Keluarga Terduga Teroris Siyono Tuntut Keadilan

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mendatangi keluarga Siyono (34), terduga teroris yang meninggal dunia usai ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror pada Selasa (8/3) lalu.

Kedatangan Komnas HAM ke rumah Siyono di Dukuh Brengkungan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menyusul kabar simpang siur terkait kematian bapak lima anak itu. Kemudian, Komnas HAM mewakili keluarga almarhum, berencana untuk beraudiensi dengan DPR pada hari Senin (14/3) ini.

”Kita meminta rekomendasi untuk autopsi forensik, biar semuanya jelas,” ujar kuasa hukum dari almarhum keluarga Siyono, Sri Kalono.

Menurutnya, berdasarkan pengamatan dan rekaman video saat proses penggantian kain kafan, pihaknya menemukan kejanggalan pada kondisi jenazah almarhum Siyono. Menurutnya, kondisi tersebut mustahil karena perkelahian.

”Ada lebam pada kedua mata. Lebam biru kehitam-hitam pada pelipis. Jadi, pipi sebelah kanan sampai dahi bagian tengah,” katanya.

Kemudian juga pada bagian tulang hidung patah. Lalu, kepala bagian belakang saat pembukaan kain kafan masih meneteskan darah segar. Kedua kaki dari paha sampai ke mata kaki bengkak hitam. Tapi, kaki kiri telapak tidak hitam dan juga mau lepas.

Kini, pihak keluarga hanya ingin menuntut keadilan penyebab kematian ayah lima orang anak itu. Maka, pihaknya akan mengumpulkan data akurat. Salah satunya, dengan rekomendasi otopsi forensik.

 

sumber: Republika Online

Gerindra: Sistem Internal Densus 88 harus Diperbaiki

Ketua Fraksi Partai Gerindra di DPR RI, Ahmad Muzani menegaskan ada yang perlu diperbaiki dalam sistem yang ada di internal Detasemen Khusus 88 (Densus 88).

Hal ini mengingat banyak kasus salah tangkap serta pola penangkapan yang terkesan ceroboh. Seperti yang dilakukan saat penangkapan terduga teroris di Klaten.

“Karena itu mungkn perlu diperbaiki sistem di dalam Densus sehingga meminimalisir kecerobohan,” ujar Muzani di kompleks parlemen Senayan, Senin (14/3).

Muzani melanjutkan, semangat untuk memberantas terorisme menjadi harga mati. Sebab, terorisme menjadi aksi yang dapat menghancurkan seluruh sendi bangsa.

Untuk itulah negara membentuk Densus 88. Hal ini untuk meminimalisir aksi-aksi teroris yang dilakukan pihak yang tidak bertanggungjawab.

DPR juga mendukung langkah pemberantasan tindak pidana terorisme dengan rancangan Undang-Undang yang dihasilkan. Bahkan, kalau pemerintah sudah menganggap UU Terorisme sudah tidak relevan untuk pemberantasan saat ini, DPR siap untuk ikt membahas revisi UU Terorisme.

UU terorisme dapat memberikan kewenangan yang lebih besar untuk pemberantasan terorisme, namun, dibutuhkan profesionalitas dari Densus 88 dalam mengungkap terorisme ini.

“Kecermatan dan tindakan itu penting sehingga tidak boleh salah tangkap,” tegas anggota komisi I DPR RI dari Gerindra ini.

 

sumber: Republika Online

Mabes Polri: Siyono Meninggal Akibat Benturan Benda Tumpul di Kepala

Kepala Pusat Kedokteran Kesehatan (Dokkes) Mabes Polri Brigjen Arthur Tampi mengatakan terduga teroris Siyono (33) meninggal akibat benda tumpul. Hal tersebut diketahui setelah jenazah Siyono diperiksa oleh tim Labfor Mabes Polri yang menerima jenazah pada Jumat (11/3).

“Kiriman jenazah diantar Densus dari Yogyakarta. Kita langsung melakukan pemeriksaan,” kata dia, Senin (14/3), di Jakarta.

Arthur mengatakan telah melakukan pemeriksaan dengan melakukan scan pada bagian kepala korban. Saat itu, terlihat adanya luka memar dan pendarahan di rongga kepala bagian belakang. Ia meyakini penyebab kematian terduga teroris tersebut akibat benda tumpul.

“Di samping itu, hasil visum ada beberapa luka memar di wajah tangan dan kaki,” terang dia.

Namun Arthur menekankan penyebab kematian karena terjadi pendarahan bagian kepala belakang yang disebabkan benda tumpul.

Sebelumnya sekitar pukul 14.30, pada hari Kamis (10/3) lalu Tim Laboratarium Forensik Mabes Polri  telah melakukan visum di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Jogja terhadap anggota Polri yang berkelahi dengan Siyono.

“Ada luka memar leher kiri dan kanan. Luka gores pada lehan bawah kiri dan lengan bawah kanan,” kata dia.

Kronologis kematian Siyono menurut kepolisian karena melakukan perlawanan di dalam mobil. Saat itu dirinya yang telah ditutup wajahnya dengan topeng dan diikat borgol meminta dilepaskan dari benda itu.

Namun setelah dilepas ternyata Siyono memukul seorang anggota Polri. Sehingga anggota yang terkena pukul membalasnya dan akhirnya melakukan perkelahian di dalam mobil. Duel tersebut dilakukan satu lawan satu. Karena seorang anggota Polri lainnya, berada di depan kemudi.

Setelah melakukan perkelahian ternyata Siyono kalah dan pingsan. Anggota Polri pun sempat melakukan pertolongan menuju rumah sakit (RS) Bhayangkara Jogja. Namun akhirnya terduga teroris tersebut tak tertolong.

 

sumber: Republika Online

Tambah Anggaran untuk Densus 88, Desmond: Ngapain Kalau untuk Bunuh Rakyat!

Polri sebelumnya telah meminta tambahan anggaran sebesar Rp 1,9 triliun untuk Densus 88. Namun, pascaperistiwa tewasnya Siyono di tangan Densus di Klaten Sabtu (12/3) lalu, Komisi III menjadi ragu untuk menyetujuinya.

“Ini akan dipertimbangkan kami di Komisi III ke depan. Ini bukan bicara anggaran, tapi bicara ke hati-hatian,” kata Wakil Ketua Komisi III Fraksi Gerindra, Desmond Junaidi Mahesa, Senin (14/3).

Menurutnya, kalau Komisi III tetap mengucurkan anggaran sesuai dengan pengajuan Kapolri, itu akan percuma jika tidak ada perbaikan di tubuh Densus. Karena ini terkait uang rakyat, kata dia, jika tidak bisa memberikan penjelasan atas kejadian ini, tidak ada alasan untuk diberikan tambahan anggaran. Ia menilai Komisi III mesti tahu apakah ini kesalahan oknum atau kesalahan sistemik.

Ia mengaku heran, mengapa setiap orang yang berurusan sama teroris ini harus mati. Bukankah seharusnya cukup ditangkap kalau tidak melawan. Sehingga, Desmond beranggapan ada sesuatu yang tidak wajar. Mengapa orang yang tidak pakai senjata, harus dilumpuhkan. Oleh karena itu, Komisi III akan mengkaji kembali mengenai pengajuan tambahan Densus.

“Gerindra hati-hati menyikapinya. Kalau anggaran digunakan untuk membunuh rakyat, ngapain,” ujar dia.

Angota Komisi III Azis Syamsuddin, masih belum bisa bersikap apakah kasus Siyono ini bisa membuat Komisi III membatalkan tambahan anggaran untuk Densus. “Kita tunggu proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan,” ujar Azis dalam pesan singkatnya.

 

 

sumber:republika Online

Rasulullah Menyuruh Kita untuk Menangis

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah SAW bersabda, ”Wahai manusia, menangislah! Jika kalian tidak mampu menangis, pura-puralah kalian menangis. Karena sesungguhnya penduduk neraka akan menangis di neraka, hingga air mata tersebut seolah-olah terbentuk aliran sungai di wajah mereka.” (HR Abu Ya’la).

Secara simplisit, hadis di atas dapat ditafsirkan bahwa menangis di dunia lebih baik daripada menangis di neraka kelak. Menangis merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan ini, bahkan sering kita alami sendiri. Menangis adalah ekspresi seseorang yang menggambarkan suasana hatinya, bisa berupa ekspresi kesedihan ataupun kebahagiaan.

Lantas, menangis seperti apa yang disukai oleh Allah SWT dan memberikan manfaat kelak di akhirat? Tentu, menangis karena Allah dan untuk-Nya semata. Rasulullah SAW bersabda, ”Siapa saja yang berzikir kepada Allah kemudian mengalir air matanya hingga menetes ke tanah disebabkan oleh rasa takutnya kepada Allah, niscaya Allah tidak akan menyiksanya pada hari kiamat.” (HR al-Hakim).

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali menangis diidentikkan dengan sifat cengeng, rapuh, ataupun lebai. Orang menangis tak jarang dianggap sebagai orang yang lemah pribadi ataupun imannya. Padahal, menangis dalam Islam dapat diartikan sebagai proses ataupun bentuk penghayatan dan pendalaman ibadah yang sedang dilakukan.

Menangis semacam itulah yang sering dipraktikkan oleh para Nabi dan Rasul serta para ulama dalam mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Jika tangisan tumpah karena Allah, ia termasuk perbuatan mulia, sebagaimana sabda Rasul, ”Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.”

Apa itu? Rasulullah menyebutkan salah satunya adalah seseorang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan sunyi dan tiba-tiba meneteskan air mata. Artinya, menangis dalam kesunyian lebih memungkinkan timbulnya keikhlasan dalam diri.

Lain halnya ketika tangisan tumpah di tempat keramaian, atau ketika mendengarkan lagu cengeng, tentu saja tangisan tersebut tidak ditujukan kepada Allah SWT, melainkan lebih disebabkan oleh suasana sedih. Untuk itu, mari kita hiasi mata ini dengan tangisan mesra karena Allah. Tangisan yang akan membawa pada kebahagiaan di akhirat kelak.

 

Oleh Ali Rif’an

Perhiasan Dunia

Dunia adalah perhiasan (HR Muslim). Sesungguhnya kehidupan dunia itu merupakan kesenangan yang bersifat sementara (QS Ghafir [40]: 39), dan semua perhiasan serta kesenangan dunia itu memiliki karakter yang dapat melalaikan manusia (QS Al-Hadid [57]: 20). Karena itu, berhati-hati terhadap perhiasan dunia tersebut.

Akan tetapi, ada satu perhiasan dunia yang tidak akan melalaikan dan menjadi dambaan bagi semua insan, yaitu wanita salehah yang menjadi hiasan terbaik dunia (HR Muslim). Nah, mengapa wanita salehah disebut sebagai hiasan terbaik dunia?

Pertama, karena wanita yang salehah itu akan dapat mengantarkan kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada sesuatu yang dapat diambil manfaatnya oleh seorang mukmin setelah takwa kepada Allah yang lebih baik baginya dari seorang istri yang salehah. Jika suami memerintahkannya, ia menaatinya. Jika suami memandangnya, ia membahagiakannya. Jika suami bersumpah atas dirinya, ia memenuhi sumpahnya. Jika suami pergi, ia menjaga kehormatan dirinya dan harta suaminya.” (HR Ibnu Majah).

Kedua, wanita yang salehah akan dapat membantu meringankan dalam urusan dunia. Rasulullah SAW bersabda, “Hai Muadz, hati yang bersyukur, lisan yang berzikir, dan istri salehah yang akan membantumu dalam urusan dunia dan agamamu adalah amalan terbaik yang dilakukan manusia.” (HR Thabrani).

Ketiga, wanita yang salehah akan selalu mengingatkan kepada kehidupan akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Setelah turun ayat yang berisi penjelasan tentang emas dan perak, para sahabat bertanya-tanya, ‘Lalu, harta apakah yang seharusnya kita miliki?’ Umar berkata, ‘Aku akan memberitahukan kepada kalian mengenai hal itu.’ Lalu, beliau memacu untanya dengan cepat sehingga dapat menyusul Rasulullah SAW, sedangkan aku berada di belakangnya. Ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, harta apakah yang seharusnya kita miliki?’ Nabi SAW menjawab, ‘Hendaknya salah seorang di antara kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang berzikir, dan istri mukminah yang membantunya dalam merealisasikan urusan akhirat’.” (HR Ibnu Majah).

Keempat, wanita salehah merupakan anugerah terbaik dalam menyempurnakan agama. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa diberi anugerah oleh Allah seorang istri yang salehah, berarti Allah telah membantunya untuk mewujudkan separuh agamanya, maka hendaknya ia bertakwa kepada Allah pada separuh yang kedua.” (HR Hakim).

Semoga Allah membimbing kita para wanita agar menjadi wanita salehah sebagai perhiasan terbaik dunia yang dapat melahirkan generasi yang terbaik pula. Amin.

 

 

Oleh: Siti Mahmudah

Sumber: Republika Online

Bahkan untuk Wudhu, Rasulullah Melarang Boros

Suatu saat Rasulullah SAW menemui sahabat Sa’ad yang sedang berwudhu. Ia berwudhu dengan banyak menggunakan air. Melihat hal ini Rasulullah SAW menegurnya. ”Mengapa engkau berbuat boros, wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, ”Apakah dalam air juga ada pemborosan?”

”Ya, walaupun engkau berada di sungai maupun lautan,” jawab Nabi SAW. (HR Ahmad dan Ibnu Majah dari hadis Ibnu Umar). Rasulullah SAW melarang umatnya berbuat boros dalam segala hal, kendatipun itu untuk keperluan berwudhu. Meski, Rasulullah SAW tetap menyuruh umatnya untuk berwudhu secara sempurna.

Hal ini menunjukkan bahwa beliau sangat menganjurkan umatnya untuk efisien dalam hal apa pun. ”Sebaik-baik perkara adalah pertengahannya,” begitulah sabda Nabi SAW yang telah menjadi teladan dan panutan bagi umatnya.

Hampir semua kebajikan berada di tengah dua perangkap setan, yaitu berlebihan dan kekurangan. Ini dapat dicontohkan dari sifat pemaaf, antara marah dan pengecut; sifat dermawan, antara berlebihan dan kikir; dan efisiensi, antara boros dan kekurangan.

Sebuah perusahaan akan kolaps kalau tidak melakukan efisensi penggunaan dana. Sebuah organisasi akan bubar kalau tidak memperhatikan efisiensi dalam pengaturan anggotanya. Begitu pula dengan pribadi manusia, ia akan merana dan tidak dapat berkembang kalau tidak menerapkan prinsip efisiensi dalam dirinya.

Karena efisiensi jelas akan menghemat segala sesuatu, sehingga dapat digunakan untuk kebaikan orang lain. Sisa dana hasil efisiensi akan termanfaatkan, karenanya tak ada penghamburan harta di atas penderitaan orang lain.

Akhirnya, ia tidak kikir terhadap dirinya maupun orang lain. Allah SWT memuji orang-orang yang tidak boros dan tidak kikir. ”Dan orang-orang yang jika berinfak tidak boros dan tidak kikir, dan ia menempuh jalan di antara keduanya.” (QS Al-Furqan (25): 67).

Dalam tafsir al-Qurthubi disebutkan bahwa An-Nahhas telah berkata, ”Sebaik-baik penafsiran dalam ayat ini adalah barang siapa menggunakan hartanya tidak dalam ketaatan, maka termasuk berbuat boros (israf); dan barang siapa tidak menyumbang dalam ketaatan, maka ia termasuk berbuat kikir. Dan barangsiapa menggunakan hartanya untuk ketaatan itulah yang paling benar (qawam).”

Coba bayangkan kalau setiap orang mau melakukan efisiensi dengan cara yang paling sederhana, misalnya dengan tidak menggunakan lampu listrik pada siang hari, maka berapa kwh yang dapat dihemat dalam satu hari?

Dengan melakukan efisiensi di berbagai hal secara nasional, maka bangsa Indonesia akan mampu menghemat kekayaannya dan dapat berdiri dengan kekuatan sendiri. Kalau dengan tenaga dan kekuatan sendiri saja sudah mampu dan kuat, mengapa harus menggantungkan diri kepada bangsa lain?

Oleh Kholil Misbach

Darah Saudara Kalian Terus Mengalir, Masihkah Kalian Acuhkan Suriah?

Pertumpahan darah di Suriah terus terjadi hingga saat ini. Bertahun-tahun mereka hidup dalam ketakutan yang amat menyesakkan hati. Melihat darah yang terus mengalir membasahi negeri mereka tercinta.

Hari ini (22/3) darah itu kembali bertambah, sebanyak 530 orang tewas dalam 23 hari pertama gencatan senjata di Suriah. (Zaman Al Wasl)

Saudaraku, bisakah kalian bayangkan, jika yang terbunuh itu adalah anak-anak kita, Ibu kita atau Ayah kita. Bisakah kalian juga bayangkan, jika rumah kita dihancurkan, kebahagiaan kita diambil oleh orang-orang jahat, dan seluruh dunia bungkam dengan semua penindasan yang terjadi terhadap kita, apa yang kita rasakan? Sedih ?marah ?kecewa ?.

Saudaraku, itulah yang dirasakan oleh saudara kita di Suriah, mereka tersiksa karena penindasan yang dilakukan oleh kelompok Syi’ah, dan luka itu bertambah lebar, ketika saudara seiman mereka sendiri mengacuhkan mereka, jangankan mendo’akan, mengetahui bagaimana kondisi saudaranya di Suriah pun mungkin tidak.

Saudaraku, dulu saat utusan Rasulullah yang membawa surat berisikan ajakan masuk Islam kepada raja Heraklius dibunuh, Rasulullah sangat marah hingga Rasulullah mengerahkan seluruh pasukan untuk menyerang raja Heraklius atas pembunuhannya terhadap utusan Rasulullah, nyawa dibalas dengan nyawa.

Namun saat ini, ribuan kaum muslimin telah tewas di tangan kelompok Syi’ah, jasad mereka dibiarkan tercabik-cabik dan dimakan oleh anjing peliharaan mereka, sedangkan kaum Muslimin lainnya hanya diam dan menjadi penonton.

Saudaraku, antara kita dan kaum Muslimin Suriah ada sebuah ikatan yang sangat penting, ikatan yang tidak akan terhalangi oleh teritorial yang berbeda, ikatan yang tidak akan terhalangi oleh berbedanya kebudayaan. Ikatan itu adalah ikatan Aqidah.

Saat ini mereka sangat merindukan kita, merindukan saudara seakidah mereka mengulurkan tangan membantu mereka berdiri, mengusap air mata mereka, memeluk mereka dikala mereka ketakuatan.

Bahkan mereka senantiasa menyertakan kita disetiap do’a, mereka begitu mencintai kita dan berdo’a kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar apa yang terjadi di Suriah tidak terjadi di Indonesia.

Saudaraku, mereka mencintai kita karena Allah, masihkan pantas kita mengacuhkan mereka yang sangat mencintai kita?.

(Eka Aprila)

 

sumber: Bumi Syam

Menjaga Keseimbangan

Salah satu unsur terpenting dalam kehidupan dan sistem tata surya kita adalah keseimbangan. Tanpa adanya keseimbangan, sistem kehidupan dan tata surya akan hancur. Allah telah mengukur dan menciptakan alam semesta ini dengan tepat dan seimbang. ”…. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS Al-Mulk [67]: 3).

Demikian pula dengan penciptaan manusia. Allah menjadikan kita makhluk yang sempurna dan dalam struktur tubuh yang seimbang. ”Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.” (QS Al-Infithaar [82]: 6-8).

Konsep keseimbangan yang Allah ajarkan baik melalui sistem tata surya maupun dalam penciptaan kita, tiada lain adalah untuk diambil sebagai pelajaran. Secara individu, konsep keseimbangan yang diterapkan akan membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan.

Islam mendudukkan secara seimbang kepentingan duniawi dan ukhrawi. ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash [28]: 77). Tanpa keseimbangan, yang terjadi adalah kerusakan.

Dalam konteks kelestarian alam, Alquran dengan tegas memberikan peringatan bahwa akan ada dampak buruk jika lingkungan diabaikan dan dirusak. Di bagian lain, Alquran mengajarkan sebuah konsep pembangunan yang seimbang di mana pendayagunaan sumber daya alam, baik di daratan maupun di lautan harus memperhatikan kondisi lingkuangan sekitarnya.

Allah berfirman, ”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum [30]: 41). Marilah mulai menjaga keseimbangan dari diri kita.

Oleh Mulyana

Menegakkan Keadilan

Rasul-rasul diutus ke tengah kaumnya untuk menegakkan keadilan. Nabi Musa, misalnya, diutus Tuhan untuk membasmi kezaliman Firaun. Nabi Ibrahim diutus buat menegakkan keadilan terhadap Raja Namrud yang memperlakukan bangsa Babilonia sesuka hatinya.

Begitu pula Nabi Muhammad SAW. Nabi yang terakhir ini diutus ke bangsa Arab untuk menegakkan keadilan di tengah kezaliman dan kejahiliyahan bangsa Arab ketika itu.

Menurut ajaran Islam, keadilan berarti memberikan satu ketentuan (hukum) yang tidak menyimpang dari kebenaran. Berdasarkan pengertian umum, keadilan adalah bertindak sama atau serupa. Lawan dari keadilan adalah kezaliman. Seruan menegakkan keadilan harus terwujud di tengah masyarakat. Keadilan mesti ditegakkan dalam segala bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kehidupan politik.

Allah SWT berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang kuat menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu-bapak dan kaum kerabatmu.”(QS an-Nisa: 28).

Seorang ulama berkata, ”Keadilan sendi negara. Tidak akan kekal suatu kekuasaan tanpa menegakkan keadilan. Kalau tak ada hukum yang adil, maka orang akan hidup dalam anarki, tidak punya sandaran dan pegangan.”

Seorang ahli hikmah mengatakan, ”Keadilan seorang penguasa terhadap rakyatnya mestilah dengan empat perkara, yaitu dengan menempuh jalan yang mudah, meninggalkan cara yang sulit menyukarkan, menjauhkan kesewenang-wenangan, dan mematuhi kebenaran dalam perilakunya.”

Menegakkan keadilan harus dengan secara mutlak dan menyeluruh. Tidak karena sebab sesuatu, keadilan itu berubah fungsi. Jangan karena perbedaan kedudukan, golongan, dan keadaan sosial mengakibatkan perlakuan keadilan itu tidak sama.

Firman Allah SWT: ”Janganlah karena kebencian terhadap suatu kaum menyebabkan kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS al-Maidah: 8).

Dalam Islam kedudukan rakyat dan pemerintah adalah sama, karena ia merupakan pengokoh suatu masyarakat yang menginginkan kesempurnaan. Nabi Muhammad SAW pernah berkata kepada Usman bin Zaid bahwa kehancuran pemerintahan dahulu karena mereka menjalankan hukuman berat sebelah.

Mereka cuma memberi dan menjatuhkan hukuman terhadap rakyat kecil, sedangkan pencuri dari kalangan atas mereka diamkan saja dan biarkan terus. Tuntutan berbuat adil haruslah dimulai dari diri sendiri, rumah tangga, dan lingkungan.

Adil terhadap anak, misalnya, dengan memberikan nafkah, pendidikan, dan keperluan lainnya. Dalam menegakkan keadilan tidak saja disuruh hanya terhadap kawan, teman seperjuangan atau seprofesi. Terhadap lawan pun, keadilan harus tetap ditegakkan. Alquran menjelaskan: ”Tuhan memerintahkan kepada kamu untuk menegakkan keadilan dan kebaikan (ihsan).” (QS an-Nahl: 90).

 

Oleh Syahrum HH