaki dan wanita

Imam Zakariya al-Anshari ulama madzhab Syafiiyah menukil keterangan dari Ibnu Daqiqil Id, memberikan batasan haramnya tasyabuh lelaki dengan wanita adalah dalam segala bentuk atribut yang khusus bagi wanita, terkait jenis bendanya dan modelnya, atau pada perhiasan yang umumnya digunakan wanita. (al-Gharar al-Bahiyah fi Syarh al-Bahjah)

Seperti yang kita tahu, tindik termasuk perhiasan yang menjadi ciri khas wanita. Karena alasan ini, ulama melarang lelaki memakai tindik.

Imam Ibnu Abidin dalam Hasyiyahnya mengatakan,

“Melubangi telinga untuk dipasangi anting termasuk perhiasan wanita, karena itu tidak halal bagi lelaki.” (Raddul Muhtar, 27/81).

Bagaimana status salatnya?

Terdapat kaidah menyatakan, “Adanya larangan, menyebabkan ibadahnya batal.”

Dalam al-Ushul min Ilmil Ushul kitab Ushul Fiqh dijelaskan bahwa kaidah ini berlaku jika larangan itu kembali kepada zat ibadah atau syaratnya. Namun jika larangan itu tidak berhubungan dengan zat ibadah, maka ibadahnya tetap sah.

(al-Ushul min Ilmil Ushul, dengan syarh Ibnu Utsaimin, hlm. 188).

Jika kita perhatikan, larangan memakai tindik bagi lelaki, kembali kepada larangan tasyabuh dengan lawan jenis. Dan larangan ini bersifat umum. Artinya, tidak ada hubungannya dengan ibadah tertentu, seperti salat. Karena itu, larangan ini berlaku baik dilakukan di dalam salat maupun di luar salat.

Jika kita kembalikan kepada kaidah di atas, larangan tasyabuh dengan lawan jenis, atau lebih khusus, larangan memakai tindik, tidak terkait dengan zat salat itu sendiri. Dengan demikian, lelaki yang mengenakan tindik, tidaklah mempengaruhi keabsahan salatnya.

Perhatian!

Kesimpulan di atas, mohon untuk tidak dijadikan alasan melestarikan tindik. Sekalipun tidak menyebabkan salat batal, memakai tindik bagi lelaki tetap dilarang. Karena perbuatan ini termasuk tasyabuh dengan wanita dan itu perbuatan terlaknat dalam Islam. Allahu alam.

 

INILAH MOZAIK

Indonesia Ingin Jadi Kiblat Fashion Muslim Dunia 2020

Indonesia bercita-cita menjadi kiblat mode Muslim dunia pada 2020. Kementerian Perindustrian berupaya mewujudkannya dengan memulai sebuah langkah, yakni menyeragamkan suara para pemangku kepentingan industri mode.

“Kami sekarang lagi penjajakan, koordinasi dengan asosiasi untuk wujudkan itu. Artinya, kita mau satukan suara,” kata Dirjen Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih di Jakarta, Rabu (28/3).

Menurut Gati, asosiasi dari berbagai sektor usaha seperti IKM pakaian, aksesori, sepatu hingga tas akan dikumpulkan untuk membangun dan menwujudkan cita-cita industri mode Indonesia tersebut. Tidak hanya pakaian, Gati menambahkan produk mode lainnya seperti sepatu, tas, tata rias juga perlu mendukung untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Gati menyampaikan, untuk menjadi kiblat mode Muslim dunia, ekspor produk Muslim Indonesia harus menjadi yang tertinggi di dunia. Sayangnya, kode Harmonized System (HS) produk fashion tidak berbeda dengan produk non-Muslim saat diekspor.

Nah ini dia, kami ingin usulkan pemisahan HS untuk produk fashionMuslim untuk mengetahui nilai ekspornya. Sekarang kan ekspor kita dinilai di bawah Bangladesh, Pakistan dan negara lain, padahal tidak juga,” ujar Gati.

Namun, apabila pemisahan HS tidak berhasil dilakukan, maka perhitungannya akan kembali digabung dengan mode non-Muslim. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebut Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia sangat berpotensi menguasai industri fashion Muslim dunia.

Indonesia juga merupakan satu dari lima besar negara anggota Organisasi Kerja Sama negara Islam (OKI) sebagai pengekspor fashion Muslim terbesar di dunia, setelah Bangladesh, Turki, Maroko, dan Pakistan. Sehingga, sangat layak bagi Indonesia untuk dapat menjadi kiblat fashion Muslim di dunia pada 2020.

Airlangga juga mengapresiasi ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2018 yang menyediakan aula khusus untuk produk mode Muslim. “Saya menyampaikan apresiasi kepada APPMI, karena pada event pameran ini terdapat 1 hall khusus untuk fashion Muslim. Hal ini tentu sebagai salah satu bentuk upaya dari APPMI untuk turut serta dalam mewujudkan Indonesia menjadi kiblat fashion Muslim dunia,” ungkapnya.

Seni Tulis Islam yang Menginspirasi

Bahkan, dalam Alquran pun banyak sekali disebutkan dalil-dalil tentang pentingnya sebuah keindahan. Misalnya, surah Al-A’raf ayat 26. ”Hai, anak Adam, sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.”

Lalu, pada ayat ke-31 surah Al-A’raf dijelaskan, ”Hai, anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan.” Ayat-ayat ini menunjukkan pentingnya arti sebuah keindahan.

Alquran merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW dan umat Islam yang terbesar yang diturunkan bagi umat manusia. Ayat-ayat yang dikandungnya menjadi sumber inspirasi bagi manusia dalam menyelami makna kehidupan.

Alquran adalah sumber dari segala ilmu pengetahuan, seperti ilmu akhlak, akidah (teologi), filsafat, astronomi, teknologi, geologi, kedokteran, peternakan, perkebunan, kimia, fisika, dan lain sebaginya.

Para ulama, sastrawan, teknokrat, dan lainnya mengakui bahwa Alquran memang luar biasa dan indah. Keindahan Alquran itu tak hanya terletak pada isi dan kandungannya atau pada seni membaca, namun juga pada seni tulisnya yang dikenal dengan nama khatt atau kaligrafi.

Banyak sekali perintah Alquran kepada umat Islam untuk menulis dan membaca. Misalnya, surah Al-‘Alaq (1-5) tentang perintah membaca dan menulis. Kemudian, surah Alkahfi ayat 109, ”Katakanlah, ‘Sekiranya lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sesungguhnya habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)’.”

Ini menunjukkan bahwa Alquran memiliki perhatian mendalam terhadap budaya membaca dan menulis. Selain itu, ayat ini juga merupakan ‘tantangan’ bagi umat manusia untuk senantiasa menggali ilmu-ilmu Allah, yang salah satunya dari tulisan.

Faktanya, tulisan-tulisan Alquran ini telah mengilhami banyak orang hingga memunculkan para ahli dalam menulis huruf Arab dan Alquran dengan indah. Sebut saja di antaranya Ibnu Muqlah. Adapun tokoh-tokoh kaligrafi kenamaan pada masa itu antara lain adalah Yahya al-Jamali (Ilkhanid), Umar Aqta (Timurid), Mir Ali Tabrizi Imaduddin al-Husaini (Safawid), serta Muhammad bin al-Wahid (Mamluk). Sementara itu, tokoh-tokoh kaligrafi kenamaan yang hidup semasa Turki Usmani hingga Turki modern adalah Hamdullah al-Amaasi, Ahmad Qarahisari, Hafiz Usman, Abdullah Zuhdi, Hami al-Amidi, dan Hasyim Muhammad al-Bagdadi. Lalu, salah satu tokoh kaligrafi di Indonesia adalah Sirojuddin AR.

Dari mereka inilah, umat Islam banyak mengenal ragam jenis kaligrafi, seperti Farisi, Kufi, Tsuluts, Diwani, Diwani Jali, Riq’ah, Naskh, dan lain sebagainya. Ragam jenis dan corak tulisan kaligrafi ini dipengaruhi oleh budaya lokal saat penyebaran Islam. Misalnya, kaligrafi Farisi (Persia), Kufi (Kufah), dan lainnya.

Selain itu, akibat pengaruh budaya lokal, seni tulis indah Alquran ini justru makin berkembang. Tulisan-tulisan indah dalam bahasa Arab tak hanya terdapat pada Alquran semata atau kitab hadis Nabi SAW, tetapi juga terus menyebar hingga diterapkan pada sebuah bangunan, seperti masjid, perpustakaan, mushala, dan lain sebagainya.

Karena itu, banyak bangunan (terutama masjid) yang sebagian besar dihiasi dengan tulisan-tulisan kaligragfi yang indah di atas mimbar atau di dekat mihrab imam. Begitu juga pada pintu dan gapura masjid.

 

REPUBLIKA