Mualaf Sumayyah Meehan, Islam Solusi Disiplinkan Hidupnya

Mualaf Sumayyah Meehan menguatkan keimanan dengan berislam.

Meski sudah menyatakan Islam selama 25 tahun lalu, Sumayyah Meehan tak segan berbagi kisah awal mula perkenalannya dengan Islam. “Perjalanan menemukan Islam dimulai ketika masih menjadi mahasiswa berusia 19 tahun yang duduk di kamar asrama merenungkan dunia yang berbeda,” kata perempuan yang kini menekuni jurnalistik kepada aboutislam.net. 

Meehan ketika itu menimba ilmu hukum di Universitas Waynesburg, Pensylvania. Masa muda dilaluinya dengan berbagai kebersamaan, tak terkecuali di tempat hiburan. Pada suatu malam dia berkumpul bersama teman-temannya.  

Ketika itu dia menyaksikan teman-temannya mabuk dan kehilangan kesadaran. Bahkan sebagian dari mereka bertengkar. Baru kali ini dia menyaksikan langsung dampak buruk mengonsumsi alkohol. Sejak itu dia menyadari minuman alkohol harus dihindari.  

Semakin bertambah usia, Meehan semakin menyadari pentingnya menjaga keimanan. Ini adalah sesuatu yang tak pernah sungguh-sungguh dikerjakannya ketika berada di rumah. Namun kini, di tanah perantauan, dia merasa kebutuhan ini harus dipenuhi. “Saya merasakan panggilan Tuhan sebagai alat keselamatan dari dosa,”jelasnya. 

Dalam usaha tersebut dia mengunjungi beberapa gereja di dekat kampus. Setiap kali merasa tidak puas dengan khotbah, dia mulai berhenti untuk hadir. Namun dia harus merasakan keresahan batin yang tak terhitung jumlahnya. Hingga suatu saat dia mulai mendengar tentang Islam. Meehan mulai mencari tahu seluk beluk agama tersebut dari berbagai literatur. Dengan mengucap syahadat, maka seseorang mengimani segala ketentuan dalam Islam. Secara otomatis dia menjadi Muslim. Dari sinilah perjalanan bersama Islam benar-benar dimulai. Mereka tidak bisa begitu saja menyatakan diri sebagai Muslim tanpa menjalankan agama. Apalagi jika tidak menjalankan ibadah yang ditentukan. 

Menurut Meehan sangat penting untuk menyadari bahwa tidak semua orang berada pada level Islam yang sama. Beberapa Muslim baru telah mempelajari agama Islam secara mendalam sebelum mengucapkan syahadat. Ada juga muallaf yang memiliki pemahaman dasar tentang Islam. Lalu lamban mendalami ajaran tersebut.

Menjadi Muslim adalah perjuangan tersendiri. Rasanya berat, sehingga harus dilalui dengan pendirian yang kuat. Selama berbulan-bulan dia mencari pengetahuan Islam karena minimnya bahan bacaan bahasa Inggris yang tersedia di Kuwait. Di sana dia menjalani kehidupan baru untuk menemukan ketenangan batin. “Saya hanya mengandalkan apa yang diajarkan suami saya dan butuh waktu lama untuk belajar agama,” jelasnya. 

Sebagai seorang mualaf baru dia menghadapi banyak perubahan baik secara spiritual maupun fisik. Salah satu perubahan yang paling sulit adalah hubungan dengan orang lain. Karena Islam sering digambarkan dalam berita negatif di media. Orang-orang terdekat bisa saja memutuskan hubungan sepenuhnya. 

Orang lain juga menghindar, karena keengganan mereka menjalin hubungan dengan Muslim. Alasan inilah yang membuat Meehan memilih untuk tidak memberi tahu keluarga tentang memeluk Islam selama beberapa bulan. 

Dia tidak benar-benar peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentang hal itu. Tetapi dia tahu mereka akan memiliki beberapa hal yang mengerikan untuk dikatakan tentang agama barunya. Meehan tidak ingin mendengar hal itu. 

Suatu ketika dia memberanikan diri memberitahukan perubahan keimanannya kepada keluarga. apa yang terjadi? Mereka membencinya, marah, dan menghardiknya dengan kata-kata kotor. Namun itu tidak menggoyahkan pendirian yang sudah dibangun. Meehan justru semakin meyakini apa yang ditempuhnya sudah benar. 

Dia pun menyarankan bagi Muslim baru untuk menyembunyikan keimanannya dari orang lain. Meski demikian, harus ada keyakinan bahwa Allah tidak menguji hamba-Nya di luar kemampuan yang ada. 

KHAZANAH REPUBLIKA 

Orang Bernasib Baik di Dunia Tertahan Masuk Surga

Rasulullah menyebut orang bernasib baik di dunia tertahan masuk surga.

Dalam sebuah hadits pada kitab Shahih Muslim diceritakan Rasulullah Nabi Muhammad SAW melihat orang miskin banyak yang memasuki surga. Nabi Muhammad SAW juga melihat orang-orang yang bernasib baik di dunia tertahan di luar.

“Rasulullah SAW bersabda: Aku berdiri di pintu surga, maka kulihat orang-orang yang masuk ke dalamnya kebanyakan dari orang-orang miskin. Sedangkan orang-orang yang bernasib baik di dunia, mereka tertahan di luar. Kecuali penduduk neraka mereka langsung diperintahkan masuk ke neraka.”

“Dan aku (Rasulullah SAW) berdiri pula di pintu neraka, kulihat orang yang masuk (neraka) kebanyakannya ialah kaum wanita.” (HR Muslim)

Dalam kitab Sahih Muslim juga tertulis sebuah hadis yang menyampaikan bahwa sedikit sekali kaum wanita yang menjadi penghuni surga. Hadis ini memiliki kesamaan redaksi dengan hadis sebelumnya yang mengatakan bahwa banyak kaum wanita yang masuk neraka.
 
“Rasulullah SAW bersabda: Bahwa kaum wanita adalah penghuni surga yang paling sedikit.” (HR Muslim)

“Rasulullah SAW bersabda: Sepeninggalku, tidak ada (sumber) bencana yang lebih besar bagi laki-laki selain dari pada wanita.” (HR Muslim)

Fuji E Permana

KHAZANAH REPUBLIKA

3 Amal Anak Berbakti

Mujahid, seorang ulama era tabiin mengatakan, 

لَا يَنْبَغِي لِلْوَلَدِ أَنْ يَدْفَعَ يَدَ وَالِدِهِ إِذَا ضَرَبَهُ وَمَنْ شَدَّ النَّظَرَ إِلَى وَالِدِهِ لَمْ يَبِرَّهُمَا وَمَنْ أَدْخَلَ عَلَيْهِمَا مَا يُحْزِنُهُمَا فَقَدْ عَقَّهُمَا

“Tidak sepatutnya bagi seorang anak menahan tangan ayah yang hendak memukulnya. Siapa yang melototi kedua orang tuanya tidaklah berbakti kepadanya. Siapa yang membuat sedih kedua orang tuanya sungguh telah durhaka kepadanya.” (Birrul Walidain karya Ibnul Jauzi)

Ada tiga tips yang disampaikan oleh Mujahid agar kita tergolong anak berbakti:

PERTAMA:

Tidak menangkis atau menahan tangan orang tua yang mau memukul atau mencubit kita.

Pada dasarnya tidak mungkin ortu menghukum anak secara fisik kecuali karena anak sudah melakukan tindakan yang keterlaluan. 

Bakti kepada ortu adalah berupaya tidak membuat ortu kecewa. 

Menahan tangan ortu yang hendak menghukum adalah bentuk membuat ortu kecewa. 

Agar ortu tidak kecewa anak yang berbakti segera menyadari kesalahan yang dilakukan dan tidak menahan tangan ortu yang hendak mencubit, misalnya. 

KEDUA:

Tidak melototi ortu. Melototi ortu adalah bentuk durhaka.

Sebaliknya memandang ortu dengan penuh rasa hormat adalah bentuk amal shalih, berbakti kepada ortu. 

KETIGA:

Tidak membuat ortu sedih, kecewa dan menangis. 

Anak yang berbakti itu gemar melakukan hal yang membuat ortu senang dan bahagia. Sedangkan anak durhaka itu melakukan tindakan yang membuat sedih ortu. 

Diantara bentuk durhaka kepada ortu adalah:

  1. Memasukkan ortu ke panti jompo karena tidak mau merawat ortu.
  2. Tidak pernah mau menyuapi ortu yang tidak bisa sendiri karena merasa cukup dengan sekedar membayar pembantu untuk melakukan hal tersebut padahal anak dalam kondisi longgar.
  3. Tidak membezuk ortu yang sakit dengan sekedar alasan sibuk kerja.

Semoga Allah mudahkan penulis dan semua pembaca tulisan ini untuk menjadi anak yang benar-benar berbakti. Aamiin. 

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.

YUFIDIA

10 Kewajiban Anak

Ada 10 hak orang tua yang wajib ditunaikan oleh anak:

  1. Memenuhi kebutuhan pangan ortu jika keduanya memerlukannya. 
  2. Memenuhi kebutuhan sandang ortu jika anak mampu
  3. Memberikan layanan/servis/khidmat kepada ortu jika ortu memerlukannya. 
  4. Merespon dan datang jika ortu memanggil.
  5. Memenuhi permintaan ortu selama permintaannya bukan maksiat. 
  6. Berbicara kepada ortu dengan lembut, tidak kasar.
  7. Tidak memanggil ortu dengan nama langsung.
  8. Berjalan di belakang ortu.
  9. Anak menginginkan terjadi pada ortu apa yang dia inginkan terjadi pada dirinya dan tidak ingin terjadi pada ortu pada yang tidak dia inginkan terjadi pada dirinya. 
  10. Mendoakan ortu agar mendapatkan ampunan Allah setiap kali mendoakan diri sendiri.

(Tanbih al-Ghafilin hlm 124)

Anak itu memiliki kewajiban untuk menafkahi ortu (memenuhi kebutuhan sandang dan pangan) dengan dua syarat:

  1. Ortu memerlukan bantuan
  2. Anak memiliki kebutuhan harta setelah tercukupi kebutuhan dasar untuk diri sendiri, anak dan isteri.

Kewajiban ini berlaku untuk anak laki-laki ataupun perempuan, sudah menikah ataupun belum.

Contoh servis atau khidmah untuk ortu adalah antar belanja, antar ke rumah sakit, pijit ortu dll. 

Berjalan di depan ortu bisa dibenarkan jika dengan tujuan menjaga dan melindungi orang tua.

Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.

YUFIDIAH

Sukses Hafal Alquran Bukan Kecerdasan, Tapi Ini Kuncinya

Kesuksesan menghafal Alquran tertelak bukan pada kecerdasan seseorang.

Boleh dikatakan, hanya orang-orang terpilihlah yang dapat menghafal Alquran secara utuh dan mengamalkannya dengan baik. Namun demikian tahukah kita bahwa untuk bisa menghafal Alquran, ternyata kecerdasan bukan elemen krusial.  

Dalam buku Agar Orang Sibuk bisa Menghafal Alquran karya Bahirul Amali Herry dijelaskan, terdapat sejumlah ulama yang mampu menghafalkan Alquran dan hadis meski tingkat IQ-nya tidak terlalu tinggi. Namun begitu, mampunya para ulama-ulama terdahulu untuk menghafal Alquran terjadi akibat adanya konsitensi dan ketekunan yang kuat dalam menghafal Alquran dan hadits.  

Untuk dapat mengakali rendahnya IQ dan kecerdasan dalam menghafal Alquran, maka mulailah kebiasaan menghafal Alquran itu sedari kecil. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Imam Bukhari: 

أحب الأعمال إلى الله أدومها وإن قل

“Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng dan berkesinambungan) meskipun sedikit.”  

Selanjutnya, menghafal Alquran juga dapat dilakukan dengan mengingat niai tindakan sekecil apapun, meminta seseorang untuk mengawasi tindak-tanduk serta hafalan kita, dan memperbaiki niat dalam memastikan tujuan menghafal Alquran. Orang yang hendak menghafal Alquran harus bisa memfokuskan pikiran dengan keinginan yang kuat dalam mewujudkan niat sebagai penghafal Alquran karena Allah SWT. 

Dengan mengenal dan mengetahui apa yang dilakukan, maka dengan sendirinya para penghafal Alquran itu akan mencurahkan seluruh tenaga dan kekuatan diri untuk menuntaskan hafalannya.

Jika istiqamah, maka rencana untuk menghafal Alquran itu insya Allah akan terlaksana. Tentu saja, akan lebih mulia apabila seseorang mampu menghafal Alquran dan mempraktikannya dengan baik. Wallahu a’lam

KHAZANAH REPUBLIKA

Mengulang Bacaan Imam dalam Shalat Jama’ah

Jika Anda pernah ikut shalat berjama’ah di Masjidil Haram al-Makki atau di Masjid Nabawi, atau mungkin pernah mendengar via youtube, biasanya setiap imam bertakbir, tasmi’ atau salam, kemudian sang muadzin mengulangi ucapan imam.

Praktek ini disebut “at-tabligh khalfal imam“. Tabligh artinya menyampaikan, karena di sini ucapan imam disampaikan kepada para makmum. Biasanya dilakukan ketika makmum sangat banyak, untuk membantu imam agar ucapan-ucapannya tersampaikan ke seluruh makmum.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

التبليغ؛ يعني أن يكبر أحد المأمومين مع الإمام، وهو لا بأس به، إذا دعت الحاجة إليه فقد ثبت عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أنه خرج إلى الناس، وهو في مرضه ووجد أبا بكر يصلي فيهم يصلي بهم وجعل إلى يسار أبي بكر، ثم جعل يصلي وأبو بكرٍ يبلغ الناس تكبيره، أما إذا لم يكن له حاجة، إذا لم يكن لذلك حاجة، فلا يبلغ؛ بل يكتفى بصوت الإمام

At-Tabligh di sini maksudnya salah seorang makmum mengucapkan takbir seperti (suara) imam. Hukumnya tidak mengapa, jika memang ada kebutuhan untuk itu. Terdapat hadits shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bahwa beliau keluar untuk shalat bersama orang-orang ketika beliau sedang sakit. Dan Nabi mendapati Abu Bakar ada di sana sedang shalat. Nabi pun lalu menempatkan diri di sebelah kiri Abu Bakar, dan Abu Bakar mengikuti Nabi dan melakukan tabligh (menyampaikan) takbir Nabi kepada orang-orang.

Adapun jika tidak ada kebutuhan, maka tidak perlu tabligh. Cukup dengan suara imam.”

Sumber: https://binothaimeen.net/content/10820

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah juga mengatakan,

إذا كان الجماعة يسمعون صوت الإمام، ولا يخفى عليهم فلا حاجة إلى التبليغ، أما إذا كان قد يخفى على بعضهم كالصفوف المؤخرة فإنه يستحب التبليغ. وقد صلى النبي ﷺ ذات يوم في مرضه وكان صوته ضعيفًا فكان الصديق يبلغ عنه عليه الصلاة والسلام، فهذا لا بأس به.

“Jika jamaah mendengar suara imam dan suaranya tidak samar (jelas terdengar, pent.), maka tidak perlu tabligh. Adapun jika suara imam terdengar samar bagi sebagian makmum, misalnya terdengar samar oleh orang-orang di shaf terakhir, maka dianjurkan untuk melakukan tabligh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dalam keadaan sedang sakit, sehingga suara beliau lemah. Maka Abu Bakar Ash-Shiddiq melakukan tabligh untuk beliau. Ini tidak mengapa.”

فإذا احتيج إلى التبليغ لسعة المسجد وكثرة الجماعة أو لضعف صوت الإمام لمرض أو غيره فإنه يقوم بعض الجماعة بالتبليغ، أما إذا كان الصوت واضحًا للجميع ولا يخفى على أحد في الأطراف، بل علم أن الجميع يسمعه فليس هناك حاجة للتبليغ ولا يشرع

“Maka jika memang dibutuhkan untuk tabligh, karena sangat luasnya masjid dan banyaknya jamaah, atau karena lemahnya suara imam disebabkan sakit atau yang lainnya, maka sebagian jamaah boleh melakukan tabligh. Adapun jika suaranya jelas untuk semua makmum, dan tidak samar bagi siapa pun di semua bagian shaf, bahkan telah dipastikan semua makmum bisa mendengar, maka tidak ada kebutuhan untuk tabligh dan tidak disyariatkan.” (Majmu’ Fatawa wal Maqaalat Mutanawwi’ah li Ibni Baaz, 12: 154)

Berikut ini contoh praktek at-tabligh khalfal imam di Masjidil Haram al-Makki: ( Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=o-VJvOcnVE8#action=share )

Penyusun: Yulian Purnama

Artikel: Muslim.or.id

Tiga Sholat dalam 50 Menit di Norwegia

Mulia Nurhasan berjalan cepat dari Masjid Al-Nor menuju rumah tinggalnya di Tromso, utara Norwegia. Hujan pada musim gugur mengiringi langkah kakinya. Suhu begitu dingin, tujuh derajat Celcius. Pada pukul 23.45 dia baru sampai di rumahnya setelah menunaikan Shalat Tarawih.

Mahasiswi Indonesia yang kuliah di University of Tromso, Norwegia, ini sangat larut tiba di rumah. Maklum, waktu Isya pukul 21.30. Setengah jam kemudian, pukul 22.00 Tarawih baru dimulai. Tarawih ditunaikan delapan rakaat, tetapi menghabiskan bacaan Alquran hingga satu juz. Tarawih pun usai pada pukul 23.15. ”Mereka yang tinggal jauh di ujung kota dan jauh dari masjid tak menunggu sampai Witir usai,” tutur Mulia kepada Republika melalui surat elektroniknya.

Menurut Mulia, mereka yang menunggu hingga Witir berakhir bisa ketinggalan bus terakhir. Ia masih bisa menunaikan Witir karena jarak rumah tinggalnya dengan masjid hanya 1,5 km. Ia bisa pulang tanpa khawatir ketinggalan bus. Isya dan Tarawih di Tromso untuk ukuran orang Indonesia terlalu malam. Ini karena matahari terbenam pukul 20.00, sedangkan fajar menampakkan diri pukul 03.00. ”Pada hari pertama Ramadhan kami berpuasa dari pukul 03.15 hingga 19.44,” ungkapnya.

Mulia mengungkapkan sejumlah cendekiawan di masjid tempat ia biasa shalat mulai berinisiatif mendiskusikan kemungkinan yang akan terjadi pada Ramadhan tahun-tahun mendatang. Bila Ramadhan jatuh pada musim panas, matahari tak akan tenggelam selama 2,5 bulan.

Bila sebaliknya, saat Ramadhan jatuh pada musim dingin, masalah juga akan muncul. Matahari tak menampakkan diri selama 2,5 bulan. Apakah kemudian Muslim di wilayah utara itu tak berpuasa sebulan tanpa berbuka atau sebaliknya tak berpuasa sebulan penuh saat musim dingin?

Mulia mengaku beberapa tahun sebelum menempuh studi di Tromso membaca pertanyaan seorang pembaca Republika kepada Ustadz Quraish Shihab. Penanya yang tinggal di wilayah Skandinavia meminta penjelasan kapan harus berbuka saat matahari sama sekali tak terbenam di tempat tinggalnya.

Ustadz Quraish, kata Mulia, saat itu memberikan jawaban agar penanya mengikuti jadwal puasa ke daerah terdekat yang masih memiliki malam. ”Saat itu saya bertanya, adakah daerah seperti itu? Namun, bertahun-tahun kemudian saya mengalaminya sendiri,” ujarnya.

Menurut Mulia, tiga hari sebelum Ramadhan sebenarnya inisiatif pembicaraan masalah itu diawali oleh Umaer Naseer dan umat Islam di Tromso. Naseer warga Norwegia berdarah Pakistan yang selama ini tertarik pada astrologi. Terutama yang terkait dengan jadwal beribadah Islam.

Ketertarikan Naseer muncul sejak mahasiswa PhD Jurusan Mikrobiologi dan Kontrol Infeksi di University Hospital of Northern Norway ini pindah dari Trondheim ke Tromso delapan tahun silam. Dalam pertemuan tersebut, Naseer dan komunitas Muslim Tromso bertemu membahas jadwal puasa Ramadhan di Kutub Utara. ”Saya duduk mendengarkan selama hampir dua jam, terpana. Ternyata begitu kompleksnya masalah ini, lebih dari yang saya bayangkan,” ungkapnya.

Sebenarnya, ungkap Mulia, pihak masjid pernah mendapatkan jawaban yang hampir sama seperti jawaban yang pernah dilontarkan Ustadz Quraish Shihab. Namun, Oslo yang selama ini menjadi patokan bagi masyarakat Muslim di Tromso memiliki tiga jadwal puasa yang berbeda.

Menurut Naseer, jadwal tersebut tak disusun berdasarkan astrologi. Apalagi, diketahui fakta lain bahwa kota terdekat yang mesti menjadi panutan bukanlah Oslo, melainkan Mo i Rana, sebuah wilayah yang arahnya sedikit ke selatan dari lingkaran Kutub Utara.

Berdasarkan kenyataan ini maka masyarakat Muslim di Tromso tak bisa mengikuti lagi jadwal Oslo seperti sebelumnya. Ada pilihan kedua mengemuka dalam pertemuan itu, yaitu membekukan waktu terakhir tempat Muslim di Tromso masih mengalami terbenam dan terbitnya matahari.

Namun, pilihan ini dinilai tidak praktis karena masyarakat Muslim di Tromso akan menjalani Shalat Maghrib, Isya, dan Shubuh dalam kurun waktu 50 menit saja selama 2,5 bulan berturut-turut. Apalagi, pada saat Ramadhan Muslim harus menjalani puasa selama hampir 24 jam.

Mulia menyatakan jadwal shalat yang ada sekarang ini berawal dari usaha Naseer pribadi dalam mencari kebenaran dan mempelajari astronomi penjadwalan shalat pada 2002. Seorang kawan kemudian melihat jadwal itu dan menganjurkannya digunakan sebagai jadwal bersama di Tromso.

Meski awalnya Naseer menolak anjuran tersebut karena ia bukan ulama, pihak masjid menyetujuinya. Ternyata sebelumnya masyarakat Muslim di Tromso belum memiliki jadwal shalat bersama. Sebagian shalat dan berpuasa berdasarkan jadwal di Oslo atau Trondheim.

Ada pula yang mengikuti jadwal di negara masing-masing. Menurut Mulia, Umar Naseer dan pihak masjid akan terus berupaya melalui ijtihad untuk menentukan jadwal shalat dan puasa bagi umat Islam yang hidup di bagian utara dunia, seperti Muslim di Tromso.

Insya Allah, ujar Mulia, bila solusi terbaik dihasilkan akan membawa berkah bagi seluruh Muslim yang hidup mulai ketinggian 66 derajat garis Kutub Utara, yaitu mereka yang mengalami matahari bersinar 24 jam dan bulan tak tenggelam 24 jam setiap tahunnya. ”Dari utara dunia, saya, mahasiswa Indonesia dengan kontribusi terkecil bagi perkembangan isu ini, memohon doa dari Muslim Indonesia di bagian selatan bumi, agar kami selalu dikuatkan dalam menjalani setiap tantangan beribadah bulan Ramadhan,” harap Mulia. 

Oleh: Ferry Kisihandi

IHRAM



Bila Kelebihan Rakaat Pada Shalat

Pertanyaan

بسم اللّه الرحمن الر حيم

السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

Ustadz
Afwan, ana sedang shalat berjamaah dan menjadi imam.
Pada saat berdiri ana baru tersadar bahwa ini adalah rakaat yang ke-5, pada saat itu ana tetap lanjutkan dengan sempurna.

Bagaimanakah sebenarnya ketika kita menyadari kesalahan, apa kita langsung duduk tasyahud aja atau kita sempurnakan saja shalat menjadi 5 rakaat?

Apakah kondisi seperti ini juga tetap harus sujud syahwi? Apa sujud syahwinya justru akan menambah jumlah rakaatnya menjadi 6?

Ditunggu penjelasannya. Syukran

(Sahabat BiAS T06 G-57)

Jawaban

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

Ia tidak meneruskan rakaat tambahan tersebut, namun langsung duduk seketika itu pula bagaimanapun posisinya. Imam Ibnu Utsaimin berkata :

وإن علم فيها ) أي : إنْ عَلِمَ بالزيادة في الرَّكعة التي زادها .
قوله : ( جلس في الحال ) أي : في حال علمه ، ولا يتأخَّر ، حتى لو ذَكَرَ في أثناء الرُّكوع أن هذه الرَّكعة خامسة يجلس .

“-Dan jika ia tahu dalam rakaat tersebut- maksudnya ia mengetahuinya pada rakaat tambahan tersebut.

Perkataan penulis, -ia duduk seketika itu pula- maksudnya ia duduk pada saat ia mulai tahu/sadar dan tidak menundanya, meskipun ia sadarnya sampai dengan saat rukuk, rakaat kelima ini ia duduk.” (Syarhul Mumti’ : 3/342).

Kemudian ia sujud syahwi.

Sujud ini disyari’atkan ketika kita ragu dengan jumlah rakaat, atau kurang jumlah rakaatnya atau kelebihan jumlah rakaatnya.

Pendapat yang rajih, ia boleh dilakukan sebelum salam maupun sesudah salam. Kedua-duanya pernah ada riwayat shahih yang menjelaskannya, dengan tanpa ada ketentuan jika kurang begini jika lebih begini, sebagaimana keterangan Syaikh Husain Al-Awayisyah dalam kitab Mausuah Fiqhiyyah Muyassarah.

Wallahu a’lam.

Dijawab dengan ringkas oleh :
Ustadz Abul Aswad Al-Bayati حفظه الله

BIMBINGAN ISLAM

Batas Sholat Dhuha Waktunya Sampai Kapan?

Ikhwatal Iman Ahabbakumullah, saudara saudariku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla.. Banyak diantara kita yang telah melazimkan (membiasakan) sholat sunnah dhuha dalam aktivitas pagi harinya, tentu saja karena keutamaan besar yang ada dibaliknya.

Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang keutamaan sholat dhuha;

في الإنسانِ ثلاثُ مِئةٍ وسِتُّونَ مَفصِلًا؛ فعليه أن يتصدَّقَ عن كلِّ مَفصِلٍ منه بصدَقةٍ، قالوا: ومَن يُطِيقُ ذلك يا نبيَّ اللهِ ؟ قال: النُّخَاعةُ في المسجِدِ تدفِنُها، والشَّيءُ تُنحِّيهِ عن الطَّريقِ، فإنْ لم تجِدْ فركعَتا الضُّحَى تُجزِئُكَ

“Manusia memiliki 360 sendi, diwajibkan untuk bersedekah sedekah untuk setiap sendinya”
Para sahabat bertanya, ”Siapa yang mampu melakukan demikian, wahai Nabi Allah?”
Beliau menjawab, ”Menutup dahak yang ada di lantai masjid dengan tanah dan menghilangkan gangguan dari jalanan. Apabila engkau tidak mendapatinya, maka dua raka’at Sholat Dhuha sudah bisa mencukupimu”
[HR Abu Daud 5242]

Dalam hadits Qudsi juga disebutkan,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat roka’at sholat di awal siang (waktu Dhuha) maka itu akan mencukupimu di akhir siang”
[HR Abu Daud 1289, Tirmidzi 475, Darimi 1451, Ahmad 5/286]

Lalu bagaimana dengan Batasan Waktu Sholat Dhuha?

Karena banyak dari kita yang tahu tentang keutamaan Sholat Dhuha tapi masih bingung kapan Start dan Finish nya. Sholat Dhuha ini diawali dengan meningginya matahari, sebagaimana sholat isyroq atau waktu syuruq yang kita kenal. Dikatakan demikian karena memang sholat Isyroq adalah sholat dhuha yang disegerakan, Syeikh Binbaz rohimahullah mengatakan;

Start Waktu Sholat Dhuha

صلاة الإشراق هي صلاة الضحى في أول وقتها

“Sholat Isyroq adalah sholat dhuha di awal waktu”
(Majmu’ Fatawa Syeikh Binbaz 11/401)

Syeikh Utsaimin rohimahullah memberikan perincian lebih tatkala membahas tentang awal dan akhir sholat dhuha;

حوالي اثنتي عشرة دقيقة، ولنجعله ربع ساعة خمس عشرة دقيقة؛ لأنه أحوط فإذا مضى خمس عشرة دقيقة من طلوع الشَّمس، فإنه يزول وقت النَّهي، ويدخل وقت صلاة الضُّحى

“Kurang lebih 12 menit, dan kita jadikan seperempat jam (15 menit) karena hal itu lebih berhati-hati, sehingga ketika berlalu 15 menit dari terbit matahari (meningginya matahari) maka sejatinya telah hilang waktu larangan dan masuk waktu dholat dhuha”

Adapun batas akhir dari sholat dhuha menurut beliau;

قبل زوال الشَّمس بزمنٍ قليل حوالي عشر دقائق

“Sesaat sebelum tergelincirnya matahari, sekitar 10 menit (sebelumnya)”
(Asy-Syarhul Mumti’ 4/87-88)

Maka semua waktu ini adalah waktu untuk sholat dhuha, dan ketahuilah bahwa diantara rentang waktu ini ada waktu terbaik untuk mendirikan sholat dhuha yakni ketika matahari mulai “memanas”, Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Shalat awwabin (orang yang bertaubat) dikerjakan ketika anak unta mulai beranjak karena kepanasan”
[HR Muslim 1237]

Imam Nawawi rohimahullah menjelaskan hadits diatas

وَالْأَوَّابُ الْمُطِيعُ وَقِيلَ الرَّاجِعُ إِلَى الطَّاعَةِ وَفِيهِ فَضِيلَةُ الصَّلَاةِ هَذَا الْوَقْتَ قَالَ أَصْحَابُنَا هُوَ أَفْضَلُ وَقْتِ صَلَاةِ الضُّحَى وَإِنْ كَانَتْ تَجُوزُ مِنْ طُلُوعِ الشَّمْسِ إِلَى الزَّوَالِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Al-Awwab artinya orang taat, juga dikatakan orang yang kembali pada ketaatan. Dan inilah waktu utama (afdhol) untuk sholat, para ‘ulama kami (syafi’iyyah) juga mengatakan bahwa inilah waktu terbaik untuk melaksanakan sholat dhuha, walaupun dibolehkan pula jika dilaksanakan pada rentang waktu antara matahari terbit hingga waktu zawal”
(Syarh Shahih Muslim 6/30)

Semoga Allah beri kemudahan bagi kita semua untuk menjadikan sholat dhuha sebagai rutinitas pagi hari kita

Wallahu A’lam Bisshowab.

Ditulis oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Jum’at, 16 Muharram 1441 H/ 04 September 2020 M

BIMBINGAN ISLAM

Yang Kau Kira Buruk, Bisa Saja Itu Penuh Kebaikan!

Allah Swt Berfirman :

وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٌ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:216)

Alangkah indahnya bila kita letakkan ayat ini sebagai pegangan hidup kita ketika menghadapi hal-hal yang tidak kita sukai. Perlu disadari bahwa sebenarnya kita tidak tahu mana yang sebenarnya baik untuk kita. Apakah sesuatu yang kita senangi atau malah sesuatu yang kita benci.

Karenanya sebagai seorang yang beriman, kita tidak boleh menilai suatu kejadian dari dhohirnya saja tanpa melihat hikmah dibalik kejadian tersebut.

Kisah Nabi Khidir as dan Nabi Musa as memberikan kepada kita banyak sekali pelajaran tentang hal ini. Bagaimana seorang Khidir as melakukan sesuatu yang janggal dalam pandangan Nabi Musa as yaitu dengan melubangi kapal orang, membunuh anak kecil dan membangun tembok di sebuah desa yang buruk perlakuan warga setempatnya.

Namun ketika dijelaskan hikmah dibalik semua itu, perbuatan Khidir as yang tampak buruk dan aneh sebenarnya adalah perbuatan baik.

Begitu pula dalam kehidupan kita. Ketika kita menghadapi sesuatu yang tidak kita sukai, cobalah ingat kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa as. Bukankah Allah Swt Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita? Bukankah Dia Yang Maha Bijaksana?

Berapa banyak sesuatu yang kita kira buruk ternyata memiliki efek yang sangat indah bagi kehidupan kita. Maka obatilah segala kepedihan dan kesedihan di hatimu dengan keindahan Firman-Nya :

وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٌ لَّكُمۡۖ

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu.”

Semoga bermanfaat…

KHAZANAH ALQURAN