Salah satu ibadah yang merupakan adopsi dari syariat Nabi terdahulu adalah haji. Konsep ini dikenal dengan Syara’i’ al-qadimah. Ibadah haji kaya akan sejarah. Inilah sejarah haji dalam literatur kitab-kitab ulama klasik.
Yang pertama kali melakukannya adalah Abul Basyar Nabi Adam As. Dijelaskan:
وَهُوَ مَعْلُومٌ مِنْ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ. يَكْفُرُ جَاحِدُهُ إلَّا أَنْ يَكُونَ قَرِيبَ عَهْدٍ بِالْإِسْلَامِ أَوْ نَشَأَ بِبَادِيَةٍ بَعِيدَةٍ عَنْ الْعُلَمَاءِ، وَهُوَ مِنْ الشَّرَائِعِ الْقَدِيمَةِ رُوِيَ أَنَّ آدَمَ – عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ – لَمَّا حَجَّ قَالَ لَهُ جِبْرِيلُ: إنَّ الْمَلَائِكَةَ كَانُوا يَطُوفُونَ قَبْلَك بِهَذَا الْبَيْتِ بِسَبْعَةِ آلَافِ سَنَةٍ.
“haji ini merupakan ibadah yang pasti diketahui oleh seorang yang beragama Islam, maka jika ada orang yang mengingkari niscaya ia kafir. Kecuali jika ia adalah seorang muallaf yang belum mengetahuinya atau juga ia adalah orang yang jauh dari ulama yang bisa menjelaskan materi ini.
Haji merupakan syariat nabi terdahulu, diriwayatkan bahwasanya Nabi Adam ketika menunaikan ibadah Haji, maka malaikat Jibril berkata kepadanya “Sesungguhnya para malaikat itu bertawaf di sini sebelummu, selama 7000 tahun”. (Syekh Khatib Al-Syirbini, Iqna fi Hall Alfadz Abi Syuja’)
Jadi Nabi yang pertama kali haji adalah Nabi Adam AS, lalu bagaimanakah dengan syariat nabi yang lainnya? dijelaskan sebagaimana redaksi berikut:
وَقَالَ صَاحِبُ التَّعْجِيزِ: إنَّ أَوَّلَ مَنْ حَجَّ آدَم – عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ – وَإِنَّهُ حَجَّ أَرْبَعِينَ سَنَةً مِنْ الْهِنْدِ مَاشِيًا، وَقِيلَ: مَا مِنْ نَبِيٍّ إلَّا حَجَّهُ. وَقَالَ أَبُو إِسْحَاقَ: لَمْ يَبْعَثْ اللَّهُ نَبِيًّا بَعْدَ إبْرَاهِيمَ إلَّا وَقَدْ حَجَّ الْبَيْتَ، وَادَّعَى بَعْضُ مَنْ أَلَّفَ فِي الْمَنَاسِكِ أَنَّ الصَّحِيحَ أَنَّهُ لَمْ يَجِبْ إلَّا عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ.
“Penulis kitab al-Ta’jiz mengatakan bahwasanya orang yang pertama kali haji adalah Nabi Adam As, beliau haji itu memakan waktu 40 tahun, sebab beliau berangkat dari India dengan berjalan kaki.
Ada yang mengatakan bahwasanya tidaklah ada seorang nabi AS, kecuali ia telah melaksanakan ibadah haji. Sedang Abu Ishaq berkata bahwasanya tidaklah Allah mengutus seorang Nabi pasca eranya Nabi Ibrahim AS kecuali ia telah melaksanakan haji.
Hanya saja sebagian orang yang menganggit materi tentang haji mengatakan bahwasanya Haji itu hanya diwajibkan kepada ummat ini saja”. (Syekh Khatib Al-Syirbini, Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifati Alfadz al-Minhaj, II/206).
Adapun dalam konteks umat Islam, haji itu diwajibkan kapan? Dijelaskan:
وَاخْتَلَفُوا مَتَى فُرِضَ، فَقِيلَ قَبْلَ الْهِجْرَةِ حَكَاهُ فِي النِّهَايَةِ وَالْمَشْهُورُ أَنَّهُ بَعْدَهَا وَعَلَيْهِ قِيلَ فُرِضَ فِي السُّنَّةِ الْخَامِسَةِ مِنْ الْهِجْرَةِ وَجَزَمَ بِهِ الرَّافِعِيُّ فِي الْكَلَامِ عَلَى أَنَّ الْحَجَّ عَلَى التَّرَاخِي. وَقِيلَ فِي السَّنَةِ السَّادِسَةِ وَصَحَّحَاهُ فِي كِتَابِ السِّيَرِ، وَنَقَلَهُ فِي الْمَجْمُوعِ عَنْ الْأَصْحَابِ وَهَذَا هُوَ الْمَشْهُورُ.
“Para ulama berbeda pendapat mengenai kapan diwajibkannya haji di syariatnya Nabi Muhammad SAW. Versi kitab Al-Nihayah, Haji diwajibkan sebelum Nabi SAW hijrah. Sedangkan menurut qaul al-masyhur, haji itu diwajibkan setelah nabi SAW hijrah.
Ada yang mengatakan pada tahun 5 Hijriah. Imam Al-Rafi’i condong ke pendapat yang mengatakan bahwasanya haji itu kewajibannya secara tarakhi (tidak harus segera dilaksanakan). Namun ada juga yang mengatakan tahun 6 hijriah, dan keduanya (Imam Al-Rafii dan Imam Al-Nawawi) mensahihkan pendapat ini dalam kitab al-siyar.
Dan Imam Al-Nawawi dalam majmu’nya juga mengutip pendapat ini, dan memang pendapat inilah yang masyhur”. ( Syekh Khatib Al-Syirbini, Al-Iqna fi Hall Alfadz Abi Syuja’ )
Demikianlah sekilas penjelasan mengenai sejarah haji. Semoga bermanfaat dan semoga kita diberi kesempatan untuk menunaikannya.