MUI Serukan Aksi Rakyat Bela Palestina

Aksi 1712 disebut sebagai momentum persatuan bangsa.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma’ruf Amin, mengajak rakyat Indonesia menyatukan aksi membela Palestina dari keputusan sepihak Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Ahad (17/12) nanti. Menurut Kiai Ma’ruf, menunjukkan sikap pembelaan terhadap Palestina merupakan kewajiban rakyat Indonesia.

“Bahkan, kami juga mengajak agama lain, kelompok lain untuk ikut bersama-sama supaya ini juga menunjukkan adanya kemanusiaan dan persatuan Indonesia untuk bela Palestina,” ujar Kiai Ma’ruf seusai rapat koodinasi Aksi Indonesia Bersatu Bela Palestina bersama ormas Islam di Kantor MUI Pusat, Kamis (14/12). Aksi itu akan dipusatkan di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia di Jakarta Pusat.

Kiai Ma’ruf mengingatkan, Palestina juga pernah membantu Indonesia pada masa kemerdekaan. Sejarah mencatat, selepas proklamasi, seorang ulama Palestina bernama Amin al-Husaini menyambangi pimpinan-pimpinan negara Arab mendorong dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Mesir, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, yakni hasil kampanye Amin al-Husaini.

Bagi warga yang hendak hadir pada aksi itu, Kiai Ma’ruf mengimbau untuk tetap mengedepankan akhlakul karimah. Walaupun umat Islam Indonesia sangat tersakiti dengan keputusan Presiden AS Donald Trump, menurut Kiai Ma’ruf, mereka harus tetap berkapala dingin.

“Tidak menimbulkan kekacauan provokasi dan juga jangan mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak layak. Tetap menjaga sopan santun yang akhlakul karimah,” kata Rais Aam PB Nahdlatul Ulama (NU) tersebut.

Kiai Ma’ruf juga mengajak seluruh rakyat Indonesia membuat petisi kepada Amerika Serikat terkait pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Petisi tersebut perlu dibuat untuk memperkuat dukungan Indonesia terhadap Palestina. Masyarakat juga perlu mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah lebih aktif.

Berbeda dengan aksi-aksi sebelumnya, MUI akan memimpin langsung aksi pada Ahad (17/12). Aksi ini menargetkan massa kurang lebih dua juta orang dari beberapa daerah yang dianjurkan menggunakan pakaian putih.

Aksi tersebut akan dihadiri para tokoh agama dan tokoh lintas agama, serta akan diawali dengan kegiatan shalat subuh bersama. Kiai Ma’ruf menuturkan, ada estimasi aksi nanti akan diikuti secara masif. “Terutama basisnya nanti dari Banten, Jakarta, Jabar, tapi banyak juga luar daerah dari Solo biasanya datang,” kata Kiai Ma’ruf.

Panitia Aksi 1712 telah melajukan rapat koordinasi dengan Mabes Polri pada Rabu (13/12) kemarin di ruang rapat Baintelkam Polri. Rapat koordinasi itu dipimpin Wakabaintelkam Polri Brigjen Lucky Hermawan dengan dihadiri panitia aksi. Di antaranya, KH Marsudi Syuhud sebagai wakil PBNU, Ustaz Zaitun Rasmin mewakili MUI, dan Amirsyah Tambunan mewakili PP Muhammadiyah.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga menyambut positif aksi tersebut. Demonstrasi, menurut Menag, merupakan tindakan yang positif dalam era demokrasi saat ini. “Ya saya pikir itu(demonstrasi) adalah sebuah ungkapan unjuk rasa menyampaikan aspirasi atas kebijakan yang tidak hanya mengecewakan, tapi merusak upaya kita bersama untuk mewujudkan perdamaian di Palestina, ujar Lukman Hakim, kemarin.

Menag mengingatkan, sebuah perkumpulan dalam jumlah besar akan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Oleh karana itu, Lukman Hakim berpesan kepada penggagas dan pelaku aksi agar disiplin sehingga aksi tidak mudah disusupi dan tidak menimbulkan citra buruk terhadap umat Islam.

Sedangkan Wasekjen Dewan Pertimbangan MUI, Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan, Aksi 1712 menjadi momen bagi umat Islam untuk bersatu kembali. “Allah sayang pada umat Islam dan bangsa Indonesia. Dengan adanya isu Palestina ini, saya kira ini jadi momen penting untuk persatuan, setelah yang terkesan tercabik di Aksi 212,” ucapnya.

Sekjen PBNU Helmy Faisal mengatakan, jika Aksi 1712 tidak dilaksanakan dengan cara-cara kekerasan, warga NU sudah semestinya ikut serta. “PBNU mempersilakan kepada warga NU untuk melakukan aksi, sepanjang dilaksanakan dengan cara yang baik dan menjaga agar tidak melakukan cara-cara kekerasan,” ujar Helmy, kemarin.

Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid, KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) juga mengajak tokoh agama lain untuk bergabung dalam Aksi Indonesia Bersatu Bela Palestina. “Jadi saya kira urusan ini tidak cukup umat Islam saja, lebih baik lagi kalau undang elemen-eleman lainnya, sehingga lebih menunjukkan sebuah bangsa,” ujar Aa Gym, kemarin. Ia mengatakan, akan mengerahkan ribuan santrinya sebagai petugas kebersihan.  (Pengolah: fitriyan zamzami)

 

REPUBLIKA

Yahudi Tak Berhak Mewarisi Palestina

SEBENARNYA, tidak ada kebenaran atas klaim bangsa Yahudi tentang hak mereka atas Palestina. Sebab Allah Ta’ala telah secara tegas menyatakan bahwa kitab yang mereka pegang itu bukan lagi kitabullah, melainkan karangan manusia di antara mereka.

Mereka telah mengubah isi Taurat dan menggantinya menjadi Talmud. Maka klaim mereka bahwa Palestina adalah tanah yang dijanjikan tuhan untuk mereka, 100% hanyalah bualan mereka saja. Bukan janji dari Allah Ta’ala. Bahkan Allah malah pernah mengharamkan tanah itu untuk mereka selama 40 tahun lamanya, akibat kedegilan mereka sendiri.

Allah berfirman, “Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi itu. Maka janganlah kamu bersedih hati orang-orang yang fasik itu.” (QS. Al-Maidah: 26)

Kalau memang tanah itu milik mereka, pertanyaannya adalah: selama ini pada ke mana aja? Kok punya tanah tidak di tempati? Malah mengembara ke berbagai penjuru dunia? Siapa yang suruh punya tanah ditinggal-tinggal? Kalau memang mengaku punya tanah Palestina, mestinya dipertahankan sejak dulu, bukannya ditinggalkan.

 

INILAH MOZAIK

Ma’ruf Amin: Trump akan Dimusuhi Umat Dunia

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tetap bersikeras untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan Trump mendapat reaksi keras dari beragam pemimpin dunia.

Menanggapi kontroversial itu, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof KH Ma’ruf Amin menilai Trump tidak memiliki hati nurani. Keputusannya tersebut dipastikan menimbulkan kegaduhan dunia.

“Kalau Trump punya perasaan sudah mencabut, kalau memang tidak ada perasaan maka meneruskan terus maka akan dimusuhi orang sedunia itu,” ujarnya kepada Republika.co.id di Hotel Santika, Jakarta, Jumat (8/12).

Bahkan, ia menyebut tidak ada negara satupun mendukung keputusan Trumpt tersebut. Justru akan terjadi Amerika Serikat menjadi negara yang paling dicela. “Saya kira itu Trumpt bisa menimbulkan kegaduhan dunia. Saya kira tidak satu negara pun yang menyongkong. Semua mencela,” ujarnya.

Sebelumnya, dalam sebuah pidato singkat di Gedung Putih, Trump meminta departemen negara bagian untuk mulai membuat pengaturan untuk memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem. “Saya telah menetapkan bahwa sekarang saatnya untuk secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Sementara presiden sebelumnya telah membuat janji kampanyebesar ini, mereka gagal menyampaikannya. Hari ini, saya menyampaikannya,” jelas Trump seperti dikutip The Guardian, Kamis (7/12).

 

REPUBLIKA

Kebijakan Trump Soal Yerusalem akan Rusak Perdamaian

Pengamat Timur Tengah, Yon Mahmudi, menilai sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel akan merusak perdamaian di Timur Tengah.

“Dengan pengakuan ini maka dapat dipastikan proses perdamaian di Timur Tengah akan rusak,” ujar Yon saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/12).

Yon mengungkapkan, sikap Trump tersebut juga menunjukkan perbedaannya dengan mantan Presiden AS sebelumnya, Barack Obama.

Menurut dia, dalam mengambil kebijakan, Trump tidak mengedepankan dialog konstruktif.

“Ini perbedaan mendasar antara Trump dan pendahulunya. Obama dan presiden-presiden AS sebelumnya masih mengedepankan dialog konstruktif dalam membangun perdamaian di Timur Tengah,” ucapnya.

Yon mengatakan, Trump juga cenderung sepihak dalam memutuskan suatu kebijakan yang akan diambil. Bahkan, Trump lebih memikirkan kepetingannya dengan Israel.

“Dia cenderung sepihak dalam memutuskan kebijakan. Tidak peduli dengan kondisi kawasan. Dia lebih memikirkan kepentingan mitra setianya di Timur Tengah, yaitu Israel,” kata Yon.

Trump telah mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dalam pidato publiknya di Gedung Putih pada Rabu (6/12) waktu setempat.

Trump juga menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk mulai merancang perencanaan dimulainya proses pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Langkah kontroversial Trump ini merupakan perwujudan janji kampanye juga menindaklanjuti keputusan Kongres AS tahun 1995 yang meloloskan undang-undang yang mengatur kebijakan AS untuk memindahkan Kedubes ke Yerusalem.

Sejak tahun 1995, para Presiden AS terdahulu selalu menandatangani ‘surat pernyataan’ untuk menunda penerapan undang-undang itu. Namun, tidak demikian halnya dengan kepemimpinan Trump.

 

REPUBLIKA

Awal Mula Penjajahan Atas Palestina

Pekan ini, Palestina di seluruh dunia menandai 100 tahun sejak deklarasi Balfour dikeluarkan pada 2 November 1917. Deklarasi ini menjadikan kenyataan tujuan Zionis untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina, ketika Inggris secara terbuka berjanji untuk mendirikan sebuah rumah nasional untuk orang-orang Yahudi di sana.

Deklarasi ini umumnya dipandang sebagai salah satu katalis utama dari Nakba, pembersihan etnis Palestina 1948, dan konflik yang terjadi dengan negara Zionis yaitu Israel.

Dalam artikel yang dilansir dari Aljazirah, Senin (30/10) disebutkan bahwa Balfour dianggap sebagai salah satu dokumen yang paling kontroversial dan diperebutkan dalam sejarah modern dari dunia Arab dan membuat para sejarawan bingung selama beberapa dekade.

Deklarasi Balfour, yang disebut Perjanjian Balfour oleh Arab, adalah perjanjian umum oleh Inggris pada 1917 yang menyatakan tujuan mereka untuk mendirikan “sebuah rumah nasional untuk orang-orang Yahudi” di Palestina.

Pernyataan tersebut berbentuk surat dari Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour, yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang figur komunitas Yahudi di Inggris. Perjanjian itu dibuat selama perang dunia I (1914-1918) dan termasuk dalam mandat Inggris untuk Palestina setelah pembubaran Turki Usmani.

Sistem mandat tersebut didirikan oleh sekutu, yang merupakan bentuk kolonialisme dan pendudukan secara terselubung. Aturan sistem ini mentransfer wilayah yang sebelumnya dikendalikan oleh JermanAustria-Hongaria, Turki Usmani dan Bulgaria, dialihkan kepada para sekutu yang menang.

Sistem mandat yang dideklarasikan tersebut memungkinkan pemenang perang untuk mengelola wilayah berkembang baru sampai mereka bisa menjadi independen.

Namun kasus Palestina termasuk unik. Tidak seperti mandat pasca-perang lainnya, tujuan utama dari mandat Inggris adalah untuk menciptakan kondisi untuk pembentukan rumah nasional Yahudi, di mana orang-orang Yahudi berjumlah kurang dari 10 persen dari populasi pada saat itu.

Pada awal mandat, Inggris mulai memfasilitasi Imigrasi orang Yahudi Eropa ke Palestina. Antara 1922 dan 1935, populasi Yahudi naik dari sembilan persen menjadi hampir 27 persen dari total penduduk.

Meskipun Deklarasi Balfour termasuk memperingatkan ‘tidak boleh melakukan sesuatu yang menimbulkan prasangka kepada warga sipil dan hak-hak agama yang merupakan non-komunitas Yahudi di Palestina’, mandat Inggris tersebut didirikan dengan melengkapi Yahudi alat-alat untuk mendirikan pemerintahan sendiri, dengan mengorbankan warga Palestina.

Pada tahun 1919, Presiden AS Woodrow Wilson ditunjuk oleh Komisi untuk melihat opini publik pada sistem mandat di Suriah dan Palestina. Penyelidikan yang dikenal sebagai Komisi King-crane, menemukan bahwa sebagian besar warga Palestina menyatakan oposisi kuat terhadap Zionisme, mendorong pembentukan Komisi yang menyarankan modifikasi dari tujuan mandat.

Tokoh politik dan Nasionalis Palestina saat itu, Awni Abd al-Hadi mengutuk Deklarasi Balfour dalam biografinya. Ia mengatakan deklarasi tersebut dibuat oleh orang asing, yaitu Inggris, yang tidak memiliki klaim untuk Palestina, diberikan kepada orang asing lainnya, yaitu Yahudi, yang tidak punya hak untuk itu.

Pada tahun 1920, Kongres Palestina Ketiga di Haifa mencela rencana pemerintah Inggris untuk mendukung proyek Zionis dan menolak pernyataan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan hak-hak penduduk asli.

Namun, sumber penting lainnya yang mengetahui pendapat Palestina mengenai deklarasi tersebut, yaitu pers, yang ditutup oleh Utsmani pada awal perang pada tahun 1914 dan baru mulai muncul kembali pada tahun 1919, namun di bawah penyensoran militer Inggris.

Pada bulan November 1919, ketika surat kabar al-Istiqlal al-Arabi (kemerdekaan Arab), yang berbasis di Damaskus, dibuka kembali, sebuah artikel mengatakan sebagai tanggapan atas pidato publik oleh Herbert Samuel, seorang menteri Yahudi di London pada ulang tahun kedua Deklarasi Balfour: “Negara kita adalah Arab, Palestina adalah Arab, dan Palestina harus tetap menjadi Arab.”

Bahkan sebelum Deklarasi Balfour dan Mandat Inggris, surat kabar pan-Arab memperingatkan terhadap motif gerakan Zionis dan kemungkinan hasilnya adalah menggusur orang-orang Palestina dari tanah mereka.

Khalil Sakakini, seorang penulis dan guru Yerusalem, menggambarkan Palestina segera setelah perang sebagai berikut: “Sebuah bangsa yang telah lama berada dalam tidur lelap hanya terbangun jika terguncang oleh kejadian, dan kebangkitan muncul sedikit demi sedikit,”

“Inilah situasi Palestina, yang selama berabad-abad telah tidur nyenyak, sampai terguncang oleh perang besar, yang dikejutkan oleh gerakan Zionis, dan ditindas oleh kebijakan ilegal (Inggris), dan terbangun, sedikit demi sedikit. ”

Peningkatan imigrasi Yahudi di bawah mandat menimbulkan ketegangan dan kekerasan antara orang Arab Palestina dan Yahudi Eropa. Salah satu tanggapan populer pertama terhadap tindakan Inggris adalah pemberontakan Nebi Musa pada tahun 1920 yang menyebabkan terbunuhnya empat orang Arab Palestina dan lima orang Yahudi imigran. (Idealisa Masyrafina)

 

REPUBLIKA

Aplikasi yang Menyelamatkan Banyak Nyawa Warga Gaza

Pada Juli 2017 silam, empat warga Gaza, Palestina, meluncurkan sebuah aplikasi, yang akhirnya dapat membantu menyelamatkan nyawa warga Gaza, terutama yang membutuhkan transfusi darah. Aplikasi tersebut dinamakan Palestinian Blood Bank. Secara sederhana, aplikasi ini menghubungkan orang yang membutuhkan transfusi darah dengan orang yang ingin mendonorkan darahnya ataupun rumah sakit dan fasilitas kesehatan.

Selama lebih dari dua bulan, empat warga Gaza, yang terdiri dari dua pria dan dua wanita, tersebut menghabiskan waktu untuk mengembangkan aplikasi ini. Empat orang ini merupakan mahasiswa di Universitas Islam di Kota Gaza. Dalam masa pengembangan tersebut, tim ini mengunjungi 13 rumah sakit dan 54 fasilitas kesehatan. Mereka mensosialisasikan penggunaan aplikasi bank darah tersebut.

Kini, seluruh rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Jalur Gaza telah terkoneksi dengan aplikasi tersebut. Selain itu, aplikasi itu kini bisa diunduh secara gratis lewat telepon pintar warga. Sehingga lebih mudah dan lebih cepat untuk digunakan oleh para penduduk Gaza.

”Aplikasi ini sepenuhnya gratis dan kami memutuskan untuk mengimplementasikan ide aplikasi ini, karena untuk alasan yang baik. Aplikasi ini juga bisa membantu banyak orang di Gaza, terutama pasien yang memiliki tipe darah yang langka dan mereka tidak menemukannya di bank darah terdekat,” kata salah satu tim pengembang aplikasi ini, Salam Doghmish (22 tahun), kepada Middle East Eye, Selasa (17/10).

Menurut Doghmish, selama ini keluarga dari orang yang membutuhkan transfusi darah akan membuat pengumuman lewat sosial media ataupun radio setempat. Namun, dengan adanya aplikasi ini, maka semua proses tersebut akan lebih cepat dan lebih mudah. Tidak hanya itu, Doghmish menegaskan, semua data pendonor darah akan dijamin kerahasiannya dan tidak akan disalahgunakan.

”Kami menjamin kerahasiaan data dan informasi dari para pendonor darah. Kami pastikan data itu tidak akan disalahgunakan, baik untuk kepentingan komersil, ataupun kepentingan lainnya,” ujar mahasiswa di jurusan Teknologi Informasi Universitas Islam Gaza tersebut.

Kepala Laboratorium Rumah Sakit Al Shifaa, Hussam Qwaider, pun menyambut hangat keberadaan aplikasi ini. Menurutnya, aplikasi ini memudahkan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya dalam mencari pendonor darah. ”Selain itu, aplikasi ini merubah mindset masyarakat, yang mengira mendonorkan darahnya memakan waktu yang panjang dan proses yang berbelit-belit. Aplikasi ini mempromosikan budaya untuk melakukan donor darah kepada masyarakat,” tutur Qwaider.

Dalam beberapa kasus, lanjut Qwaider, pihaknya sempat memiliki pasien yang memiliki golongan darah yang langka dan membutuhkan transfusi darah. ”Setelah menggunakan aplikasi ini, kami bisa menemukan orang dengan golongan darah yangs sesuai dan menghubungi mereka kapanpun untuk bisa mendonorkan darah mereka. Aplikasi ini menyelamatkan banyak nyawa, ketimbang harus mencari donor darah lewat media sosial,” ujar Qwaider.

 

REPUBLIKA

 

—————————————————————-
Download-lah Aplikasi CEK PORSI HAJI dari Smartphone Android Anda agar Anda juga bisa menerima artikel keislaman ( termasuk bisa cek Porsi Haji dan Status Visa Umrah Anda) setiap hari!
—————————————————————-

Akibat Penjajahan, Anak-Anak Palestina Derita Kesehatan Mental Terburuk di Kawasan

Penelitian terbaru berjudul “The Burden of Mental Disorders di Wilayah Mediterania Timur 1990-2013” menempatkan warga Palestina sebagai warga dengan penderita gangguan kesehatan mental tertinggi di Timur Tengah dengan jumlah mencapai 40 persen lebih.

Penelitian mengungkap, 54 persen anak laki-laki dan 46,2 persen anak perempuan Palestina berusia 6-12 tahun memiliki gangguan emosional dan perilaku. Di Gaza, krisis ini sangat akut dengan tiga serangan militer Israel dalam waktu enam tahun terakhir, Seperti dilansir dari The New Arab pada hari Minggu (14/05).

Dari serangan 2008-2009, ditemukan 30 persen gejala Post Traumatic Stress Disorder, yang menurut laporan Medical Aid for Palesians (MAP) berasal dari dampak 50 tahun pendudukan. Selama perang 2014 di Gaza, 54 persen anak menderita PTSD berat dengan gejala mimpi buruk, kilas balik dan sulit tidur.

Dalam perang 52 hari yang menewaskan 2.200 warga Palestina di tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 20 persen populas warga Gaza memerlukan perawatan prikososial.

Sedangkan pembatasan pergerakan, pembongkaran rumah, pos pemeriksaan dan pelecehan tentara Israel jadi paparan utama memburuknya mental di Tepi Barat. Sekitar 78 persen warga Palestina melaporkan penggerebekan, 62 persen dianiaya verbal dan 43 persen alami kekerasan visi (1987-2011).

Pertahanan untuk Anak Internasonal-Palestina (DCIP) menemukan 75 persen anak-anak yang ditahan antara kurun waktu 2012 dan 2015 mengalami kekerasan. 70 persen mengaku dilecehkan, diintimidas dan dihina secara verbal, serta 70 persen mengaku telah ditelanjangi saat ditahan.

“Hak atas kesehatan Palestina tidak dapat direalisasikan di bawah pendudukan Zionis Israel terus-menerus, yang menimbulkan ancaman konstan tidak cuma keselamatan fisik tapi kesejahteraan psikologis dan emosional,” tulis kesimpulan penelitian MAP. (Rol/Ram)

 

ERA MUSLIM

Mayoritas Warga Israel Tolak Pembentukan Negara Palestina

Sebuah survei yang dilakukan oleh Jerusalem Center for Public Affairs menunjukkan bahwa 64 persen warga Israel tidak bersedia mendukung penarikan pasukan Zionis dari Tepi Barat. Selama ini, hal itu menjadi bagian dari perjanjian perdamaian untuk menjadikan Palestina sebagai sebuah negara.

Dalam jajak pendapat itu juga terlihat bahwa hanya 10 persen warga Isreal yang setuju untuk menyerahkan  Haram as-Sharif di Kompleks Al Aqsa ke Palestina. Sementara 83 persen lainnya menentang ide tersebut.

“Sebanyak 79 persen meyakini bahwa sangat penting mempertahankan Yerusalem berada di awah kedaulatan Israel dan 15 persen lainnya mengatakan tidak demikian,” tulis survei yang dilakukan Jerusalem Center for Public Affairs seperti dilansir Middle east Monitor, Rabu (29/3).

Banyak warga Israel yang terlihat memiliki pemikiran yang berbeda terhadap perjanjian perdamaian kedua pihak. Sebelumnya, sekitar 60 persen warga menyetujui penarikan pasukan dari Tepi Barat. tepatnya pada 2005 lalu.

Israel berkonflik dengan Palestina sejak perang pada 1967 lalu. Saat itu, Israel menetapkan kebijakan pembangunan permukiman Yahudi di sejumlah wilayah yang dianggap sebagai hak atas Palestina yaitu Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.

Solusi dua negara menjadi salah satu opsi untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel. Dengan hal itu, Palestina akan menjadi sebuah negara merdeka dalam wilayah-wilayah yang selama ini menjadi sengketa.

Kemudian, sebagai bagian dari perjanjian damai Israel dan Palestina yang dikemukakan oleh mantan presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton, Yerusalem juga akan dibagi sebagai Ibu Kota kedua negara. Temple Mount diserahkan kepada Palestina, sementara Isreal mempertahankan Tembok Barat.

Keengganan warga Israel untuk mendukung perjanjian damai dengan Palestina disebut salah satunya akibat tidak adanya tekanan dan intervensi dari negara-negara Arab. Kemudian kontrol politisi sayap kanan di parlemen Israel membuat timbulnya warga dengan pemikiran ala ektremis Yahudi.

Dalam sebuah wawancara, direktur jenderal Kementerian pariwisata Jericho, Iyad Hamdan mengatakan peningkatan ektremisme masyarakat Yahudi berdampak pada pembentukan negara Palestina. Di masa depan, mereka diprediksi dapat menjadi jauh lebih radikal dan melakukan segala cara untuk mengakhiri perjanjian damai dua belah pihak.


sumber: Republika Online

 

Mari kita doakan saudara-saudara kita di Palestina bisa membesakan diri dari Bangsa Yahudi Israel


 

Para Perempuan Perkasa di Gaza

Kaum perempuan di Gaza sedang meningkat perannya sebagai pencari nafkah keluarga, melanggar norma-norma tradisional yang sebelumnya dipegang teguh masyarakat.

Konflik berkepanjangan membuat tingkat pengangguran di Gaza berada di posisi tertinggi di dunia dengan 42 persen. Proporsi perempuan dalam angkatan kerja hanya 15 persen, berbanding 71 persen laki-laki.

Kini makin banyak perempuan melanggar norma-norma sosial dan bekerja menjadi tulang punggung keluarga. Dilansir dari Aljazirah, Jumat (10/3), para perempuan Gaza berkisah tentang pekerjaan mereka.

Sopir Bus

Salwa Srour memutuskan menjadi sopir bus. Anak-anak pertama memanggilnya Paman Salwa. “Anak-anak hanya memikirkan pria yang mengendarai mobil. Saya memecahkan tradisi. Saya wanita pertama di Jalur Gaza yang mengemudikan bus,” katanya.

Srour mulai mengemudikan minibus Volkswagen-nya setiap pagi pukul 06.30 untuk menjemput anak-anak berangkat ke sekolah TK yang dia buka pada 2005 bersama adiknya, Sajdah. Semula, Srour menyewa sopir laki-laki namun tidak cukup sabar menghadapi anak-anak dan sering terlambat.

Srour telah melakoni pekerjaannya selama lima tahun hingga kini. Kelas dimulai ketika anak-anak masuk bus, dengan mempelajari kosakata baru bahasa Inggris. Meski semula orang memandang aneh, lama kelamaan dia mendapat dukungan dari lingkungannya.

 

 

Nelayan Perempuan Gaza

Sudah hampir satu dekade, Madleen Kullab juga mengambil alih peran ayahnya sebagai nelayan di usia 22 tahun. Itu terjadi setelah ayahnya didiagnosis menderita radang sumsum tulang belakang hingga cacat.

Kullab dan dua saudaranya berangkat pagi pukul 03.00 atau saat matahari terbenam untuk melemparkan jala. Pekerjaannya kian berat karena Israel telah membatasi nelayan Gaza hanya dapat menangkap ikan dalam jarak maksimal enam mil, kurang dari sepertiga daerah penangkapan menurut perjanjian Oslo.

Tidak ada cukup ikan, area terbatas, bahkan seringkali Kullab tak dapat membawa pulang apa pun. Jumlah nelayan terus berkurang drastis, yang semula 10 ribu orang di 2000, tahun lalu hanya tinggal 4.000 orang. Tak jarang, desing mesiu Israel mengakhiri nyawa nelayan Gaza di tengah laut.

“Setiap hari Anda pergi keluar. Anda tidak yakin Anda akan kembali. Ini situasi yang sulit. Ketika kami mendekati mil kelima, kami mulai ditembaki. Ada banyak risiko, tapi saya melakukannya karena ini harus,” ujar Kullab.

 

sumber: Republika Online

Israel Lakukan Simulasi Penghancuran Desa-Desa Palestina

Israel dikabarkan menggunakan desa-desa Palestina sebagai media simulasi untuk melatih pasukannya dalam menghancurkan rumah warga Palestina, serta menghadapi berbagai aksi demonstrasi.

Middle East Monitor, Selasa (7/3), menampilkan sebuah rekaman yang sebelumnya telah disiarkan Channel 2 Israel, yang menunjukkan tentara Israel berlatih menghadapi demonstran, merampok, dan menghancurkan rumah-rumah di desa Palestina.

Menurut laporan itu, latihan ini, telah berlangsung selama sekitar sepekan dengan tujuan agar tentara siap “menghadapi demonstran Palestina saat terjadi penghancuran rumah warga di desa-desa Palestina.”

Di wilayah Tepi Barat, telah terjadi peningkatan jumlah pembongkaran rumah warga Palestina. Tercatat, pada paruh pertama  tahun 2016, telah terjadi penghancuran rumah warga yang melampaui jumlah tahun 2015.

Menurut laporan PBB, selama tahun 2015, Israel telah membuat lebih dari 1.383 warga Palestina kehilangan tempat tinggal sejak Januari, sebagai akibat dari penghancuran di wilayah-wilayah pendudukan. Sementara, 688 warga Palestina mengungsi.

Sejak awal tahun ini, setidaknya 168 rumah warga Palestina hancur dan 276 orang mengalami penggusuran.

Badan dunia juga mencatat “sebagian besar” dari infrastruktur Palestina hancur atau disita, karena kebijakan Israel membuat hampir tidak mungkin bagi warga Palestina untuk memperoleh izin mendirikan bangunan.

Di tempat terpisah, Menteri Pertahana Israel, Avigdor Lieberman di parlemen Knesset mengatakan, bahwa pasukan penjaga perbatasan Israel tidak menerapkan instruksi militer dengan benar. Maannews (6/3) melaporkan bahwa Lieberman menginstruksikan jika pasukan perbatasan Israel dilempari batu oleh warga Palestina, maka mereka harus memberi tembakan peringatan ke udara, jika mereka tidak berhenti maka pasukan wajib menembak kaki si pelaku.

‘Kami menyaksikan di Televisi dua hari lalu, puluhan pemuda Palestina menyerbu pembatas militer. Tidak ada yang tahu apa mereka membawa batu atau bom molotov. Pemandangan ini tidak boleh terulang lagi dan prajurit Israel harus menerapkan instruksi yang telah ditetapkan,” katanya.

sumber: Republika Online

 

——————————————————————————
Buat Anda yang sudah mendaftar Haji, segera download aplikasi Android ini untuk mengetahui Jadwal keberangkatan Anda ke Tanah Suci.
Download di sini!
——————————————————————————