Mantan Karyawan Facebook Ungkap Sensor Pro-Palestina

Unggahan warga Palestina dihapus di Instagram pada serangan Israel di Gaza 10 Mei

Mantan karyawan Facebook, Ashraf Zeitoon mengungkapkan kebijakan perusahaan terkait penyensoran unggahan warga Palestina dan para aktivis. Saat menjabat sebagai kepala kebijakan Facebook untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (2014-2017), dia mengatakan Instagram dan Facebook sengaja dan sistematis membungkam suara Palestina.

Dia menunjukkan unggahan warga Palestina dihapus di Instagram sejak serangan Israel di Gaza pada 10 Mei lalu. Salah satu insiden itu muncul beberapa pekan lalu. Kala itu, pencipta merek Palestina, Aminah Musa memutuskan untuk membantu anak-anak Palestina dengan meluncurkan kampanye Instagram yang mengumpulkan makanan dan persediaan penting lainnya. Namun, tiba-tiba fitur pesan langsung Musa diblokir oleh Instagram.

“Saat sedang menjawab pesan langsung, muncul kalimat ‘Fitur ini tidak tersedia karena perlindungan komunitas kami,”  kata Musa yang tinggal di Chicago.

Pemblokiran itu diberlakukan pada 15 Mei, hari yang dikenal bagi warga Palestina sebagai Hari Nakba atau bencana yang mengacu pengusiran ratusan ribu warga Palestina dari tanah mereka oleh kaum zionis. Kemudian Instagram memulihkan akses Paliroots ke pesan langsung pada hari yang sama ketika tentara Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata.

“Saya dapat mengonfirmasi ini bukan pertama kalinya Facebook melakukan tindakan seperti itu untuk menurunkan konten yang diyakini tim kebijakan kontennya sebagai spam yang menghasut atau tidak memenuhi syarat,” kata Zeitoon.

Dikutip Daily Sabah, Selasa (1/6), perusahaan lain juga melaporkan penyensoran menyusul pecahnya kerusuhan di Gaza. Pendiri Nominal, perusahaan perhiasan di Arizona mengatakan kepada VICE News penjualan menurun di bawah rata-rata sejak pesan solidaritas Palestina dirilis.

“Orang-orang tidak melihat unggahan atau cerita kami. Ini mengecewakan. Instagram adalah platform gratis. Orang-orang harus dapat menyuarakan pendapat dan pemikiran mereka tanpa dampak apa pun,” kata Akram Abdullah.

Zeitoon mengatakan keluhan tentang pengurangan yang signifikan dalam laporan pemboman di Gaza dan Yerusalem mungkin terkait dengan jangkauan pelambatan yang disengaja dan menyembunyikan tagar. Baru-baru ini, Facebook mengaku telah melakukan kesalahan dalam menghapus konten tentang Masjid Al-Aqsa yang menunjukkan serangan pasukan polisi Israel terhadap warga Palestina.

“Kami tahu ada kesalahan yang membatasi sementara konten untuk dilihat di laman tagar Masjid Al Aqsa. Kami sangat menyesal kepada semua orang yang merasa ini adalah bentuk pembungkaman suara yang disengaja. Ini tidak pernah menjadi niat kami dan kami juga tidak pernah ingin membungkam komunitas atau sudut pandang tertentu,” kata juru bicara perusahaan.

Dia menambahkan, kebijakan Facebook dirancang untuk memberikan suara kepada semua orang dan menerapkan secara setara. “Kami memiliki tim khusus yang mencakup penutur bahasa Arab dan Ibrani sehingga bisa memantau dengan cermat situasi di lapangan. Ini berfokus untuk memastikan kami menghapus konten berbahaya sambil mengatasi kesalahan penegakan hukum secepat mungkin,” tambahnya.

Dalam upaya untuk menarik perhatian warganet, pengguna Instagram mengunggah video dengan tagar #AlAqsa atau dalam bahasa Arab # الاقصى  # الأقصى. Namun, unggahan mereka dihapus atau disembunyikan dari hasil pencarian. Beberapa pemberitahuan mengungkapkan Instagram menghapus unggahan karena dikaitkan dengan organisasi yang melakukan kekerasan atau berbahaya.

Kasus lain, seorang karyawan melihat Instagram menghapus infografik yang menggambarkan situasi di Al-Aqsa karena hubungannya dengan kekerasan atau organisasi teroris. Setelah karyawan mengajukan keluhan dengan menulis pesan internal, akhirnya, konten tersebut berhasil dipulihkan setelah mengajukan keluhan. 

REPUBLIKA

Kelompok Advokasi Muslim AS Gugat Facebook

Kelompok hak sipil Muslim Advocates menggugat Facebook dan atasannya pada Kamis (8/4). Mereka menuduh Facebook telah menyesatkan Kongres Amerika Serikat dan lainnya dengan keliru mengklaim Facebook telah menghapus konten yang melanggar kebijakannya.

Gugatan mengatakan Facebook secara rutin gagal menghapus konten yang melanggar aturannya, termasuk kelompok anti-Muslim dan laman yang ditandai oleh organisasi hak asasi manusia. Konten itu membandingkan Muslim dengan “sampah” dan berisi seruan untuk bersatu melawan Islam.

Facebook sudah lama diawasi terkait cara mereka menangani ujaran kebencian, konten kekerasan, dan pelanggaran lainnya. Pada Juli 2020, Facebook menerbitkan audit hak-hak sipil untuk mempelajari dan mengatasi kebencian terorganisir terhadap Muslim dan kelompok lainnya di Facebook.

“Kami tidak mengizinkan ujaran kebencian di Facebook dan secara teratur bekerja sama dengan para ahli, organisasi nirlaba, dan pemangku kepentingan untuk membantu memastikan Facebook adalah sosial media yang aman bagi semua orang,” kata Juru Bicara Facebook dalam sebuah pernyataan.

Dia mengaku pihak Facebook telah berinvestasi dalam teknologi AI untuk menghapus perkataan yang mendorong kebencian dan secara proaktif mendeteksi 97 persen dari konten yang dihapus. Gugatan yang diajukan ke Pengadilan Tinggi Distrik Columbia di Washington menuduh Chief Executive Mark Zuckerberg, Chief Operating Officer Sheryl Sandberg, dan eksekutif Facebook lain melanggar undang-undang perlindungan konsumen distrik melalui pernyataan mereka tentang penghapusan konten yang melanggar aturan.

Dilansir Al Arabiya, Jumat (9/4), Zuckerberg yang telah tampil di depan Kongres tujuh kali sejak 2018, mengatakan kepada anggota parlemen Facebook akan menghapus konten yang melanggar kebijakan, termasuk unggahan yang menyerukan kekerasan atau dapat berisiko mengalami cedera fisik.

Namun, Facebook dikritik oleh kelompok hak sipil karena tidak konsisten menegakkan aturan ini. Gugatan tersebut meminta hakim untuk menyatakan pernyataan eksekutif Facebook melanggar Undang-Undang Prosedur Perlindungan Konsumen dan meminta ganti rugi untuk Muslim Advocates. n

IHRAM

Akun Facebook Setelah Kita Meninggal

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum

Konsekwensi apakah yang akan kita terima di akhirat kelak jika akun faceook atau twitter kita berisi dengan berbagi cerita macam-macam dengan foto-foto yang cantik dan tampan. Kadang kita juga menuangkan status-status yang mungkin menggambarkan kondisi kita pada saat iman kuat (mengingatkan hal-hal yang baik) atau iman lemah (mengeluh, mengumpat, dsb.). Apakah pahala dan dosa kita akan terus bertambah? Wassalam

Dari: Chriestian Ywss

Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah

Allah berfirman dalam surat Yasin,

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

Sesungguhnya Kami yang menghidupkan orang mati, Kami catat semua yang telah mereka lakukan dan dampaknya. Dan semuanya kami kumpulkan dalam kitab (catatan amal) yang nyata.” (QS. Yasin: 12)

Kita bisa memperhatikan, sesungguhnya Allah tidak hanya mencatat amal perbuatan yang kita lakukan, namun Allah juga mencatat semua pengaruh dari perilaku dan perbuatan kita.

Dinyatakan dalam hadis dari sahabat Jarir bin Abdillah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ، كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا، وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ

Siapa yang menghidupkan sunah yang baik dalam Islam, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya maka dicatat untuknya mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Siapa yang menghidupkan tradisi yang jelek di tengah kaum muslimin, kemudian diikuti oleh orang lain setelahnya, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim, Ibn Majah, Ad-Darimi dan yang lainnya)

Semua dalil di atas selayaknya memberikan motivasi bagi kita untuk semangat dalam menyebarkan ilmu dan kebaikan serta merasa takut ketika melakukan perbuatan atau menyebarkan sesuatu yang mengundang orang lain untuk bermaksiat.

Saat ini kita dimudahkan dengan berbagai macam fasilitas. Namun, itu hanya instrumen. Hukum asal instrumen ini adalah netral, atau dengan bahasa yang lebih tegas, mubah. Kitalah yang menentukan kontennya.

Ketika kita menggunakannya untuk menyebarkan kebaikan, menggunakan facebook untuk dakwah Islam, mengajak masyarakat berbuat baik, insya Allah ini menjadi amal mulia. Sampai pun kita mati, selama info baik yang kita sebarkan memberikan pengaruh yang baik di masyarakat, ajakan amal yang kita sampaikan dikerjakan pembacanya, insya Allah ini akan menjadi aliran pahala bagi kita, meskipun kita sudah tiada di alam dunia.

Sebaliknya, orang nakal yang memanfaatkan fasilitas ini untuk kemaksiatan, menyebarkan foto aurat, mengajak orang untuk melakukan dosa dan maksiat, selama masih ada manusia yang bermaksiat dengan sebab info itu, maka orang nakal ini akan mendapatkan aliran dosanya.

Karena itu, jadilah hamba yang cerdas… jangan sia-siakan instrumen yang begitu mudah ini untuk kegiatan yang tidak memberikan nilai bonus bagi kita di saat kita menghadap Allah. Lebih-lebih, justru malah menjadi penyesalan.

Ini di antara rahasia, mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras wanita membuka auratnya ketika keluar rumah. Karena maksiat yang dia lakukan mengundang orang lain untuk melakukan maksiat. Dan ini tidak jauh beda dengan para lelaki yang memajang foto aurat wanita di dunia maya, mengajak orang lain untuk turut bermaksiat dan berzina matanya.

Ingat, kendatipun kita telah meninggal, pengaruh dari perbuatan yang kita lakukan tetap dicatat oleh Allah. Tidak bisa kita bayangkan, ketika ada orang yang meng-up load satu gambar “bermasalah” di dunia maya, kemudian di-share oleh orang lain, di-share lagi oleh orang lain, di-share lagi, di-share lagi, dan di-share lagi… betapa banyak mata yang terlibat maksiat gara-gara perbuatan ini.

Termasuk Anda para wanita, jangan bangga dengan aurat Anda. Karena aurat itu aib jika ditampakkan kepada yang bukan haknya. Lalu dengan apa bisa dibanggakan dan dipamerkan. Bukankah semua wanita juga memilikinya. Ingat, jangan sampai foto “bermasalah” Anda jatuh ke tangan “pendekar” berwatak jahat.
Allahu a’alam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Bait (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Read more https://konsultasisyariah.com/11063-akun-facebook-setelah-kita-meninggal.html#respond

Bila Wall Facebook Dipenuhi Ucapan Dukacita

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…
Turut berdukacita atas berpulangnya teman kita tercinta ke pangkuan Illahi pada hari ini. Semoga diterima amal ibadahnya, diampuni dosanya, dilapangkan kuburnya dan arwah almarhum mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.

Keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, ketabahan dan kesabaran. Aamiin.

Sahabat kita ini orang yang baik. Kita semua sayang dia. Tapi Allah lebih sayang padanya. Teman kita sudah tidak merasakan sakit yang sangat lagi. Kita semua akan selalu mengenang kebaikannya dan pertemanan selama ini. Kita semua kehilangannya. Selamat jalan, kawan!”

Kalimat obituari itu disampaikan seorang teman kepada temannya yang meninggal pada suatu petang. Beberapa ucapan juga dilakukan mutual friend lain di dinding (wall) Facebook. Kawannya meninggal karena sakit. Umurnya masih terbilang muda, 34 tahun.

Mendengar atau membaca layang kematian memang menyedihkan. Kematian memang rahasia Allah. Hak prerogratif. Tak seorang pun tahu sekalipun ia seorang nabi atau utusan Allah. Sekalipun jin-jin mengintip, mencuri tahu soal itu untuk membantu para dukun. Tak akan pernah tahu pasti kapan mati.

Ada orang yang sakit tetap diberi umur panjang. Ada orang sehat, tiba-tiba berita kematiannya datang dadakan. Muncul belasungkawa dari segala platform hingga laman-laman media sosial kita. Ada yang menjenguk orang sakit namun yang meninggal malah yang menjenguk.

Kematian itu pasti terjadi pada semua orang tanpa terkecuali. Maka dalam Alquran, kematian disebut dengan اليقين (QS. Alhijr:99)

Ada manusja yang mengingkari Allah. Keluar masuk agama seperti naik lift saja. Mereka mengingkari Allah, tapi tidak ada yang berani mengingkari kematian. Dia adalah keniscayaan. Mati=Yakin.

Agar tetap ‘hidup’ setelah kematian kita, tulislah status Facebook yang bermanfaat untuk dibaca, atau lakukanlah sesuatu yang layak untuk ditulis.

Ingatlah selalu, jangan sampai banyak yang menderita karena status yang kita tulis di wall Facebook. Umur ini pendek. Kita butuh doa-doa kebaikan, bukan doa keburukan.

“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia
, lindungilah dia dan maafkanlah dia dan muliakanlah tempat tinggalnya sekarang ini, dan lapangkanlah kuburnya. Bersihkanlah dia dengan air yang jernih lagi sejuk, dan bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau telah membersihkan baju putih yang bersih dari kotoran, dan gantilah rumahnya didunia dengan rumah yang lebih baik daripada yang dia tinggalkan, dan gantilah keluarganya didunia (yang ditinggalkan) dengan keluarga yang lebih baik (di akhirat). yang lebih baik, dari yang ditinggalkan, dan pasangan yang lebih baik dari yang ditinggalkan.”

Kalimat doa indah itu, mungkin akan mampir, akan muncul di dinding Facebook. Yang ditujukan kepada kita. Waktu kita ternyata telah habis.

[Paramuda/BersamaDakwah]

Menggoda Pasangan Halal Orang Lewat WA

Telepon genggam dan diri adalah seperti hal yang tak terpisahkan di masa kini. Di sana ada aplikasi perbincangan yang panjang lebar bernama WhatsApp (WA). Ada ruang-ruang untuk berkhalwat, dengan mereka yang tak layak untuk dihalali.

Dalam keadaan sendiri dan aplikasi perbincangan, saat itulah setan datang menggoda. Agar dia tetap mengejar cintanya meski si dia sudah bersuami.

Setan tahu pun bahwa si dia punya WA juga. Setan pun menggodanya untuk tetap merebutnya dengan berbagai jurus yang menghunus.

Setan tak berbisik hanya memotivasi agar tetap mengejar sang impian. Seolah hanya dia saja perempuan di jagad ini yang paling cantik dan aduhai. Padahal di rumah sudah ada bidadari yang perlu diperhatii. Namun memang dasar setan, memang tugasnya menggoda dan mengganggu. Tugasnya mengajak agar manusia terjerumus kepada maksiat.

Tak puas di WA, tiap menengok fesbuk selalu pertama kasih like dulu di statusnya. Kemudian meneliti lebih detail dan memperhatikan statusnya, pasti ada yang mengandung curahan hati. Apabila sudah curhat, “Tandanya kamu bisa masuk ke alamnya,” bisik setan dengan halus.

Siapa yang tak suka diberikan perhatian di dunia? Di saat dunia makin gembel dengan kasih sayang. Setan masih sama, “Kasih perhatian deh coba, siapa tahu dia kurang perhatian dan perhatianmu akan menjadi pahlawan pembela kecurhatan,”.

Terus, terus dan jangan menyerah memberi perhatian. Ia layak untuk dikejar, demi cinta yang bergemuruh di dada. Agar gundahmu segera lindap, diganti dengan bahagia dengan dua bidadari dunia. Setan terus membisikkan gangguannya. Dengan pelan-pelan, menyusup hingga ke dalam. Memberikan alternatig jawaban-jawaban yang masuk dalam pikiran.

Bagi yang beriman, setan menggoda orang yang salah. Yang beriman tak akan segera mengikuti godaan setan. Dia masih bisa berpikir. Allah masih menjaganya. Ia tak mau terseret pada hal yang bikin mampet. Ada dosa, ada neraka. Tak mau menambah gundah gulananya meski tampak manis gulali.

Nasihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berjogging di kepalanya. Rasul melarang takhbib, yaitu merusak hubungan rumah tangga orang, memengaruhi istri agar cerai dari suami.

Menanggung gundah lebih baik ketimpang menanggung dosa takhbib. Kasihan si suami merana jika istrinya minta cerai gara-gara dia sang laki-laki penebar pesona. Pertaruhkan rumah tangganya. Pertaruhkan keceriaan anak-anaknya.

Allah pun nanti akan murka. Apabila Allah murka bisa jadi nanti semuanya sirna dalam hitungan masa.

 

[Paramuda/BersamaDakwah]

Ketika Google dan Facebook Jualan ‘Negara Islam’

Google dan Facebook merupakan dua platform media digital yang menguasai dunia saat ini. Jutaan orang mengakses laman keduanya setiap hari, bahkan setiap detik. Tak mengherankan bila banyak pihak yang berhasrat untuk bisa memanfaatkan Facebook dan Google sebagai sarana mempromosikan, mengiklankan, atau mengampanyekan sesuatu, termasuk ide atau gagasan politik.

Dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2016 lalu, misalnya, Facebook dan Google ternyata tidak berdiri di zona netral atau bebas dari persaingan politik. Kedua raksasa media digital ini ternyata gencar menayangkan dua video pariwisata palsu yang kontroversial guna memengaruhi pilihan politik penggunanya. Iklan tersebut bertajuk “Pesan Perjalanan Anda ke Negara Islam Prancis”.

Dalam iklan itu ditayangkan seakan Prancis memberlakukan syariat Islam. Menara Eiffel yang ikonik ditampilkan dengan bulan sabit dan bintang bertengger di pucuknya. Lukisan legendaris karya Leonardo Da Vinci, yakni Mona Lisa, digambarkan mengenakan burka di wajahnya.

“Berdasarkan hukum syariat, Anda dapat menikmati semua yang ditawarkan negara Islam Prancis, selama Anda mengikuti peraturan,” kata narator dalam tayangan iklan tersebut, dikutip laman Engadget.

Iklan ini terus ditayangkan selama berpekan-pekan menjelang waktu Pemilihan Presiden AS. Iklan ini secara khusus menargetkan pengguna Facebook dan Google yang berdomisili di Nevada dan North Carolina, AS. Iklan ini menjadi bukti bahwa Facebook dan Google terlibat dalam sebuah kampanye politik di AS.

Iklan menjelang Pemilihan Presiden AS disponsori oleh kelompok Secure America Now (SAN). Mereka adalah kelompok advokasi konservatif dan nirlaba yang kampanyenya mencakup anti-Hillary Clinton dan anti-Islam. SAN didirikan 2011 untuk menentang pembangunan pusat komunitas Muslim dan masjid di Manhattan, dekat lokasi serangan World Trade Center pada 11 September 2001.

Menurut laporan internal dari biro iklan yang mengeksekusi kampanye SAN, seperti dikutip laman Bloomberg, para karyawan di Google dan Facebook terlibat langsung dalam proyek ini. Para karyawan di kedua perusahaan membantu menargetkan agar iklan milik SAN itu menjangkau sasaran khalayak yang tepat. Dana yang dikucurkan untuk menggarap dan menayangkan iklan rasis ini mencapai jutaan dolar AS.

Salah satu pekerja di Harris Media, perusahaan yang menggarap kampanye SAN mengaku tak nyaman dengan konten-konten yang dimunculkan. “(Kampanye) Ini dirancang untuk memicu ketakutan di hati orang-orang,” katanya.

Tak hanya di AS, kampanye politik melalui Facebook terjadi pula di Jerman. Awal tahun ini, misalnya, Facebook menjalin kerja sama dengan partai Alternative for Germany (AfD) yang berhaluan kanan dan memiliki sikap antiimigran.

Iklan ini pun digarap oleh Harris Media. Dalam pertemuan di kantor Facebook, Berlin, para eksekutif mendorong AfD dan Harris Media untuk memanfaatkan fitur Facebook Live di samping belanja iklannya untuk lebih menargetkan pemilih di Jerman.

Profesor pemasaran dari University of Maryland Robert H Smith School of Business Wendy Moe berpendapat, keputusan Google untuk bekerja sama dengan kelompok politik tampaknya dilakukan untuk menguji strategi periklanan mereka.

“Ini membantu mereka mengasah rencananya dan mencari tahu cara terbaik untuk menyasar khalayak yang diinginkan,” kata Moe.

Juru bicara Google pun telah angkat bicara menanggapi isu ini. “Kami memiliki kebijakan ketat yang mengatur ke mana kami mengizinkan iklan Google muncul dan kami menerapkan kebijakan ini dengan penuh semangat. Bila kami menemukan iklan yang melanggar kebijakan ini, kami segera menolak dan berhenti menampilkannya,” katanya.

Hingga berita ini ditulis, Facebook belum memberikan komentar terkait keterlibatannya dalam kampanye politik, baik di AS maupun Jerman.

Oleh: Kamran Dikarma/ (Editor: Yeyen Rostiyani).

REPUBLIKA

‘Apa Kapasitas Zakir Naik Mengurus Bahasa Indonesia?’

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Sulawesi Tengah, melarang umat Islam di daerah tersebut belajar tentang agama lewat media sosial (medsos). Salah satu kabar yang ramai beredar di media sosial adalah soal kalimat Insya Allah dengan membawa-bawa nama Zakir Naik.

Ketua MUI Palu, Prof Zainal Abidin menyatakan, informasi di media sosial yang disebarkan oleh oknum-oknum tertentu tidak dapat dijadikan referensi sepenuhnya. “Umat Islam jangan belajar tentang Islam lewat media sosial seperti dari ‘whatsapp’, ‘BBM’, ‘facebook’, ‘instagram’ dan sebagainya,” katanya di Palu, Ahad (23/4).

Ia mencontohkan akhir-akhir ini umat Islam cenderung menulis kalimat Insya Allah yang dimaksudkan sebagai ‘Jika Allah mengizinkan’ atau ‘Kehendak Allah’, kemudian berubah menjadi In Sha Allah. Namun, kata ia, menurut informasi yang beredar, itu penulisan yang benar yaitu In Sha Allah. Sementara Insya Allah adalah salah, karena jika menggunakan huruf ‘sy’ maka diartikan menciptakan Allah.

“Kalau Insya Allah menurut informasi dari media sosial yang membawa-bawa nama Zakir Naik yaitu menciptakan Allah. Karena itu, menurut informasi tersebut yang benar yaitu ‘In Sha Allah’,” ujarnya.

Ia menilai hal itu adalah keliru karena huruf syin dalam kalimat tersebut jika ditulis dalam bahasa Indonesia maka menggunakan ‘sy’, bukan ‘sh’. Zainal pun membantah keras jika Zakir Naik mengurus tentang penulisan kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia, dikarenakan Zakir Naik bukan orang Indonesia melainkan orang India yang ahli di bidang perbanding agama, bukan ahli bahasa Indonesia.

“Apa kapasitas Zakir Naik mengurus bahsa Indonesia? Saya yakin informasi yang beredar tersebut bukan dari Zakir Naik, tetapi oknum-oknum tertentu yang membawa-bawa nama Zakir Naik,” sebutnya.

Namun demikian ia menganggap, persoalan tersebut bukanlah hal yang prinsip di dalam Islam. Akan tetapi, ia menekankan agar Islam tidak serta merta langsung menjadikan referensi, patokan dan pedoman informasi dari media sosial.

“Jangan jadikan informasi di media sosial sebagai rujukan dan landasan kalian. Tetapi carilah guru atau seseorang yang berpengetahuan tentang Islam kemudian bertanya langsung, agar kalian tidak keliru,” ujarnya.

Gibah Bisa Datang dari Medsos

Gibah atau membicarakan keburukan orang lain saat ini mudah ditemui, terutama gibah di berbagai media sosial (medsos), baik Twitter, Facebook, Path, maupun Instagram.

Masyarakat akan mudah melakukan gibah melalui medsos karena informasi yang didapatkan. Sehingga, tidak mengherankan jika gibah akan menyebar begitu cepatnya.

Pakar komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung Deddy Mulyana mengatakan, perlu pengelolaan informasi yang baik agar masyarakat memilah informasi yang didapatkan. Informasi mana yang bermanfaat untuk disampaikan atau yang perlu untuk disimpan.

“Jadi, untuk menjadi bangsa, masyarakat yang berbudaya maju sebenarnya perlu melakukan pengelolaan informasi untuk memilah-milah,” kata Deddy, kepada Republika.co.id, Selasa (7/6).

Deddy memberikan alasan mengapa perlu untuk mengelola informasi secara baik. Menurut Deddy, informasi yang didapatkan kemudian dijadikan pijakan pekerjaan sehari-hari.

Informasi yang semakin berkembang saat ini, tuturnya, sulit membedakan antara yang benar dan tidak sesuai dengan fakta. Sayangnya, dengan kondisi demikian, orang cenderung langsung menyebarkan informasi yang diperoleh tanpa dipilah.

Deddy berharap masyarakat dapat menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. Sedangkan, yang benar tetapi tidak bermanfaat lebih baik disimpan saja.

Kondisi seperti ini, menurut Deddy, tidak bisa hanya diserahkan penanganannya kepada pemerintah. Deddy mengatakan, semua harus dimulai dari diri sendiri. “Pendidikan harus datang dari keluarga itu awal pendidikan paling dini,” ujarnya. Deddy menegaskan, harus ada upaya luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat, baik keluarga, komunitas maupun sekolah.

 

sumber:Republika Online

Shalat Masbuk Sibuk Facebook

Tema ini menyindir kami pribadi karena terkadang mungkin kita disibukkan dengan urusan dunia, urusan pekerjaan, urusan keluarga atau yang menjadi fenomena akhir-akhir ini sibuk bermain facebook dan internet dunia maya. Sehingga kita lalai shalat berjamaah tepat waktu dan sering ketinggalan takbir pertama. Padahal jika atasan atau mungkin presiden yang memanggil kita segera memenuhi panggilan tersebut, namun jika panggilan adzan?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,                                                                                  

لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا

إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ

 

“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[1]

 

Ulama mengatakan bahwa salah satu cara agar bersemangat beramal adalah melihat bagaimana amal dan semangat para salafus shalih Yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kita. Berikut bagaimana teladan mereka,

Waki’ bin Al-Jarrah rahimahullahu Berkata,

قَالَ وَكِيْعُ بنُ الجَرَّاحِ: كَانَ الأَعْمَشُ قَرِيْباً مِنْ سَبْعِيْنَ سَنَةً لَمْ تَفُتْهُ التَّكْبِيْرَةُ الأُوْلَى.

“Al-A’masy  ketika mendekati umur 70 tahun namun tidak pernah tertinggal takbir pertama [takbiratul ihram shalat berjamaah].”[2]

 

Muhammad bin Sama’ah rahimahullahu berkata,

عن محمد بن سماعه قال مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوما واحدا ماتت فيه أمي ففاتتني صلاة واحدة في جماعة فقمت فصليت خمسا وعشرين صلاة أريد بذلك التضعيف

 

“Saya tinggal selama 40 tahun tidak pernah luput dari takbir pertama melainkan satu hari saja yaitu hari ketika Ibuku meninggal maka luput dari saya satu shalat berjamaah, kemudian saya shalat sebanyak 25 kali karena menginginkan dilipatgandakan [pahala]…”[3]

 

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu mengisahkan biografi Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullahu,

ما نودي بالصلاة من أربعين سنة إلا وسعيد في المسجد

 

“Tidaklah diseru panggilan shalat sejak 40 tahun melainkan Sa’id berada di dalam masjid”[4]

 

Berkata Asy-Sya’bi rahimahullahu,

ما أقيمت الصلاة منذ أسلمت الا وأنا على وضوء

 

“tidaklah diiqamati shalat sejak aku masuk Islam melainkan aku masih dalam keadaan mempunyai wudhu [masih suci].”[5]

 

Dan jika kita datang cepat ketika shalat berjamaah maka kita bisa mendapat banyak kebaikan seperti sempat shalat rawatib qabliyah dan bisa berdoa di antaran adzan dan iqamat di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).[6]

Jadi mari kita “berhenti beraktifitas ketika adzan berkumandang”. Semoga Allah memudahkan kita dan membantu kita dalam beribadah, semoga kami pribadi bisa menjalankannya. amin

 

wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

 

 

 

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslimafiyah.com

Istighfar dan Dzikir VS Facebook dan Twitter

Kami sempat terkesima mendengar kata-kata ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullahsaat memotivasi tentang istighfar, beliau berkata,

“ Istighfar kita yang naik ke langit mencegah turunnya musibah ke bumi”

Ini membuat kami sedikit merenung mengenai diri kami. Dan kami mencoba untuk membaginya.

 

Fenomena jejaring sosial

Ternyata kami sangat jauh penerapannya. Setelah dipikir-pikir ada satu yang menjadi penyebabnya yaitu maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, google+ dn lain-lain. inilah membuat kami lalai dan sangat jauh dari kebiasaan orang-orang shalih dan ulama yaitu beristighfar dimanapun, kapanpun [tentu bukan di WC, toilet dll]., mengucapkan “astagfirullah”,” Allahummagfirli” disela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.

 

Para salaf mencuri waktu untuk beristighfar

Jika mengingat pesan para salaf [pendahulu] kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka, Luqman ‘alaihis salam bepesan kepada anaknya,

يَا بُنِيَّ عَوِّدْ لِسَانَكَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، فَإِنَّ لِلَّهِ سَاعَاتٍ لَا يَرُدَّ فِيهَا سَائِلًا

“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: [اللهم اغفر لي ] “Allhummafirli”, karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”

 

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

أَكْثِرُوا مِنَ الِاسْتِغْفَارِ فِي بُيُوتِكُمْ، وَعَلَى مَوَائِدِكُمْ، وَفِي طُرُقِكُمْ، وَفِي أَسْوَاقِكُمْ،

وَفِي مَجَالِسِكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ، فَإِنَّكُمْ مَا تَدْرُونَ مَتَى تَنْزِلُ الْمَغْفِرَةُ

”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis kalian di manapun kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala”. [Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H]

 

Belum lagi kisah imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal. Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian [saat itu belum ada pengeras suara, maka ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara]. Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala. Subhanallah, sangat jauh dari kita.

 

Bijak dalam menyikapi jejaring sosial

Kami baru teradar bahwa facebook dan jejaring sosial menjadi penggantinya. Mungkin seperti ini rutinitasnya:

-Setelah sholat subuh langsung buka laptop kemudian login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam [padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau main-main],

-Kemudian di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan, membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting

-sore hari setelah istirahat juga langsung buka facebook lagi, mencari-cari berita terbaru dari link-link yang ada, awalnya berniat membuka link-link bermanfaat, akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau akhirnya terlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran akhirnya terlalu mengikuti dan lalai. Padahal jika mendengar kasus-kasus tersebut kebanyakan kita sakit hati dengan kasus-kasus korupsi, ketidakadilan hukum dan kriminalitas yang telalu bebas disiarkan.

-magribnya juga terkadang ada saja yang buka update status

-kemudian ba’da isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah melakukan ini dan itu.

 

Jika seperti ini, kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat dan beramal. Memang berniat menuntut ilmu di dunia maya, tetapi menuntut ilmu didunia nyata waktunya harus lebih banyak, jelas berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu. Memang berniat berdakwah didunia maya, tetapi berdakwah didunia nyata porsinya harus lebih besar, kepada orang tua, kerabat dan lain-lain.

Terkadang Ada ikhwan/akhwat yang terkesan sangat shalih dan alim di facebook, sangat sering update status agama, sangat sering berbicara agama, memberi link-link tentang sholat malam, tentang menuntut ilmu padahal didunia nyata ia malah jarang atau tidak menerapkannya. Tetapi kita perlu husnudzon juga, karena ada ikhwan/akhwat yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan dagang via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut.

Jauh sebelumnya para ustadz sudah memberi peringatan tentang hal ini. kita lihatlah pada para ustadz yang punya akun facebook, mereka lebih sibuk menuntut ilmu dan berdakwah didunia nyata.

 

Terkadang lebih baik HP tidak ada jaringan internetnya

Terkadang mungkin ini lebih baik jika tidak terlalu perlu misalnya untuk bisnis dan perdagangan. HP yang mudah dibawa kemana-mana menyebabkan kita dengan mudahnya membuka jejaring sosial seperti facebook. Sehingga sela-sela waktu malah kita gunakan untuk buka facebook, update status dan comment. Padahal hal itu kurang terlalu penting. Misalnya,

Saat pecah ban motor, update status via blackberry:

“ban motor pecah dijalan ini, bersama @fulan, Alhamdulillah dekat ama tambal ban”

 

Kemudian menunggu ada yang comment dan saling balas-balasan.

Memang ini adalah hal yang mubah, akan tetapi alangkah baiknya jika ketika menunggu kita gunakan untuk beristighfar dan berdzikir. Merenungkan apa dosa kita dan kesalahan kita hari ini sampai ban motor bisa pecah sehinga manghambat perjalanan.

Ketahuilah, semua musibah, kesusahan dan kesedihan sekecil apapun itu adalah akibat dosa kita karena kita lalai bertaubat dan beristighfar.

Mengenai ayat,

مَن يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan kejelekan, niscaya akan diberi pembalasan dengannya.” [An-Nisa’:123]

 

Berkata Qotadah rahimahullah,

لا يصيب رجلا خدشٌ ولا عثرةٌ إلا بذنب

“Tidaklah seseorang terkena goresan [ranting] atau tersandung melainkan akibat dosa yang ia perbuat”. [Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran 9/236 , Al-Qurthubi, Muassah Risalah, cet.1, 1420 H]

 

Jangan melalaikan dan meremehkan istighfar

Kita jangan meremehkan istighfar, karena sekedar lafaz yang terucap saja. karena dari istighfar inilah bermula hakikat penghambaan terhadap Allah, yaitu hati remuk-redam, bersedih mengingat mengakui dosa-dosa yang pernah diperbuat setiap harinya. Banyak ilmu dan amal yang belum kita ketahui, kemudian banyak ilmu yang sudah kita ketahui tidak kita amalkan, belum lagi maksiat yang kita lakukan. Kemudian berbelas-belas memohon ampun kepada Allah, memohon dikasihani, kemudian berjanji akan beramal kebaikan setelahnya untuk membalas dan menghapus dosa yang kita perbuat.

Demikianlah hakikat penghambaan, apakah kita beribadah sambil tertawa? Sambil bermain-main? Sambil bergembira ria? Tidak, tetapi hati yang tunduk, merendah, menangis dan berlinanglah air mata karena Allah.

Setelah itu barulah hati bergembira karena teringat janji Allah subhana ta’alamelalui lisan rasul-Nya,

عَيْنَانِ لاَ تَمُسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api Neraka: (pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, (kedua) mata yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah Subhanahu wata’ala.” [HR. At-Tirmidzi no. 1639, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 3829]

 

dan Hadits,

سبعةيظلّهم اللّه فى ظلّه يوم لاظلّ الاّظلّه

ورجل ذكراللّه خالياففاضت عليناه

“Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam naungan-Nya pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya sendiri”,….Orang yang mengingat pada Allah Subhanahu wata’ala di waktu keadaan sunyi lalu berlinanglah airmata dari kedua matanya.” [Muttafaq ‘alaih]

 

Karena menangis karena Allah tidak bisa dibuat-buat, kita tidak bisa menangis begitu saja tiba-tiba dalam keadaan sunyi [tanpa pengaruh musik meloncholis dan pengaruh karena menangis ramai-ramai seperti di Televisi]. Tidak akan bisa mengangis karena Allah tanpa proses mengakui kesalahan dan istighfar sebelumnya. Dan tangisan karena tidak bisa muncul kecuali dari hati hanif lagi menghamba.

Perlu diperhatikan juga bahwa sebaiknya tangisan karena Allah sebaiknya disembunyikan, jangan menampakan kesedihan bersama manusia sebagaimana kesalahan yang sering kita lihat ditelevisi. Oleh karena itu kita perlu memilih waktu yang tepat.

 

Istighfar membuat kehidupan menjadi mudah, terasa ringan berbagai ujian dan cobaan

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى

“dan hendaklah kamu meminta ampun [istighfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” [Hud:3]

 

Syaikh Muhammad Amin As-Syinqiti berkata menafsirkan ayat ini,

وَالظَّاهِرُ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَتَاعِ الْحَسَنِ: سَعَةُ الرِّزْقِ، وَرَغَدُ الْعَيْشِ، وَالْعَافِيَةُ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَّ الْمُرَادَ بِالْأَجَلِ الْمُسَمَّى: الْمَوْتُ

“Pendapat terkuat tentang yang dimaksud dengan kenikmatan adalah rizki yang melimpah, kehidupan yang lapang dan keselamatan didunia dan yang dimaksud dengan waktu yang ditentukan adalah kematian.” [Adhwa’ul Bayan 2/170, Darul Fikr, Libanon, 1415 H, Asy-Syamilah]

 

Kemudian istighfar juga membuat musibah tidak jadi turun, kemudian jika turun memudahkan kita menghadapinya, dan segera bisa menghilangkan musibah tersebut.

Imam Al-Qurthubi rahimahullah menukil dari Ibnu Shubaih dalam tafsirnya , bahwasanya ia berkata,

شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ الْفَقْرَ

فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا،

فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟

فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ” نُوحٍ”

”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentangkegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”,

yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”

yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Iamemberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”

Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”

Dan kamipun menganjurkan demikian kepada orang tersebut

Maka Hasan Al-Bashri menjawab:”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh [ayat 10-12].”[Jami’ Liahkamil Quran 18/302, Darul Kutub Al-Mishriyah, kairo, cet. Ke-2, 1348 H, Asy-Syamilah]

 

Jangan lalai juga berdzikir

Kita sepertinya lupa juga dengan anjuran berdzikir, padahal ini adalah perbuatan yang sangat mudah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). [HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694]

 

Kemudian balasannya serta pahala sangat besar, salah satu saja contohnya,

نْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

قَالَ مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ

وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحر.رواه البخاري و مسلم.

Artinya: “Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

“Subahnallah wa bihamdihi “di dalam sehari 100 kali, dihapuskan dosa-dosanya walaupun seperti buih dilautan”.[HR. Bukhari, no. 5926 dan Muslim, no. 4857]

 

Perhatikan, hanya sekitar 3-5 menit untuk membacanya 100 kali, dosa kita terhapus semuanya. Untuk facebook dan twiter ketika menunggu tembel ban misalnya, kita habiskan sampai 20 menit.

 

Terbukti, kuatnya pengaruh dzikir

Bagi yang sudah terbiasa berdzikir dan merasakan nikmatnya, maka ia adalah kebutuhan pokok seorang hamba dalam kehidupan sehari-hari. Ia adalah kekuatan yang memudahkan kita melaksanakan berbagai ketataan dan mejaga kita dari keburukuan. Seolah-olah ada yang kurang jika tidak berdzikir. Dan Dzikir pagi-petang sebagai tempat pengisiannya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah memaparkan bagimana pengaruh dzikir terhadap hamba berdasarkan pengamatannya langsung terhadap guru beliau syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,

أن الذكر يعطي الذاكر قوة، حتى إنه ليفعل مع الذكر

ما لم يظن فعله بدونه، وقد شاهدت من قوة شيخ الإسلام ابن تيمية في سننه وكلامه وإقدامه

وكتابه أمراً عجيباً، فكان يكتب في اليوم من التصنيف

ما يكتبه الناسخ في جمعه وأكثر، وقد شاهد العسكر من قوته في الحرب أمراً عظيماً

“Sesungguhnya bacaan dzikir memberikan kepada pelakunya kekuatan.sampai-sampai ia mampu melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan bila tanpa berdzikir. Sungguh saya menyaksikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam prilaku, ucapan, keberanian dan karya tulisnya sesuatu yang menakjubkan. Dahulu, beliau menulis buku dalam satu hari dimana orang lain menulisnya dalam satu minggu atau lebih. Dan para pasukan juga telah mengakui keberanian beliau dalam peperangan yang luar biasa.” [Al-Wabilus Shayyib min Kalamith Thayyib hal. 77, Darul Hadits, kairo, cet. Ke-3, Asy-Syamilah]

 

Hanya berdzikir mengingat Allah hati kita menjadi tenang, jika masih saja tidak tenang padahal sudah berdzikir, ketahuilah hati kita mungkin sedang sakit, sehingga perlu keseriusan dan terus menerus berdzikir.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [Ar-Ra’d: 28]

 

Hendaklah kita bijak menggunakan waktu kita yang sangat mahal, seorang ulama berkata kepada mereka yang sedang duduk-duduk [sekedar nongkrong] bahwa ia ingin sekali membeli waktunya. Belum lagi para ulama yang tidur sehari hanya sekitar empat jam saja. Karena tugas kita sangat banyak dalam dakwah maka jual mahallah terhadap waktu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. [HR. Bukhari no.6412]

 

Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

 

 

 

 

sumber:  https://muslimafiyah.com