Sejak Awal William Percaya Yesus Bukan Anak Allah

William mulai melirik Islam. Dia membaca informasi di Wikipedia terkait prinsip-prinsip keimanan, mencoba memahami aturan, apa yang harus dilakukan, dan mana saja yang dilarang. Dia lantas jatuh cinta dengan agama ini. William pikir, banyak aturan itu yang masuk akal dan dia sepakat.

Misalnya, soal konsep ketuhanan. William sejak awal sudah percaya bahwa Yesus bukan anak Allah, bahkan bukan Allah. Dia hanya seorang guru, seorang guru yang harus kita teladani. Jadi, gagasan Yesus sebagai seorang nabi atau utusan Allah sangat tidak asing buat dia. Sesuatu yang memang dia yakini selama ini.

Detik itu juga, William memutuskan untuk mengambil Alquran. Dia mulai membaca lembar demi lembar. “Ini menakjubkan. Kitab ini menjelaskan segala sesuatu yang saya cari. Saya sepakat dengan keseluruhan ini,” ujar William.

Keyakinan itulah yang menuntun William memutuskan masuk Islam. Ada sebuah masjid di samping sekolah.
Lelaki itu memilih mengikrarkan syahadat di sana.

Selain dia tidak tahu lokasi masjid lain di Dallas, masjid itu paling mudah dijangkau karena dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki sewaktu istirahat sekolah. “Tidak ada yang tahu kapan dipanggil Allah SWT. Jadi, saya terus manfaatkan kesempatan untuk belajar dan mengimplementasikannya,” aku Wiliam.
Ketika William menyampaikan kepada orang tuanya perihal keislamannya, mereka sama sekali tidak memper- masalahkan. Mereka justru antusias dengan keputusan putranya. Keduanya bergelut di bidang medis, sehingga sering terpapar dengan berbagai kelompok etnis dan agama yang berbeda. Tak terkecuali, Muslim.

Kedua orang tuanya menyukai gagasan keislaman William lantaran mengira itu akan membantu putra mereka lebih peduli dan mencintai sesama. Waktu itu, William mengakui, dia termasuk orang yang benci pada orang lain (misanthrope). Tak heran bila orang tuanya bersemangat melihat William terketuk untuk memeluk suatu agama.

“Hal utama yang berubah ketika saya masuk Islam adalah sekarang saya menikmati membantu orang banyak.
Kepedulian saya dengan orang-orang jauh lebih besar daripada yang saya miliki sebelumnya,” ucap lelaki itu.

William tidak ingin mengatakan bahwa dulunya dia membenci orang lain, tapi dia dulu cenderung untuk tidak memercayai orang. Dia relatif introver. Juga lebih egois.

Kini, sejak masuk Islam, dia belajar untuk mencintai orang lain. Belajar untuk peduli pada mereka. Belajar membantu mereka. Dan, yang terpenting, William mendapat kebahagiaan dari tindakannya membantu orang lain. “Jadi, buat saya, saya pikir ini perubahan terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya,” katanya

 

sumber: Republika Online

Jeane Ester Adeilaida: Allah Meridhai Islam sebagai Agama Saya

Jeanne Ester Adelaida Kaunang awalnya mengakui Nabi Isa sebagai Tuhan. Namun, video biarawati yang memaparkan kebenaran Islam mengubah jalan hidupnya.

“Ketika itu ada seseorang yang bertanya kepada saya untuk membuktikan Tuhan itu ada dalam Katolik. Lalu saya lihat video tersebut, saya terguncang,” kata dia kepada Republika belum lama ini.

Zaenab Ester Adelaida, demikian namanya setelah menjadi Muslim, kemudian bertanya kepada kakaknya,  John Jaiz Boudewijn Kaunang. Kebetulan, kakaknya tengah belajar tentang Islam. “Kakak saya waktu itu mengaku belum menjadi Muslim. Padahal sebenarnya sudah bersyahadat lebih dulu,” kata dia.

Melalui kakaknya, ia pelajari sifat Ketuhanan dalam Islam. Ia juga ikuti pengajian yang dihadiri sang kakak. Dari pengajian itu, Zaenab memahami bahwa Tuhan itu berbeda dengan mahluknya. Tuhan tidak mengenal awal dan akhir. Sementara manusia, memiliki awal dan akhir.

“Logika ini sangat masuk akal. Ini sekaligus membantah doktrin yang saya pahami saat itu,” ucapnya.

Nabi Isa misalnya, adalah ciptaan Tuhan. Ia memiliki mukjizat yang merupakan pemberian Tuhan. Jadi, keliru bila meyakini Nabi Isa sebagai Tuhan. “Dalam ajaran agama saya yang lama, fakta itu ditutupi dengan ayat yang mengatakan berbahagialah kepada mereka yang percaya tapi tidak melihat. Ketika saya bertanya soal Tuhan, pasti jawabannya mentoknya ya ayat itu,” kata dia.

Setelah mempelajari Islam cukup lama, hidayah mendatangi Zaenab. Pada tahun 2013, ia bersyahadat.  Setelah bersyahadat ia terus pelajari Islam. Termasuk, kerasulan Muhammad SAW.  “Beliau manusia yang amanah dan cerdas. Sifat ini juga dimiliki Nabi Isa. Saya pun semakin yakin Islam agama yang saya cari, agama yang telah diridhai Allah untuk saya peluk,” kata lulusan Sastra Cina UI ini.

Sebelumnya, Zaenah hanya memahami Rasulullah sebagai pembawa wahyu. Derajatnya dibawah Nabi Isa yang merupakan anak Tuhan. “Padahal Rasulullah manusia mulia, Nabi Penutup. Nabi yang membawa ajaran tauhid yang juga diajarkan Nabi-nabi terdahulu,” kata dia.

Pemahaman tentang Islam yang kian mantap mempermudah Zaena mengamalkan ajaran Islam.  Karena itu, apabila ada ajaran Islam yang tidak dipahaminya, ia tak malu untuk bertanya kepada siapapun. Semisal, bagaimana seorang Muslim dalam bertransaksi.

“Prinsipnya begini, tidak ada yang tahu kapan dipanggil Allah. Jadi, saya terus manfaatkan kesempatan untuk belajar dan mengimplementasikannya,” kata dia.

 

sumber: Republika Online

Kisah Pendeta Kristen Bulgaria yang Baru Masuk Islam

dakwatuna.com – Bulgaria. Seorang mantan pendeta kristen ortodoks Bulgaria mengisahkan cerita masuk Islam dirinya beberapa bulan lalu dan menunaikan ibadah haji tahun ini atas undangan Raja Arab Saudi.

Sebagaimana dilansir Islam Memo (21/9/2015), mantan pendeta yang bernama Atanas Mihaylov dan mengubahnya menjadi Abdullah setelah memeluk Islam itu menceritakan bahwa dirinya yang terus-menerus mencari hakikat kebenaran.

Dirinya diliputi keraguan atas ideologi Kristen yang menuhankan Nabi Isa As serta ajaran trinitas, dan hal itu akhirnya mendorong dirinya yakin akan kebenaran yang diajarkan Islam.

‘Abdullah’ menyatakan bahwa dirinya menghadapi masalah kesehatan dan kejiwaan setelah ibunya meninggal tahun 2012, sehingga memutuskan untuk menemui salah satu ulama Islam di Bulgaria, menanyakan pengobatan spritual.

‘Abdullah’ juga menceritakan salah satu mimpi yang dirasanya aneh, di mana dalam mimpi itu ‘Abdullah’ seperti berada di sebuah negeri Arab dahulu kala, di mana orang-orang Arab yang dilihat dalam mimpinya memakai pakaian tempo dulu.

Di antara orang Arab yang ditemuinya itu ada sesorang dengan wajah dan pakaian bersih, memandangnya dalam waktu lama serta mengenalkan dirinya bernama ‘Ahmad’.

Ulama Islam yang ditemuinya menyatakan bahwa Ahmad adalah salah satu dari nama Nabi Muhammad Saw, nabi akhir zaman.

Setelah itu, ‘Abdullah’ meneruskan pengembaraan mencari kebenaran dengan mencari tahu tentang Islam, membaca sejarah dan sirah Nabi Muhammad Saw serta membaca Al-Qur’an yang diterjemahkan ke bahasa Bulgaria.

Hingga akhirnya menemukan potongan ayat dalam surat Shaf yang menceritakan pengakuan Nabi Isa As adanya nabi setelahnya bernama Ahmad, dan itu nama yang juga didapatinya dalam mimpi, ‘Abdullah’ yakin dengan kebenaran Islam sehingga akhirnya kemudian memutuskan untuk menjadi muslim.

Keputusan tersebut menyebabkan Atanas atau Abdullah mendapatkan kecaman dan kritikan dari masyarat Bulgaria yang menuduhnya masuk Islam hanya untuk menikah dengan wanita Turki. (rem/dakwatuna)

Sumber: Islam Memo

Redaktur: Rio Erismen

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/09/24/74924/kisah-pendeta-kristen-bulgaria-yang-baru-masuk-islam/#ixzz3nfeM3DPu
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Satu Keluarga di Yogyakarta Bersyahadat

Satu keluarga di Yogyakarta mengucapkan dua kalimat syahadat. Prosesi syahadat dibimbing Ketua Umum Mualaf Center Indonesia, Steven Indra Wibowo.

Triyono, kepala keluarga tersebut mengaku terlahir dari keluarga besar Kristiani. Selanjutnya, ia dan keluarganya kerap melihat umat Islam shalat menyembah Allah. “Ini yang membuat kami berpikir,” kata dia seperti dikutip dari Mualaf Center Indonesia, Rabu (17/9).

Menurut Triyono, ia dan keluarganya begitu kagum dengan kesadaran umat Islam ketika mendengar seruan adzan segera melangkahkan kaki ke Masjid. “Begitu sejuk di mata kami itulah kesan yg ada, ” kata dia.

Triyono mengungkap, rasa kagum itu kemudian mendorong ia dan keluarganya mempelajari wudhu dan shalat. “Rasa kagum semakin bertambah, apalagi tiada batas pembeda antara umat Islam ketika shalat. Mereka berlomba untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka,” kata dia.

“Shalat, shalat, dan shalat. Itulah yang sering membayangi kami. Kami pun memutuskan menjadi mualaf,” ucap dia yang kemudian bersyahadat dan berganti nama menjadi Muhammad Triyono.

Ann Marie Lambert Terinspirasi Keluarga Nabi Ibrahim

REPUBLIKA.CO.ID, Ann Marie Lambert Stock menetap di Indiana. Seperti halnya warga Indiana, tak banyak dilakukan warga kota kecil. Usai lulus sekolah, selanjutnya bekerja dan akhirnya menikah. “Saya pernah menikah, dan punya dua anak. Perceraian inilah saya memulai hidup yang tak pernah dibayangkan sebelumnya,” ucap dia seperti dilansir onislam.net, Ahad (7/9).

Sebagai ibu dua anak, Ann memang haus akan ilmu. Ia berkeyakinan, belajar membuatnya terbebas dari kota kecil dengan rutinitas yang terbatas. Begitu menurutnya.  “Saya bisa tahu, bagaimana kehidupan masyarakat Timur Tengah, Eropa, Asia dan Afrika. Ini membangkitkan semangat saya, dan akhirnya membuat saya tahu banyak hal yang sebenarnya saya tidak ingin tahu,” kenang dia.

Suatu hari, Ann memutuskan menghadiri acara Festival Memburu Bulan, satu acara tradisi warga Native American. Di sana, Ann bertemu pemuda asal Mesir bernama Muhammad. Saat itu, Ann menawarkan daging babi panggang. “Kok aneh, dia tidak makan babi. Saya pikir dia Yahudi. Ternyata dia Muslim,” ucapnya.

Seketika, Ann menanyakan apakah ia seorang pemuda penyembah sapi. Muhammad pun tertawa dengan pertanyaan itu. “Akhirnya saya menikah dengannya,” kata dia.

Dimata Ann, Muhammad seorang yang bijaksana. Ia tidak pernah memaksa Ann menjadi Muslim. Justru, Muhammad memintanya untuk ke gereja. “Namun, ia meminta agar dibolehkan mengenalkan ajaran Islam kepada kedua anak-anak saya,” ucap dia.

Pada satu kesempatan, Ann bertemu dengan teman suaminya. Saat itu, teman Muhammad bertanya kepada Ann, kemana dia setelah hidup. Pertanyaan itu membuat Ann berpikir. Dia tak lagi pernah ke gereja. Annpun sadar bahwa ada konsekuensi dengan aturan itu.

“Saya akan ke neraka,” kata Ann.

Ditengah kegundahannya, Ann menemukan informasi tentang Islam dan Muslim. Dibacalah informasi itu. Ia menemukan sebuah sosok yang menganggumkan namun tidak pernah ia dengarkan ceritanya. “Saya tidak pernah tahu Rasulullah itu. Tapi saya menyadari bahwa beliau adalah keturunan Nabi Ibrahim, tepatnya melalui Nabi Ismail,” kata dia.

Lalu ia baca kisah Nabi Ismail. Di cerita itu, ia mengetahui bagaimana perjuangan keluarga Ibrahim ditengah padang pasir yang gersang. “Satu pertanyaan muncul, bagaimana Nabi Ibrahim meninggalkan keluarganya di padang pasir, ia seorang Nabi. Bagaimana nasib mereka,” tanya dia.

Ann pun melanjutkan bacaan soal Islam dan Muslim. “Semakin banyak membaca, saya semakin takut dengan kebenaran Islam. Saya belum sanggup, mengubah hidup secara radikal. Tapi saya tidak ingin menjadi berbeda. Saya bingung,” kata dia.

Pada akhirnya, Ann tidak kuasa menerima kebenaran Islam. “Saya mengucapkan syahadat. Dan setelah itu banyak cobaan menerpanya. Tapi itu yang membuat saya semakin mantap memeluk Islam. Saya beranikan diri mengenakan hijab,” kata dia.

Ingrid Mattson Belajar Islam dari Muslim Senegal

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO —  Menjadi salah satu acara silaturahim terbesar di Amerika Utara, Islamic Society of North America (ISNA) membuka sesi berbagi cerita. Mereka yang harus menempuh pencarian untuk masuk Islam mendapatkan tempat untuk membagikan kisahnya, termasuk Ingrid Mattson.

“Saya dibesarkan sebagai seorang Katolik Roma dan saya sangat berterima kasih kepada komunitas tersebut,” kata Dr Ingrid Mattson, mantan Presiden ISNA menceritakan kisah pencariannya dikutip dariOnIslam, Selasa (8/9).

Menurutnya, saat ia masih menjadi seorang Katolik, para biarawati mengajarkannya tentang rasa keadilan sosial dan aktivitas sosial. Hanya saja ia memiliki ganjalan dengan gereja dan juga teologi Katolik.

Setelah itu, Mattson menceritakan bahwa awal perkenalannya dengan Islam saat ini bergaul dengan beberapa mahasiswa Senegal di Paris. Ini menjadi langkah awal yang membawanya masuk dalam pencarian Islam.

“Karena kontak ini saya mulai membaca Alquran dan mencari tahu tentang Islam,” ujar Mattson.

Mattson menceritakan, bahwa orang-orang Senegal merupakan contoh terbaik dari umat Islam. Baginya, karakter, kemurahan hati, inklusivitas mereka merupakan contoh yang sangat baik. Dan hal itu yang membuatnya tertantang untuk bisa seperti mereka.

Anelka dan Keislamannya

Oleh: Muhammad Iqbal
Redaktur Republika

Lama tak terdengar, Abdul Salam Bilal, nama muslim dari Nicolas Anelka, mengomentari kiprah bekas klubnya, Arsenal, pada musim 2015/2016. Anelka, pemain yang membela Arsenal pada kurun waktu 1997 sampai 1999, mendukung penuh keputusan manajer the Gunners Arsene Wenger perihal pemilihan pemain di lini depan. Menurutnya, Wenger telah mengambil langkah tepat dengan memercayakan posisi striker kepada Olivier Giroud.

“Dia (Wenger) percaya kepada Giroud karena dia berpikir Giroud akan kembali mencetak banyak gol, sebagaimana yang telah dia lakukan. Arsenal telah memenangkan gelar musim lalu. Begitu pun musim sebelumnya. Jadi, bukan tidak mungkin prestasi itu terulang kembali,” ujar Anelka kepada the National dilansir Internasional Business Times, Kamis (10/9).

Situasi yang dihadapi Wenger sekarang identik dengan kondisi 1997-1999. Ketika itu, Wenger hanya memiliki striker tunggal berpengalaman pada diri Ian Wright.

Sementara Anelka, hanyalah seorang striker muda yang baru tiba dari Paris Saint-Germain, klub asal Paris, ibu kota Prancis.  Situasi musim ini serupa. Selain Giroud, striker murni tersisa hanyalah Danny Welbeck.

Namun, Welbeck mengalami cedera lutut parah sehingga kudu absen beberapa bulan ke depan. Sebelum bursa transfer pemain musim panas 2015 ditutup, sejumlah kalangan telah menyarankan agar Wenger memboyong seorang bomber kelas dunia. Nama-nama semisal Edinson Cavani (PSG) maupun Karim Benzema (Real Madrid) diapungkan.

Namun, tak satupun yang mendarat di Emirates Stadium. “Arsene percaya kepada timnya. Dia pun melakukan hal serupa ketika itu (1997-1999). Meskipun masih ada Ian Wright, dia tidak membeli satu pun penyerang sehingga saya harus bermain baik. Dia (Wenger) percaya pada saya dan pada akhirnya saya bisa bermain reguler dengan hasil yang baik pula. Dia membuat pilihan serupa dengan Giroud,” ujar Anelka.

Sekadar mengingatkan, pada musim debutnya, Anelka bermain brilian. Tercatat 17 gol dicetak di ajang Liga Primer. Di pengujung musim, raihan pemain muda terbaik versi PFA diraih.

Mungkin tak banyak yang tahu bahwa saat ini Anelka masih aktif bermain sepak bola. Ketidaktahuan itu wajar. Terlebih, usia pria kelahiran Le Chesnay, Prancis, telah menginjak 36 tahun. Selepas membela West Bromwich Albion, klub terakhirnya di ranah Inggris, Anelka bergabung dengan Mumbai City pada 15 September 2014.

Di klub yang berkompetisi di kompetisi Liga Super India itu, Anelka bermain sebanyak tujuh kali dengan raihan dua gol. Lantaran Mumbai urung lolos ke fase berikut karena hanya menempati peringkat ketujuh klasemen akhir, mantan pemain Real Madrid ini pun hengkang ke NA Hussein Dey.

Rencananya, bersama klub di Liga Aljazair tersebut, Anelka akan menjalani kontrak 18 bulan. Namun, transfernya digagalkan Federasi Sepak Bola Aljazair. Alasannya, usia Anelka sudah melebihi 27 tahun, batas maksimal untuk pemain internasional yang boleh bermain di kompetisi negara tersebut.

Akhirnya, pria yang pernah merumput di Cina ini pun kembali ke Mumbai City. Tidak hanya sebagai pemain, melainkan juga seorang pelatih. “Dia mengimpresi kami dengan pengetahuan taktik serta kemampuannya memotivasi,” ujar co-owner Mumbai City yang juga seorang aktor Bollywood Ranbir Kapoor di laman BBC.

Berbicara soal Anelka, mau tidak mau, kita akan tertarik untuk mengetahui lebih dalam perihal keislamannya. Apalagi, Anelka merupakan pemain yang dikenal sebagai pemeluk Islam nan taat. Dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya beberapa waktu lalu, Anelka menyampaikan pengakuan perihal kepercayaan yang dia anut.

“Saya berusia 16 tahun saat yang berpindah agama ke Islam,” ujarnya. “Apa yang membuat saya berpindah agama adalah saya memiliki keyakinan bahwa Islam merupakan agama yang tepat bagi saya,” lanjut pemain yang sukses membawa Prancis menjuarai Piala Eropa 2000 ini. Lebih lanjut, Anelka mengaku senang dan bangga menjadi seorang muslim.

Terlebih, relasinya dengan Allah SWT membuat hidup semakin tercerahkan. “Saya memiliki keyakinan bahwa di dalam hati saya Islam merupakan agama saya,” katanya menekankan.

Dalam kesempatan serupa, suami dari Barbara Tausia ini membagi filosofi pribadinya. “Saya bukan domba dalam sebuah kawanan. Saya berpikir berbeda. Saya bukan seseorang yang senang berada dalam sorotan. Saya pemalu dan lebih senang menarik diri,” ujarnya.

Carolyn Erazo Mendapat Hidayah dari Pemakaman (2-habis)

Carolyn Erazo terbangun sangat awal untuk menemukan sebuah masjid yang telah ia cari sejak malam sebelumnya. Ia harus menuntaskan rasa ingin tahunya. Kali ini, perempuan Amerika itu ingin menjajaki Islam.

Perempuan itu mulai mengemudikan mobilnya di sekitar lokasi, tapi tak bisa menemukan masjid itu, padahal ia sudah memegang alamatnya. Singkat cerita, Carolyn sampai di masjid yang dia tuju. Jauh di lubuk hati, ia merasa agak ketakutan.

Kendati gemetar, Carolyn mendekati pintu dan membukanya. Seorang pria mendekati Carolyn lantaran ia berdiri di pintu masuk dan menanyakan imam masjid.

Ia diberitahu bahwa imam tidak ada di tempat, tapi ia meyakinkan bahwa mereka akan menghubunginya setelah imam datang. Carolyn menuliskan nomor dan bergegas keluar. Jujur, ia tidak yakin akan ditelepon.

Sebelum pergi, orang yang berbicara padanya sempat memperkenalkan nama sang imam. Abdul Lateef, namanya. Sejak keluar dari masjid itu, Carolyn harap-harap cemas, antara ingin ditelepon dan takut ditelepon. Kurang dari dua jam kemudian, ia tidak bisa percaya bahwa Imam Abdul Lateef benar-benar menelepon.

Ketakutannya segera terhapus mendengar suara di ujung telepon. Imam Abdul Lateef mengundangnya untuk datang dan bertemu dengan dia malam itu.

Carolyn kembali datang ke masjid. Ia segera mengulurkan tangan untuk menjabat tangan sang imam dan memperkenalkan diri. Tapi, dengan cepat imam itu menolak uluran tangannya, meminta maaf, sambil menjelaskan alasan.

“Saya ingat dengan jelas. Saya kira itu benar-benar hal pertama yang membuat saya terkesan,” kenang Carolyn. Kendati, ia merasa malu. Sampai-sampai, ia ingin marah pada bosnya lantaran tidak memberi tahu ada aturan itu sebelumnya.

Imam Abdul Lateef mengajaknya duduk dan menanyakan semua persoalan yang ia alami. Carolyn mulai menjelaskan bahwa ia sedang dalam masa pencarian. Ia sudah menjelajahi kekristenan dan mengungkapkan argumen mengapa ia gagal menemukan kebenaran dalam ajaran Kristen.

Imam Abdul Lateef tak banyak berkomentar. Ia membiarkan Carolyn mencurahkan segenap kerisauannya. Setelah usai, barulah Imam Abdul Lateef menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan runtut. Apa yang menjadi kegelisahan Carolyn selama ini mulai menemukan jawaban.

Saat ia perhatikan, apa yang dikatakan Imam tampaknya benar. Tak kurang dari dua jam, Carolyn terus membombardir Imam dengan berbagai pertanyaan. Ia ingin benar-benar meyakinkan diri atas pilihannya.

Ketika ia merasa cukup dan beranjak menuju pintu, Abdul Lateef berkata, “Terima kasih sudah mengizinkan saya menjadi bagian dari perjalanan Anda. Saya berharap, ketika Anda meninggalkan tempat ini, Anda tahu apakah Anda Muslim atau non-Muslim.”

Carolyn memikirkan kata-kata itu setiap  malam, selama lebih dari seminggu. Ucapan itu terngiang-ngiang dan membebani otaknya. Tiga hari berlalu, Imam Abdul Lateef kembali menelepon. Ia seolah tahu bahwa Carolyn sedang membutuhkan lebih banyak jawaban. Mereka berbicara panjang lebar hingga satu jam lewat telepon.

Selama beberapa bulan kemudian, Carolyn melahap berbagai literatur yang berkaitan dengan Islam. Ia harus tahu lebih banyak sebelum memutuskan. Agama ini masuk akal, kata Carolyn, tidak ada yang membuat perempuan itu meragukan kebenaran Islam.

Muslim juga tidak mengerikan, sebagaimana anggapan masyarakat. Bahkan, dalam beberapa hal, mereka lebih baik daripada orang-orang Amerika. Kendati, ada Muslim yang pernah melakukan aksi-aksi teroris seperti yang diklaim Barat dan Amerika, Alquran tidak mengajarkan itu.

“Bagaimana saya menjelaskannya? Tidak ada yang mengerti. Mayoritas di lingkungan saya mengatakan, Islam tidak sesuai dengan identitas kami,” kata Carolyn, yang berkulit putih dan asli Amerika.

Seandainya ia cocok dengan kekristenan, barangkali tidak masalah. Pasalnya, Carolyn merasa tidak cocok. Ia tidak bisa menolak takdir dan iman dia. Hati dan pikirannya terbuka untuk Islam, tapi ia masih belum memutuskan tekad. Ia membuat seribu satu alasan mengapa ia tak bisa. Termasuk, Ramadhan. Ia takut akan kewajiban puasa itu.

Carolyn ingat dengan jelas apa yang dikatakan Imam Abdul Lateef ketika ia mengungkapkan kekhawatirannya.

“Saudariku, Ramadhan seharusnya tidak menakut-nakutimu. Saya jamin, Anda akan bersyahadat sebelum Ramadhan berakhir,” kata dia.

Tebakan Imam Abdul Lateef benar! Dua minggu selepas Ramadhan, Carolyn Erazo bersyahadat.

Ia begitu gugup saat memasuki masjid untuk bersyahadat. Perasaannya tidak terlukiskan. Malam itu juga, ia menelepon Abdul Lateef. Imam itu hanya tertawa kecil. Ia percaya Carolyn tinggal menunggu momentum.

Kebahagiaan Carolyn menuai masalah saat orang-orang di lingkungan sekitarnya mengetahui keislaman perempuan itu. Ia mendapat banyak penentangan. Setiap ejekan seolah sengaja dilontarkan untuk membuat dia marah. Sepanjang waktu, Carolyn mencoba bertahan.

Juni 2015 ini, tepat tiga tahun Carolyn masuk Islam. Perempuan itu mengakui, seseorang tidak mungkin bisa hidup tanpa keyakinan dan iman. Ia mulai aktif di berbagai forum mualaf.

“Saya akan terus belajar memberikan respon-respon cerdas terhadap semua sentimen anti-Muslim yang dilemparkan pada saya,” ucapnya yakin.

 

 

sumber: Republika Online

Mualaf Belanda temukan hakikat tuhan dalam agama Islam

Merdeka.com – Perjalanan spritual mualaf asal Belanda Siti Malikah Feer bak cerita Ibrahim saat mencari hakikat tuhan. Malikah yang dulu bernama Marlou Feer sejak kecil tidak pernah dikenalkan kepada tuhan. Malikah tumbuh dalam keluarga ateis.

“Saat itu saya bermain dengan teman saya, saat itu banyak awan, tapi matahari menyinari menembus ke awan mungkin di sana ada tuhan, dia melihat kita,” kata Malikah mengawali ceritanya kepadamerdeka.com di Universitas Indonesia, Depok, Kamis (11/6).

Lalu Malikah mulai mencari jati dirinya dan agamanya dengan ikut kelas agama Kristen. Dia pun banyak membaca berbagai literatur tentang manusia, salah satunya teroi evolusi Darwin.

“Saya tertarik dengan agama Kristen tapi saya tidak bisa menerima Isa, tuhan atau anak tuhan karena waktu itu saya berpikir bagaimana tuhan bisa disalib kalau dia memang tuhan,” tanya dia.

Pencarian Malikah sempat terhenti, sampai akhirnya dia bertemu teman-temannya yang berasal dari Turki dan Irak. Malikah mulai tertarik dengan agama teman-temannya karena mereka menunjukkan akhlak mulia.

“Mereka memperlihatkan hormat, baik hati, berbagi makanan waktu istirahat dan tempat kerja, saya tertarik dengan mereka. Masya Allah, karena orang Belanda tidak berbagi daripada mereka saya tertarik dengan budaya mereka dan Islam,” ungkap dia sembari menyebut asam Allah berkali-kali.

Rasa ingin tahunya makin membara karena teman-temannya asal Turki dan Irak tersebut tampak ‘berbeda’ dari mayoritas mahasiswa di sana. “Tahun 2002 waktu mereka puasa saja juga ingin tahu bagaimana puasa dan saya suka dan senang dengan mereka. Mereka lebih dekat dengan orang miskin saya ingin mengerti mereka lebih baik,” tutur wanita berjilbab ini.

Hidayah pun datang, Malikah dengan mantap bersyahadat atau bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Syahadat itu disaksikan teman-temannya dan dilakukan di tengah Malikah menghadapi ujian universitas. “Waktu itu umur saya 18 tahun, saya memeluk Islam tahun 2003,”tutup wanita berumur 29 tersebut.

13 Alasan yang Membuat Adebayor Memilih Islam

Bintang lapangan hijau asal Togo, Emanuel Adebayor masih menyita perhatian atas kabar dirinya masuk Islam, awal Juli silam. Striker Aston Villa itu akhirnya buka suara mengenai sejumlah alasan dirinya mantap menjadi mualaf.

Dilansir The Herald.ng, akhir pekan lalu, Adebayor mengungkap sedikitnya 13 alasan ia memilih jalan Islam. Ajaran Islam, menurutnya, secara garis besar telah merangkum semua ajaran agama terdahulunya. Berikut alasannya:

1. Yesus (Isa AS, red) mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan dan harus disembah, seperti yang diajarkan dalam Deut 6:4 (Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!), Markus 12:29. Muslim juga percaya (ajaran) ini seperti yang diajarkan dalam Alquran 4:171.

2. Yesus (as) tidak makan daging babi seperti yang diajarkan dalam Imamat 11:7. Begitu juga Muslim seperti yang diajarkan dalam Alquran 6:145.

3. Yesus (as) menyambut dengan “Assalamualaikum” (Damai sejahtera bagi kamu) dalam Yohanes 20:21. Muslim saling menyapa dengan cara ini.

4. Yesus (as) selalu mengatakan “Tuhan Berkehendak” (insya Allah), Muslim mengatakan ini sebelum melakukan sesuatu seperti yang diajarkan dalam Alquran 18:23-24.

5. Yesus (as) mencuci muka, tangan, dan kaki sebelum berdoa. Kaum Muslim melakukan hal yang sama.

6. Yesus (as) dan nabi-nabi lain dari Alkitab berdoa dengan kepala mereka ke tanah (lihat Matius 26:39). Muslim melakukan seperti yang diajarkan dalam Alquran 3:43.

7. Yesus (as) memiliki jenggot dan mengenakan throbe. Ini merupakan Sunnah bagi pria Muslim untuk melakukan hal yang sama.

8. Yesus (as) percaya pada semua nabi, (lihat Matius 5:17). Muslim melakukan serupa seperti diajarkan dalam Alquran 3:84, dan 2:285.

9. Ibunda Yesus, Maryam (pbut) berpakaian sederhana dengan menutupi tubuh sepenuhnya dan mengenakan jilbab (hijab). Seperti yang ditemukan dalam Timothy 2:9, Kejadian 24:64-65, dan Korintus 11:6. Muslimah berpakaian sederhana, berpakaian sama seperti Maryam, yang diajarkan dalam Alquran 33:59.

10. Yesus (as) dan nabi lainnya, dalam Alkitab berpuasa hingga 40 hari (lihat Keluaran 34:28, Daniel 10:2-6, Raja-raja 19:8, dan Matius 4: 1.
Muslim melakukannya juga selama bulan . Pada bulan Ramadan, Muslim diwajibkan untuk berpuasa penuh wajib 30 hari (lihat Al Qur’an 2: 183), dan berpuasa lebih lanjut 6 hari untuk meningkatkan pahala mereka.

11. Yesus (as) mengajarkan untuk mengatakan “damai untuk rumah ini” ketika memasukinya (lihat Lukas 10:5), dan juga menyapa orang-orang di rumah dengan “damai sejahtera bagi kamu”.
Muslim melakukan apa yang Yesus lakukan dan ajarkan. Ketika kita memasuki rumah, kita mengatakan “Bismillah” dan juga menyapa dengan “assalaamualaikum” seperti yang diajarkan dalam Alquran 24:61.

12. Yesus (as) disunat. Sunat adalah 1 dari 5 fitrah dalam Islam, sehingga orang-orang Muslim diwajibkan untuk disunat. Menurut Alkitab dalam Lukas 2:21, Yesus berumur delapan hari ketika ia disunat.
Dalam Alquran 16: 123 Muslim diwajibkan untuk mengikuti agama Ibrahim. Nabi Muhammad (saw) berkata, “Nabi Ibrahim menyunat dirinya sendiri ketika ia berusia delapan puluh tahun.” (Lihat Sahih hadis Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

13. Yesus (as) berbicara dalam bahasa Aram dan menyebut Allah “Elah”, yang diucapkan sama dengan “Allah”. Aram adalah bahasa Alkitab kuno. Ini adalah salah satu bahasa Semit yang juga termasuk bahasa Ibrani, Arab, Ethiopia dan bahasa Asyur dan Babilonia kuno Akkadia. Bahasa Aram “Elah” dan Arab “Allah” adalah sama.

Baru-baru ini, Adebayor juga melalui halaman instagramnya, mendoakan semua saudara Muslim berbahagia dalam Eid Mubarak. Ditampilkan foto dirinya mengenakan gamis khas Arab nan putih.

 

sumber: Republika Online