Beredar di Medsos Remaja Lampung Shalat Buka Aurat

Beredarnya postingan di media sosial remaja yang berasal dari Metro saat memperagakan shalat dengan membuka aurat di sebuah masjid dinilai sangat melecehkan Syariat Islam. Kepolisian harus mengejar dan mengusut kasus penistaan agama Islam tersebut agar tidak meresahkan umat dan ormas Islam.

“Saya dan umat Islam menyesalkan postingan lima remaja tanggung tersebut shalat membuka aurat yang diperlihatkan kepada jutaan orang. Apapun alasannya itu pelecehan dan penistaan agama Islam, polisi harus mengejar dan mengusut kasus tersebut,” kata Imam Asyrofi, pengurus MUI Lampung kepada Republika, Ahad (24/7).

Menurut dia, pihak berwajib yakni polisi harus tegas dan cepat tanggap atas penghinaan yang dilakukan lima remaja tersebut dalam memperagakan ajaran syariat Islam yakni shalat dan lainnya. “Jangan biarkan, bukan tidak mungkin terjadi di tempat lain,” kata aktivis masjid tersebut.

Seorang facebooker, Rudi Hartanto memposting 12 foto tentang lima orang remaja yang diketahui berasal dari Metro, Lampung, sedang melecehkan beberapa Syariat Islam di sebuah masjid. Pemilik foto diketahui bernama Firman Abadi berasal dari Kota Metro, Lampung.

Dalam postingan fotonya, ia berfoto bersama teman-temannya menirukan gerakan shalat. Dua dari kelima remaja itu tidak mengenakan baju alias membuka aurat. Dalam postingannya juga, ada seorang yang berpose khatib yang tengah melakukan khutbah di mimbar masjid, namun dengan penampilan bertopi ala anak gaul. Lebih parah lagi, ada dua remaja hanya mengenakan celana dalam menenteng kota amal masjid.

Imam Asyrofi menilai tindakan lima remaja tersebut sangat naif dan meresahkan umat Islam sedunia. Kepada semua pihak, ia mengatakan seperti pesan Nabi Muhammad saw, barang siapa yang mengaku Muslim tak peduli dengan urusan umat Islam maka ia bukan golongan kami.

Menurut dia, kasus ini harus diungkap polisi sejelas-jelasnya agar tidak meresahkan umat, sebelum umat dan ormas Islam bergerak. Ia mengkhawatirkan kasus serupa akan terjadi lagi karena tidak ada tindakan nyata aparat berwajib.

 

sumber: Republika Online

Lima Pesan untuk Mualaf Agar Iman tak Goyah

Untuk jatuh cinta kepada Islam bukanlah perkara yang sulit. Terbukti, semakin banyak orang yang yakin dengan Islam dan memutuskan untuk bersyahadat.

Namun, tak sedikit pula para mualaf yang menemui kesulitan dalam mempertahankan keyakinan barunya terutama di kawasan minoritas Muslim.

Banyak mualaf yang mendapat diskriminasi atau penolakan hingga kesulitan dalam mengakses dan memahami informasi tentang Islam. Untuk itu, berikut lima hal yang perlu dilakukan para mualaf agar tetap pada keyakinan Islam di tengah banyaknya cobaan yang datang.

Pertama, beri waktu diri Anda untuk belajar. Jangan malas untuk terus menggali pengetahuan tentang agama Islam. Sebab, setan akan melakukan apa saja agar manusia terjerumus dan terperangkap dalam perbuatan dosa. Rancanglah jadwal dan target yang ingin dicapai ketika mempelajari cara beribadah dalam Islam. Tetap sabar karena semua ada prosesnya.

Kedua, hindari membandingkan diri Anda dengan orang lain. Perlu diakui, kita akan sangat mudah untuk melakukan perbandingan. Tapi yakinlah, membanding-bandingkan diri Anda dengan Muslim yang lahir dan tumbuh dari lingkungan Islam akan menyulitkan Anda untuk berkembang.

Jangan berkecil hati karena pengetahuan Anda soal Islam lebih rendah dari yang lain. Pengetahuan Anda yang lebih sedikit dari orang lain sangat bisa dimaklumi karena Anda masih dalam tahap belajar.

Ketiga, berperilakulah sewajarnya. Bagi mualaf yang tinggal di kawasan minoritas Muslim sangat disarankan untuk menjaga perilaku sewajar mungkin sesuai dengan adat istiadat yang dijunjung. Sebab, tidak semua orang memiliki pandangan yang sama dengan apa yang kita yakini.

Keempat, cukup sopan dalam berpakaian. Berhubung tidak semua orang bisa menerima apa yang kita lakukan, cukuplah berpakaian dengan sopan. Anda tidak perlu memakai atribut beribadah yang sangat mencolok atau dapat mencirikan Anda sebagai Muslim. Kenakan pakaian sesuai pada tempatnya.

Kelima, selalu shalat dan berdoa terutama saat dalam keraguan. Jangan pernah lalai dalam menjalankan ibadah terutama shalat lima waktu. Jika Anda berada di lingkungan minoritas Muslim disarankan untuk tidak shalat di depan umun. Lakukanlah shalat secara privasi.

 

sumber: Republika Online

7 Ciri Mukmin Sukses

Setiap Mukmin pasti berharap dapat meraih kesuksesan dalam hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagaimana doa yang selalu dipanjatkan. “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS al-Baqarah [2]: 201).

Dalam Alquran surah al-Mukminun [23] ayat pertama, Allah SWT memberikan kepastian dan jaminan kesuksesan hidup di dunia dan akhirat kepada orang-orang yang beriman (Mukmin). Seperti apa ciri-ciri orang Mukmin yang akan meraih kesuksesan hidup itu?

Pertama, khusyuk dalam shalat. Karena shalat yang khusyuk akan memberikan pengaruh dalam mencegah setiap perbuatan yang buruk. “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS al-Ankabut [29]: 45).

Kedua, menjaga perbuatan dan perkataan. Karena ia menyadari bahwa Allah sangat murka kepada orang yang mengatakan sesuatu tetapi ia sendiri tidak melakukannya (QS ash-Shaf [61]: 2-3), dan melarang seseorang menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan tetapi ia sendiri meninggalkannya (QS al-Baqarah [2]: 44).

Ketiga, menunaikan zakat. Zakat membersihkan jiwa dari sifat kikir. Kikir sebagai tabiat manusia (QS al-Ma’arij [70]: 19), yang dengannya ia diuji. Kikir adalah salah satu sifat yang dapat merusak kehidupan umat manusia. “Tiga hal yang akan merusak manusia: kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, dan manusia memandang hebat akan dirinya.” (HR Thabrani).

Keempat, menjaga kemaluan. Rasulullah SAW menegaskan, “Barang siapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan), dan yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan), maka aku akan menjaminnya masuk surga.” (Muttafaqun’alaih).

Kelima, memelihara amanah. Rasulullah SAW mengingatkan, kepada setiap Muslim agar selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya. “Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Keenam, menunaikan janji. Allah SWT berfirman, “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya…” (QS an-Nahl [16]: 91).

Ketujuh, menjaga shalat. Dalam konteks berharganya shalat, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barang siapa yang terlepas satu shalatnya, seolah-olah ia telah kehilangan seluruh keluarga dan hartanya.” (HR Ibnu Hibban). Semoga Allah membimbing kita agar menjadi orang Mukmin yang selalu menghiasi diri dengan ciri tersebut dan dapat meraih jaminan kesuksesan hidup. Amin.

 

Oleh: Imam Nur Suharno

sumber: Republika Online

Rasulullah, Nabi yang Pandai Memanjakan Istri

ASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia teladan. Dalam segala aspek. Dalam urusan rumah tangga sekalipun. Dalam banyak hadits digambarkan bahwa Rasulullah terbilang lelaki romantis dan pandai memanjakan istrinya. Sifat romantis dan lembut itulah yang membuat keutuhan rumah tangga Nabi terjaga dan abadi.

Ada empat sifat yang mesti kita teladani dari Rasulullah dalam hal berumah tangga. Perilaku yang dicontohkan Rasul ini ialah salah cara untuk mempertahankan keutuhan keluarga.

1. Rasulullah tidak Pernah Kasar dan Memukul Istrinya

Rasulullah merupakan manusia yang berakhlak mulia, lembut, dan tidak pernah menyinggung perasaan orang lain. Semasa hidupnya, Rasulullah tidak pernah menggunakan tangannya untuk memukul dan menampar orang, baik istrinya maupun pembantunya.

Hal ini sebagaimana yang disebutkan hadis riwayat Ibnu Majah:

Artinya, “Rasulullah tidak pernah memukul pembantu dan perempuan (istrinya). Tidak pernah dia memukul siapapun,” (HR Majah).

2. Makan Berdua Bersama Istri

Makan berdua termasuk salah satu cara menjaga dan mempertahankan kemesraan rumah tangga. Apalagi kedua pasangan tersebut makan satu piring dan satu gelas berdua. Rasulullah pernah mencontohkan perilaku ini, sebagaimana yang dikisahkan Aisyah:

“Saya minum air pada sebuah gelas dalam kondisi haid, kemudian saya menyerahkannya kepada Nabi. Tiba-tiba Nabi menaruh bibirnya persis di bekas tempat saya minum. Saat saya makan sepotong daging, kemudian saya serahkan sisanya kepada Nabi. Beliau juga menaruh bibirnya persis di bekas gigitan saya,” (HR Ibnu Hibban).

3. Mencium Istri

Kemesraan Rasul dengan istrinya juga dapat dilihat dari kebiasaan beliau mencium istrinya. Sebagaimana diketahui, ciuman memberikan kesan tersendiri bagi seorang perempuan. Karenanya, Rasul terbiasa untuk melakukan hal ini supaya hubungannya menjadi semakin mesra. Dalam Musnad Ishaq Ibn Rahaweh disebutkan:

“Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah SAW mencium sebagian istrinya, padahal beliau puasa.”

4. Memuji Istri

Perempuan mana yang tidak senang dipuji dan dimanja. Pujian memang sudah keniscayaan bagi perempuan. Karena pintu hati seorang perempuan adalah telinganya. Untuk memperkuat hubungan rumah tangga, Rasul pun tidak lupa melontari istri-istrinya dengan berbagai macam pujian. Inilah contoh pujian yang diberikan Nabi kepada Aisyah:

“Keutamaan Aisyah dibandingkan perempuan lain ialah seperti keutamaan tsarid (roti dicampur daging) di atas seluruh makanan,” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain).

Riwayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Rasulullah merupakan sosok lelaki romantis. Beliau sangat tahu bagaimana cara mempertahankan kemesraan keluarga. Cara yang dilakukan Nabi tersebut patut diteladani mereka yang sudah berkeluarga. Wallahu alam. [islampos]

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2309919/rasulullah-nabi-yang-pandai-memanjakan-istri#sthash.chnaZX81.dpuf

Siapkan Diri Hadapi 10 Kejutan Pasca Nikah (bag 2)

MENIKAH merupakan fase terpenting dalam hidup manusia. Di fase ini kita memilih seseorang untuk memulai hidup baru, terlepas dari orangtua dan berjuang untuk bertahan hidup bersama pasangan.

Setelah menikah, ada beberapa hal yang akan kita sadari, yang mungkin tidak terpikirkan sewaktu masih belum menikah, misalnya 10 hal berikut ini sebagaimana dilansir dari dailymoslem:

6. Pelajarang Tentang Ego

Setelah menikah, kamu juga akan belajar untuk selalu berkompromi dengan pasangan. Mengenai keputusan yang kamu ambil atau sesuatu yang kamu inginkan, kamu harus mempertimbangkannya juga dengan pendapat pasangan.

7. Tujuan Pernikahan

Sewaktu sebelum menikah, mungkin kamu pernah bertanya-tanya tentang tujuan pernikahan. Dan, kebanyakan orang masih juga bertanya-tanya tujuan pernikahan hingga hari pernikahannya tiba, hingga mereka menemukan jawabannya setelah menikah.

8. Ibu Mertua Ternyata Tidak Seseram Cerita Orang

Mungkin kita pernah mendengar cerita tentang ibu mertua yang sangat tidak bersahabat. Tapi, setelah menikah kamu akan tahu, ibu mertua juga manusia biasa yang bisa berteman dengan orang yang bersikap baik padanya. Mereka juga bisa menyayangi kamu seperti anaknya sendiri jika kamu menyayangi mereka seperti orangtuamu sendiri.

9. Berada Di Rumah Mertua atau Di Rumah Sendiri Akan Terasa Canggung

Bagaimanapun, kamu tetap akan merasa canggung berada di rumah mertua atau rumah orangtuamu. Siapa yang akan memasak? Siapa yang mencuci? Kalau memasak, boleh memakai bahan yang di kulkas atau beli sendiri? Semua akan terasa canggung. Tapi, kamu pasti akan merasakannya paling tidak beberapa hari atau minggu setelah menikah.

10. Pasangan Adalah Cermin Pribadi

Pada umumnya, orang akan cenderung menyukai atau jatuh cinta pada lawan jenis yang memiliki kemiripan sifat, atau bahkan mungkin wajah, dengan kita. Jadi, jangan heran kalau setelah menikah kamu ternyata banyak menemukan sifat pasangan yang kamu belum tahu, dan ternyata mirip dengan sifat-sifat kamu. []

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2310764/siapkan-diri-hadapi-10-kejutan-pasca-nikah-bag-2#sthash.fwR2G3tY.dpuf

Siapkan Diri Hadapi 10 Kejutan Pasca Nikah (bag 1)

MENIKAH merupakan fase terpenting dalam hidup manusia. Di fase ini kita memilih seseorang untuk memulai hidup baru, terlepas dari orangtua dan berjuang untuk bertahan hidup bersama pasangan.

Setelah menikah, ada beberapa hal yang akan kita sadari, yang mungkin tidak terpikirkan sewaktu masih belum menikah, misalnya 10 hal berikut ini sebagaimana dilansir dari dailymoslem:

1. Rumah Tangga Ternyata Tidak Seindah Dongeng

Cerita dongeng selalu berakhir pada pernikahan agung di istana, tapi tidak pernah menceritakan kisah selanjutnya setelah menikah. Kenapa? Ya, karena kehidupan setelah menikah sebenarnya tak seindah cerita dongeng. Ada banyak yang harus kita urus agar semua keperluan hidup bisa terpenuhi. Tapi, kita bisa kok membuatnya terasa menyenangkan dengan cinta yang kita miliki bersama pasangan.

2. Keluarga Di Rumah Ternyata Bisa Bikin Kangen

Saat sebelum menikah, mungkin kita pernah jengkel dengan orang-orang di rumah dan ingin segera menikah agar bisa pindah dari rumah. Tapi, setelah menikah baru kita akan menyadari ternyata suasana di rumah yang menyebalkan itu bisa juga membuat kita kangen.

3. Pelajaran Gotong Royong

Setelah menikah, kita akan belajar untuk bekerja sama dan bergotong royong dengan pasangan untuk mengurus segala sesuatu. Tidak ada lagi orangtua yang menyiapkan segala kebutuhan. Kita harus menyiapkan segala sesuatunya dengan bekerja sama dengan pasangan.

4. Pelajaran Saling Berbagi

Hidup berdua dengan pasangan juga akan mengajarkan kita untuk saling berbagi. Jika sewaktu lajang dulu kita selalu menghabiskan sendiri bonus yang kita dapatkan dari bos, setelah menikah kita akan merasa perlu untuk membaginya dengan pasangan.

5. Bedanya Kencan Sebelum Menikah dan Kencan Setelah Menikah

Saat sebelum menikah, mungkin kamu pernah deg-degan akan pergi dengan si dia, menunggu saat-saat akan bertemu dengannya. Tapi, setelah menikah kamu mungkin pergi ke luar rumah saat kalian berdua merasa bosan di rumah. Dan rasanya pasti akan jauh lebih indah daripada kencan sewaktu belum menikah.

[baca juga: Siapkan Diri Hadapi 10 Kejutan Pasca Nikah (bag 2)]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2310763/siapkan-diri-hadapi-10-kejutan-pasca-nikah-bag-1#sthash.5dLBJGoP.dpuf

Takut Menikah Karena Finansial? Jangan Panik!

SATU tujuan yang menjadi mimpi setiap orang adalah bersanding di pelaminan dengan pasangan idaman. Apalagi jika jumlah umur sudah semakin banyak, rasanya ada harap-harap cemas terus menggelayut dikepala setiap malam.

Namun tak bisa dipungkiri, bahwa selalu ada beberapa masalah krusial yang seringkali menerpa sebagian orang untuk menyegerakan berlayar dalam bahtera rumah tangga. Salah satunya adalah masalah dompet. Ya! Keuangan.

Masalah keuangan adalah salah satu faktor yang membuat banyak orang merasa takut membina rumah tangga dengan pasangan yang telah mereka agung-agungkan. Membiayai diri sendiri saja sudah jungkir balik apalagi membiayai anak dan istri?

Jangan panik dulu. Perkara rezeki sudah diatur oleh Allah. Tinggal bagaimana cara kita menjemputnya.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

 

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengayakan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nur: 32)

Ayat tersebut telah jelas menyatakan bahwa dengan menikah maka Allah akan membantu memberikan rezeki untuk anak dan istri. Percayalah bahwa perkara rezeki adalah hal yang sangat mudah bagi Allah. Menghidupkan orang mati saja Allah bisa, apalagi hanya memunculkan rezeki dari arah yang tak pernah sekalipun kita duga.

Jadi jangan pernah takut tak bisa mencukupi anak dan istri kelak. Istri dan anak mempunyai rezeki masing-masing, dan jika dikumpulkan maka akan menyatu dengan rezeki suami.

Kita hanya perlu berdoa, percaya dan lakukan ikhtiar semampu kita bisa. Ingat, bahwa Allah tak akan pernah merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut berusaha untuk mengubahnya. [dailymoslem]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2310772/takut-menikah-karena-finansial-jangan-panik#sthash.3GeQxj03.dpuf

Jangan Menikah! Jika Niatmu Seperti Ini…

PERLU diakui bahwa banyak diluar sana yang menikah dengan niat yang salah. Padahal menikah adalah untuk seumur hidup. Bukan hanya untuk satu atau dua hari saja. Jika niatnya sudah salah kuatkah kita menjalani pernikahan untuk kedepannya.

Ada tiga hal penting yang wajib dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk berlayar dalam bahtera rumah tangga dan sebelum ijab kabul dirapalkan. Yaitu niat mu menikah haruslah benar, harus karena Allah bukan karena tiga hal ini:

1. Menikah karena iri melihat teman-teman mu sudah mulai menikah

2. Menikah karena kamu sudah bosan dengan pertanyaan klise kapan mau menikah?

3. Menikah karena kamu merasa setelah menikah masalah mu akan hilang

Percayalah, jika niat mu adalah salah satu dari poin diatas, maka kebahagiaan pernikahan tak akan pernah kamu dapatkan. Kita semua setuju menikah adalah salah satu pembuka rezeki terhebat dan layaknya menyempurnakan separuh agama. Namun apakah kamu yakin bahwa pernikahan nanti akan membawa mu lebih dekat dengan ilahi?

Menikah seharusnya mampu membuat pasangan menjadi lebih saleh dan saleha. Lebih baik dari segala hal. Bukannya malah mengacaukan segalanya. Jadi, jangan tergesa-gesa menikah jika masih ada niat tak baik dalam pikiran. Luruskanlah niat mu, pilihlah pasangan yang tepat dan satukan visi dan misi dalam menjalani rumah tangga.

Memang benar, menyegerakan menikah bagi orang yang sudah siap dan mampu menjalani rumah tangga adalah suatu perbuatan yang baik. Menyegerakan disini tak berarti harus buru-buru, asal gandeng pasangan. Tapi ternyata tak maslahat dunia dan akhirat dan perceraian menjadi akhirnya. Kalau sudah begitu siapa yang rugi? Kita sendiri.

Jadi, tenanglah. Jodo, Pati, Cilaka kita sudah di tulis Allah dalam Lauhul mahfudz. Pilih pasangan yang mampu menuntun kita untuk terus berada di jalan Allah. Supaya nanti kita dipertemukan dalam surga-Nya yang agung. Amin. [dailymoslem]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2310766/jangan-menikah-jika-niatmu-seperti-ini#sthash.dvVJogEp.dpuf

Ternyata Penggunaan Sayyid Dianjurkan, ini Penjelasannya

Penggunaan kata Sayyid, yang bermakna tuan untuk Muhammad SAW, di luar ibadah, sangat dianjurkan. Bahkan para ulama sepakat, hendaknya menggunakan gelar sayyid ketika hendak menyebut nama Muhammad. Ini merujuk ke sejumlah hadis antara lain riwayat Muslim dari Abu Hurairah. Rasulullah sendiri secara langsung menyematkan gelar sayyid. “Aku adalah pemimpin (sayyid) dari anak Adam pada hari kiamat,”sabda Rasul.

Para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT, adalah manusia pilihan. Kedudukan mereka sangat terhormat dan mulia. Baik di sisi Sang Khaliq ataupun di hadapan segenap manusia. Maka, seyogianya penghormatan diberikan kepada para manusia utama tersebut. Para malaikat memuliakan Nabi Yahya AS dengan berbagai gelar dan julukan terpandang.

“Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” (QS. Ali Imran [3]: 39).

Demikian pula dengan Nabi Muhammad SAW. Penghormatan kepada pamungkas para nabi dan rasul tersebut, sangat ditekankan. Penegasan akan pentingnya penyebutan Muhammad dengan panggilan terhormat dan tidak lancang atau meremehkan Rasul ditegaskan dalam surah al-Hujurat ayat 1-3.

Bahkan, dalam surah an-Nur ayat 63, Allah melarang panggilan yang sama dan lazim seperti kebiasaan kebanyakan orang, terhadap Muhammad. “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).”

Salah satu bentuk pemulian itu, ialah dengan tidak memanggil nama ‘Muhammad’ tanpa disertai gelar atau julukan kemuliaan apapun. Kata sayyid yang berarti pemimpin merupakan satu dari sekian contoh gelar kehormatan tersebut.

Lalu, berangkat dari kesepakatan itu muncul pertanyaan apa hukum menambahkan kata sayyid itu ke dalam redaksi shalawat di tasyahud pertama dan kedua (shalawat Ibrahimiyyah)//, azan, iqamat, atauibadah-ibadah lain seperti doa dan shalawat lainnya? Topik ini pun menjadi bahan diskusi menarik di kalangan para ulama. Suara mereka terpecah. Ada pro dan kontra. Perbedaan ini pun masih termasuk persoalan khilafiyah. 

Lembaga Fatwa Mesir, Dar al-Ifta, berpendapat penyematan redaksisayyid dalam zikir atau ibadah lain seperti azan, iqamat atau tasyahud awal dan akhir, hukumnya boleh. Bahkan sangat dianjurkan. Lembaga yang pernah dipimpin oleh mufti agung, Syekh Ali Jumah itu menyatakan etika dan adab menghormati Rasul lebih dikedepankan daripada alasan mengikuti (al-itba’).

Lembaga yang resmi berpisah dari stuktural pemerintahan pada 2007 itu menyebutkan, Ali bin Abi Thalib pernah menolak permintaan Rasul untuk menghapus kata ‘Rasulullah’ dalam redaksi Perjanjian Hudaibiyah. Ini semata wujud penghormatan ke Muhammad SAW.

Opsi ini, menurut Dar al-Ifta, merupakan pandangan mayoritas ulama mazhab. Dari Mazhab Syafi’i, sejumlah nama setuju dengan opsi ini yaitu Jalaluddin al-Muhilli, as-Suyuthi, Ibnu Hajar al-Asqalani dan Syamsuddin ar-Ramli. Dalam kitab ad-Dur al-Mukhtaral-Hashkafi, seorang imam bermazhab Hanafi menyatakan hukumnya sunat dan lebih baik menyebutkannya. Selain al-Hashkafi, dari Mazhab Hanafi ada al-Halabi, ath-Thahawi, dan Ibnu Abidi.

Sedangkan di kalangan Mazhab Maliki, ada Ibn ‘Atha’ as-Sakandari, an-Nafrawi, al-Hithab, Ahmad Razuq, dan Imam as-Syaukani. Syekh Ahmad bin as-Shiddiq al-Ghumari al-Hasani, guna menguatkan bolehnya memakai kata  sayyid, menulis risalah khusus yang berjudulTasynif al-Adzan bi Adillati Istihbab as-Siyadah ‘Inda Dzikri Ismihi SAW fi as-Shalah wa al-Adzan wa al-Iqamati wa al-Adzan.

Di pengujung fatwanya, Lembaga yang kini digawangi Syekh Syauqi Ibrahim Abd el-Karim Allam itu mengimbau segenap umat agar menjaga adab saat menyebut nama Muhammad SAW. Penting pula mengajarkan kepada keluarga, anak, dan handai tolan untuk mencintai dan menghormati Rasul melalui panggilan yang pantas dan terhormat. Edukasi itu perlu  menyusul maraknya fitnah dan keserampangan pendapat di tengah-tengah masyarakat.

 

sumber: Republika Online

Haji Jadi Momen Perenungan Jati Diri

Ali Zawawi, staf khusus Menteri Agama, mengatakan ibadah haji memiliki hakekat yang sangat esensial. Ali menyatakan haji menjadi momen bagi umat Islam untuk memahami hakekatnya sebagai manusia.

“Dengan berdiam diri (wukuf) di Arafah, kita merenung untuk menemukan jatidiri atau hakekat diri kita,’’ kata Ali dalam acara ‘Pembekalan Petugas Media Center Haji 1437H/2016M’ di Kantor Kemenag, Jakarta, Rabu (20/7).

Wukuf di padang Arafah merupakan inti atau puncak dari pelaksanaan ibadah haji. Nabi Muhammad SAW, kata Ali, berpesan wukuf merupakan momen untuk membebaskan diri kita dari atribut-atribut keberhalaan dunia. 

Rasulullah mendeklarasikan hak asasi manusia bahwa setiap manusia sesungguhnya sederajat, tidak ada perbedaan antara orang Arab atau orang berkulit hitam. ‘’Pesan-pesan historis di sana tersebut yang perlu kita renungi,’’ katanya. ‘’Wukuf menjadi momen bagi kita untuk mengingatkan diri kita tentang kematian,’’tambah dia. 

Ali pun mengingatkan para jamaah haji Indonesia jangan sampai lupa memenuhi rukun haji. Jika sampai terlewat satu rukun saja, maka hajinya menjadi tidak sah. Adapun rukun haji yakni ihram, wukuf, tawaf ifadhah, sai, tahalul dan tertib.

Sementara, ibadah haji tetap sah jika tidak melakukan wajib haji. Namun, jamaah haji wajib membayar dam karena tidak melaksanakan wajib haji yakni ihram haji dari miqat, mabit di Muzdhalifah, mabit di Mina, melontar jumrah, menghindari perbuatan yang terlarang dalam keadaan berihram dan tawaf wada’.

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh jamaah haji adalah syarat haji. Ada lima syarat haji yakni Islam, baligh, berakal sehat, merdeka dan istita’ah (mampu). ‘’Istita’ah di sini mampu secara ekonomi dan fisik,’’ katanya. 

sumber: Republka Online