10 Pelajaran Penting yang Disarikan dari Surat Al Ghasyiyah

Surat Al Ghasyiyah merupakan surat yang diturunkan di Makkah

Surat Al Ghasyiyah adalah surat ke-88 dalam Alquran. Surat ini tergolong surat Makkiyah dan terdiri atas 26 ayat. 

Dinamakan Al Ghasyiyah yang berarti Hari Pembalasan diambil dari kata al ghasyiyah yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat Al Ghasyiyah mengandung banyak pelajaran di antaranya:

1. Sebagai peringatan tentang dahsyatnya hari kiamat. Dan manusia pada hari kiamat akan terbagi menjadi dua kelompok yaitu yang celaka dan yang bahagia 

2. Menyebutkan tentang macam-macam siksaan bagi orang yang celaka seperti kehinaan, keletihan, dibakar api neraka, disiram air panas dan makan pohon berduri  

3. Memaparkan hakikatnya kehidupan neraka dan apa yang ada di dalamnya. Serta menjelaskan tentang kondisi para penduduk neraka yang tidak sesuai dengan apa yang ada di dunia   

4. Menjelaskan tentang wajah orang-orang mukmin pada hari kiamat yang nampak penuh kenikmatan. Maksudnya nampak dari wajah orang-orang mukmin itu kegembiraan dan kesenangan   

5. Menjelaskan bahwa surga itu tinggi yaitu derajatnya. Seperti firman Allah: 

وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَٰئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَىٰ

“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia).” (Surat Taha ayat 75).

6. Di tempat berkumpulnya para penghuni surga itu ada dipan-dipan yang tinggi bagus, dan cangkir-cangkir di tempat berkumpulnya para penghuni surga adalah mewah dan jumlahnya banyak. Dan bantal-bantal yang tersusun rapi satu dengan yang lainnya, serta permadani yang terhampar  

7. Di antara kebahagiaan surga adalah seperti adanya tempat makan dan minum dan pohon-pohon, istana, sungai dan kebahagiaan yang lebih besar adalah melihat Allah SWT     

8. Menjelaskan tentang penciptaan unta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah yang agung. Maka unta diciptakan untuk ditunggangi dan membawa barang bawaan  

9. Menjelaskan salah satu tanda kekuasaan Allah adalah tegaknya gunung-gunung, tenangnya bumi, sebab semua itu seperti pasak. Terdapat manfaat yang Allah berikan di dalamnya dengan berbagai mineral yang terkandung di dalamnya  

10. Menjelaskan tentang tanda kekuasaan Allah adalah permukaan bumi. 

Sumber: alukah  

KHAZANAH REPUBLIKA

8 Ayat dan Hadits Pentingnya Berbakti pada Orang Tua

Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar.

 Pengorbanan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya begitu besar. Sayangnya, saat ini, kasih sayang dan perhatian penuh yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya mudah terabaikan.

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, banyak nilai berharga yang telah dilupakan. Padahal Islam mengajarkan selalu menghormati dan mentaati orang tua.

Allah dan Rasulullah telah memberi nasihat dan ajaran tentang pentingnya berbakti kepada orang tua. Berikut sembilan ayat dan hadits yang bisa meningkatkan hubungan Anda dengan orang tua, seperti dikutip About Islam, Ahad (27/6).

1. Wajib menghormati orang tua dan jangan pernah membantah

Allah berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 23, Allah menerangkan berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap Muslim setelah tauhid.

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Selain itu, dalam ayat di atas juga disinggung untuk jangan membantah orang tua. Termasuk jangan mengucapkan “Ah,” membentak keduanya, dan diharuskan mengucapkan perkataan yang baik dan sopan.

2. Ingat pengorbanan orang tua

Masih dalam surat Al-Isra’ pada ayat selanjutnya, Allah meminta agar manusia selalu mengingat perjuangan orang tua. Khususnya, pengorbanan mereka membesarkan Anda sejak kecil.

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

3. Berbuat baik kepada orang tua yang non-Muslim

Bagaimana jika orang tua Anda non-Muslim? Allah menyuruh agar selalu menghormati orang tua.

Meski begitu, jika mereka berusaha memaksa Anda menyekutukan Allah, Allah berpesan agar tidak mentaatinya. Yang jelas, selalu menjaga hubungan baik dengan mereka sebagaimana Allah berfirman dalam surat Lukman ayat 15:

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

4. Hormati ibumu

Rasulullah selalu mengajarkan menghormati orang tua merupakan bentuk kewajiban setiap Muslim, terutama menghormati ibu. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah menyebut tiga kali sebagai orang pertama yang harus dihormati.

Diriwayatkan Abu Hurairah, ada seorang pria datang kepada Rasulullah. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?”

Rasulullah menjawab “Ibumu.” Pria itu kembali bertanya “Lalu siapa lagi?”. Rasulullah menjawab “Ibumu.” Ketiga kalinya, ia masih bertanya “Siapa lagi?” Rasulullah kembali menjawab “Ibumu.” Baru yang keempat kali setelah pria itu bertanya, Rasulullah menjawab “Ayahmu.”

5. Berbakti kepada orang tua sama seperti jihad

Salah satu hadits Rasulullah menyebut berbakti kepada orang tua sama seperti jihad. Diriwayatkan Muslim, Abdullah bin Umar mengatakan ada seorang pria datang kepada Rasulullah.

Dia meminta izin untuk pergi jihad. Lalu Rasulullah bertanya “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Pria itu menjawab “Ya.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Maka kepada keduanya itulah kamu berjihad.”

6. Berbakti kepada orang tua amal yang tidak terputus

Salah satu hadits Rasulullah mengatakan berbakti kepada orang tua merupakan amal yang tidak terputus bahkan setelah orang itu meninggal. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya,” (HR Muslim).

7. Ruginya mereka yang tidak berbakti kepada orang tua semasa hidup

Dalam hadits Rasulullah, ia memperingatkan kerugian bagi mereka yang tidak berbakti kepada orang tua selagi mereka hidup. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga,” (HR Muslim).

8. Durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar

Selain merugi, mereka yang durhaka kepada orang tua akan mendapat dosa besar. Sikap ini sama seperti menyekutukan Allah.

Diriwayatkan Bukhari, dari Abu Bakar, Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya “Maukah aku memberitahumu tentang dosa terbesar?” Mereka menjawab “Ya Rasulullah.” Kemudian Rasulullah bersabda “Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua.” 

KHAZANAH REPUBLIKA

Bertasbih dengan Pahala Berlipat

DARI Juwairiyah bahwa Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alahi Wasallam keluar dari sisinya di pagi hari setelah shalat Subuh, sementara dia masih di tempat shalatnya. Kemudian Nabi kembali kepadanya di waktu Dhuha, sedang dia masih duduk. Nabi Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Kamu masih dalam keadaan seperti waktu aku meninggalkanmu?”

Dia menjawab, “Ya.”

Nabi bersabda, “Sungguh aku telah mengucapkan empat kalimat sesudahmu tiga kali. Seandainya ia ditimbang dengan apa yang kamu katakan sejak pagi, niscaya ia menandinginya, yaitu (hadis yang diriwayatkan Muslim):

Renungkan ungkapan Nabawiyah yang singkat tersebut. Berapa tambahan pahala yang didapat dalam waktu singkat? Al-Banna berkata, “Jika dia mengucapkan empat kalimat ini, masing-masing kalimat tiga kali, niscaya pahalanya lebih banyak daripada pahala tasbih (dzikir) yang diucapkannya hingga kelelahan selama rentang waktu yang panjang.”

Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa barangsiapa mengucapkan kalimat tasbih (“Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya… seberat timbangan Arsy-Nya…”) tersebut, niscaya ditulis untuknya kadar tersebut dan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang begitu luas. Ini termasuk pintu yang diberikan Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam kepada hamba-hamba Allah untuk memberi kemudahan kepada mereka dan memperbanyak pahala mereka, tanpa kesulitan dan kelelahan.

Maka, Alhamdulillah, jika Anda melelahkan diri dengan dzikir lain secara terus-menerus sepanjang hari, maka Anda tidak akan mencapai ratusan ribu kali, lebih-lebih jutaan kali. Bahkan Anda kehilangan kemaslahatan yang lain. Akan tetapi, karunia Allah datang kepada umat ini untuk membimbing kita kepada kalimat pendek, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala menulis pahalanya tiada terhitung.

Bayangkan jumlah ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di alam raya ini. Bayangkan kebesaran planet yang dihuni oleh miliaran makhluk, mulai dari Malaikat, manusia, jin, bintang-bintang, hewan-hewan, burung-burung, ikan, serangga, pohon, pasir, mikroba, dan masih banyak lagi. Semua itu tidak mungkin ada yang menghitung. Akan tetapi Allah memberikan kebaikan sejumlah mereka jika kita mengucapkan tasbih tersebut sebanyak tiga kali.

Bagaimana bentuk dan ukuran Arsy Allah sebagai wujud meraih pahala seberat timbangannya, insya Allah perkara yang tidak terbayangkan. Dan Ibnu Zaid berkata, ayahku bercerita kepadaku bahwa ia telah mendengar Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Perbandingan ketujuh langit dengan kursi Allah, tiada lain hanyalah bagaikan tujuh keping dirham yang dilemparkan di atas perisai.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abu Syaibah, dan Baihaqi secara marfu dari Abu Dzar)

Jika jarak antara planet yang satu dengan lainnya dihitung dengan tahun cahaya dan semua itu berada di langit terdekat, maka jarak antara langit pertama dan langit kedua adalah sepanjang perjalanan selama 500 tahun, dan seterusnya sampai langit ketujuh. Setelah itu jarak antara kursi dengan langit ketujuh adalah perjalanan selama 500 tahun, dan perbandingan ketujuh langit dengan kursi adalah seperti tujuh keping dirham yang diletakkan di perisai.

Allah telah menyatakan keluasan Kursi-Nya dalam firman-Nya,

Kursi Allah meliputi langit dan bumi.” (Al-Baqarah: 255).

Perbandingan ‘Arsy dengan Kursi adalah seperti sepotong besi yang dilemparkan di padang pasir. Dari Abu Dzar berkata bahwa, Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda, “Perbandingan Kursi dengan Arsy, tiada lain hanyalah bagaikan sebuah gelang besi yang dicampakkan di tengah padang pasir.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abu Syaibah, dan Baihaqi secara marfu dari Abu Dzar)

Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan keagungan-Nya dan kebesaran-Nya adalah lebih besar dari segala sesuatu. Setelah Anda merenungkan keagungan ciptaan-ciptaan Allah, khususnya Arsy maka Anda wahai saudaraku seiman, memperoleh kebaikan seberat timbangan Arsy tersebut jika Anda mengucapkan, “Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya seberat timbangan Arsy-Nya…”

Apakah Anda akan meninggalkan tasbih yang padat ini? Apakah Anda akan meninggalkan kebaikan-kebaikan besar ini? Bukankah tasbih Anda dengan kalimat-kalimat seperti ini, dengan mengulang-ulangnya, adalah lebih baik bagi Anda daripada Anda mengulang lagu-lagu atau nyanyian-nyanyian atau ucapan kotor, di mana Anda tidak sedikit pun meraih kebaikan darinya? Bahkan dosa yang Anda peroleh! Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam telah memberi kita beberapa macam tasbih, lalu mengapa kita tidak membatasi lisan kita dengannya?

Di samping pahala besar tersebut, faedah lain yang bisa kita petik dari hadist tersebut bahwa ia membantu kita merenungkan keagungan makhluk Allah dan kecilnya Bani Adam bila dibandingkan dengannya. Selanjutnya, kita bisa merenungkan kebesaran Pencipta makhluk-makhluk tersebut.

Tidak aneh kalau Allah memerintahkan agar kita bertakbir ketika adzan, di dalam shalat, dan sehabis shalat –lebih dari 280 kali dalam satu hari– agar yang selain-Nya tidak menjadi agung di dalam jiwa kita dan agar kita tidak mencari pertolongan kecuali dari-Nya.*

Dari buku Rahasia Umur Panjang karya Muhammad bin Ibrahim An-Nu’aim.

HIDAYATULLAH

Membincang Tentang Taliban, Panji Hitam, dan Imam Mahdi

Taliban tak habis-habinya jadi obrolan. Ada saja yang menarik untuk dibicarakan dari kelompok itu. Para politisi menggoreng narasii ini untuk amunisi. Para buzzer, menopang isu ini untuk eksistensi. Para pengamat pun mengingatkan bahaya kelompok radikal untuk negeri ini. Para bapak-bapak, ikut nimbrung di warung kopi. Taliban sedang dibicarakan di sana-sini.

Yang menarik dari isu Taliban, narasi yang digaungkan para agamawan. Yang menspesialisakan diri sebagai ustadz kaum muslimin. Yang punya massa banyak. Yang pengikut jutaan. Yang di dunia nyata, pun didunia maya. Yang menyebutkan bahwa Taliban adalah pasukan Imam Mahdi, yang membawa panji hitam.

Memang tak asing lagi, saban kali ada kelompok Islamis yang mengklaim memenangi pertarungan, pasti ada saja penceramah agama yang mengklaim bahwa mereka itu pasukan Imam Mahdi pembawa panji hitam.  Hal itu di sampaikan, Ustadz Ahong, seorang cendikiawan Muslim Indonesia dan Pakar Hadis dari El Bukhari Institut.  Ketika ramai ISIS pada tahun 2014-2015, pasukan Abu Bakar al-Bahgdadi dianggap sabagai kelompok yang akan menyambut kedatangan Imam Mahdi.

Sekarang sedang ramai Taliban, muncul pula ustadz akhir zaman yang mengutip hadis untuk mengglorifikasi Taliban sebagai calon pasukan Imam Mahdi.  Untuk meyakinkan jamaah, hadis panji hitam kembali digunakan. Agar terlihat otoritatif buat meyakinkan para jemaahnya. Lantas apakah apakah status hadist tersebut? Itu urusan belakang.

Hadis Tentang Panji Hitam dan Pasukan Imam Mahdi

Penting untuk dicatat, hadis tentang kemunculan Imam Mahdi merupakan hadis yang shahih dan mutawatir. Itu tak perlu diragukan kualitas hadisnya. Namun, ini yang bermasalah adalah hadis yang membumbui kemunculan Imam Mahdi yang menjadi masalah.

Antara Imam Mahdi sebagai person dan hadis yang membumbuinya, misalnya panji hitam yang muncul dari Khurasan, itu persoalan lain. Ada Ustadz Rahmat Baiquni menyebutkan Pasukan Imam Mahdi muncul di Qatar. Imam Mahdi muncul di usia 40 tahun. Atau narasi yang menyebut pasukan Imam Mahdi muncul juga di Indonesia.

Adapun hadis beriku ini yang biasa dipakai oleh para penceramah agama untuk menggambarkan pengikut pembawa panji hitam, yang dianggap sebagai pengikut Imam Mahdi. Para ulama sudah mewanti-wanti, bahwa hadis terkait panji Rasulullah adalah dhaif. Sebab terdapat persoalan dalam rawinya. Inilah hadis tersebut;

 يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَانَ رَايَاتٌ سُودٌ لَا يَرُدُّهَا شَيْءٌ حَتَّى تُنْصَبَ بِإِيلِيَاءَ

Artinya:  (Pasukan yang membawa) Panji hitam akan muncul dari Khurasan. Tak ada kekuatan yang mampu menahan laju mereka dan mereka akhirnya akan mencapai Yerusalem, di tempat itulah mereka akan mengibarkan benderanya.

تخرجُ من خُراسانَ راياتٌ سودٌ، لا يردُّها شيءٌ حتى تُنْصبَ بإيلِياءَ

Artinya: (Pasukan yang membawa) Panji hitam akan muncul dari Khurasan. Tak ada kekuatan yang mampu menahan laju mereka dan mereka akhirnya akan mencapai Yerusalem, di tempat itulah mereka akan mengibarkan benderanya.” (HR:Turmidzi).

يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلَاثَةٌ كُلُّهُمُ ابْنُ خَلِيفَةَ، ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ، ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيُقَاتِلُونَكُمْ قِتَالًا لَمْ يُقَاتِلْهُ قَوْمٌ – ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا فَقَالَ – إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ، فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ

Tiga golongan saling berperang memperebutkan kekuasaan kalian. Mereka adalah anak-anak penguasa. Kekuasaan tidak menghampiri seorang pun dari ketiganya. Lalu muncul pasukan dengan bendera hitam dari arah timur. Mereka memerangi kalian dengan peperangan yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh suatu kaum. Ketika kalian melihat pasukan panji hitam, berbaiatlah kepadanya, sekalipun dengan cara merangkak di atas salju. Sungguh, ia adalah khalifah Alllah, Al-Mahdi (HR. Al-Hakim)

إذا رأيتم الراياتِ السودَ قَدْ جاءَتْ مِنْ قِبَلِ خُرَاسانَ ، فأْتُوها فإِنَّ فيها خليفَةُ اللهِ المهدِيِّ

Artinya: Apabila kamu melihat pasukan hitam datang dari arah Khurasan, maka datangilah, karena sesungguhnya itu adalah pasukan khalifah Al Mahdi.

يقتتلُ عندَ كنزِكم ثلاثةٌ ، كلُّهمُ ابنُ خليفةٍ ، ثمَّ لاَ يصيرُ إلى واحدٍ منْهم ، ثمَّ تطلعُ الرَّاياتُ السُّودُ من قبلِ المشرقِ ، فيقتلونَكم قتلاً لم يقتلْهُ قومٌ، ثمَّ ذَكرَ شيئًا لاَ أحفظُهُ فقالَ ، فإذا رأيتموهُ فبايعوهُ ولو حبوًا على الثَّلجِ ، فإنَّهُ خليفةُ اللهِ المَهديُّ.

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya dan Ahmad bin Yusuf keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq dari Sufyan At Tsauri dari Khalid bin Al Khadza dari Abu Qilabah dari Abu Asma Ar Rahabi dari Tsauban dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Kelak tiga orang akan berperang didekat perbendaharaan kalian ini (yaitu Ka’bah), dan kesemuanya adalah anak khalifah. Dan tidak ada yang menang melainkan satu orang, lalu muncullah bendera-bendera hitam dari wilayah timur, mereka lantas memerangi kalian dengan peperangan sengit yang sama sekali belum pernah dilakukan kaum manapun. Jika kalian melihatnya, maka berbaiatlah kepadanya walaupun sambil merangkak di atas salju, karena sesungguhnya dia adalah khalifah Allah Al Mahdi.”

Adapun status Hadis Panji Hitam muncul setelah pertikaian putra Khalifah, Ustadz Ahong dalam buku Hadis Akhir Zaman yang Disalahpahami menyebutkan bahwa kualitas hadis ini pada dasarnya marfu’, namun  demikian ada juga hadis dalam satu topik  dengan hadis di atas yang statusnya mauquf. Pasalnya hanya sampai pada sahabat Tsauban.

Pun menurut Syekh Syu’aib al Arnut dalam tahkikan atas kitab Sunan Ibnu Majah,hadisdi atas merupakan hadis dhaif. Pasalnya, seorang rawi atas nama Abu Qilabah dianggap sebagai perawi mudallis (rawi yang menyembunyikan periwayatan hadis dari gurunya). 

Selanjutnya dapat ditelaah dalam kitab Silsilah Ahadits adh-Dhaifah wal Maudhu’ah karya dari Imam Nasiruddin Albani yang menjelaskan bahwa hadist terkait pasukan panji hitam kebanyakan adalah hadis dhaif.  Pasalnya, dalam hadis ini terdapat perawi yang bermasalah, misalnya Risydin bin Sa’d.

Terakhir, menurut Syekh Shalahuddin—ulama Hadis asal Idlib, Suriah—, hadis panji hitam yang bertuliskan kalimat tauhid itu sejatinya banyak digunakan pelbagai kelompok dari dulu hingga saat ini. Sayangnya, pelbagai hadis-hadis yang menjelaskan panji hitam itu tidak ada yang shahih

Politisasi Pasukan Panji Hitam

Politisasi panji hitam sebagai pasukan Al Mahdi bukan sesuatu yang baru. Itu sudah ada sejak dulu. Riwayat panjang gerakan ini dapat dilacak dalam pelbagai karya ulama klasik. Narasi panji hitam digunakan Abu Muslim Al-Khurasani, jenderal pendukung Bani Abbas, memobilisasi bangsa Muslim Persia untuk melawan Dinasti Bani Umayyah pada tahun 129 H.

Hal itu membuat umat Muslim Persia berbondong-bondong menyerang Damaskus—pusat pemerintahan Bani Umayyah. Ia memerintahkan pengikutnya memakai simbol pasukan serba hitam—termasuk menggunakan bendera dan panji hitam.  Pasukan serba hitam ini mendeklarasikan diri sebagai kelompok Al-Mahdi yang disabdakan Nabi Muhammad

Terakhir, Ibnu Katsir (w. 774 H.) memberi komentar yang layak kita renungi bersama. Ibnu Katsir mengatakan bahwa Al-Mahdi dan pasukan panji hitam hanya akan datang di akhir zaman. Bukan pada masa ambruknya kekhalifahan Bani Umayyah. Hal ini dengan asumsi bahwa hadis tentang Al-Mahdi dan panji hitamnya shahih, tetapi masanya belum terjadi hari ini. Itulah misteri Ilahi.

BINCANG SYARIAH

10 Amalan Ini Menghindarkan Kita dari Neraka

BERDASARKAN hadits shahih, ada 10 amalan yang mampu menjauhkan kita dari kobaran api Neraka yang sangat dahsyat. Amalan tersebut adalah:

Mengucapkan syahadat dengan ikhlas. Ucapkan syahadat setiap hari dengan ikhlas bahkan jadikan zikir kita sehari-hari karena mampu menjadi penghalang bagi kita dari Neraka Allah. Sabda Rasulullah ﷺ:

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Tidaklah seorang laki-laki yang mengucapkan Lailaha illah wa anna muhammad Rasulullah dengan ikhlas dan ikhlas dalam hatinya kecuali Allah melarangnya dari Neraka.” (Sahih al-Bukhari).

Berakhlak mulia. Perbaikilah akhlak kita serta janganlah kita menyakiti yang lain. Karena akhlak berupaya menjadi penghalang buat diri kita dari dibakar oleh Neraka Allah. Sabda Rasulullah:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ ؟ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ

“Maukah kamu aku beritahu perkara yang menyebabkan dirimu diharamkan dari dibakar oleh Neraka? Yaitu setiap orang yang dekat (dengan manusia), lemah lembut, lagi memudahkan.” (HR al-Tirmizi)

Berjuang di jalan Allah. Orang-orang yang berperang sampai kakinya berdebu karena keagungan agama Allah, maka Allah akan melarangnya dibakar di Neraka Allah:

مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa yang berdebu kakinya dalam jalan Allah, maka Allah mengharamkan dirinya dari Neraka.”  (Sahih al-Bukhari)

Bersujud di hadapan Allah. Sempurnakan shalat,  sebab Allah akan melarang Neraka membakar diri kita akibat dari sholat yang sempurna. Sabda Rasulullah ﷺ:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ، أَنْ تَأْكُلَ مِنْ ابْنِ آدَمَ، أَثَرَ السُّجُودِ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah ﷺ: “Allah haramkan api neraka menyentuh anggota sujud pada keturunan Adam.” (Shahih Bukhari).

Sholat sunnah empat rakaat sebelum dan sesudah Zhuhur. Barangsiapa yang melaksanakan shalat sunnah 4 rakaat sebelum dan sesudah zuhur, maka Allah akan melindunginya dari Neraka. Sabda Rasulullah ﷺ

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Barangsiapa yang mengerjakan (salat sunnah) 4 rakaat sebelum Dzuhur dan 4 rakaat sesudahnya, maka Allah akan melarangnya dari Neraka.” (HR al-Tirmizi)

Mengucapkan syahadat sebelum kematian. Barangsiapa mencoba mengucapkan syahadat sebelum kematiannya, maka Allah akan menjauhkannya dari Neraka. Sabda Rasulullah ﷺ

مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلـِصًا مِنْ قَلْبِــهِ لَمْ تــَمَسَّهُ النـــَّارُ . رواه أحمد و ابن حبان وأبو نعيم

“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain ALLAH, dengan tulus ikhlas dari hatinya, maka ia tidak akan disentuh oleh api Neraka” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Abu Nu’aim).

Menangis karena takut Allah atau berjaga di jalan Allah. Ingatkah kita bahwa Rasulullah pernah menyebutkan dua mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang tetap terjaga di malam hari karena Allah. Maka mata ini tidak akan dibakar oleh Neraka. Sabda Rasulullah ﷺ

عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ : عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api Neraka: Mata yang menangis karena takut Allah, dan mata yang berjaga karena berjalan dalam jihad di jalan Allah.” (HR al-Tirmizi).

Tak memandang hal-hal haram. Dalam riwayat at-Tabhrani, ada nash yang mengatakan bahwa mata yang tidak melihat hal-hal yang diharamkan akan diselamatkan dari Neraka Allah:

ثلاثة لا ترى أعينهم النار : عين حرست في سبيل الله ، وعين بكت من خشية الله ، وعين غضت عن محارم الله

“Tiga mata yang tidak akan melihat Neraka Allah: Mata yang berjaga dalam perjuangan di jalan Allah, mata yang menangis karena takutk Allah dan mata yang menunduk tidak melihat perkara yang diharamkan oleh Allah.” (HR al-Tabrani)

Bersabarlah atas kematian seorang anak. Ini adalah salah satu amalan yang diberikan kepada orang-orang pilihan. Yaitu orang-orang yang bersabar atas kematian seorang anak, maka Allah mengharamkan bagi dirinya sendiri Neraka. Sabda Rasulullah ﷺ

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِنِسْوَةٍ مِنْ الْأَنْصَارِ لَا يَمُوتُ لِإِحْدَاكُنَّ ثَلَاثَةٌ مِنْ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبَهُ إِلَّا دَخَلَتْ الْجَنَّةَ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ أَوْ اثْنَيْنِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَوْ اثْنَيْنِ

“Tidaklah salah seorang dari kalian ditinggal mati oleh tiga orang anaknya, lalu ia sabar & mengharap pahala dari Allah, kecuali pasti ia akan masuk surga. Lalu berkatalah seorang wanita dari mereka; Bagimana jika dua orang saja? Rasulullah bersabda: Meskipun dua orang
”. (Hadits Muslim 4768).

Semoga kita diberkahi dengan kekuatan untuk mempraktekkan salah satu dari amalan ini.*/Dr. Ahmad Sanusi Azmi

HIDAYATULLAH

Hukum Pergi ke Tukang Sihir, Orang Pintar, Peramal dan Sejenisnya

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahullah

Pertanyaan:

Apa hukum pergi ke tukang sihir, orang pintar, peramal, dan sejenisnya?

Jawaban:

Hukum pergi menemui mereka adalah haram. Tidak halal pergi kepada mereka dan tidak ada kebaikan pada mereka. Allah Ta’ala berfirman,

وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى

Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja dia datang” (QS. Thaha: 69).

Dan peramal adalah para pendusta, karena apa yang mereka kabarkan berasal dari setan yang mencuri berita dari langit dan mengabarkannya kepada para peramal tersebut. Kemudian para setan tersebut mencampur-adukkan berita dari langit dengan kebohongan yang banyak, hingga 100 kebohongan. Bahkan bisa lebih banyak dari itu atau lebih sedikit. Adanya kebohongan pada mereka inilah yang menjadi salah satu sebab tidak boleh mendatangi mereka.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

من أتى كاهناً فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد

“Barang siapa mendatangi peramal dan membenarkan apa yang mereka katakan, maka orang tersebut telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (Al-Qur’an)” (HR. Ahmad no. 9536, Abu Daud no. 3904, Tirmidzi no. 135. Dinilai sahih oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 5939).

Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, jika seseorang membenarkan perkataan peramal, hal itu dapat dikatakan sebagai tindakan kekufuran. Karena orang tersebut (yang mendatangi dan membenarkan) telah mendustakan firman Allah Ta’ala,

قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan bumi yang mengetahui hal ghaib kecuali Allah” (QS. An-Naml: 65).

***

Referensi:

Kitab Fatawa Nuur ‘Ala Ad-Darb Syaikh Utsaimin Rahimahullahu, juz 4 halaman 2.

Selesai diterjemahkan: 8 Muharram 1443 H.

Diterjemahkan oleh: Dimas Setiaji

Sumber: https://muslim.or.id/68301-hukum-pergi-ke-tukang-sihir-orang-pintar-peramal-dan-sejenisnya.html

Kemuliaan Akhlak Hasan bin Ali; Tidak Pendendam Meskipun Dicaci dan Dihina

Hasan bin  Ali merupakan cucu tercinta Rasulullah. Baginda Nabi begitu mencintainya. Dalam pelbagai riwayat, dikisahkan kecintaan Nabi terhadap Hasan. Abdullah bin Zubeir menceritakan suatu waktu Nabi sedang sujud—ketika itu baginda sedang shalat—, tiba-tiba Hasan naik ke punggung Nabi. Meskipun dalam keadaan shalat, Nabi tak menurunkan Hasan, hingga ia sendiri yang turun.

Tak hanya itu saja, suatu waktu Nabi sedang rukuk. Melihat Rasulullah membungkuk, Hasan keluar-masuk di antara kedua kaki Nabi Muhammad. Usai shalat Nabi tak membenteknya. Tak juga memarahinya. Bahkan Nabi meletakkan Hasan di pundaknya sembari berkata; ” Ya Allah aku mencintainya, maka cintailah dia,”.

Kelembutan hati dan kemuliaan akhlak Rasulullah sejatinya diwarisi langsung oleh Hasan. Demikian dijelaskan dalam kitab Tārīkh al Khulafā, karya Imam Jalaluddin Suyuthi. Hasan merupakan insan penuh kasih, laiknya kakeknya, baginda Nabi. Ia memiliki kepribadian sempurna. Akhlaknya terpuji. Seorang yang penyabar. Yang tenang pembawaannya.  Tegas dalam bersikap.

Yang tak kalah membuat kagum, Hasan adalah manusia pemurah. Rajin bersedekah. Ia tidak menyukai pertengkaran. Apalagi pertumpahan darah.

Ia pernah dicemooh warga Kufah. Sebab memberikan jabatan khalifah pada Muawiyah.  Ia dituding sebagai pengkhianat. Juga dicap sebagai orang yang menghinakan kaum muslimin.

Ketika mendapat ejekan dan hinaan, apa yang ia perbuat? Melawan? Membela? Tidak. Ia berkata;

لست بمذل المؤمنين، ولكني كرهت أن أقتلكم على الملك

Artinya: Saya bukanlah orang yang menghinakan kaum mukminin, namun saya tidak suka membunuh kalian lantaran berebut kekuasaan.

Marwan Gubernur Hijaz yang Membenci Hasan dan Ali

Sikap tak pendendam Hasan dan kemuliaan budinya, ia pelihara hingga dewasa. Ia tak pernah membenci seorang pun. Meskipun ia dihina. Tak juga berkata kasar. Ia adalah manusia dengan suri tauladan terbaik. Terjelma dari sosok Baginda Nabi.

Imam Suyuthi mengisahkan kelapangan hati Hasan bin Ali. Alkisah, Gubernur Hijaz, Marwan bin Hakam seorang pejabat pemerintah yang diangkat oleh Muawiyah bin Abu Sufyan.  Marwan begitu membenci Ali bin Abu Thalib. Saban Khutbah Jum’at, di mimbar masjid  senantiasa mencaci-maki Ali bin Abu Thalib. Sumpah dan serapah selalu keluar dari mulutnya.

Padahal Hasan ada di masjid itu. Ia mendengar semua yang dikatakan Marwan. Setiap hinaan yang terlontar. Setiap cemooh yang ditujukan pada ayahnya. Ia tak sedikitpun ada rasa ingin balas dendam. Tak ingin juga berdebat. Hasan tak memberikan respons yang memancing perselisihan.

Pada kesempatan lain, Marwan sengaja mengutus seorang laki-laki ke rumah Hasan. Utusan itu untuk menyampaikan pesan Marwan pada Hasan. Pesan apa? “Ali dan Kau! Aku tidak menganggap mu, kecuali sebagai seekor keledai yang jika dikatakan padanya: Siapa ayahmu? Dia menjawab : “Ibuku adalah seekor kuda,” itu pesan hinaan dari Marwan.

Lantas apa jawab Hasan menerima cacian dan makian Marwan terhadap dirinya dan ayahnya, Ali? Hasan lantas menyuruh lelaki itu balik. Dan menyampaikan pesan balasan. Renungi  jawaban Hasan menerima hinaan tersebut;

إني والله لا أمحو عنك شيئًا مما قلت بأن أسبك ولكن موعدي وموعدك الله فإن كنت صادقًا جزاك الله بصدقك وإن كنت كاذبًا فالله أشد نقمة

Artinya: Saya tidak akan membalas apa yang kamu katakan dan saya tidak akan mencacimu karena perkataanmu. Namun ingatlah perjumpaan kita adalah di hadapan Allah, jika kamu benar maka Allah akan mengganjarmu dengan kebenaran yang kamu katakan dan jika kamu bohong maka sesungguhnya siksa Allah sangatlah pedih.

Pada kesempatan lain, terjadi juga perselisihan Hasan dan Marwan juga terus berlanjut. Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Zuraiq bin Siwar menceritakan Marwan datang langsung datang menemui Hasan. Bukan lagi melalui perantara orang lain. Tanpa basa-basi, Marwan langsung mengucapkan pelbagai kata kasar. Penuh cacian dan makian. Umpatan. Sumpah serapah.

Menerima kata-kata kasar tersebut, Hasan hanya diam. Tak balik membalas. Tak ingin melayani emosi  berlebihan. Tak memberikan respons yang diinginkan Marwan. Sehingga membuat emosinya semakin menjadi-jadi. Lalu Marwan membuang ingusnya dengan tangan kirinya. AI-Hasan berkata: “Celaka kamu! Tidakkah engkau tahu bahwa tangan kanan untuk wajah dan tangan kiri untuk kemaluan. Celakalah kamu.” Kata Hasan bin Ali. Mendengar itu, Marwan diam membisu.

Kebencian Marwan terhadap Hasan bin Ali berlanjut sampai akahir hayat. Menjelang ajalnya, Hasan berwasiat pada Husein, jika kelak ia meninggal, ingin dikuburkan berdampingan dengan makam kakeknya, Nabi Muhammad. Ia pun telah berbicara dengan Aisyah  binti Abu Bakar untuk meminta izin. Aisyah pun telah menyetujuinya.

Ketika telah wafat, Husein menemui Aisyah dan menyampaikan wasiat saudaranya, Hasan. Sayang, Gubernur ketika itu, Marwan melarangnya. Penguasa Madinah itu menentang wasiat Hasan tersebut. Ia tak mengizinkan Hasan dikuburkan disebelah makam Rasulullah.

Tak mendapat restu dari Gubernur Hijaz, akhirnya,  jenazah Hasan bin Ali dikuburkan di Baqi. Bersebelahan dengan kuburan ibundanya, Putri Rasulullah, Fatimah bin Muhammad. Itulah akhir riwayat hidup cucu Nabi Muhammad. Manusia yang penuh kasih. Seorang yang baik  akhlaknya. Tak mudah membenci, apalagi berkata kasar.

BINCANG SYARIAH

Hukum Mengambil Sisa Makanan Hajatan

Saban acara hajatan selalu dipenuhi dengan makanan. Pelbagai menu makanan disediakan yang punya hajat. Biasanya ada kue, buah-buahan, soto, nasi, ayam, dan daging. Tentu saja masih banyak lagi, dengan ciri khas makanan yang berbeda-beda tiap daerah.

Terkadang makanan yang disuguhkan terlalu banyak, sehingga banyak yang tersisa. Hal itu ditakutkan mubazir. Atau akan sangat disesalkan bila dibuang begitu saja. Nah dalam Islam, bagaimana hukum mengambil sisa makanan hajatan? Apakah itu halal atau termasuk yang haram sehingga dihukumi berdosa yang mengambil makanan sisa hajatan tersebut?

Adapun mengenai mengambil sisa makanan hajatan, maka hukumnya diperbolehkan oleh syariat Islam. Pasalnya, dalam hal ini karena sisa makanan tersebut sudah menjadi harta yang ditingalkan oleh pemiliknya, sehingga boleh bagi seseorang untuk mengambilnya dan memakannya. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Syekh Abdul Qadir A’udah dalam kitab al Tasyrī’ al Jināī fi al Islāmi.  Berikut kata Syekh Abdul Qadir Audah;

اْلأُشْيَاءُ الْمَتْرُوْكَةُ هِىَ اْلأُشْيَاءُ الَّتِىْ كَانَتْ مَمْلُوْكَةً لِلْغَيْرِ ثُمَّ تَخَلَّى عَنْهَا مَالِكُهَا كَالْمَلاَبِسِ الْمُسْتَهْلِكَةِ وَبَقَايَا الطَّعَامِ وَكَنَاسَةِ الْمَنَازِلِ وَحُكْمُ اْلأُشْيَاءِ الْمَتْرُوْكَةِ هُوَ حُكْمُ اْلأَشْيَاءِ الْمُبَاحَةِ ِلأَنَّ اْلأَشْيَاءَ الْمَتْرُوْكَةَ تُصْبِحُ بِتَرْكِهَا لاَ مَالِكَ لَهَا

Artinya; Barang-barang yang ditinggalkan adalah barang-barang yang dimiliki oleh seseorang kemudian dia meninggalkannya, seperti pakaian-pakaian yang mau rusak, sisa makanan, sapu-sapu rumah. Hukum barang-barang yang dinggalkan tesebut adalah seperti halnya hukum barang-barang yang mubah, karena sesungguhnya barang-barang yang ditinggalkan akan menjadi tidak punya pemilik ketika telah ditinggalkan.

Menurut Zainuddin al-Malibari, dalam kitab Fathul Mu’in—begitu juga Imam Nawawi dalam kitab al Majmū’ Syarah al Muhadzab—, mengatakan boleh mengambil makanan yang disuguhkan dalam acara hajatan, pesta, atau walimah. Adapun membawa pulang atau menjualnya harus izin pemilik pesta atau hajatan. Berikut teksnya;

  وفى الانوار: لو قال ابحت لك جميع مافى دارى أو مافى كرمى من العنب: فله اكله دون بيعه وحمله واطعامه لغيره

Artinya: Termaktub dalam kitab al-Anwar : Seandainya seseorang pemilik acara mengatakan, “”Aku telah memberikan kepadamu semua yang ada di rumahku atau di kebun anggur dari pada anggurku, maka boleh baginya memakannya, tetapi tidak boleh menjualnya, membawanya dan memberikan makanan tersebut kepada orang lain.

Demikian penjelasan  dalam hukum mengambil makanan sisa hajatan. Semoga bermanfaat.

BINCANG SYARIAH

Peter Oudenes: Islam Agama Sempurna

Mualaf asal Negeri Belanda ini menemukan hidayah Islam saat berada di Indonesia.

Mualaf ini lahir di Negeri Belanda, tepatnya Kota Schoonhoven, sekira 34 tahun lalu. Peter Oudenes, demikian namanya, menemukan hidayah Ilahi ketika berada di Indonesia. Perantauannya pertama kali ke negara Asia Tenggara ini terjadi beberapa tahun lalu, sewaktu dirinya mendapatkan pekerjaan selepas kuliah.

Mungkin, pada waktu dahulu tak pernah terlintas dalam pikirannya untuk memilih Islam. Bagaimanapun, Allah Mahaberkehendak. Cahaya petunjuk-Nya menyinari siapa saja yang dikehendaki-Nya. Bila mengingat hal ini, tidak ada kata terucap dari lisan Peter selain hamdalah, bersykur ke hadirat-Nya.

Lelaki berperawakan tinggi ini menuturkan kisah hidupnya. Ia tumbuh besar tidak jauh berbeda dengan kebanyakan anak-anak Belanda. Begitu lulus dari SMA, dia meneruskan studi pendidikan tinggi.

Sukses meraih gelar, pria berambut pirang ini lantas memutuskan untuk segera mencari pekerjaan. Dalam bayangannya, alangkah menyenangkan hidup mandiri, dapat mengandalkan pemasukan dari kerja sendiri.

Tuntutan profesi membuatnya harus melanglang buana. Pihak kantor menugaskannya bekerja di Indonesia. Saat itu, Peter cukup antusias dengan keputusan tersebut. Apalagi, Bali menjadi tempat tujuannya. Kepindahannya ke Pulau Dewata itu terjadi sekitar 10 tahun silam.

Nasib orang siapa yang tahu. Berada di negara asing tidak membuatnya serba terbatas. Justru, Peter mempunyai banyak kawan, tempatnya berbagi suka dan duka. Di antara mereka, ada seorang perempuan yang membuatnya jatuh hati. Dialah Rika Kartika. Perempuan asal Cianjur, Jawa Barat, itu sedang berada di Bali sembari bekerja. Waktu itu, Muslimah ini merupakan seorang ibu tunggal dengan dua orang anak.

Antara Peter dan Rika pun terjalin perasaan saling suka. Keduanya lantas ingin melangkah ke taraf hubungan yang lebih berkomitmen. Maka mereka memutuskan untuk menikah. Itu terjadi sejak kira-kira satu tahun usai pertama kali berkenalan. Peter mengenang, saat itu perbedaan iman belum menjadi sesuatu yang digubrisnya.  

Peter mengenang, saat itu perbedaan iman belum menjadi sesuatu yang digubrisnya. Apalagi, katanya, Rika saat itu pun tidak mempersoalkan agamanya yang non-Islam. Bagaimanapun, pembicaraan tentang ini tetaplah ada.

Setelah berdiskusi, disepakatilah bahwa sang calon suami-lah yang kemudian memeluk Islam. Peter melakukannya dengan ikhlas. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, menurut dia, keputusannya saat itu tidak disebabkan adanya pernikahan.

Sebab, sejak pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia, dia sudah ingin mengenal Islam lebih dekat. Sebelum bertemu Rika, keinginan itu hanya didasari rasa penasaran—tidak kurang, tidak lebih. Akan tetapi, saat menjalin hubungan dengan perempuan tersebut, kehendaknya untuk mempelajari agama ini kian kuat.

Pada Mei 2012, Peter mengucapkan dua kalimat syahadat di Masjid Denpasar. Prosesi itu disaksikan oleh ulama setempat, beberapa jamaah, dan tentu saja Rika sang calon istri. Beberapa hari sesudahnya, pernikahan antara keduanya pun dilangsungkan. Resmi sudah mereka mulai membina rumah tangga.

Niat Peter untuk serius mendalami Islam tidak berhenti pada ujaran lisan. Setiap hari, dirinya selalu meluangkan waktu untuk membaca banyak buku dan menonton video tentang agama ini. Tidak hanya konten-konten mengenai ibadah harian. Lebih lanjut, ia sungguh-sungguh mengkaji dasar agama ini—Alquran dan hadis—serta sosok mulia yang membawanya, yakni Nabi Muhammad SAW. Pernikahan hanyalah jalan, bukan alasan, Peter untuk menjadi seorang Muslim.  SHARE

Semula, Rika agak terkejut dengan antusiasme suaminya dalam mempelajari Islam. Pernikahan hanyalah jalan, bukan alasan, Peter untuk menjadi seorang Muslim. Berdasarkan pengajian yang disimaknya, ia mendapati bahwa kewajiban seorang Muslim setelah bersyahadat ialah shalat lima waktu. Dan, dalam budaya Indonesia “pakaian shalat” adalah peci, baju koko, serta sarung. Peter langsung meminta istrinya untuk membeli semua perlengkapan tersebut.

Melihat semangat ini, Rika pun ikut mendukungnya. Tidak hanya membelikan apa-apa yang diminta. Wanita tersebut juga memajang poster tuntunan gerakan shalat di dinding kamar. Dengan begitu, suaminya bisa setiap waktu menghafalkan dasar-dasar ibadah tersebut.

Bertobat

Sebagai pasangan, mereka berdua saat itu belum lepas dari kebiasaan buruk. Ya, walaupun secara resmi sudah berislam, beberapa hal masih dilakukannya. Misalnya, meminum minuman keras.

Peter menuturkan, memang istrinya waktu itu belum terlalu taat beribadah. Shalat masih sering bolong-bolong. Sebagai mualaf, keteguhan iman dalam diri Peter pun masih sarat ujian. Karenanya, sering juga dirinya terbawa suasana, hingga mabuk-mabukan atau berpesta sampai pagi.

Hingga suatu saat, Peter memutuskan untuk kembali ke Belanda. Sebab, di tanah airnya itu ada sebuah perusahaan yang menjanjikan karier lebih baik untuknya. Sambil memboyong istri dan anak-anak, ia pun mengurus seluruh dokumen kepulangan di Jakarta.

Setelah semua urusan administrasi selesai, keduanya kembali beristirahat. Di sela-sela waktu luang, pasangan suami-istri ini menikmati minuman beralkohol di salah satu klub malam. Namun insiden pun terjadi. Seorang pengunjung berperilaku tidak sopan kepada Rika.

Peter seketika marah. Ia mengajak pengganggu istrinya itu untuk berkelahi. Kejadian ini begitu memalukan, baik untuk Peter maupun Rika. Beberapa hari kemudian, keduanya saling mengobrol dari hati ke hati. Mereka memutuskan untuk meninggalkan kebiasaan buruk: menenggak khamar. Kita tidak perlu lagi minum minuman keras dan mencari tempat seperti ini lagi (klub malam) ke depannya.  

“Kita tidak perlu lagi minum minuman keras dan mencari tempat seperti ini lagi (klub malam) ke depannya,” ujar Peter menirukan perkataannya kepada sang istri saat itu.

“Untuk apa? Lagipula, kami berdua sudah suami-istri. Lebih baik menghabiskan waktu di rumah,” lanjutnya saat dihubungi Republika baru-baru ini.

Sejak saat itu mereka meninggalkan minuman haram dan gaya hidup bebas di malam hari. Setelah Peter selesai mengurus dokumen, Peter segera berangkat ke Belanda. Tetapi istrinya tetap di Bali karena masih memiliki pekerjaan.

Di Negeri Kincir Angin

Sepasang suami istri ini pun untuk sementara tinggal berjauhan. Yang satu di Belanda, sedangkan yang lain di Indonesia, tepatnya Bali. Rika kemudian, atas saran Peter, memilih menetap di kampung halamannya, Cianjur—dengan meninggalkan Bali.

Selama jauh di negeri Eropa, Peter ternyata kian serius mendalami Islam. Ia berkeinginan kuat untuk menjadi seorang Muslim yang sejati sekuat upaya. Berbagai pengajian diikutinya di Belanda, baik yang offline maupun daring.

Ia menyadari, tidak mudah untuk berubah menjadi lebih baik. Namun, dia bersyukur kepada Allah SWT. Salah satu karunia besar yang dirasakannya ialah memiliki istri dan anak-anak yang penurut.Peter Oudenes (ketiga dari kanan) bersama dengan keluarga. Pernikahan menjadi jalan baginya untuk mendalami dan menerapkan ajaran Islam secara sungguh-sungguh. – (DOK IST)SHARE 

Sebagai contoh, saat itu Peter mulai mengetahui bahwa Islam mewajibkan kaum Muslimin untuk menutup aurat secara benar. Adapun perempuan diharuskan menutupi kepala, tangan, dan kaki. Hanya kepada keluarga dan suami, aurat itu bisa ditampakkan.

Waktu itu, tutur Peter, Rika belum mengenakan hijab. Maka ketika istrinya itu ada kesempatan untuk mengunjunginya di Belanda, keinginan tersebut diutarakannya. Ia ingin, Rika mulai konsisten berbusana islami.

Memang, sempat ada riak-riak kecil. Misalnya, sewaktu hendak menghadiri pesta pernikahan seorang kerabat Peter. Rika justru menyiapkan gaun yang—kalau dipakai—bisa menampakkan auratnya. Melihat baju itu, Peter pun menunjukkan wajah tidak suka. Alhamdulillah, sang istri mau memiliki busana Muslimah yang telah disiapkannya. Bahkan, sejak saat itulah perempuan Indonesia ini konsisten berhijab.

Kini, Peter merasa sangat bahagia. Ia, istri, dan anak-anaknya hidup tenteram di Negeri Kincir Angin. Kepada mereka, dia selalu memberikan teladan dan bimbingan agar menjalani keseharian secara islami.

Memang, diakuinya, menjadi Muslim berarti menjadi minoritas di Belanda. Dan, ini agak sulit. Misalnya, tatkala dihadapkan pada dunia kerja. Syukurlah, Peter bekerja di luar kantor (work from home) sehingga dengan leluasa menunaikan ibadah harian. Karena hidayah datang dari Allah. Hanya Allah yang memutuskan, siapa-siapa saja yang hatinya tersentuh cahaya Islam, agama yang sempurna ini.  SHARE

Meski terkadang dia mendapat sindiran, Peter tidak terlalu peduli. Ia kini lebih senang berdakwah kepada teman-temannya. Tak masalah jika perkataannya didengar atau tidak. Yang terpenting baginya, kewajiban tabligh sebagai seorang Muslim sudah dilaksanakannya.

“Karena hidayah datang dari Allah. Hanya Allah yang memutuskan, siapa-siapa saja yang hatinya tersentuh cahaya Islam, agama yang sempurna ini,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Selain umrah dan haji yang kini menjadi cita-citanya, dia berharap kenikmatan Iman dan Islam ini tidak akan pernah hilang. Dan, tentu saja harapannya adalah melihat anak-anaknya tumbuh besar sebagai insan yang beriman dan bertakwa.

OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI

KHAZANAH REPUBLIKA

Shalat Batal karena Keluar Suara saat Menguap?

Ust, mau tanya, kalau orang angop (menguap, red), pas lagi Sholat terus keluar suara haaah, itu batal ngga ya shalat nya?

Matur suwun Ustdz…

Jawaban:

Bismillah wal hamdulillah was sholaatu was salaamu ‘ala Rasulillah wa ba’du.

Sedikit suara yang keluar ketika menguap di dalam shalat, ada dua macam:

Pertama, di luar kendali dan keinginan.

Maksudnya suara alami yang keluar ketika menguap, batuk, dan yang semisalnya.

Suara menguap yang seperti ini tidak merusak keabsahan shalat.

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah menerangkan,

أن تخرج الحروف من فيه بغير اختياره مثل أن يتثاءب فيقول: هاه، أو يتنفس أو يسعل فينطق في السعلة بحرفين وما أشبه هذا، أو يغلط في القراءة فيعدل إلى كلمة من غير القرآن، أو يجيئه البكاء فيبكي ولا يقدر على رده، فهذا لا تفسد صلاته.

“Mengeluarkan suara huruf dari mulutnya, namun di luar kendali, seperti mengucapkan “Haah” atau suara keluar karena bernafas, batuk sampai keluar suara dua huruf, atau semisalnya, atau salah membaca ayat sampai keluar bacaan selain Quran, atau menangis yang tidak kuasa ia tahan, hal-hal seperti ini tidak membatalkan shalat.”

Kedua, suara yang masih dalam kendali dan keinginannya, seperti menambah-nambah suara menguap bersin atau batuk, ini dua pendapat ulama tentang hukumnya:

– Ada ulama yang berpendapat: shalat batal.

– Ada ulama yang berpendapat: shalat tidak batal.

Imam Al-Mardawi (salah seorang ulama Mazhab Hambali) menerangkan dalam kitab Al-Inshaf,

 .. أو نفخ فبان حرفان، فهو كالكلام، وهذا المذهب وعليه الأصحاب. واختار الشيخ تقي الدين: أن النفخ ليس كالكلام، ولو بان حرفان فأكثر، فلا تبطل الصلاة به، وهو رواية عن الإمام أحمد… انتهى.

“Meniupkan nafas saat shalat sampai membentuk suara dua huruf, ini dihukumi seperti kalam (berbicara). Pendapat ini dipegang oleh para ulama Mazhab Hambali. Syaikh Taqiyuddin memilih pendapat, bahwa hembusan nafas tidak termasuk kalam, meskipun sampai mengeluarkan dua huruf atau lebih. Ini tidak membatalkan shalat. Pendapat ini juga diriwayatkan dari Imam Ahmad.”

Kesimpulannya: sebaiknya orang yang sedang shalat menghindari segala yang berpotensi membatalkan shalat. Jika sampai sengaja mengeluarkan suara dua huruf atau lebih dengan menguap atau menghela nafas, sebaiknya memilih sikap hati-hati, ia ulangi shalatnya.

Wallahu a’lam bis showab.

Referensi :

Fatawa Syabakah Islamiyyah nomor 444160

***

Dijawab oleh: Ustadz Ahmad Anshori, Lc.

(Alumni Universitas Islam Madinah, Pengajar di PP Hamalatul Quran Jogjakarta dan Pengasuh Thehumairo.com)

Referensi: https://konsultasisyariah.com/37218-shalat-batal-karena-keluar-suara-saat-menguap.html