Shalat Kok Maksiat?

Bukankah shalat itu mencegah perbuatan maksiat  dan zalim? Seperti ditegaskan Allah SWT dalam Alquran Surah Al-Ankabut ayat 45, yang artinya, “Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan munkar.”

Namun, mengapa orang yang shalat kok masih berdusta? Shalat kok pemarah? Sholat kok ngerumpi? Shalat kok sombong? Shoalat kok buka aurat? Shalat kok mabuk? Shalat kok berzina?

Menurut Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin, bukan shalatnya yang salah, melainkan pelaku shalatnya yang salah. “Bukan shalatnya yg salah, tetapi pangamal shalatnya yang salah,” kataUstadz Arifin Ilham kepada Republika, Ahad (10/7).

Arifin menamhkan, orang yang shalat tapi maksiat, berarti  shalatnya masih lalai, belum faham bacaan dan makna bacaan shalat. Ia lalu mengutip Alquran Surah An-Nisa ayat 43, yang artinya,  “Janganlah kamu mendirikan shalat ketika engkau mabuk, hingga engkau faham apa yang engkau baca dalam shalat.”

Penyebab lainnya, kata Arifin,   adalah  alkuflu, yakni  hati belum hadir, belum sadar bahwa ia sedang menghadap Allah, Penguasa, Pemilik, Pengatur alam semesta. “Ia belum sadar bahwa ia ditatap Allah sehingga tidak ada getaran, kesenangan, kelezatan, kebahagiaan dan kedahsyatan shalat,” tutur Arifin.

Jadi, kata Arifin, orang shalat yang maksiat itu shalatnya seperti orang yang “mabuk”. Ia berkata dan berbuat tetapi tidak sadar apa yang dikatakan dan yang diperbuatnya.

Ia  takbir, berdiri, ruku’, sujud tetapi tidak sadar sedang shalat, bahkan sampai lupa sudah berapa rakaat shalatnya. “Shalat lalai inilah yang tidak membawa perubahan baik. Seperti dikemukakan Allah SWT dalam Surah Al-Ma’un ayat lima, ‘Celakalah orang orang yang shalat yang mereka lalai dalam shalatnya’,” tegas Arifin.

Berkaca pada Surah Al-Ma’un ayat 5 tersebut, kata Arifin, ada beberapa ciri orang yang lalai dalam shalatnya. Ciri-ciri tersebut antara lain,  shalatnya buru-buru ingin segera selesai, bacaannya tidak difahami, dan suka mengakhirkan waktu shalat.

Selain itu, kata Arifin, pakaian seadanya padahal ada yang bersih dan bagus, malas berjamaah ke masjid,  dan selesai shalat cepat-cepat pergi. “Karena itu,  mari kita pelajari syarat, rukun, bacaan, makna, keistimewaan dan rahasia shalat,”  ujarnya.

Selain itu, penting sekali membangun kesadaran diri bahwa shalatmerupakan momentum seorang hamba menghadap Sang Pencipta. “Sadarilah bahwa saat shalat, kita sedang berhadapan dengan Allah, Maha Penguasa alam semesta yang menatap dan tahu persis siapa kita.”

Inilah, kata Arifin,  yang disebut khusyu’. “Yakni memahami,  menghayati dan  menghadirkan Allah yang selalu menatap, mendengar kita. Lantas bagaimana mungkin bisa maksiat  ditatap-Nya, bagaimana bisa berdusta didengar-Nya. Pilihan kita hanya satu, yakni sungguh-sungguh taat kepada-Nya,” papar  Arifin.

Arifin mengutip firman Allah SWT,  “Allah memperhatikan engkau saat berdiri dalam sholat, ruku’ dan sujud, sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Asy-Syuaro: 218-220).

Arifin juga mengutip sebuah Hadits Qudsi,  ”Sesungguhnya Aku (Allah) hanya akan menerima shalat dari hamba yang dengan shalatnya itu dia merendahkan diri di hadapan-Ku. Dia tidak sombong kepada  makhluk-Ku yang lain. Dia tidak mengulangimaksiat kepada-Ku. Dia menyayangi orang-orang miskin dan orang-orang yang menderita. Aku akan muliakan shalat hamba itu dengan  kebesaran-Ku. Aku akan menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan memperkenankannya. Perumpamaan dia dengan  makhluk-Ku yang lain adalah seperti perumpamaan Firdaus di surga.”

 

sumber: Republika Online

Menag, Petugas Haji Harus Paham Seluruh Rangkaian Haji

Jakarta (Pinmas) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan agar petugas haji harus memahami seluruh rangkaian prosesi haji. Menag tidak ingin petugas haji hanya menguasai bidang tugas di mana ia berada di dalamnya,  tidak hanya penguasaan  tugas di mana pos-pos  atau unit kerja tertentu.

“Saya  ingin dan minta petugas haji juga untuk memahami seluruh rangkaian prosesi haji,  supaya kita tidak seperti Katak dalam tempurung, yang tahu hanya tugasnya sendiri, karena haji  adalah rangkain panjang,  pekerjaan sistemik, tidak parsial, sehingga harus memahami secara komprehensif,” demikian ditegaskan Menag saat memberikan arahan pada kegiatan Pengukuhan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi/Debarkasi Jakarta Bekasi 1437H/2016M, Pengukuhan Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jawa Barat, Meal Test Penerbangan Haji dan Pemantapan Petugas Kloter Provinsi Jawa Barat di Asrama Haji Bekasi, Selasa (19/7).

Menag mengilustrasikan seperti dalam permainan sepak bola, masing-masing (pemain) tahu desain strategi permainan itu. Semua anggota tim memahami betul, meski fungsinya beda, tapi tujuan (goal) nya tahu.

“Dengan 370 petugas haji (Jabar), tentu memerlukan koordinasi, dan penguasaan bagaimana prosesi haji ini berlangsung,” ujar Menag.

Hadir dalam acara tersebut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Walikota Ahmad Syaikhu, Kakanwil Kemenag Jabar A. Bukhori, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Ahda Barori.

Dikatakan Menag, petugas haji itu, dalam persepsi jamaah, adalah seseorang yang  dipastikan mengerti persoalan tentang haji, itu yang ada dalam pikiran jamaah. Menurutnya, petugas haji adalah narasumber dan tempat rujukan jamaah untuk menjelaskan hal ikhwal terkait haji.

“Kita harus memahami betul persoalan haji,  setidaknya  untuk sendiri paham, sehingga bila ada jamaah yang bertanya bisa memberikan jawaban yang baik. Jangan sampai mengecewakan jamaah karena ketidaktahuan kita,” tandas Menag.

Selain harus memberikan memberikan yang terbaik bagi jamaah, juga harus mengetahui persolan haji. Menag menekankan, bahwa petugas haji  juga adalah duta bangsa.

“Setiap kita, di setiap seragam ada identitas nama bangsa, ada bendera merah putih. Walhasil, di Tanah Suci  nanti, dunia melihat bahwa kita adalah petugas haji Indonesia, yang membawa nama besar Indonesia, duta bangsa di negara orang,” tutur Menag.

“Jadilah duta bangsa yang baik, jagalah dalam bertindak, bertutur kata, di negara dengan budaya, norma dan tradisi yang berbeda dengan kita. Saya ingin tekankan, sebagai petugas harus menjadi acuan bagi jamaah haji kita dalam hal membawa nama baik bangsa,” ujar Menag.(dm/dm).

 

sumber: Portal Kemenag RI

Larangan Tajassus, Mencari-Cari Kesalahan Orang Lain

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah Ta’ala, salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikutnya yang teguh menjalankan sunah-sunahnya.

Islam merupakan agama yang sempurna dan sangat menghormati hak dalam bersaudara antara sesama manusia. Karena itu, Islam sangat menjamin hak-hak setiap individu maupun masyarakat dan melarang perbuatan yang menyerempet kepada hak-hak pribadi maupun aib dari setiap manusia. Salah satu perbuatan atau sikap yang buruk adalah tajassus. Apa itu tajassus? Tahukah kalian apa itu tajassus? Mari kita simak sedikit demi sedikit.

Pengertian Tajassus

Tajassus kalau dalam istilah kita dinamakan dengan memata-matai (spionase) atau mengorek-orek berita. Sehingga dalam lingkungan pesantren kata itu sering kali digunakan dan menyebutnya sebagai ‘jaasuus’ atau mata-mata.

Namun dalam kamus literatur bahasa Arab, misalnya kamus Lisan al-‘Arab karangan Imam Ibnu Manzhur, tajassus berarti “bahatsa ‘anhu wa fahasha” yaitu mencari berita atau menyelidikinya.[1]

Sementara dalam kamus karangan orang Indonesia, misalnya dalam kamus Al-Bishri, tajassus berasal dari kata “jassa-yajussu-jassan” kemudian berimbuhan huruf ta di awal kalimat dan di-tasydid huruf sin-nya maka menjadi kata “tajassasa-yatajassasu-tajassusan” yang berarti menyelidiki atau memata-matai.[2]

Dari pengertian tersebut, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa tajassus adalah mencari-cari kesalahan orang lain dengan menyelidikinya atau memata-matai. Dan sikap tajassus ini termasuk sikap yang dilarang dalam Alquran maupun hadis.

Larangan Bersikap Tajassus

Larangan dari Alquran

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (Al-Hujurat : 12)

Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala melarang kita untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Entah itu dengan kita menyelidikinya secara langsung atau dengan bertanya kepada temannya. Tajassus biasanya merupakan kelanjutan dari prasangka buruk sebagaimana yang Allah Ta’ala larang dalam beberapa kalimat sebelum pelarangan sikap tajassus.

Larangan dari hadis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

 

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.”[3]

Perkataan Ulama Salaf tentang Tajassus

Amirul Mukminin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata,

(( ولا تظنَّنَّ بكلمة خرجت من أخيك المؤمن إلاَّ خيراً، وأنت تجد لها في الخير مَحملاً ))

“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”[4]

Syekh Abu Bakar bin Jabir al-Jazairi rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ke 12 dari surat Al-Hujurat, “haram mencari kesalahan dan menyelidiki aib-aib kaum muslimin dan menyebarkannya serta menelitinya”[5].

Syekh As-Sa’di rahimahullah berkata, “janganlah kalian meneliti aurat (aib) kaum muslimin dan janganlah kalian menyelidikinya.”[6]

Murid dari Syaikh as-Sa’di yaitu Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah juga berkata, “tajassus yaitu mencari aib-aib orang lain atau menyelidiki kejelekan saudaranya”[7].

Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh juga menuturkan ketika menafsirkan ayat di atas sebagai berikut, “maksudnya adalah atas sebagian kalian. Kata ‘tajassus’ lebih sering digunakan untuk suatu kejahatan. Sedangkan kata ‘tahassus’ seringkali digunakan untuk hal yang baik. Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala, yang menceritakan tentang nabi Ya’qub ‘alaihissalam, di mana Dia berfirman dalam surat Yusuf ayat 87.

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ

(Ya’qub berkata) “Wahai anak-anakku, pergilah kalian, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya…” (QS. Yusuf: 87)

Namun terkadang kedua kata tersebut digunakan untuk menunjukkan hal yang buruk, sebagaimana ditegaskan dalam hadis sahih di atas.”[8]

Imam Abu Hatim al-Busti rahimahullah berkata, “tajassus adalah cabang dari kemunafikan, sebagaimana sebaliknya prasangka yang baik merupakan cabang dari keimanan. Orang yang berakal akan berprasangka baik kepada saudaranya, dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang yang bodoh akan selalu berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya menderita.”[9]

Nasihat Bagi Yang Suka Mencari Kesalahan Orang Lain

Cukuplah buat kita sebuah untaian perkataan seorang imam yaitu Imam Abu Hatim bin Hibban Al-Busthi berkata dalam sebuah kitabnya yang dikutip oleh Syekh Abdul Muhsin bin Hamd al-‘Abbad al-Badr dalam tulisannya sebagai berikut, ”Orang yang berakal wajib mencari keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan tajassus dan senantiasa sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya. Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya.”[10]

Semoga kita senantiasa dimudahkan oleh Allah dalam berakhlak karimah dan menjauhi sifat-sifat buruk dan sikap  yang merugikan diri kita sendiri. Amiin.

Sumber: https://muslim.or.id/19535-larangan-tajassus-mencari-cari-kesalahan-orang-lain.html

Berhentilah Menilai Orang Lain

Dua murid sekolah dasar itu dihukum oleh kepala sekolahnya gara-gara mengisi sendiri nilai buku raportnya dengan angka yang semuanya bagus dan mengisi buku raport teman sekelasnya dengan angka tidak sebagus milik mereka berdua. Sedang buku raport milik teman sekelas yang selalu berbeda pendapat dengan mereka semuanya diisi nilai merah alias jelek.

Permasalahan pokoknya sesungguhnya bukan karena ketidakadilan mereka menilai diri dan orang lain, walau itu juga adalah masalah yang tidak kecil. Masalah pokok terbesarnya adalah karena mereka berdua adalah murid sebagaimana teman-temannya yang lain juga murid. Sementara menurut peraturan yang sudah paten adalah bahwa yang berhak memberikan penilaian dan menuliskannya di buku raport adalah guru wali kelas.

Menurut para pembaca status ini, sanksi apa yang kira-kira pantas diberikan kepada kedua murid tadi? Apa kira-kira pandangan banyak orang berakal sehat atas perilaku mereka? Pasti akan banyak yang menilainya tak waras, tak adil, tak sopan, tak becus dan semacamnya. Paling ringannya mungkin pemakluman bahwa wajar saja karena mereka masih anak-anak kecil yang belum bisa berfikir dewasa.

Saudaraku dan sahabatku, kita sebagai sesama hamba Allah janganlah terbiasa menilai orang lain dengan penilaian sesat, kafir, kesasar dan ahli neraka. Yang mengetahui hakikat keberagamaan dan pengabdian seseorang itu adalah Allah. Kita tahunya hanyalah dhahirnya saja. Tak semua yang membeli minuman keras itu adalah pemabuk, bisa jadi minuman itu dibuang semua, dibelinya hanya agar tak ada yang membeli dan mabuk-mabukan di daerahnya.

Marilah kita rajin muhasabah, menilai diri kita sendiri. Itulah tugas kita. Berhentilah menilai orang lain agar tak dihukum oleh “Kepala Sekolah”. Tak usah kita sibuk dengan aib dan kekurangan orang lain, kecuali kalau kita beragama hanyalah karena motif duniawi.

 

KH Ahmad Imam Mawardi

sumber: Inilah.com

Shalat Masbuk Sibuk Facebook

Tema ini menyindir kami pribadi karena terkadang mungkin kita disibukkan dengan urusan dunia, urusan pekerjaan, urusan keluarga atau yang menjadi fenomena akhir-akhir ini sibuk bermain facebook dan internet dunia maya. Sehingga kita lalai shalat berjamaah tepat waktu dan sering ketinggalan takbir pertama. Padahal jika atasan atau mungkin presiden yang memanggil kita segera memenuhi panggilan tersebut, namun jika panggilan adzan?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,                                                                                  

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا

إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ

 

“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[1]

 

Ulama mengatakan bahwa salah satu cara agar bersemangat beramal adalah melihat bagaimana amal dan semangat para salafus shalih Yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kita. Berikut bagaimana teladan mereka,

Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullahu Berkata,

قَالَ وَكِيْعُ بنُ الجَرَّاحِ: كَانَ الأَعْمَشُ قَرِيْباً مِنْ سَبْعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفُتْهُ التَّكْبِيْرَةُ الأُوْلَى.

“Al-A’masy  ketika mendekati umur 70 tahun namun tidak pernah tertinggal takbir pertama [takbiratul ihram shalat berjamaah].”[2]

 

Muhammad bin Sama’ah rahimahullahu berkata,

عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوما واحدا ماتت فيه أمي ففاتتني صلاة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صلاة أريد بذلك التضعيف

 

“Saya tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika Ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah, kemudian saya shalat sebanyak 25 kali karena menginginkan dilipatgandakan [pahala]…”[3]

 

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullahu,

ما نودي بالصلاة من أربعين سنة إلا وسعيد في المسجد

 

“Tidaklah diseru panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid”[4]

 

Berkata Asy-Sya’bi rahimahullahu,

ما أقيمت الصلاة منذ أسلمت الا وأنا على وضوء

 

“tidaklah diiqamati shalat sejak aku masuk Islam melainkan aku masih dalam keadaan mempunyai wudhu [masih suci].”[5]

 

Dan jika kita datang cepat ketika shalat berjamaah maka kita bisa mendapat banyak kebaikan seperti sempat shalat rawatib qabliyah dan bisa berdoa di antaran adzan dan iqamat di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).[6]

Jadi mari kita “berhenti beraktifitas ketika adzan berkumandang”. Semoga Allah memudahkan kita dan membantu kita dalam beribadah, semoga kami pribadi bisa menjalankannya. amin

 

wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

 

 

 

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

Istighfar dan Dzikir VS Facebook dan Twitter

Kami sempat terkesima mendengar kata-kata ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullahsaat memotivasi tentang istighfar, beliau berkata,

“ Istighfar kita yang naik ke langit mencegah turunnya musibah ke bumi”

Ini membuat kami sedikit merenung mengenai diri kami. Dan kami mencoba untuk membaginya.

 

Fenomena jejaring sosial

Ternyata kami sangat jauh penerapannya. Setelah dipikir-pikir ada satu yang menjadi penyebabnya yaitu maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, google+ dn lain-lain. inilah membuat kami lalai dan sangat jauh dari kebiasaan orang-orang shalih dan ulama yaitu beristighfar dimanapun, kapanpun [tentu bukan di WC, toilet dll]., mengucapkan “astagfirullah”,” Allahummagfirli” disela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.

 

Para salaf mencuri waktu untuk beristighfar

Jika mengingat pesan para salaf [pendahulu] kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka, Luqman ‘alaihis salam bepesan kepada anaknya,

يَا بُنِيَّ عَوِّدْ لِسَانَكَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، فَإِنَّ لِلَّهِ سَاعَاتٍ لَا يَرُدَّ فِيهَا سَائِلًا

“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: [اللهم اغفر لي ] “Allhummafirli”, karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”

 

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

أَكْثِرُوا مِنَ الِاسْتِغْفَارِ فِي بُيُوتِكُمْ، وَعَلَى مَوَائِدِكُمْ، وَفِي طُرُقِكُمْ، وَفِي أَسْوَاقِكُمْ،

وَفِي مَجَالِسِكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ، فَإِنَّكُمْ مَا تَدْرُونَ مَتَى تَنْزِلُ الْمَغْفِرَةُ

”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis kalian di manapun kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala”. [Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H]

 

Belum lagi kisah imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal. Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian [saat itu belum ada pengeras suara, maka ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara]. Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala. Subhanallah, sangat jauh dari kita.

 

Bijak dalam menyikapi jejaring sosial

Kami baru teradar bahwa facebook dan jejaring sosial menjadi penggantinya. Mungkin seperti ini rutinitasnya:

-Setelah sholat subuh langsung buka laptop kemudian login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam [padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau main-main],

-Kemudian di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan, membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting

-sore hari setelah istirahat juga langsung buka facebook lagi, mencari-cari berita terbaru dari link-link yang ada, awalnya berniat membuka link-link bermanfaat, akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau akhirnya terlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran akhirnya terlalu mengikuti dan lalai. Padahal jika mendengar kasus-kasus tersebut kebanyakan kita sakit hati dengan kasus-kasus korupsi, ketidakadilan hukum dan kriminalitas yang telalu bebas disiarkan.

-magribnya juga terkadang ada saja yang buka update status

-kemudian ba’da isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah melakukan ini dan itu.

 

Jika seperti ini, kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat dan beramal. Memang berniat menuntut ilmu di dunia maya, tetapi menuntut ilmu didunia nyata waktunya harus lebih banyak, jelas berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu. Memang berniat berdakwah didunia maya, tetapi berdakwah didunia nyata porsinya harus lebih besar, kepada orang tua, kerabat dan lain-lain.

Terkadang Ada ikhwan/akhwat yang terkesan sangat shalih dan alim di facebook, sangat sering update status agama, sangat sering berbicara agama, memberi link-link tentang sholat malam, tentang menuntut ilmu padahal didunia nyata ia malah jarang atau tidak menerapkannya. Tetapi kita perlu husnudzon juga, karena ada ikhwan/akhwat yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan dagang via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut.

Jauh sebelumnya para ustadz sudah memberi peringatan tentang hal ini. kita lihatlah pada para ustadz yang punya akun facebook, mereka lebih sibuk menuntut ilmu dan berdakwah didunia nyata.

 

Terkadang lebih baik HP tidak ada jaringan internetnya

Terkadang mungkin ini lebih baik jika tidak terlalu perlu misalnya untuk bisnis dan perdagangan. HP yang mudah dibawa kemana-mana menyebabkan kita dengan mudahnya membuka jejaring sosial seperti facebook. Sehingga sela-sela waktu malah kita gunakan untuk buka facebook, update status dan comment. Padahal hal itu kurang terlalu penting. Misalnya,

Saat pecah ban motor, update status via blackberry:

“ban motor pecah dijalan ini, bersama @fulan, Alhamdulillah dekat ama tambal ban”

 

Kemudian menunggu ada yang comment dan saling balas-balasan.

Memang ini adalah hal yang mubah, akan tetapi alangkah baiknya jika ketika menunggu kita gunakan untuk beristighfar dan berdzikir. Merenungkan apa dosa kita dan kesalahan kita hari ini sampai ban motor bisa pecah sehinga manghambat perjalanan.

Ketahuilah, semua musibah, kesusahan dan kesedihan sekecil apapun itu adalah akibat dosa kita karena kita lalai bertaubat dan beristighfar.

Mengenai ayat,

مَن يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan kejelekan, niscaya akan diberi pembalasan dengannya.” [An-Nisa’:123]

 

Berkata Qotadah rahimahullah,

لا يصيب رجلا خدشٌ ولا عثرةٌ إلا بذنب

“Tidaklah seseorang terkena goresan [ranting] atau tersandung melainkan akibat dosa yang ia perbuat”. [Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran 9/236 , Al-Qurthubi, Muassah Risalah, cet.1, 1420 H]

 

Jangan melalaikan dan meremehkan istighfar

Kita jangan meremehkan istighfar, karena sekedar lafaz yang terucap saja. karena dari istighfar inilah bermula hakikat penghambaan terhadap Allah, yaitu hati remuk-redam, bersedih mengingat mengakui dosa-dosa yang pernah diperbuat setiap harinya. Banyak ilmu dan amal yang belum kita ketahui, kemudian banyak ilmu yang sudah kita ketahui tidak kita amalkan, belum lagi maksiat yang kita lakukan. Kemudian berbelas-belas memohon ampun kepada Allah, memohon dikasihani, kemudian berjanji akan beramal kebaikan setelahnya untuk membalas dan menghapus dosa yang kita perbuat.

Demikianlah hakikat penghambaan, apakah kita beribadah sambil tertawa? Sambil bermain-main? Sambil bergembira ria? Tidak, tetapi hati yang tunduk, merendah, menangis dan berlinanglah air mata karena Allah.

Setelah itu barulah hati bergembira karena teringat janji Allah subhana ta’alamelalui lisan rasul-Nya,

عَيْنَانِ لاَ تَمُسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api Neraka: (pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, (kedua) mata yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah Subhanahu wata’ala.” [HR. At-Tirmidzi no. 1639, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 3829]

 

dan Hadits,

سبعةيظلّهم اللّه فى ظلّه يوم لاظلّ الاّظلّه

ورجل ذكراللّه خالياففاضت عليناه

“Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam naungan-Nya pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya sendiri”,….Orang yang mengingat pada Allah Subhanahu wata’ala di waktu keadaan sunyi lalu berlinanglah airmata dari kedua matanya.” [Muttafaq ‘alaih]

 

Karena menangis karena Allah tidak bisa dibuat-buat, kita tidak bisa menangis begitu saja tiba-tiba dalam keadaan sunyi [tanpa pengaruh musik meloncholis dan pengaruh karena menangis ramai-ramai seperti di Televisi]. Tidak akan bisa mengangis karena Allah tanpa proses mengakui kesalahan dan istighfar sebelumnya. Dan tangisan karena tidak bisa muncul kecuali dari hati hanif lagi menghamba.

Perlu diperhatikan juga bahwa sebaiknya tangisan karena Allah sebaiknya disembunyikan, jangan menampakan kesedihan bersama manusia sebagaimana kesalahan yang sering kita lihat ditelevisi. Oleh karena itu kita perlu memilih waktu yang tepat.

 

Istighfar membuat kehidupan menjadi mudah, terasa ringan berbagai ujian dan cobaan

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى

“dan hendaklah kamu meminta ampun [istighfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” [Hud:3]

 

Syaikh Muhammad Amin As-Syinqiti berkata menafsirkan ayat ini,

وَالظَّاهِرُ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَتَاعِ الْحَسَنِ: سَعَةُ الرِّزْقِ، وَرَغَدُ الْعَيْشِ، وَالْعَافِيَةُ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَّ الْمُرَادَ بِالْأَجَلِ الْمُسَمَّى: الْمَوْتُ

“Pendapat terkuat tentang yang dimaksud dengan kenikmatan adalah rizki yang melimpah, kehidupan yang lapang dan keselamatan didunia dan yang dimaksud dengan waktu yang ditentukan adalah kematian.” [Adhwa’ul Bayan 2/170, Darul Fikr, Libanon, 1415 H, Asy-Syamilah]

 

Kemudian istighfar juga membuat musibah tidak jadi turun, kemudian jika turun memudahkan kita menghadapinya, dan segera bisa menghilangkan musibah tersebut.

Imam Al-Qurthubi rahimahullah menukil dari Ibnu Shubaih dalam tafsirnya , bahwasanya ia berkata,

شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ الْفَقْرَ

فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا،

فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟

فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ” نُوحٍ”

”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentangkegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”,

yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”

yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Iamemberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”

Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”

Dan kamipun menganjurkan demikian kepada orang tersebut

Maka Hasan Al-Bashri menjawab:”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh [ayat 10-12].”[Jami’ Liahkamil Quran 18/302, Darul Kutub Al-Mishriyah, kairo, cet. Ke-2, 1348 H, Asy-Syamilah]

 

Jangan lalai juga berdzikir

Kita sepertinya lupa juga dengan anjuran berdzikir, padahal ini adalah perbuatan yang sangat mudah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). [HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694]

 

Kemudian balasannya serta pahala sangat besar, salah satu saja contohnya,

نْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

قَالَ مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ

وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحر.رواه البخاري و مسلم.

Artinya: “Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

“Subahnallah wa bihamdihi “di dalam sehari 100 kali, dihapuskan dosa-dosanya walaupun seperti buih dilautan”.[HR. Bukhari, no. 5926 dan Muslim, no. 4857]

 

Perhatikan, hanya sekitar 3-5 menit untuk membacanya 100 kali, dosa kita terhapus semuanya. Untuk facebook dan twiter ketika menunggu tembel ban misalnya, kita habiskan sampai 20 menit.

 

Terbukti, kuatnya pengaruh dzikir

Bagi yang sudah terbiasa berdzikir dan merasakan nikmatnya, maka ia adalah kebutuhan pokok seorang hamba dalam kehidupan sehari-hari. Ia adalah kekuatan yang memudahkan kita melaksanakan berbagai ketataan dan mejaga kita dari keburukuan. Seolah-olah ada yang kurang jika tidak berdzikir. Dan Dzikir pagi-petang sebagai tempat pengisiannya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah memaparkan bagimana pengaruh dzikir terhadap hamba berdasarkan pengamatannya langsung terhadap guru beliau syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,

أن الذكر يعطي الذاكر قوة، حتى إنه ليفعل مع الذكر

ما لم يظن فعله بدونه، وقد شاهدت من قوة شيخ الإسلام ابن تيمية في سننه وكلامه وإقدامه

وكتابه أمراً عجيباً، فكان يكتب في اليوم من التصنيف

ما يكتبه الناسخ في جمعه وأكثر، وقد شاهد العسكر من قوته في الحرب أمراً عظيماً

“Sesungguhnya bacaan dzikir memberikan kepada pelakunya kekuatan.sampai-sampai ia mampu melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan bila tanpa berdzikir. Sungguh saya menyaksikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam prilaku, ucapan, keberanian dan karya tulisnya sesuatu yang menakjubkan. Dahulu, beliau menulis buku dalam satu hari dimana orang lain menulisnya dalam satu minggu atau lebih. Dan para pasukan juga telah mengakui keberanian beliau dalam peperangan yang luar biasa.” [Al-Wabilus Shayyib min Kalamith Thayyib hal. 77, Darul Hadits, kairo, cet. Ke-3, Asy-Syamilah]

 

Hanya berdzikir mengingat Allah hati kita menjadi tenang, jika masih saja tidak tenang padahal sudah berdzikir, ketahuilah hati kita mungkin sedang sakit, sehingga perlu keseriusan dan terus menerus berdzikir.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [Ar-Ra’d: 28]

 

Hendaklah kita bijak menggunakan waktu kita yang sangat mahal, seorang ulama berkata kepada mereka yang sedang duduk-duduk [sekedar nongkrong] bahwa ia ingin sekali membeli waktunya. Belum lagi para ulama yang tidur sehari hanya sekitar empat jam saja. Karena tugas kita sangat banyak dalam dakwah maka jual mahallah terhadap waktu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. [HR. Bukhari no.6412]

 

Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

 

 

 

 

sumber:  https://muslimafiyah.com

Bagaimana Berinteraksi dengan Lawan Jenis di Dunia Nyata Maupun Maya

“Ustadz bagaimana cara kita menghadapi para akhwat di kampus ustadz, kalo praktikum ama kuliah kadang ketemu, kalau diskusi tutorial apalagi? Kita ga lihat mukanya ustadz? Atau ngomong sambil lihat bawah terus? Atau nengok ke atas terus? Atau bicaranya posisi bersampingan?

“ustadz di kampus banyak cewek-cewek  gaul dan penampilannya agak menggoda, awalnya sih ga tertarik karena yang kayak gitu ga cocok jadi istri, mana mau saya dapet istri cantiknya dinikmati orang banyak, tapi lama-lama lihat dia kok kayaknya orangnya enak diajak ngobrol ya, kadang agak keibuan juga? Kayak kalo jadi istri bisa dibina deh, gimana ya ustadz, cara menghadapinya?

“ustadzah, gimana nih, ada cowok temen kampus, temen penelitian, orangnya agak awam tentang agama, baik sih, bertanggung jawabnya dengan penelitiannya, dia juga anak band lho. Awalnya biasa aja sih sama dia, tapi kan sering ketemu bahas penelitian, awalnya ngobrol biasa, eh lama-lama dianya kadang curhat dan tanya-tanya pendapat saya, kadang saya cuekin tapi ga enak juga ditanyain pendapat ga dijawab, akhirnya dia makin sering sms. Awalnya saya jawab seadanya aja smsnya, kadang ga saya jawab. Alhamdulillah sudah dapet nasehat bahwa ini nanti bisa fitnah, akhirnya saya bilang ke cowok itu supaya jangan sms dan tanya pendapat saya, saya jelaskan baik-baik supaya ia jangan sms dan curhat dengan saya, cukup sms masalah penelitian aja. Sejak itu dia ga sms lagi, tapi ustadzah, kok malah saya yang agak galau ya, rasanya agak sepi ga ada sms dari dia lagi, kok saya mulai sering mikirin dia ya? Berandai-andai seandainya dia ga awam, udah “ngaji”, apakah saya mulai jatuh cinta ya ustadzah? Beginikah rasanya kena khamer asmara? Gimana cara menghadapinya ustadzah”

“ustadz tahu ga, di facebook ada istilah “penjahat ta’aruf” ama “ahlun nadzor”, itu tu ikhwan gadungan yang sering goda akhwat lewat inbox facebook. Ikhwan gadungan yang jadi “mendadak usatdz” karena sering udpate status agama dan nasehat, sering buat “note copas ”, tanpa cantumkan sumber, klo kita blok tulisannya trus, liat di google ternyata tulisan orang lain. Nah yang kayak gini sering cari temen akhwat, ikut komen, trus inbox dengan kata-kata halus dan memikat inbox akhwat ajak ta’aruf trus minta tukeran foto, kalo jelek menurut dia, ya sudah ditinggalin, makanya disebut “ahlun nadzor “ustadz, karena udah banyak yang akhwat yang digitukan”

“akhi, apa salahnya engkau hapus semua frendlist akhwat di akunmu? Kalau memang kamu ga kuat iman ya jangan!  Apalagi masih Jomblo, ga ada yang jagain dan awasi.”

“ukhti, jangan sekali-kali menerima pertemanan sama ikhwan, nanti terjerumus lho, mulai ada ikhwan gadungan di dunia maya, dunia maya sekarang lebih berat dari dunia nyata karena lebih tersembunyi dan hanya tiga yang tahu hubungan gelap itu, si ikhwan, si akhwat dan Allah.”

“idih, amit-amit tu akhwat, suami orang sering digangguin lewat facebook, ya kalo mau, tantangin tu ikhwan, berani memadu ga? Jangan maen belakang, kasihan istrinya khan”

“Subhanallah, ada istri kecanduan internet sama facebook, suaminya kerja mencari rezeki seharian, eh eh dia malah asyik facebookan ria ama laki-laki lain, dia senang banget ama pujian dan kata-kata manis laki-laki itu, curhat-curhatan. Memang sih suaminya sibuk, tapi kan bisa dikomunikasikan.”

 

Akibat dari interaksi laki-laki dan wanita yang sering bercampur-baur

Demikianlah sekelumit beberapa kasus yang mewakili kisah di dunia nyata dan di dunia maya, sebagai buah dari hasil interaksi yang tidak terbatas antara laki-laki dan wanita. Di tempat kita belum sepenuhnya terjadi pemisahan yang ideal interaksi laki-laki dan wanita yang sejatinya oleh syariat diatur agar terpisah semaksimal mungkin. Idealnya, kelas terpisah laki-laki dan wanita, kantor meminimalkan campur aduk dan interkasi wanita serta diberbagai tempat,kemudian para wanita yang lebih banyak dirumah serat jika keluar rumah menutup aurat dengan sempurna. Itulah idealnya, ini tidak aneh justru inilah idealnya dan sempurnanya pengaturan interaksi laki-laki dan wanita.

Inilah ajaran Islam yaitu membatasi seminimal mungkin interaksi antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram dan meminimalkan bercampur baur. Jangan katakan,

“ ini aneh! Bagaimana kok memisahkan antara laki-laki dan wanita, susah lho, bagaimana dong rumah sakit khusus laki-laki, kantor khusus wanita?,  Kan ada yang dikerjakan oleh wanita dan ada yang oleh laki-laki, Biasa aja kok kelas dicampur laki-laki dan wanita ”.

Maka kita katakan ini, tidak aneh, semua bisa diatur dan kita katakan adalah meminimalkan, bukan memisahkan sama sekali. konsep dan manhaj ini inilah yang terjadi pada Zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Konsep pada zaman keamasan Islam yang membawa Islam menguasi sepertiga dunia hanya dalam waktu 30 tahun, meruntuhkan dua imperium besar Romawi dan Persia. konsep yang meminimalkan ikhtilath/campur baur laki-laki dan wanita. Ini buktinya:

Para Sahabat radhiallahu ‘anhum saja, dengan keimanan mereka, ketika bertanya kepada Istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam –dengan keimanan mereka juga-, harus bertanya dibelakang hijab.

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعاً فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاء حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

Nah, bagaimana dengan kita yang keimanan kita di bawah keimanan mereka?

Begitu juga para wanita di zaman Zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menutup aurat mereka secara sempurna, maka tatkala turun ayat hijab mereka berjibab sempurna seperti gagak hitam (bukan berati hijab harus hitam saja). sebagaimana yang diceritakan oleh Ummu Salamahradhiallahu ‘anha, beliau berkata,

لما نزلت: يدنين عليهن من جلابيبهن خرج نساء الأنصار كأن علي رؤوسهن الغربان من الأكسية

Ketika turun firman Allah (yang artinya), “Hendaknya mereka (wanita-wanita beriman) mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” [Al-Ahzab :59]wanita-wanita Anshar keluar seolah-olah pada kepala mereka terdapat burung-burung gagak karena warna (warna hitam-red) kain-kain (mereka).”[1]

Begitu juga kisah Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu yang cemburu kalau istirnya yang berbelanja di pasar, karena pasar adalah tempat campur baur dan sulit dipisahkan. Ali bin Abi Thalibradhiallahu ‘anhu pernah mengirimkan surat kepada salah satu kota, untuk berbicara kepada para penduduknya. Ia menulis,

“بلغني أن نساءكم يزاحمن العلوج –أي الرجال الكفار من العجم – في الأسواق ألا تغارون؟ إنه لا خير فيمن لا يغار

“Telah sampai kepadaku kabar bahwa perempuan-perempuan kalian berdesak-desakan di pasar dengan orang-orang kafir non-arab!! Tidakkah kalian cemburu?! Sungguh tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya rasa cemburu”.

Mereka yang berpikiran liberal dan terpengaruh pola kehidupan barat tidak terima dengan hal ini, bagaimana bisa dipisah semua sendi kehidupan antara laki-lai dan wanita, sungguh aneh kata mereka. Tetapi justru kaum muslimin yang mengatakan “tidak aneh” kalau mereka menganggap ajaran ini aneh dan asing karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan jauh hari sebelumnya bahwa ajaran islam akan dianggap asing.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا. فطوبى للغرباء

Islam pada awalnya asing dan akan kembali asing kelak sebagaimana awalnya. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang (dianggap) asing” (HR. Muslim no.145)

Jika mereka katakan, lihat negara barat maju kok, laki-laki dan wanitanya dicampur. Maka kita katakan, kemajuaan orang kafir bukan semata-mata karena mereka hebat tetapi juga karena kelemahan kaum muslimin. Maka kita katakan juga, apakah Allah sang pencipta lebih mengetahui kebaikan mahluknya atau kalian?

Allah Ta’ala berfirman,

أَأَنتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللّهُ

“Apakah kamu lebih mengetahui ataukah Allah (yang lebih mengetahui)?” (Al-Baqarah: 140).

Maka solusi terbaik adalah meminimalkan ikhtilat dan mencegah khalwat laki-laki dan wanita. Lihat bagaiman akibatya merajalela perzinahan di dunia barat, zina dianggap biasa bahkan kebanggaan. Zina di jalan-jalan di tempat terbuka, punya anak sebelum menikah sudah biasa terjadi. Tidak heran suatu saat menjelang kiamta akan merajalela perzinahan “masuknya timba ke dalam sumur” di tempat-tempat umum dan jalan-jalan, sehingga orang yang paling baik di zaman itu adalah yang berkata, “coba kalian lakukan agak dipinggir sana”.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

إن من أشراط الساعة : أن يرفع العلم ويثبت الجهل ، ويشرب الخمر ، ويظهر الزنا

“Tanda-tanda datangnya kiamat diantaranya: Ilmu agama mulai hilang, dan kebodohan terhadap agama merajalela, banyak orang minum khamr, dan banyak orang yang berzina terang-terangan[2]

 

Berat menjaga hati di lingkungan yang bercampur baur laki-laki dan wanita

Inilah salah sumber perselingkuhan dan perzinahan, lebih-lebih di dunia kampus dan sekloah yang rata-rata penghuninya adalah mereka yang belum menikah dan kurang bisa menjaga pandangan. Kita sudah tahu bahwa kita diperintahkan menundukan pandangan, baik itu laki-laki. Allah Ta’alaberfirman,

قُلْلِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌبِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” (An Nur: 30)

Dan wanita juga menundukkan pandangan, Allah Ta’ala berfirman,

Allah subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَقُلْلِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (An-Nuur : 31)

Akan tetapi jiwa muda terkadang memberontak, terkadang mata tidak berkedip walaupun ia sudah tertunduk malu. Terakdang mata seolah melirik secara otomatis kepada dia yang sednag menyeberang jauh. Tidak heran karena, ia adalah kencendrungan hati terbesar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَاتَرَكْتُبَعْدِىفِتْنَةًأَضَرَّعَلَىالرِّجَالِمِنَالنِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) wanita.”[3]

Wanitapun demikian, ia saudara kandung laki-laki memiliki perasaan yang sama, memiliki kebutuhan yang sama, lebih-lebih ditambah buaian pujian dan janji angan-angan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنما النساء شقائق الرجال

“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.” [4]

 

Solusinya adalah meminimalkan ikhtilath dan mencegah khalwat

Hal ini sudah tercermin dalam ajaran Islam misalnya saja ketika shalat yaitu orang datang dengan tujuan beribadah dan khusyu’, maka dipisahkan antara shaf laki-laki dan wanita bahkan diberi hijab agar tidak bisa melihat satu dengan yang lain. Karena awal dari fitnah adalah pandangan. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ali,

يَاعَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ

“Wahai `Ali, Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak denganpandangan selanjutnya.” [5]

Begitu juga mencegah khalwat (berdua-duan laki-laki dengan wanita tanpa mahram). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لايخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما

“Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.”[6]

 

Solusinya gimana?

Bagaimana solusinya dengan keadaan lingkungan yang sekarang ini? Kantor campur-baur, sekolah campur-baur apalagi kampus?

Solusinya memang berat dan butuh perjuangan karena mau tidak mau, pasti kita bebas memandang, dan pandangan itu berat, berat dan berat. Tidak heran Karena Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

النظرإلى محاسن المرأة سهم من سهام إبليس مسموم,  فمن صرف بصره عنهارزقه الله تعالى عبادة يجد حلاوتها

“Memandang kecantikan seorang wanita adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang memalingkan pandangan  darinya, maka Allah akan memberikan di dalam hatinya sebuah kelezatan sampai pada hari Kiamat.”[7]

Maka kita bertakwa semampu kita,  Allah Ta’ala berfirman.

‏فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ‏.

 “Maka bertakwalah kalian kepada Allah sekuat kemampuan kalian.” (At-Taghabun: 16)

 

Misalnya di kehidupan kampus:

-bergaul dan berinteraksi secukupnya dan secukupnya dengan lawan jenis

-tidak banyak mengikuti kegiatan yang banyak bercampur-baur dengan lawan jenis

-jika terpaksa berbicara dengan lawan jenis usahakan “biasa saja” tidak tunduk terus atau lihat atas terus, agar orang awam tidak merasa tersinggung atau dianggap aneh/gila atau bahkan bisa lawan jenis menjadi Ge-Er. Sambil berusaha berdoa kepada Allah agar diberikan kemudahan dan keselamatan hati.

 

Fitnah dunia maya tidak kalah dahsyatnya!

Dunia maya baru berkembang pesat beberapa tahun ini seiring kemajuan komunikasi dan kemudahan akses internet. Melalui media sosial sekarang laki-laki dan wanita lebih mudah berinterkasi dan bergaul. Begitu banyak sarananya, facebook, twitter, e-mail, BBm dan SMS. Bahkan lebih dahsyat karena bisa dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan merasa lebih “aman”. Saling curhat, pendekatan hubungan gelap, perselingkuhan bahkan dilengkapi dengan kirim-kiriman foto dan video.

Padahal Islam sudah mengajarkan bagaimana cara berinteraksi, ya benar sama dengan dunia nyata yaitu meminimalkan campur baur dan meminimalkan kontak dan hubungan laki-laki dan wanita yang bukan mahram tanpa keperluan dan kepentingan.

 

Berikut beberapa solusi ringkasnya:

-hendaknya tidak menyimpan nomor Hape lawan jenis jika tidak ada kepentingan sama sekali, apalagi mencari diam-diam nomor hape wanita yang menjadi incarannya

-tidak perlu menjadi teman dalam akun. (beberapa ustadz berpendapat bahwa bagi wanita mutlak tidak boleh mempunyai teman akun laki-laki non-mahram karena mereka lebih lemah hatinya, sedangkan laki-laki jika yang mendapatkan beban dakwah, maka dia melihat mashalah lebih jika dia menerima pertamanan dengan wanita, maka mereka bisa mendapatkan manfaat dari dia melalui postingan dan tulisannya, kemudian dia juga bisa menjaga diri misalnya sudah mempunyai istri, maka laki-laki seperti ini tidak mengapa mempunyai teman akun wanita, wallahu a’lam.)

-tidak perlu memberi komentar kepada status atau twit lawan jenis non-mahram, seperti:

“Masya Allah, Ukhti tausyiahnya meneyntuh sekali, benar-benar lembut perkataannya”

“ya akhi, begitu indahnya nasehat ini, seandainya saya bisa mendapat nasehat seperti ini setiap hari”

 

-begitu juga dengan SMS dengan lawan jenis, apalgi pendekatan gelap berkedok agama:

“ukhti, nanti saya kasi majalah yang membahas tentang masalah ini”

“ukhti, jangan lupa shalat dhuha, nanti malam saya miscall buat shalat malam”

“ukhti, saya bisa bantu permasahan ukhti”

 

 Atau yang lebih parah:

“saya bisa ajarkan ukhti bahasa arab langsung di masjid”

“kebetulan saya bisa komputer, nanti saya instalkan programnya ke rumah ukhti”

 

-jangan pula sering membahas dan membicattakan lawan jenis, misalnya:

“ si fulanah cantiknya 8 tapi si fulanah lebih cantik lagi nilainya 8,5”

“si fulanah asalnya daerah A, sama dengan daerah antum”

“ada akhwat ngetop, akhwat kedokteran lho, katanya jadi asisten anatomi, dah lama ngaji, katanya sih banyak yang ngincer, namanya sampai universitas di pulau A …”

 

Demikian juga akhwat jangan sampai jihab dan cadar hanya sekedar chasing penutup, tetapi dibalik hijab dan cadar mulutnya sibuk membicarakan laki-laki dan menggosip laki-laki dari A-Z. Ya memang benar kata orang “wanita bermulut dua”. Jika laki-lkai berkumpul hanya membicarakan kecantikan wanita dan nama serta asalnya akan tetapi jika wanita yang kurang beriman berkumpul maka ia bahas laki-laki tersebut A-Z dengan berbagai sumber gosip (bigos).

Sampai-sampai para ikhwan berkata,

 

“Para akhwat lebih mengenal teman kita daripada kita mengenal teman kita sendiri”

 

Inilah pengakuanpara istri-istri, dan maraji’ yang paling shahih menyatakan demikian yaitu hadist kisah Ammu Zar’ dan Abu Zar’,

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ جَلَسَ إِحْدَى عَشْرَةَ امْرَأَةً فَتَعَاهَدْنَ وَتَعَاقَدْنَ أَنْ لاَ يَكْتُمْنَ مِنْ أَخْبَارِ أَزْوَاجِهِنَّ شَيْئًا

“Dari ‘Aisyah berkata bahwa Sebelas orang wanita berkumpul lalu mereka berjanji dan bersepakat untuk tidak menyembunyikan sedikitpun kabar tentang suami mereka.[8]

 

begitu juga dengan CP kajian ikhwan-akhwat. Ikhwan CP kajian leluasa bertanya-tanya dengan akhwat CP kajian. Padahal ia bisa bertanya dengan orang lain.  Sebaiknya CP kajian adalah ikhwan-akhwat yang sudah menikah. Atau jika tidak ada, sms melalui perantara mereka. Ingat saat kajian pandangan mungkin bisa dihijab, tetapi hati sulit dihijab dibalik Handphone atau facebook.

 

-hati-hati main contak melalui inbox facebook atau sms, terutama pada “ikhwan gadungan mendadak ustadz”. Misalnya rayuan:

“ukhti, anti sudah menikah belum? Atau sudah ada calon?”

“saya sedang merasa kesepian ukti, sepertinya hampa hidup ini, kayaknya ada yang kurang”

 

Atau yang parah, mengirim puisi atau kata-kata romantis,

“seandainya istri saya kelak semisal ukhti, pastilah terisi kehampaan hidup dengan mata air kebahagiaan”

“siapa yang tidak begetar hatinya, menerima sms dari ketikan tangan yang lemah-gemulai  yaa ukhti”

 

Ketahuilah ya ikhwan, akhwat itu cepat GR “Gede Rasa”, merasa diperhatikan oleh orang lain. Apalagi yang memperhatikan lawan jenis. Wanita itu makluk yang sangat manja dan sangat butuh perhatian tetapi jual mahal. Memalingkan mukanya tetapi hakikatnya sangat ingin menoleh. Mereka cepat GR karena memang hati mereka lemah, semisal kaca sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan wanita dengan kaca. Beliau bersabda,

رْفَقْ بِالْقَوارِيْرِ

“Lembutlah kepada kaca-kaca (maksudnya para wanita)”[9]

 

Demikianlah risalah yang ringkas ini.

wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam

 

 

Makalah Kajian Senin-Kamis Fakultas Kedokteran UGM: Bagaimana Berinteraksi Dengan Lawan Jenis Di Dunia Nyata Maupun Maya

Oleh: dr. Raehanul Bahraen

sumber: Muslimafiyah

10 Fitnah (Ujian) Agama di Facebook dan Dunia Maya

Facebook dan beberapa sosial media sudah menjadi kebutuhan pokok bagi sebagian orang. Bagi mereka sehari saja tidak membuka facebook seakan-akan ada yang kurang sekali dalam kehidupan. Alhamdulillah jika bijak, maka facebook dan media sosial bisa sangat bermanfaat bagi agama dan masyarakat.

Berikut 10 fitnah dan ujian agama yang sering terjadi bagi pengguna facebook:

 

1.Fitnah lawan jenis

Di facebook dan dunia maya orang-orang bebas berinteraksi dan bermuamalah. Bagi mereka yang peduli dengan batasan syariat maka mereka akan patuh dengan aturan syariat yaitu membatasi dan meminimalkan interaksi lawan jenis yang bukan mahram, berinteraksi jika ada keperluan yang mendesak saja. Nah di dunia nyata mungkin mereka akan malu dan tidak berani akan tetapi di dunia maya lebih mudah dan tersembunyi.

Fitnah tersebut bisa jadi virus merah jambu, panah cinta dan khamer asmara yang bisa membuat mengganggu pikiran dan agam seseorang. Fitnah yang lainnya lagi berupa perselingkuhan yang berujung perceraian dan kerusakan rumah tangga, belum lagi kita dengar berita seorang wanita yang diperkosa oleh teman facebooknya setelah janjian bertemu, dan berbagai kasus lainya.

Yang berkata mengenai bahaya fitnah lawan jenis bukan siapa-siapa tetapi Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang berkata, beliau bersabda,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) wanita.”[1]

Wanitapun demikian, ia saudara kandung laki-laki memiliki perasaan yang sama, memiliki kebutuhan yang sama, lebih-lebih ditambah buaian pujian dan janji angan-angan dari laki-laki.

Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إنما النساء شقائق الرجال

“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.” [2]

 

 

2.Fitnah gambar dan pandangan

Di facebok dan dunia maya, gambar-gambar begitu mudahnya didapati dan terlihat. Pandangan yang bisa memacu syahwat dan melemahkan hati dan iman. Misalnya di facebook ada gambar-gambar para wanita atau akhwat yang memajang foto mereka (entah asli atau sudah diedit), bagi laki-laki yang saat itu imannya tidak kuat, mereka bisa saja menikmati gambar tersebut, bagi yang sudah mempunyai istri maka mereka akan membanding-bandingkan sehingga tidak qanaah dan bersyukur dengan apa yang ada pada istri mereka bahkan rasa sayang bisa berubah menjadi sikap kasar.

Belum lagi gambar-gambat iklan di samping kanan facebook[3] yang gambar dan judulnya membuat laki-laki tergoda untuk membukanya dan memang hal itu disengaja agar meningkatkan kunjungan ke situs mereka.

Bahaya pandangan yang haram sudah diingatkan oleh syariat dan memang jika terkena hanya kenikmataan sesaat yang berujung penyesalan dan ketidaktenangan hati bagi mereka yang berjiwa hanif.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ali,

يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ

“Wahai `Ali, Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tapi tidak dengan pandangan selanjutnya.” [4]

Beliau juga bersabda,

النظر إلى محاسن المرأة سهم من سهام إبليس مسموم,  فمن صرف بصره عنها رزقه الله تعالى عبادة يجد حلاوتها

“Memandang kecantikan seorang wanita adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barangsiapa yang memalingkan pandangan  darinya, maka Allah akan memberikan di dalam hatinya sebuah kelezatan sampai pada hari Kiamat.”

 

3.Tidak amanah ilmiah

Alahmdulillah facebook dan media sosial lainnya di menjadi sarana berlomba-lomba menyebarkan kebaikan. Ada yang sering share status nasehat dan sharenote. Akan tetapi terkadang amanat ilmiah kurang diperhatikan dalam hal ini. Ada yang sering atau bahkan setiap hari membuat note tentang agama dengan cara copy-paste akan tetapi ia tidak mencantumkan sumbernya, atau ia sekedar komentar sedikit kemudian menisbatkan tulisan tersebut pada dirinya.

Hal ini bisa kita ketahui ketika ada seseorang yang kecewa ketika tulisan yang ia susun kemudian di posting dalam bentuk note oleh orang lain, kemudian yang membuat note mengaku bahwa ini adalah karyanya. Setelah ditelusuri dan dilacak, caranya dengan memblok satu paragraf tulisan yang ia contek kemudiankita paste di mesin pencari misalnya google. Maka akan keluar bahwanote yang ia buat tiap hari bersumber dari situs dan blog tertentu.

Ini adalah fitnah dalam agama, ujian yang lebih parah dari orang yang ingin dipuji manusia, riya’ dan sombong dengan ilmu agamanya, akan tetapi orang seperti ini –wal’iyadzu billah– ingin dipuji dan riya’ bukan karena ilmunya akan tetapi dengan membohongi.

Orang yang berilmu agama karena ingin dipuji manusia hukumannya keras di akhirat dan termasuk orang yang paling pertama diadili kemudian dicampakkan dalam api neraka.

Dari Abi Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ …وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

“Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah… Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.‘ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. “[5]

Jika mereka yang berilmu karena ingin dipuji saja seperti ini apalagi yang mengaku-ngaku berilmu membohongi dengan modal copy-paste tulisan orang lain?

 

 

4.Fenomena “Mendadak ustadz” dan “ustadz  google”

Awalnya mungkin bisa jadi niatnya tulus dan ikhlas ingin meyebarkan ilmu agam lewat facebook dan media sosial. Akhirnya beberapa orang awam menilai ia adalah seorang yang berilmu dan seorang ustadz yang bisa menjadi rujukan masalah agama. Padahal beberapa tulisan dan status yang ia buat awalnyacopy-paste. Ia tidak belajar ilmu ushul dan tidak mempunyai dasar ilmu agama yang kuat. Akan tetapi gelar “ustadz” yang disematkan pada dirinya serta pujian orang awam membuat ia lupa dan terfitnahlah agamanya.

“jazakallahu khair atas ilmunya ustadz”

“syukron ustadz”

“sangat bermanfaat ustadz”

 

Itulah komentar-komentar berupa pujian yang bisa menjadi fitnah bagi ririnya. Sehingga jika ada yang bertanya pada ia –dengan keterbatasan ilmunya- ia gengsi menjawab “tidak tahu”. Akan tetapi ia mencari jawabnanya di mesin pencari seperti google, kemudian baru ia berfatwa. Padahal jelas belum tentu rujukan yang ia dapat benar, belum tentu kesimpulan yang ia ambil benar dan belum tentu ia tahu ternyata ada pendapat lain dalam masalah tersebut.

Semoga kita dilindungi dari hal ini. Karena hal ini termasuk berkata-kata atas nama Allah tanpa Ilmu yang merupakan dosa terbesar bahkan dosanya di atas kesyirikan.

Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (Al A’raf [7] : 33)

 

 

5.Debat kusir masalah agama

Ini juga sering terjadi di dunia maya bagi mereka yang kurang berilmu dan kurang imannya. Berdebat baik masalah agama atau masalah dunia. Dunia maya adalah wadah yang aman bagi mereka yang berjiwa kerdil dan pengecut. Tekadang juga debat disertai kata-kata kasar dan tidak layak bahkan bisa sampai memvonis bid’ah dan sesat bahkan kafir. Hal ini membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat apalagi lawan debatnya adalah orang yang bodoh, maka bagaimanapun ia akan kalah dan tidak ada jalan keluar.

Sebaiknya hal ini dihindari dan langsung menutup diri atau keluar jika ada yang mulai mengajak. Karena sebagai seorang muslim niat kita adalah menasehati dengan cara yang baik. Jika diterima Alhamdulillah, jika tidak diterima maka ia masih saudara kita seagama yang berhak mendapatkan hak-hak persaudaraan bukan langsung dianggap musuh dan tiada ampun.

Hal ini sudah peringatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً

Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat) “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja””[6].

Imam Asy-Syafi rahimahullah berkata,

الْمِرَاءُ فِي الْعِلْمِ يُقَسِّي الْقُلُوبَ وَيُوَرِّثُ الضَّغَائِنَ .

“Berdebat dalam ilmu akan membuat keras hati dan mewariskan dendam.”

 

 

6.Kecanduan facebook dan membuang-buang waktu

Mungkin gambaran kecanduannya seperti ini:

  • Setelah sholat subuh langsung buka laptop kemudian login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam (padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau main-main)
  • Kemudian di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan, membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting
  • sore hari setelah istirahat juga langsung buka facebook lagi, mencari-cari berita terbaru dari link-link yang ada, awalnya berniat membuka link-link bermanfaat, akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau akhirnya terlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran akhirnya terlalu mengikuti dan lalai. Padahal jika mendengar kasus-kasus tersebut kebanyakan kita sakit hati dengan kasus-kasus korupsi, ketidakadilan hukum dan kriminalitas yang telalu bebas disiarkan.
  • magribnya juga terkadang ada saja yang buka update status
  • kemudian ba’da isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah melakukan ibadah ini dan itu, baru selsai buka puasa sunnah dan lain-lainnya.

 

Jika seperti ini, kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat dan beramal. Memang berniat menuntut ilmu di dunia maya, tetapi menuntut ilmu di dunia nyata waktunya harus lebih banyak, jelas berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu. Memang berniat berdakwah d idunia maya, tetapi  berdakwah d idunia nyata porsinya harus lebih besar, kepada orang tua, kerabat dan lain-lain.

Hal ini buang-buang waktu, padahal waktu sangat berharga.

Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda,

 

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”.[7]

 

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.

Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.[8]

Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

أدركت أقواما كان أحدهم أشح على عمره منه على درهمه

“aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka”[9]

 

 

 

7. Masbuk (ketinggalan shalat berjamaah) sibuk facebook

Inilah fitnah facebook, keasyikan bermain-main dan ngobrol atau membuka berbaik link membuat lupa dan lalai untuk shalat, sering menunda shalat berjamaah di masjid padahal adzan bahkan iqamat telah dikumandangakn. Begitu besar godaan setan untuk menggoda, padahal shalat adalah tiang agama dan amalan yang pertama kali dihisab, jika baik maka baiklah seluruh amalnya dan sebaliknya. begitu besar juga keutamaan bersegera ke masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,                                                                                  

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ

“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[10]

Dan lihat juga teladan ulama kita,

Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullahu Berkata,

قَالَ وَكِيْعُ بنُ الجَرَّاحِ: كَانَ الأَعْمَشُ قَرِيْباً مِنْ سَبْعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفُتْهُ التَّكْبِيْرَةُ الأُوْلَى.

“Al-A’masy  ketika mendekati umur 70 tahun namun tidak pernah tertinggal takbir pertama [takbiratul ihram shalat berjamaah].”[11]

 

Muhammad bin Sama’ah rahimahullahu berkata,

عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوما واحدا ماتت فيه أمي ففاتتني صلاة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صلاة أريد بذلك التضعيف

“Saya tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika Ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah, kemudian saya shalat sebanyak 25 kali karena menginginkan dilipatgandakan [pahala]…”[12]

 

 

 

8.Ajang Cari jodoh dan ta’aruf yang tidak syar’i

Dunia  maya adalah jalan yang paling aman bagi mereka yang mencari jodoh tidak pada jalurnya yang tepat. Atau dimanfaatkan bagi mereka yang sekedar ingin bermain “bara api cinta” padahal tidak ada tujuan menikah. Jadilah pacaran berkedok ta’aruf atau TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Dunia maya bukan tempat yang bagus untuk mencari jodoh karena pribadi, sikap dan ilmu agamanya belum tentu nyata dan sama di dunia yang sebenarnya.

Silahkan baca tulisan kami terkait hal ini:

 

 

9.Sering update status nasehat tetapi tidak berusaha dilaksanakan

Sebagian ada orang yang sering membagikan nasehat dan status ilmu agama, baik dari dirinya atau share dari status orang lain. Akan tetapi ia tidak berusaha melakukan nasehat tersebut, bahkan ia yang melakukan berbagai larangan dalam nasehat tersebut. Sudah banyak sekali nasehat yang ia nasehatkan kepada orang lain akan tetapi ia lupa dengan dirinya sendiri.

Semoga Allah melindungi kita dari hal seperti ini. Karena hal ini ancamannya besar dan keras.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan. Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaff: 3)

 

Silahkan baca tulisan kami terkait hal ini:

 

 

10.Malas  dan lalai menuntut ilmu agama di majelis ilmu dunia nyata

Banyaknya sarana untuk mendapatkan ilmu di dunia maya membuat orang merasa cukup. Banyak tulisan-tulisan di web dan blog, tinggal mencari kata kunci maka yang ingin dicari akan didapatkan. Begitu juga dengan link-link kajian dan rekaman kajian membuat orang merasa malas dan mencukupkan diri dengan menuntut ilmu agama di dunia maya.

Padahal menunutu ilmu agama total di dunia maya berbahaya bagi mereka yang pemula dan tidak punya dasar ilmu agama yang baik dan benar. Kemudian berbagai macam keutamaan menghadiri majelis ilmu langsung, bertemu dengan teman yang shalih dan shalihah atau melihat akhlak ustadz atau guru. Maka ini tidak kita dapati di dunia maya.

 

Demikian yang bisa kami rangkum, semoga ini menjadi nasehat bagi diri kami peribadi kemudian bisa bermanfaat bagi kaum muslimin. Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.

 

 

Penyusun:  dr. Raehanul Bahraen

sumber:  www.muslimafiyah.com

 

MUI Palu Larang Para Istri Pajang Foto di Medsos

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Sulawesi Tengah melarang keras kaum muslim wanita yang sudah berstatus istri memajang foto-foto di media sosial (medsos). Karena hal itu dinilai lebih menghasilkan dampak negatif ketimbang positifnya.

“Jangan memamerkan foto – foto Anda di media sosial, facebook, line, BBM, WA, dan lainnya, karena dapat berdampak negatif kepada diri sendiri dan keluarga,” kata Ketua MUI Kota Palu Prof. Dr. H. Zainal Abidin M.Ag di Palu, Senin (18/7).

Pakar pemikiran Islam modern itu mengatakan untuk apa wanita muslim yang telah menikah memamerkan wajahnya serta sebahagian tubuhnya di facebook, karena lebih banyak dampak negatif daripada positifnya. Bahkan, menurutnya, memamerkan wajah bagi wanita muslim yang telah menikah, dapat menimbulkan ketersinggungan suami yang kemungkinan berujung pada keretakan hubungan baik rumah tangga.

Dikarenakan ketika gambar wajah serta sebahagian tubuh wanita terpajang di medsos, maka hal itu menarik perhatian para lelaki dengan berbagai macam komentar di beranda medsos misalkan facebook.

“Saya melihat bahwa perempuan muslim yang sudah berkeluarga justru senang mengupload foto fotonya, dan malah lebih senang lagi dia, jika ada orang atau pengguna facebook yang berkomentar dengan kata-kata misalkan “bunda cantik”,” ucapnya.

Dalam Islam kecantikan wanita hanya untuk suaminya, bukan untuk orang lain. Wanita berdandan menurut dia, bergaya hanya untuk suaminya agar hubungan keluarga lebih membaik, bukan untuk memamerkan kepada orang banyak.

Ia mengakui bahwa saat ini banyak sekali wanita Islam khususnya di Kota Palu dan secara umum di Sulawesi Tengah yang telah menikah, rajin menggunggah foto pribadinya ke medsos khsusunya facebook. Hal itu sebenarnya tidaklah menjadi masalah, asalkan foto tersebut dengan suami atau keluarga dan tidak memamerkan aurat atau hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Sumber : Antara /Republika ONline