MAKKAH – Badan Pusat Statistik Arab Saudi merilis data dan angka terkait pelaksanaan haji pada tahun ini. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai 2.489.406 jiwa.
“Perbandingan secara global jamaah haji tahun 1440 H (2019) dan 1439 H (2018) dari sisi jumlah naik sebesar 117.731 jemaah dibanding jumlah jemaah tahun 1439 H (2.371.675 jamaah) dengan persentase kenaikan 4,96 persen,” tulis laporan Badan Pusat Statistik Arab Saudi yang dirilis belum lama ini.
Adapun rinciannya yaitu, jamaah haji dalam negeri mencapai 634.379 jiwa. Sementara, jamaah haji dari luar negeri mencapai 1.855.027 jiwa.
Untuk jamaah dalam negeri Arab Saudi, yang merupakan orang asli Arab Saudi berjumlah sedangkan 211.003 bukan orang asli Saudi 423.376. Berdasarkan jenis kelaminnya yaitu, laki-laki 1.385.234 sedangkan jamaah wanita 1.104.172.
Dari asal benuanya, laporan itu menulis jamaah haji dari negara Arab Majlis Ta’awun 31.884 / 2 persen sedangkan jamaah haji dari negara Arab Non-Majlis Ta’awun: 414.750 /22 persen. Selanjutnya, jamaah haji dari Afrika di luar Arab 187.814 / 10 persen lalu jamaah haji dari Amerika Utara-Selatan Australia 26.892 / 1 persen. Berikutnya, jamaah haji dari Asia 1.126.633 / 61 persen dan jamaah haji dari Eropa: 67.054 / 4 persen
Berdasarkan kedatanganya, jamaah haji yang menggunakan pesawat sebanyak 1.741.568 dan yang menggunakan kapal laut 17.250 Jamaah. Sedangkan yang melalui jalur darat 96.209 jamaah. Secara global, jumlah petugas yang dikerahkan selama musim haji, dari petugas keamanan, administrasi pemerintahan dan urusan khusus, berjumlah 350.830 petugas.
Arafah (Kemenag) — Setiap jemaah haji dipastikan ingin menjadi haji yang mabrur, lalu apa saja tanda haji mabrur?
Naib Amirul Hajj KH Bunyamin Ruhayat mengatakan, “bila ingin mendapat haji mabrur dengan balasan surga, maka wujudkan kepedulian sosial, dan tebarkan kedamaian di tengah masyarakat setelah kembali ke tanah air”.
Dalam khutbah wukuf yang disampaikan di Arafah, ia berharap agar para jemaah haji, sekembalinya ke tanah air, dapat menjadi duta perdamaian dan kepedulian sosial, yang akan melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik.
KH Bunyamin mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar haji yang laksanakan menjadi mabrur.
“Tidak seorang pun tahu secara pasti, apakah mabrur atau tidak hajinya. Itu prerogatif Allah. Kita hanya bisa mengenali kemabruran haji melalui tanda-tandanya,” ujarnya.
Ketika ditanya tanda-tanda haji mabrur, Rasulullah SAW menjawabnya dengan dua hal yakni memberi makan orang miskin, dan menebar salam.
“Memberi makan fakir miskin adalah simbol kepedulian, dan menebar salam adalah simbol kedamaian,” imbuhnya.
KH Bunyamin juga menerangkan bahwa cara memperoleh haji mabrur adalah berhaji dengan dilandasi niat karena Allah semata.
“Meski dalam berhaji diperkenankan melakukan aktifitas lain, seperti berdagang atau mencari manfaat dunia lainnya, tetapi tujuan utama berhaji adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mencari keridaan-Nya,” tuturnya.
Naib Amirul Hajj ini juga menyampaikan bahwa para jemaah haji yang dapat memperoleh predikat haji mabrur adalah mereka yang mengeluarkan biaya haji dari sumber yang halal.
Sebagaimana Hadist Riwayat AlThabrani dari Abu Hurairah :
Apabila seseorang pergi berhaji dengan biaya yang bersumber dari yang baik, meletakan kakinya dalam kendaraan, lalu membaca talbiyah, seseorang akan memanggilnya dari arah langit, “aku terima panggilanmu dan berbahagialah, bekalmu halal, kendaraanmu halal, dan hajimu mabrur, serta tidak berdosa”. Bila ia melakukannya dengan biaya yang bersumber dari yang tidak baik, meletakkan kakinya di kendaraan, lalu berkata, “labbayka”, ada suara panggilan dari arah langit, “1ô labbayka walô sa ‘dayka” (anda tertolak), bekalmu haram, biaya yang kamu gunakan haram, dan hajimu tidak mabrur” (HR. AlThabrani dari Abu Hurairah).
Sedangkan cara selanjutnya agar memperoleh predikat haji mabrur adalah melaksanakan ibadah haji sesuai dengan syariat Rasulullah SAW
“Melaksanakan ibadah haji adalah napak tilas perjalanan Nabi Ibrahim,” tutur KH Bunyamin.
Beliaulah yang pertama kali diperintahkan berhaji dengan tatacara (manasik) yang ditetapkan-Nya. Dalam perjalanannya, ibadah haji mengalami banyak penyimpangan. Sampai pada akhirnya Allah mengutus Nabi Muhammad Saw.
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah,” (QS. Al-Baqarah: 196).
Makkah (Kemenag) — Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan surat edaran tentang waktu larangan melontar jamarat bagi jemaah haji Asia Tenggara, termasuk Indonesia. “Tadi malam kita sudah menerima surat dari Kementerian Haji Arab Saudi melalui Muassasah terkait dengan jadwal lontar jumrah pada 10 , 11 , 12, dan 13 Zulhijjah,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah Subhan Cholid, di Makkah, Minggu (04/08).
Berdasarkan surat tersebut, lanjut Subhan, ada tiga waktu yang harus diperhatikan oleh jemaah haji Indonesia. Pertama, jemaah haji Indonesia dilarang melontar jamarat pada 10 Zulhijjah mulai pukul 04.00 sampai 10.00 waktu Arab Saudi.
“Jam itu jam yang sangat padat, juga keluarnya jemaah haji dari tenda menuju jamarat itu memenuhi jalan. Padahal, jalan itu sesungguhnya untuk laju kendaraan yang mengantarkan jamaah dari Muzdalifah ke Mina,” jelas Subhan.
Ia menambahkan, pada masa lampau, saking padatnya jemaah haji di Mina pada 10 Zullhijjah tersebut, seringkali menimbulkan peristiwa kecelakaan. “Untuk itu kami mengimbau jemaah, untuk menghindari tabrakan dan peristiwa serupa di masa lalu, silakan melaksanakan lontar jumrah aqobah setelah pukul 10.00 waktu Arab Saudi, pada 10 Zulhijjah itu,” imbau Subhan.
Kedua, pada 11 Zulhijjah, tidak ada larangan waktu melontar jamarat. “Kemudian pada tanggal 11 , itu free bebas jam berapapun dari dini hari tanggal 11 sampai dini hari tanggal 12, kapan saja bebas jamaah haji indonesia dan asia tenggara bebas melempar jumrah,” kata Subhan.
Ketiga, pada 12 Zulhijjah, jemaah dilarang melempar jumrah pada pukul 10.00 sampai pukul 14.00 waktu Arab Saudi. “Karena nafar awal, jemaah dari seluruh dunia berdesak-desakan mengejar afdholiahnya yang ba’da zawal, nah itu jam 10 sampai jam 2 untuk asia tenggara tidak diizinkan untuk melempar jumrah,” jelas Subhan
Kemudian untuk 13 Zulhijjah, jemaah haji bebas melakukan lontar jamarat dari pagi sampai dengan jamaah selesai melakukan nafar tsani. “Surat ini kita edarkan ke seluruh sektor dan Daker. Sehingga jemaah bisa mempertimbangkan, mengukur diri dan bisa menghitung situasi agar mencegah kemudharatan yang cukup besar,” tambah Subhan.
Makkah (Kemenag) — Waktu masih menunjukkan pukul 06.15 waktu Arab Saudi, saat mobil yang membawa Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin keluar dari Kantor Urusan Haji Daerah Kerja menembus jalanan pagi kota Makkah yang mulai padat. Wajar, sebagian besar jemaah haji dari seluruh dunia sudah mulai berada di Kota Kelahiran Nabi ini.
Zona Jarwal, Makkah menjadi tujuan Menag pagi ini. Di sana berlangsung Olahraga Senam Ngapak (OSN) yang diselenggarakan bagi jemaah haji Indonesia yang bermukim di Sektor 10, Makkah. “Dinamakan senam ngapak, karena kebetulan di Jarwal, khususnya di hotel Kiswah ini lebih banyak mereka yang berasal dari pesisir Jawa Tengah. Seperti dari Tegal, Brebes, Pekalongan, Purbalingga, Cilacap, dan sebagainya,” jelas Kepala Sektor 10 Makkah Nurul Badruttamam, Sabtu (03/08).
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, Menag tiba di lokasi yang berjarak sekitar empat kilo meter dari wisma KUH tempatnya menginap. Menag yang memang hobi berolahraga ini langsung menjadi pusat perhatian setibanya di lokasi. Usai menyapa jemaah, Menag pun mengambil posisi persis di depan instrukstur senam.
Ratusan jemaah haji yang sudah berbaris pun tampak bersemangat memulai senam yang dipandu jemaah haji asal Solo yang juga dosen olahraga dari UNS yakni DR Waluyo. Meskipun judulnya senam ngapak, tapi lagu yang mengiringi senam tak semuanya merupakan lagu ngapak.
Gerakan senam para jemaah makin bersemangat kala lagu Kun Anta yang dipopulerkan Humood Al khuder dipasang untuk mengiringi senam. Sekitar 30 menit melakukan gerakan senam yang penuh semangat namun ceria itu, Lukman dan jemaah tampak berkeringat.
“Lumayanan kiyeh mbak.. wis gobyos,”ujar salah satu jemaah yang tak mau disebut namanya.
Lain lagi dengan Hartanti dan Rini, dua jemaah haji asal Solo Jawa Tengah yang juga mengikuti senam tersebut meski di kesehariannya tidak berbahasa jawa ngapak.”Alhamdulillah bisa mengikuti juga senamnya. Ya sudah familiar juga dengan bahasanya. Rasanya jadi lebih sehat, bugar, lebih fresh,” ujar Hartanti.
Sementara kepada media, Menag mengatakan kegiatan tersebut penting untuk menjaga kebugaran jasmani jemaah.
“Ya kita baru saja selesai senam pagi bersama seluruh jemaah haji yang tinggal di Hotel Kiswah di Jarwal ini adalah sebagian besar adalah jamaah-jamaah Embarkasi Solo dari Jawa Tengah. Dan ini adalah cara petugas haji kita di sektor 10 untuk bagaimana agar kesehatan jemaah senantiasa tetap terjaga dan terpelihara dengan baik,” ujarnya.
Menag berharap, melalui senam bersama ini, merupakan selingan aktivitas yang harapannya membawa manfaat bagi jemaah maupun petugas. Ia sendiri setelah bersenam bersama mengaku merasa lebih segar dan bugar.
“Rasanya? Alhamdulillah kita jadi lebih segar keluar seluruh keringat ini untuk mengimbangi aktivitas kita selama kita berada di Tanah Suci sehingga ini tidak hanya merupakan selingan kegiatan tapi harapannya tentu membawa manfaat bagi kebugaran jasmani kita,” kata Lukman.
Usai melaksanakan shalat Subuh di Masjid Ghalib Al Musyakhi, sejumlah jamaah asal Kloter 22 BTH kembali ke pemondokannya di Hotel 103, kawasan Syisah, Ahad (28/7). Jaraknya hanya selemparan batu dari masjid.
Mereka tidak langsung naik lift menuju ke kamarnya masing-masing, tetapi kumpul di lobi hotel. Sekitar 10 menit lagi, akan dimulai pelaksanaan senam massal yang dipandu oleh Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau petugas kesehatan kloter.
Tepat pukul 06.00 WAS, dipandu oleh dokter kloter bernama Syaharuddin, ratusan orang jamaah langsung memulai gerakan senamnya. “Ayo bapak-bapak dan ibu-ibu kita mulai senamnya kita sukseskan gerakan sukses dan sehat haji,” kata Syaharuddin.
Mereka pun semua terlihat ceria saat senam. Sesekali jamaah satu menggoda jamaah lainnya karena tak bisa melakukan atau mengikuti gerakan senam. Gelak tawa muncul di antara mereka.
Senam yang digerakkan tak rumit, seperti senam-senam peregangan yang dilakukan oleh para pelajar di sekolah. Bedanya, ini tidak pakai musik.
Akhirnya, setelah 15 menit senam, acara dilanjutkan dengan minum bersama. Gerakan minum bersama ini merupakan salah satu program untuk menyehatkan jamaah haji.
Usai senam, jamaah meski terlihat ada yang ngos-ngosan, tetapi raut ceria hinggap di wajah mereka. “Segar, ini bagus untuk menjaga fisik. Melatih tubuh supaya sehat,” kata Maryam (60 tahun) asal Kabupaten Tanjung Jabung, Jambi.
Menurutnya, dia agak kepayahan mengikuti gerakan senam karena usianya tak lagi semuda dulu. Tetapi, dia berusaha mengikuti gerakan pemandu dan dia pun telah merasakan manfaatnya.
Jamaah linnya, Santi Laotte Salewek (35), mengaku senang dengan diadakannya senam di pemondokan. Karena, sejak enam bulan terakhir dia memang rutin berolahraga berdasarkan anjuran dari pembimbing manasik haji di tanah air.
“Kalau bisa diadakan terus senamnya,” kata Santi.
Sedangkan Siti Aisyah (50), mengaku dengan gerakan senam, ototnya yang sempat tegang menjadi lebih lentur. “Enaklah kami tidak stres selama di Makkah. Ibadah kami selalu aktif, alhamdulillah haji sehat, haji mabrur,” kata Aisyah.
Sementara, Ainun Jariyah (79) berharap, semoga dengan rutinitas senam ini, kondisi fisiknya menjadi siap. Sehhingga, dia bisa mengikuti puncak haji dengan maksimal.
“Saya selalu siap buat ibadah,” katanya.
Syaharuddin, dokter kloter yang memandu senam ini mengatakan, tujuannya diadakannya senam ini adalah agar otot-otot jamaah yang tegang karena melakukan berbagai aktivitas ibadah kembali normal. “Sehingga perlu diperbaiki otot-ototnya,” kata Syaharuddin.
Senam massal ini akan dilakukan dua kali sepekan di lobi hotel. Namun, senam peregangan ini juga bisa dilakukan di kamar-kamar.
Soal gerakan minum air, Syaharuddin mengatakan agar jamaah minum setidaknya 200 mililiter setiap jamnya. Ini dilakukan agar mereka terhindar dari dehidrasi.
Selain itu, edukasi soal penggunaan alat pelindung diri (APD) juga terus dilakukan, yaitu memakai topi, payung, kacamata, masker, alas kaki jika keluar pemondokan.
“Ini harus sering dilakukan terutama masker, jamaah suka lupa memakai masker,” kata Syaharuddin.
Jakarta (Makkah) — Direktorat Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag menggelar rapat bersama Traveloka dan Tokopedia. Perwakilan dari Kemkominfo juga hadir dalam rapat yang berlangsung di Kantor Kemenag, Jakarta, Jumat (19/07).
Pertemuan ini merupakan upaya Kemenag untuk mendalami perkembangan teknologi informasi terkait penyelenggaraan ibadah umrah. Kemenag ingin menyamakan persepsi terkait inisiatif Kemkominfo mengembangkan umrah digital. Kemenag menekankan semua pihak terkait untuk mematuhi regulasi, dalam hal ini UU No 8 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Umrah dan Haji yang baru disepakati Pemerintah dan DPR.
“Hasilnya, ada kesepahaman bahwa pengembangan umrah digital harus berangkat dari prinsip penyelenggaraan umrah dilakukan oleh Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU),” tegas Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim.
Menurut Arfi, pengembangan umrah digital nantinya bersifat optional atau pilihan. Artinya, masyarakat yang akan berangkat umrah bisa memilih dua cara. Pertama, mendaftar di PPIU secara langsung sebagaimana yang berjalan selama ini. Kedua, memilih paket PPIU yang ada di market place dengan keberangkatan tetap oleh PPIU.
Traveloka maupun Tokopedia menegaskan tidak akan menjadi penyelenggara umrah. Komitmen ini juga berlaku bagi unicorn lainnya.
“Umrah Digital dikembangkan dengan semangat meningkatkan standar manajemen sesuai kebutuhan masyarakat di era digital. Karenanya, PPIU juga dituntut untuk terus berinovasi memanfaatkan teknologi informasi,” pesan Arfi.
Arfi menambahkan, rapat juga menyepakati pembentukan task force terkait pengembangan umrah digital. Task force diharapkan mampu merespon disrupsi inovasi secara tepat. Di era digital, rentan terjadi perubahan model bisnis, proses bisnis, hingga ekosistem di sektor manapun, termasuk umrah.
Kemenag dan Kominfo akan terus berkoordinasi untuk mensinergikan kebijakan. Sesuai ranahnya, Kominfo berwenang mengatur unicorn, sedangkan Kemenag berwenang mengatur penyelenggaraan umrah. “Kita akan sinkronkan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat sekaligus menjamin umat Islam dapat beribadah dengan baik,” jelasnya.
Masukan dari berbagai pihak patut didengar untuk menemukan skema terbaik dalam penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah ke depan. Salah satunya, memfasilitasi kerjasama antara PPIU dengan unicorn. Dengan demikian, kedua pihak bisa saling bersinergi, bukan saling meniadakan.
“Kami juga akan mendengar masukan dari pihak lain supaya dapat mengambil kebijakan yang tepat,” ujar Arfi.
Sebelumnya, pada 24 Juni 2019, Kemenag juga menggelar diakusi terbatas membahas upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah umrah. Diskusi yang melibatkan beberapa instansi terkait dan asosiasi PPIU itu menghasilkan empat rekomendasi.
Pertama, memperkuat penegakan hukum dengan mensinergikan pengawasan oleh seluruh K/L terkait dan pengaktifan penyidik khusus.
Kedua, membentuk task force sebagai wujud kolaborasi pemerintah dan pelaku usaha guna merespon kebijakan-kebijakan Saudi.
Ketiga, mengembangkan platform digital yang sehat. Dan keempat, memperkuat pencegahan masalah dengan pengaturan internal (self regulation) PPIU dan edukasi publik.
Madinah (Kemenag) — Kakek jemaah haji Indonesia itu terbaring di ruang ICU RS King Fahd Madinah. Sebut saja namanya Abdullah (samaran). Jemaah asal embarkasi Surabaya (SUB) ini telah menjalani operasi di bagian kepalanya.
Kamis (25/07), kondisinya semakin membaik dan stabil hingga diperbolehkan dokter untuk diantar ke Makkah Al-Mukarramah guna mengikuti tahapan haji berikutnya. Yaitu, menjalani umrah wajib dan menunggu hingga puncak haji, fase Arafah-Muzdalifah-Mina atau Armuzna.
Saat tim Media Center Haji (MCH) bersama Konsultan Ibadah Daker Madinah Ustaz Tulus Sastrowijoyo menjenguk, tubuh pria paruh baya itu sudah berbalut kain ihram. Dia sudah siap diantar dengan ambulans menuju Kota Kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Sesaat sebelum dipindah ke ambulans, Ustaz Tulus membimbing Abdullah berniat ihram. Sekilas, nampak belum ada gerakan mulut Abdullah mengikuti bimbingannya. Abdullah lalu dibawa ke ambulans dan dinaikkan dalam posisi terbaring di atas velbed yang digunakannya sejak dari ruang ICU.
“Ikuti Bapak. Bismillaahirrahmaanirrahiim. Nawaitul ‘umrata wa ahramtu bihaa lillaahi ta’aalaa. Tempat tahalul ku, di mana aku berhalangan,” demikian Ustaz Tulus mengulangi bimbingannya, diikuti gerak bibir Abdullah mengikuti ucapannya.
“Alhamdulillaaah,” sambung Ustaz Tulus. Nampak, para dokter, perawat, sopir, dan tim MCH yang ikut menyaksikan, menyeka mata yang tetiba berkaca-kaca.
Didampingi satu dokter dan satu perawat, Abdullah di antar menuju Makkah. Sebelumnya, Abdullah singgah di Masjid Bir Ali untuk miqat.
Kisah ini adalah fragmen dari tugas konsultan ibadah membimbing jemaah haji Indonesia yang sakit dan akan diberangkatkan ke Makkah melalui mekanisme evakuasi karena masih dalam perawatan, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) maupun RS Arab Saudi. Diawali proses koordinasi dengan pihak KKHI, konsultan akan bersiap pada waktu yang telah ditentukan untuk membimbing jemaah haji Indonesia yang akan dievakuasi menuju Makkah.
Menurut Ustaz Tulus, ada dua kondisi jemaah yang akan dievakuasi. Pertama, apabila kondisinya sudah membaik/sehat, jemaah akan diminta mandi kemudian berwudhu, setelah itu dibimbing memakai ihram, dan berniat umrah. Kedua, jemaah yang kondisinya masih perlu perawatan lebih lanjut, niat umrahnya akan di-isytirat-kan (niat bersyarat).
“Bahwa tempat tahalul ku bilamana aku terhalang, kalimat itu yang sering kita bimbingkan ke jemaah. Apabila nanti sudah sampai di Makkah, jemaah tersebut tidak bisa langsung melaksanakan umrahnya, maka dilakukan tahalul, dibuka kain ihramnya dan mereka tidak dikenakan dam (denda),” jelasnya.
Fragmen lain diperankan oleh Eroh Bahiroh. Perempuan paruh baya ini ditempatkan di Masjid Bir Ali. Tugasnya, membimbing jemaah haji perempuan saat miqat dan berniat umrah. Tidak jarang, dia harus bekerja di bawah terik mentari dengan suhu udara mencapai 43 hingga 50 derajat Celcius.
Pegawai Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Banten ini senantiasa mengingatkan dan memastikan jemaah haji Indonesia sudah niat umrah. Kepada rombongan jemaah yang baru sampai Masjid Bir Ali, Eroh mengarahkan mereka untuk berwudlu, salat Tahiyatul Masjid, salat sunat umrah, lalu niat umrah. Kepada jemaah lansia yang berkeras turun dari bus dan ingin salat di Masjid Bir Ali, Eroh sigap menuntunnya, meniti tangga masjid dan mengarahkan petugas lain yang ada di dalam masjid agar menjaga jemaah tersebut hingga selesai salatnya.
Saat jemaah selesai salat dan keluar masjid, Eroh kembali mengingatkan mereka untuk berniat dan menjaga diri dari hal yang dilarang saat berihram, termasuk kenakan wangi-wangian.
“Setelah niat, jangan pakai make up lagi, apalagi parfum. Kaus kaki dan kerudung harus rapi. Jika ada jemaah perempuan yang tidak pakai kaus kaki, saya belikan dulu kaus kakinya. Kami, petugas Bir Ali juga menyedikan sandal,” jelasnya. Bimbingan ibadah juga Eroh lakukan kepada jemaah yang datang ke Bir Ali dalam kondisi berbaring di velbed ambulans.
Fragmen lain dari tugas konsultan ibadah daker Madinah adalah memberikan bimbingan seputar pelaksanaan ibadah arbain di Masjid Nabawi serta persiapan miqat Bir Ali. Tak lupa, para konsultan juga berkisah tentang sejarah perkembangan umat Islam di Madinah.
Tugas yang sama dilakukan oleh konsultan ibadah daker Makkah, namun dengan tema yang berbeda. Sejak kedatangan jemaah haji dari Madinah pada 14 Juli, dan dari Jeddah pada 20 Juli 2019, konsultan sibuk dengan kegiatan visitasi, memberi bimbingan ibadah kepada para jemaah. Bimbingan yang diberikan seputar umrah dan haji, baik secara Fiqih hingga menggali makna hakiki dalam setiap ritusnya. Jemaah diajak untuk tidak semata menjalani haji secara fiqhiyah, tapi juga mendalami setiap maksud dan tujuan yang terkandung dalam rangkaian ibadahnya, mulai dari tawaf dan sai, hingga fase Arafah-Muzdalifah-Mina. Termasuk juga, memberikan pemahaman tentang makna dan rahasia kemabruran.
Di bawah koordinasi Kabid Bimbingan Ibadah, para konsultan juga ikut terlibat dalam proses bimbingan ibadah jemaah yang akan mengikuti safari wukuf, serta seleksi petugas badal haji.
Menghadirkan Konsultan
Sejak lima tahun terakhir, Kementerian Agama di bawah pimpinan Menag Lukman Hakim Saifuddin (LHS) fokus pada upaya penguatan bimbingan ibadah bagi jemaah, di samping tentunya peningkatan aspek layanan lainnya, seperti akomodasi, katering, dan transportasi. Fokus itu antara lain dengan menghadirkan konsultan ibadah yang bertugas melakukan visitasi dan edukasi ke sektor-sektor pemondokan.
Keberadaan konsultan ibadah sebelum Menag LHS memang ada. Namun, perannya lebih sebagai tempat bertanya untuk setiap persoalan perhajian yang muncul di setiap tahun penyelenggaraan. Konsultan berkantor di kantor daker. Mereka yang ingin bertanya, datang ke kantor daker Makkah.
Sejak 2014, Kemenag membuat terobosan baru. Konsultan diberi peran lebih dinamis. Selain sebagai tempat bertanya, konsultan juga melakukan visitasi ke hotel jemaah untuk menyapa dan memberikan bimbingan kepada jemaah, sekaligus memperkuat peran petugas bimbingan ibadah (bimbad) yang ada di sektor. Memahami bahwa KH Hamid Alkaff yang selama ini berperan sebagai konsultan sudah semakin sepuh, Kasubdit Bina Petugas saat itu, Khoirizi H Dasir melakukan regenerasi dengan menugaskan KH M Muhtar Ilyas sebagai konsultan ibadah haji 1435H/2014M dan Prof. Dr Aswadi dari UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai konsultan ibadah 1436H/2015M. Sinergi petugas bimbad dan konsultan menjadi ujung tombak program bimbingan ibadah untuk jemaah selama di Makkah.
Kebijakan ini dikembangkan Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah setahun berikutnya. Untuk lebih mengoptimalkan peran konsultan, dibentuklah tim konsultan di Daker Makkah. Sejak 2016, sedikitnya ada lima konsultan di Daker Makkah yang berbagi peran dalam memberikan bimbingan kepada jemaah. Mereka berkeliling dari satu hotel ke hotel lainnya secara terjadwal dan berkala untuk memberikan penguatan pemahaman kepada jemaah seputar haji dan maknanya.
Keberadaan konsultan ibadah semakin diperkuat dalam tiga tahun terakhir. Sejak 2017 hingga sekarang, selain di Daker Makkah, konsultan juga ditempatkan di Daker Madinah. Bahkan, ada dua konsultan juga di tiap sektor hotel jemaah haji di Makkah yang rata-rata terdistribusi dalam 11 sektor.
Seiring bertambahnya personel, terjadi penguatan program. Semakin luas pula jangkauan pembinaan yang bisa dilakukan. Terobosan ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pelaksanaan ibadah jemaah haji Indonesia. Dus, diharapkan dapat membantu jemaah dalam menggapai kemabruran. Dampak lanjutannya, muncul pribadi-pribadi Muslim Indonesia yang memiliki pemahaman dan pengamalan keagamaan yang semakin berkualitas, baik secara personal maupun sosial.
Pesan Wasathiyah Wasathiyah (moderasi) dalam beragama menjadi bagian dari pesan bimbingan ibadah yang disampaikan konsultan kepada jemaah. Wasathiyah yang dimaksud di sini adalah cara pandang dan praktik menjalankan ibadah haji yang sesuai dengan ketentuan fikih di satu sisi, dan dengan tetap menimbang aspek non-fikih, seperti kesehatan dan keselamatan, di sisi lain.
Pengendali Teknis Bimbingan Ibadah Haji Oman Fathurahman, Minggu (28/07) mengatakan, setidaknya ada tiga prasyarat yang harus dipenuhi untuk dapat menerapkan sikap wasathiyah dalam praktik ibadah haji, yakni: berilmu, berbudi, dan berhati-hati.
Pertama, berilmu artinya moderasi beragama mengandung nilai agar praktik berhaji diiringi dengan pengetahuan fikih manasik haji yang memadai, dan sekaligus kaidah-kaidah ushul fikih yang melengkapi. Prinsip “dar’ul mafasid muqaddam ‘ala jalbil mashalih”, yakni mengutamakan menolak resiko bahaya ketimbang mengambil manfaat, selayaknya lebih dikedepankan; tidak memaksakan menjalankan ibadah, terutama yang sunnah, jika jiwa taruhannya.
Terkait ritual melempar jumrah aqabah pada 10 Zulhijjah misalnya, narasi fikih manasik haji menempatkan waktu pagi hingga menjelang naiknya matahari (zawal) sebagai waktu utama. Namun, untuk menghindarkan kondisi zahmah (berdesakan), krodit, Pemerintah Arab Saudi mengambil kebijakan rekayasa jalur lalu lintas pergi pulang jemaah dari Jamarat, dan melarang jemaah haji Indonesia melempar jumrah pada waktu utama tersebut.
Kini, rekayasa tersebut juga mencakup lokasinya, di mana jemaah haji kita, dan Asia Tenggara, diharuskan melempar melalui jalur Jamarat di Lantai 3. Meski berbeda dengan fikih manasik yang kita pahami, tentu kita harus mematuhinya, demi keselamatan.
Kedua, prinsip berbudi dalam moderasi mengandung nilai agar jemaah haji juga mempertimbangkan aspek etika dalam mengejar pahala. Praktik ibadah harus diiringi sikap mengendalikan emosi, bersabar, dan mengedepankan akhlak mulia. Dalam menjalani keseluruhan prosesi haji, jemaah tidak bisa mengedepankan egonya sembari mengusik kenyamanan jemaah lain. Mencium Hajar Aswad, misalnya, memang sebuah keutamaan yang dicontohkan Rasul, tapi jika untuk mendapatkannya saja harus sikut kiri senggol kanan mencelakakan diri dan jemaah lain, jelas bukan cara yang dianjurkan untuk mendapatkan kemabruran.
Ketiga, moderasi beragama juga mengandung pesan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak, tidak gegabah, dan selalu mempertimbangkan baik buruknya setiap pilihan. Konsisten berada di tengah bukan berarti diam saja, melainkan dinamis bergerak merespons situasi dengan cermat.
Meyakini bahwa Masjidil Haram adalah tempat suci, itu adalah bagian dari ajaran agama. Tapi, keyakinan itu bukan berarti harus meletakkan sikap waspada dan hati-hati, karena nyatanya tidak sedikit jemaah haji kita yang kehilangan dompet dan uang yang dibawanya, bahkan ketika mereka melakukan tawaf di depan Ka’bah sekalipun.
Tidak hanya oleh konsultan, pesan wasathiyah, yang menekankan adanya keseimbangan dalam beribadah haji, sudah seharusnya digaungkan dan didakwahkan oleh jemaah agar semakin terinternalisasi dalam pemahaman dan mewujud dalam laku hidup keseharian, tidak hanya ketika berada di Tanah Suci, tapi juga saat sudah kembali ke Tanah Air. Berilmu, berbudi, dan berhati-hati, adalah kunci.
Memasuki hari ke-20 jamaah haji Indonesia berada di Madinah, atau hari ke-11 usai pemberangkatan pertama ke Makkah, total jamaah haji Indonesia yang menuju Makkah mencapai 160 kloter. Perinciannya, 20 kloter dengan Bus Abu Sarhad, 64 kloter dengan bus Rawahil, 28 kloter dengan bus Hafil, 5 kloter dengan bus Durrat, 26 kloter menggunakan vus Rabitat, dan 17 kloter dengan bus Al-Massa. Pada Rabu (24/7), sebanyak 24 kloter berangkat menuju Makkah.
Namun demikian, sebelum jamaah sampai di Makkah, mereka harus singgah dulu di Bir Ali yang dahulu bernama Dzulhulaifah. “Mereka wajib mengambil miqat di Bir Ali, selanjutnya menuju Makkah untuk melaksanakan umrah,” ujar Ketua Sektor Khusus Bir Ali dan Hijrah (Birhij), Sahbudin, kepada wartawan Media Center Haji (MCH) di Sektor Birhij, Madinah, Rabu (24/7).
Mengapa? Sahbudin menegaskan, setiap rombongan jamaah haji Indonesia yang berangkat ke Makkah, diharuskan atau wajib untuk singgah di Bir Ali atau Dzulhulaifah ini. “Harus singgah disini untuk mengambil miqat dan berniat ihram,” kata dia.
Sebab, kata Sahbudin, bila sopir yang membawa mereka tidak singgah di Bir Ali, atau bablas sampai Makkah, maka mereka diharuskan membayar denda karena dianggap melarang salah satu dari syarat sah ibadah haji atau umrah.
“Itu sudah ketentuan yang disyariatkan dalam ajaran Islam. Bahwa ada sejumlah tempat miqat bagi jamaah haji, antara Bir Ali, Yalamlam, dan lainnya,” kata dia.
Tidak hanya jamaah haji Indonesia, kata dia, jamaah dari negara lain pun yang kebetulan mengambil niat haji atau umrah yang berangkat dari Madinah, maka mereka harus singgah di Bir Ali. Jamaah Mesir punya miqatnya sendiri bila mereka berangkat langsung menuju Makkah. Jamaah Muslim dari Eropa juga demikian.
Dan jamaah haji Indonesia, bila tujuannya lebih dulu ke Madinah, maka tempat miqatnya di Bir Ali. Dan bila dari Indonesia langsung menuju Makkah, maka miqatnya di Yalamlam.
“Biasanya jamaah haji Indonesia yang akan mengambil miqat di Yalamlam, disarankan memakai pakaian ihram di Bandara keberangkatan. Paling tidak, ketika sudah berada di pesawat,” ujarnya.
Lalu bagaimana bila mereka tidak mampir atau singgah di Bir Ali? “Jika seandainya sampai bablas ke Makkah, kami akan informasikan bahwa bus nomor sekian, kloter sekian, tidak mampir ke Bir Ali. Dan bila bus yang membawa jamaah sudah melewati Bir Ali dan tidak terlalu jauh, mereka disarankan untuk kembali ke Bir Ali,” ungkapnya.
Jamaah haji Indonesia mengambil air wudhu di Masjid Bir Ali, Madinah, Rabu (24/7). Masjid Bir Ali atau Masjid Dzulhulaifah ini menjadi tempat miqat atau niat ihram bagi jamaah haji yang berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk berhaji atau umrah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihak PPIH Arab Saudi sudah mengatur jadwal keberangkatan dan melakukan pencatatan secara terperinci untuk melakukan koordinasi, termasuk nomor kontak sopir yang membawa jamaah.
“Kami selalu mengingatkan para sopir, ketua kloter, ketua rombongan, bahkan ketua regu untuk mengingatkan sopirnya supaya berhenti dan singgah di Bir Ali mengambil miqat,” terangnya.
Selain itu, lanjutnya, di Bir Ali, jamaah juga dipastikan sudah memakai pakaian ihram. Yang artinya, kata dia, jamaah laki-laki tidak lagi memakai pakaian dalam. “Hanya dua helas pakaian saja dan tidak berjahit. Kami di Bir Ali harus memastikan jamaah sudah berpakaian sesuai syariah itu,” kata dia.
Dan bila jamaah sudah mengambil miqat di Bir Ali, serta telah memulai niat, maka saat itulah berlaku larangan ihram bagi jamaah. Antara lain, tidak mencabut atau mencukur rambut, tidak mencabut bulu, tidak mencukur kumis atau jenggot, tidak menutup kepala, tidak menggunakan masker, dan sesuatu yang dilarang. “Seandainya mereka melanggar larangan ihram itu, maka mereka wajib membayar fidyah atau denda,” terangnya.
Madinah (Kemenag) —- Masa puncak haji sebentar lagi tiba, jemaah haji Indonesia diimbau untuk menjaga kondisi tubuh.
“Jangan terlalu memforsir untuk melakukan kegiatan yang bersifat sunnah, lebih baik tenaga disimpan untuk menghadapi acara puncak haji,” imbau Kepala Daerah Kerja Madinah, Akhmad Jauhari, Kamis (25/07).
Jauhari berpesan agar para jemaah haji yang datang dari Madinah ke Makkah, setelah umrah wajib sebaiknya banyak beristirahat di hotel.
“Di hotel juga banyak kegiatan, baik kegiatan bimbingan ibadah, maupun kegiatan promotif prefentif terkait bagaimana menjaga kesehatan tubuh,” ujar Jauhari.
Jauhari menjelaskan kendati jemaah haji Indonesia sebagian besar telah bergeser ke Makkah, namum kondisi Madinah saat ini masih cukup ramai.
“Karena banyak jemaah dari negara lain dan yang dikelola oleh travel (PIHK) mulai masuk ke kota madinah,” ujarnya.
Meski demikian, Jauhari menegaskan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Daerah Kerja (Daker) Madinah akan terus melakukan optimalisasi pelayanan.
“Kita akan tetap memberikan layanan yang sifatnya bimbingan ibadah, akomodasi, konsumsi, terutama terkait layanan perlindungan jemaah,” tuturnya.
Hingga Rabu (24/07) kemarin, jemaah haji gelombang 1 yang sudah diberangkatkan ke Makkah sebanyak 160 kloter dengan total jemaah 65.796 orang.
Sedangkan hari ini, akan diberangkatkan 7.800 jemaah yang tergabung dalam 19 kloter.
“Sehingga sisa sampai hari ini, masih ada 50 kloter dengan 22.000 jemaah yang akan diberangkatkan secara berkala hingga tanggal 28 Juli mendatang,” pungkasnya.
Makkah (Kemenag) — Jemaah haji Indonesia di Makkah semakin banyak. Selain dari Madinah, mulai hari ini, jemaah haji Indonesia juga sudah datang dari Tanah Air melalui King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah.
Hingga sore ini, lebih 31ribu jemaah yang sudah berada di Kota Kelahiran Nabi. Antrian bus shalawat di terminal pun kerap terjadi, utamanya setelah selesai jemaah Isya dan Subuh.
“Kami imbau, jemaah tidak bergegas pulang secara bersamaan usai salat berjemaah. Manfaatkan waktu untuk beribadah di Masjidil Haram kurang lebih hingga setengah jam usai salat sehingga jemaah tidak menumpuk di terminal,” terang Kadaker Makkah Subhan Cholid di Syisyah, Sabtu (20/07).
Menurutnya, sampai hari ini, Daker Makka sudah mengoperasikan 111 bus shalawat untuk melayani jemaah haji Indonesia beribadah di Masjidil Haram. Jumlah ini akan terus ditambah secara bertahap sesuai proporsi jumlah jemaah yang sudah ada di Makkah.
“Total kami akan siapkan 419 armada dan 31 bus cadangan pada fase puncak kepadatan jemaah haji Indonesia di Makkah,” lanjutnya.
Dijelaskan Subhan, bus shalawat melayani seluruh rute jemaah haji Indonesia selama 24 jam, sehingga jemaah tidak perlu khawatir tidak mendapat layanan. Ada 9 rute bus dengan 56 halte terdekat hotel jemaah, serta tiga terminal di sekitar Masjidil Haram, yaitu: Terminal Bus Jiad, Syib Amir, dan Bab Ali, semuanya beroperasi 24 jam.
“Jangan langsung pulang secara bersamaan usai jemaah di Haram, agar tidak terjadi penumpukan di terminal,” imbau Subhan.
Disinggung soal kekurangan armada, Subhan menjelaskan penggunaan bus shalawat sudah dihitung secara proporsional dan memperhatikan kepadatan lalu lintas di Makkah. Penambahan armada secara tidak terukur, justru berpotensi menambah kemacetan di Makkah. Sebab, ke depan akan semakin banyak jemaah haji dari berbagai negara yang tiba di Makkah.