Makna Bagian Pertama dari Kalimat Talbiyah

DALAM pelaksanaan haji, saat ihram khususnya, tidak ada untaian kalimat yang terasa amat menerbitkan keharuan dan getaran jiwa selain kalimat talbiyah. Bahkan yang belum berhaji sekalipun bisa jadi merasakan getaran tersebut sembari berharap dan menanti-kenanti kesempatan yang Allah berikan untuk melantunkannya di tempat dan waktu yang sesungguhnya.

Namun, yang sesungguhnya lebih penting dari itu adalah bagaimana makna yang terkandung dalam kalimat talbiyah meresap dalam jiwa, lalu berwujud dalam gerak nyata, dan kemudian menjadi sebuah keyakinan dan kepribadian mempesona. Karena dia mengandung hal yang sangat prinsip sekali dalam akidah kita.

Secara garis besar, kalimat talbiyah dapat dibagi dua bagian. Bagian pertama adalah”

“Aku penuhhi panggilanmu Ya Allah, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanmu ya Allah.”

Labbaika adalah ungkapan penuh ketaatan saat mendengar panggilan yang diarahkan kepadanya . Dalam bahasa Arab, ungkapan ini diucapkan dari pihak yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, seperti anak kepada orang tuanya atau murid kepada gurunya. Sebagaimana para sahabat radhiallahhu anhum, jika dipanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka akan berkata, “Labbaika yaa Rasulallah.”

Dalam konteks ibadah haji, perjalanan yang panjang, ongkos dan beban berat yang harus dipikul serta berbagai kesulitan menghadang, takkan menghalangi kaum muslimin untuk memenuhi panggilan Allah menunaikan ibadah haji, jika Dia telah izinkan.

Di luar itu, sejatinya, “labbaika..” bukan hanya sebatas ucapan yang dilantunkan, tapi seharusnya menjadi keyakinan tak terpisahkan, bahwa tidak ada jawaban dan sikap yang paling pantas dari diri seorang mukmin saat mendengarkan dan menerima seruan Allah kecuali dia menyatakan “Kami dengar dan kami taat.”

Inilah terjemahan yang paling lugas dari kata “labbaik” itu. Sehingga, bukan hanya terhadap seruan haji, tapi terhadap seruan lainnya yang bersumber dari Allah Ta’ala, seperti salat, puasa, zakat, bakti kepada orang tua, menutup aurat, melaksanakan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, lisaanul haal (sikap) kita hendaknya menyatakan “Labbaika yaa Allah.”

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila dia menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu” (QS. Al-Anfal: 24)

Inilah hakikat tauhid uluhiyah, tauhid ibadah dan penghambaan yang menuntut kita untuk selalu mewujudkan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan inilah yang menjadi misi utama para rasul sejak awal hingga akhir. Bahkan pesan tauhid dipertegas lagi dengan kata “Laa syariika lak” (Tidak ada sekutu bagiMu), bahwa ibadah dan penghambaan harus murni kepada Allah Ta’ala semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada ibadah untuk selain-Nya, apapun dan siapapun wujudnya.

[baca lanjutan: Makna Bagian Kedua dari Kalimat Talbiyah]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323175/makna-bagian-pertama-dari-kalimat-talbiyah#sthash.hPWqNgKE.dpuf

Ada Berkah pada Daging Kambing

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suka memakan daging kambing, terutama bahagian lengan dari daging seekor kambing

SELAMA Idul Adha umat Islam sering mendapatkan pembagian daging yang berlebihan. Di sisi lain, banyak berita beredar di masyarakat tentang bahaya makan daging kambing. Benarkah demikian?

Seperti diketahui, daging kambing merupakan daging merah yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Daging kambing yang awalnya dinilai merupakan makanan pokok di Timur Tengah, Afrika Utara, dan budaya Karibia kini telah merambah ke Amerika serta Eropa.  Meski lezat, banyak orang justru menghindarinya karena beredarnya mitos makan daging kambing berbahaya.

  • Rasulullah Suka Daging Kambing

Rasulullah adalah seorang penggembala kambing karena hewan ini dinilai banyak kebaikan dan ada keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اتخذوا الغنم فإن فيها بركة

“ Peliharalah (manfaatkan) oleh kalian kambing kerana di dalamnya terdapat barakah.” [HR Ahmad]

Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda;

ما بعث اللهُ نبيًّا إلا رعى الغنمَ . فقال أصحابُه : وأنت ؟ فقال : نعم ، كنتُ أرعاها على قراريطَ لأهلِ مكةَ

“Tidaklah seorang Nabi diutus melainkan ia menggembala kambing. Para sahabat bertanya, apakah engkau juga?”. Beliau menjawab, “iya, dahulu aku menggembala kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.”[HR. Al Bukhari, no. 2262]

Dari Abu Said berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hampir saja harta muslim yang terbaik adalah kambing yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau peperangan sesama muslim).” (HR. Bukhari)

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suka memakan daging kambing, terutama bahagian lengan dari daging seekor kambing. Abu Hurairah r.a. berkata: “Suatu ketika dihidangkan ke hadapan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam semangkuk bubur dan daging. Maka beliau mengambil bahagian lengan (dari daging tersebut), dan bahagian itulah yang paling disenangi oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam.” (HR. Muslim)

Dhuba’ah binti Zubair menceritakan bahwa Ia pernah menyembelih seekor kambing. Ketika utusan Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassallam menemuinya, yang tersisa dari daging kambing itu hanya lehernya, sehingga Ia malu jika harus menghadiahkan kepada beliau. Utusan Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassallam kemudian menceritakan itu kepada Beliau. Lalu Beliau bersabda “Kembalilah kepadanya dan katakan, “Antarkan saja leher tersebut, karena itu adalah penunjuk kambing. Lebih dekat kepada kebaikan dan paling jauh dari penyakit.” (HR Bukhori Muslim dan Ahmad).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disuguhi daging. Bagian kaki (dari daging itu atau paha) diberikan kepada Beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukainya, maka beliau menggigit daging itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

شفاء عرق النسا ألية شاة أعرابية تذاب ثم تجزأ ثلاثة أجزاء ثم يشرب على الريق في كل يوم جزء

“Obat ‘irqun nasa adalah (lemak) ekor domba pedalaman (dari Arab), kemudian ditumbuk dan direbus, dicairkan, kemudian dibagi menjadi 3 bagian. Setiap bagian diminum pagi, siang, dan sore (saat perut masih kosong).” (HR. Ibnu Majah)

  • Perintah Aqiqah dengan Kambing

Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” [Hadits Riwayat Ahmad (2/31, 158, 251), Tirmidzi (1513), Ibnu Majah (3163)]

Dari Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassallam bersabda : “Menaqiqahi Hasan dan Husain dengan satu kambing dan satu kambing.” [HR Abu Dawud (2841) Ibnu Jarud dalam kitab al-Muntaqa (912) Thabrani (11/316]

Sebagian ulama juga berpendapat dibolehkan aqiqah dengan unta, sapi, dan lain-lain. Namun pendapat ini dianggap lemah.

  1. Memakan Daging dalam Al-Quran

Salah satu kebesaran Allah Subhanahu Wata’ala adalah menciptakan hewan-hewan agar bisa dimanfaatkan bagi manusia; terutama daging, susu dan kulitnya.

Daging merupakan makanan yang sangat penting bagi manusia sepanjang zaman, baik di dunia mahupun akhirat. Allah Subhanahu Wata’ala menjelaskan dalam Al-Quran bahwa daging termasuk makanan penghuni Surga:

وَأَمۡدَدۡنَـٰهُم بِفَـٰكِهَةٍ۬ وَلَحۡمٍ۬ مِّمَّا يَشۡتَہُونَ (٢٢)

“Dan Kami telah persiapkan bagi mereka dengan buah-buahan dan daging yang mereka sukai.” (Ath-Thur [52] 22)

وَأَمۡدَدۡنَـٰهُم بِفَـٰكِهَةٍ۬ وَلَحۡمٍ۬ مِّمَّا يَشۡتَہُونَ (٢٢)

“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (QS: at Tur [52]: 22)

وَإِنَّ لَكُمۡ فِى ٱلۡأَنۡعَـٰمِ لَعِبۡرَةً۬‌ۖ نُّسۡقِيكُم مِّمَّا فِى بُطُونِہَا وَلَكُمۡ فِيہَا مَنَـٰفِعُ كَثِيرَةٌ۬ وَمِنۡہَا تَأۡكُلُونَ (٢١)

“Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan [juga] pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian darinya kamu makan.” (QS: Al Mukminun: 21)

  • Pendapat para Ulama tentang Daging Kambing

Lewat beberapa hadist yang menerangkan sunnah menyembelih dua ekor kambing untuk laki-laki dan satu ekor kambing untuk perempuan, menandakan keharsan untuk aqiqah dengan kambing.

Dalam Kitab Fathul Bari’ al-Hafidz Ibnu Hajar menerangkan: “Para ulama mengambil dalil dari penyebutan syaatun dan kabsyun (kibas, anak domba yang telah muncul gigi gerahamnya) untuk menentukan kambing untuk aqiqah.”

Pengarang Kitab Subulussalam, Imam Ash-Shan’ani mengatakan, lafadz syaatun (dalam hadist) menunjukkan persyaratan kambing untuk aqiqah tidak sama dengan hewan qurban. Adapun orang yang menyamakan persyaratannya, mereka berdalil dengan qiyas.

Ibnul Qayyim juga berkata, “Daging Kambing dapat menjadikan darah yang sehat an kuat bagi siapa saja yang dapat mengunyahkan dengan baaik. Daging itu cocok bagi orang-orang yang tinggal di daerah dengan iklim dingin dan sedang, serta cocok pula bagi mereka yang suka berolahraga di tempat-tempat yang dingin atau pada musim dingin. Daging juga bermanfaat bagi mereka yang lemah daya pikirnya karena daging dapat menguatkan daya pikir dan daya hapal seseorang. Bagian daging yang paling baik adalah yang terlindung dengan tulang. Bagian sebelah kanan lebih baik dari sebelah kiri. Dan bagian depan lebih baik dari bagian belakang. Rasulullah lebih menyukai bagian depan seekor kambing. Daging bagian aas juga lebih baik dari bagian bawahnya, kecuali bagian kepala.” [Panduan Diet Ala Rasulullah, Indra Kusumah SKL, Gramedia)

Para ulama terdahulu memberikan pendapat tentang keutamaan mengambil daging. Di antaranya :

Qadhi Iyadh berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam gemar mengambil daging bahagian lengan disebabkan oleh kematangannya, aroma yang wangi, rasa yang lazat, manis dan jauh dari tempat-tempat yang berbahaya.”

Muhammad bin Wasi’ berkata, “Daging dapat menambahkan kekuatan penglihatan.”

Imam Az Zuhri berkata, “Memakan daging akan menambah tujuh puluh kekuatan (tenaga).”

Ali bin Abi Thalib berkata, “Makanlah daging, sesungguhnya daging dapat membuat warna menjadi jernih, membuat perut menjadi lapar dan dapat memperbaiki akhlak.”

Sementara Adz-Dzhahabi dalam Thibbun Nabawi menguraikan,  limpa dagingnya jelek dan mengakibatkan sakit empedu. Sedangkan hati yang paling bagus dimakan dengan cuka dankazbarah (ketumbar), lalu disantap dalam kondisi dingin bersama karaaya.

Al-Farzdaq berkata, “Ambillah daging bagian depan. Hindarilah kepala dan perut, karena keduanya adalah sarang penyakit.”

Namun demikian perlu dihindari makan daging berlebihan, karena Umar bin Khaththab  RA berkata, “Hindarilah daging, karena sesungguhnya daging itu mengandung zat yang ganas seperti ganasnya khamer.” (Imam Malik dalam Al-Muwaththa).

Ahli tafsir Al-Qurthubi rahimahullah berkata,

وجعل البركة في الغنم لما فيها من اللباس والطعام والشراب وكثرة الأولاد، فإنها تلد في العام ثلاث مرات إلى ما يتبعها من السكينة، وتحمل صاحبها عليه من خفض الجناح ولين الجانب

“Allah telah menjadikan berkah pada kambing di mana kambing bisa dimanfaatkan untuk pakaian, makanan, minuman, banyaknya anak ,karena kambing beranak tiga kali dalam setahun, sehingga memberikan ketenangan bagi pemiliknya. Kambing juga membuat pemiliknya rendah hati dan lembut terhadap orang lain.” [Dalam Al-jami’ liAhkaamil-Qur’an10/80, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, 1384 H, syamilah]

  • Manfaat Kesehatan

Terlepas dari rasa yang unik, daging kambing juga memiliki manfaat kesehatan. Meski diketahui daging kambing meningkatkan kadar kolesterol darah, tetapi bisa mengurangi risiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Daging mereka adalah sumber yang baik dari asam linoleat terkonjugasi (CLA), yaitu asam lemak yang dapat membantu mencegah kanker dan kondisi peradangan lainnya.

Seperti dilansir laman Indiatimes, Senin (12/9/2016), daging kambing mengandung selenium, dan kolin yang bermanfaat dalam menangkal kanker.

Bahkan untuk wanita hamil, daging kambing dinilai bisa mencegah anemia, meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah ibu, dan mensuplai darah ke bayi karena mengandung jumlah tinggi zat besi sebanyak 3 mg per 100 gram daging kambing. Pada bayi dapat mengurangi risiko cacat lahir.

Bagi wanita yang nyeri saat haid, daging kambing bisa memulihkan karena mengandung zar besi. Vitamin B12 yang terkandung di dalamnya bisa membuat sehat kulit.

Direktur Chevon Agrotech Pvt. Ltd, Dr Rizwan Thakur, sebagaimana dikutip lamanyahoo.health pernah mengatakan banyak manfaat daging kambing bagi kesehatan.

Menurutnya, daging kambing merupakan sumber yang baik dari asam linoleat terkonjugasi (CLA), asam lemak yang bisa membantu mencegah kanker dan kondisi peradangan lainnya. Selain itu  mengandung vitamin B, yang membantu Anda membakar lemak. Dengan jumlah tinggi protein tanpa lemak dan jumlah yang rendah lemak jenuh, hal ini membantu mengontrol berat badan dan mengurangi risiko obesitas. Daging kambing juga mengandung selenium dan kolin yang bermanfaat dalam menangkal kanker.

Meski banyak manfaat, jangan lupa, jeroan dari kambing / sapi selain meningkatkan kadar asam urat juga dapat meningkatkan kadar asam urat darah kita. Oleh karena itu juga jangan dikonsumsi secara berlebihan.

Bagi seseorang yang menderita hipertensi, kadar Kolesterol tinggi (dislipidemia), kadar asam urat tinggi (hiperuresemia), penderita kencing manis dan kegemukan, harus ekstra hati-hati dalam mengonsumsi daging kambing atau sapi selama masa hari  raya. Bisa saja konsumsi daging yang berlebihan dalam waktu singkat dapat memperburuk kondisi sakitnya. (Jangan Takut Makan Daging, Dr. Ari F. Syam Sp.Pdm Kompas.com, Rabu, 23 September 2015).

Seperti diketahui, protein sangat penting untuk memperbaiki dan membangun jaringan, produksi antibodi serta menguatkan sistem imun tubuh manusia sehingga kita tak mudah sakit. Protein juga menyusun sekitar 40 persen tubuh Anda yang menyebar pada bagian otot yang menempel pada tulang, otot pada organ, tulang, dan sebagainya. Yang terpenting, daging mengandung protein dalam jumlah besar

United State Department of Agriculture (USDA) telah mempublikasikan kajiannya  ternyata setiap berat yang sama daging kambing mengandung lebih sedikit lemak, lemak jenuh dan kolesterol dibandingkan dengan daging sapi dan bahkan lebih rendah juga dari daging ayam.

Hanya saja, terlalu banyak mengonsumsi protein juga berbahaya.  Sebab terlalu banyak makanan tinggi protein biasanya sarat akan lemak jenuh sehingga bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan pola makan tinggi protein berkontribusi pada peningkatan level Kolesterol, asam urat, dan penyakit ginjal, terutama mereka yang sudah menderita gangguan ginjal.

Jadi berhati-hati dianjurkan, namun terlalu takut memakan daging kambing juga sangat berlebih-lebihan.*

 

sumber: Hidayatullah.com

Paspor Palsu Filipina

ALLAH Swt berfirman,“Dan,apa saja nikmat yang ada pada kamu,maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan,maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.”(QS. An Nahl [16]: 53).

Jangan khawatir terhadap nikmat yang belum datang kepada kita. Sesungguhnya segala nikmat itu milik Allah Swt dan Dia Yang Maha Memberikannya kepada kita. Nikmat Allah Swt tersebut akan diberikan kepada kita apabila kita mau bersikap mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Allah Swt berfirman,“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),makasesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim [14]: 7).

Sikap bersyukur itu bagaikan tali yang menarik nikmat lain yang belum datang kepada kita. Apabila kita bersyukur, maka sikap kita tersebut akan mengikat nikmat yang sudah datang dan mengundang atau menarik nikmat-nikmat lainnya yang belum datang sehingga menghampiri kita.

Tidak perlu risaukan nikmat-nikmat yang belum datang kepada kita. Tidak perlu kita khawatir tidak akan mendapatkan nikmat-nikmat lain yang telah didapatkan oleh orang lain. Akan tetapi takutlah jika kita tidak mensyukuri nikmat-nikmat yang sudah kita terima dari Allah Swt.

Karena apabila kita tidak mensyukuri nikmat yang telah didatangkan oleh Allah Swt kepada kita, maka akan lepaslah nikmat itu dari genggaman kita. Jika nikmat tersebut sudah terlepas dari genggaman kita, bagaimana ia bisa mengundang nikmat lain untuk datang kepada kita. Malah yang akan muncul adalah malapetaka sebagai akibat sikap kita yang tidak bersyukur, sebagaimana firman Allah Swt tersebut di atas.

Tidak perlu khawatirkan uang yang belum datang kepada kita. Takutlah jika uang yang sudah ada di tangan kita, tidak kita syukuri. Karena sikap tersebut akan mengakibatkan sirnanya uang yang ada pada kita dan menjauhkan kita dari nikmat-nikmat lainnya.

Jika kita masih bertempat tinggal di rumah kontrakan, kemudian menghadapi kenyataan naiknya harga tanah dan harga rumah. Maka tidak perlulah kita takut dan khawatir. Karena yang menjadi masalah ketika kita tidak mampu beli rumah adalah bukan kerena harga tanah atau harga rumah naik, melainkan karena kita tidak memiliki uang untuk membelinya.

Oleh karena itu, tidak perlu takut dan khawatir, karena bagi Allah tidak ada yang mustahil. Jika Allah berkehendak memberikan rezeki kepada kita, maka berapapun tingginya harga tanah atau rumah, kita akan sanggup membelinya. Orang yang membangun hotel saja dicukupkan uangnya oleh Allah Swt, padahal kemudian berbagai perbuatan negatif terjadi di dalam hotel itu. Apalagi orang yang hendak membangun masjid atau orang yang hendak membangun rumah demi menaungi anak dan istrinya.

Tidak ada pemberi nikmat selain Allah Swt. Apapun yang selain Allah, bukanlah pemberi. Segala yang selain Allah hanyalah perantara atau jalan. Jangan berharap kepada perantara atau jalan, berharaplah kepada sumber.

Jika ada selang, jangan pernah berharap ada air keluar dari selang, berharaplah sumber air memancarkan air. Meskipun selangnya banyak, jika sumber airnya tidak memancarkan air, maka percuma saja selang-selang itu hadir. Daripada kita memperhatikan selang, akan lebih baik bila kita memperhatikan bagaimana mata air bisa memancar air.

Ada satu pertanyaan, apakah ada pembeli yang bisa memberi rezeki kepada kita seandainya kita berposisi sebagai penjual? Pada hakikatnya tidaklah demikian. Bukan pembeli yang memberikan rezeki kepada kita. Pembeli itu hanyalah pengantar atau perantara rezeki. Adapun sumber rezeki itu adalah Allah Swt.

Apakah yang menjamin kehidupan bulanan kita adalah gaji atau pesangon dari kantor? Tentu saja bukan. Gaji atau pesangon hanyalah salah satu jalan rezeki dari Allah Swt. Banyak yang tidak punya gaji dan tidak punya pesangon, akan tetapi dia tetap hidup dan sehat.

Apakah suami pemberi rezeki? Tentu saja bukan. Seandainya seorang suami meninggal dunia, itu bukan berarti rezeki sang istri terputus. Rezeki tetap mengalir untuknya dari perantara atau jalan yang lain. Bahkan di dunia ini lebih banyak yang meninggal suaminya daripada istrinya. Ketika seorang isteri ditinggal mati oleh suaminya, maka sesungguhnya Allah Swt tetaplah ada.

Tidak perlu gelisah atas nikmat yang belum kita dapatkan. Sikap seperti itu tidaklah penting dan tidak akan memberikan efek positif pada diri kita. Sikap yang penting kita lakukan adalah mensyukuri nikmat yang sudah Allah Swt berikan kepada kita. Karena sikap syukur akan mendatangkan nikmat-nikmat lain dan melipatgandakan nikmat yang sudah ada. Sedangkan sikap kufur atau tidak bersyukur akan menggerus nikmat yang sudah kita miliki dan menjauhkan kita dari nikmat yang belum kita punyai,naudzubillahi mindzalik.[*]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2319828/jangan-risau-pada-nikmat-yang-belum-datang#sthash.TLoXt7iK.dpuf

Bolehkah Berkurban untuk Orang yang Sudah Wafat?

IMAM Al Bahuti mengatakan:

Imam Ahmad berkata bahwa semua bentuk amal saleh dapat sampai kepada mayit baik berupa doa, sedekah, dan amal saleh lainnya, karena adanya riwayat tentang itu.

Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan:

“Segala puji bagi Allah. Tidak ada dalam ayat, dan tidak pula dalam hadis, yang mengatakan bahwa Tidak Bermanfaat doa seorang hamba bagi mayit, dan juga amal perbuatan yang diperuntukkannya berupa amal kebaikan, bahkan para imam Islam sepakat hal itu bermanfaat bagi mayit, hal ini sudah ketahui secara pasti dalam agama Islam, hal itu telah ditunjukkan oleh Alquran, As Sunnah, dan ijma. Barang siapa yang menyelesihinya, maka dia adalah ahli bidah.”

Beliau juga berkata:

“Para imam telah sepakat bahwa sedekah akan sampai kepada mayit, demikian juga ibadah maaliyah (harta), seperti membebaskan budak.”

Dan, qurban termasuk ibadah maaliyah. Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah mengatakan:

“Amal apa pun demi mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan oleh manusia dan menjadikan pahalanya untuk mayit seorang muslim, maka hal itu membawa manfaat bagi mayit itu, Insya Allah, seperti: doa, istighfar, sedekah, dan berbagai kewajiban yang bisa diwakilkan.”

Kelompok yang membolehkan berdalil:

1. Diqiyaskan dengan amalan orang hidup yang sampai kepada orang yang sudah wafat, seperti doa, sedekah, dan haji.

2. Ibadah maaliyah (harta) bisa diniatkan untuk orang yang sudah wafat seperti sedekah, dan berqurban jelas-jelas ibadah maaliyah.

3. Hadis Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisyaratkan bahwa qurban untuk orang yang sudah wafat adalah boleh dan pahalanya sampai, Insya Allah.

Dari Aisyah Radhiallahu Anha:

Nabi mengucapkan: “Bismillahi Allahumma taqabbal min Muhammadin wa min ummati Muhamamdin (Dengan Nama Allah, Ya Allah terimalah Kurban dari Muhammad dan umat Muhammad),” lalu beliau pun menyembelih.”

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mendoakan agar qurban dari Beliau, dan umatnya diterima Allah Taala. Hadis ini menyebut “umat Muhammad” secara umum, tidak dikhususkan untuk yang masih hidup saja. Sebab, “umat Muhammad” ada yang masih hidup dan yang sudah wafat.

Sebenarnya, telah terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang berqurban untuk orang yang sudah wafat. Berikut ini rinciannya:

Jika seseorang berwasiat untuk berkurban atau berwaqaf untuk itu, maka dibolehkan berkurban baginya menurut kesepakatan ulama. Jika dia memiliki kewajiban karena nazar atau selainnya, maka ahli warisnya wajib melaksanakannya.

Ada pun jika dia tidak berwasiat, dan ahli waris dan selainnya nya hendak berkurban untuknya dari hartanya sendiri, maka menurut Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah, membolehkan berkurban untuknya, hanya saja Malikiyah membolehkan dengan kemakruhan. Mereka membolehkan karena kematian tidaklah membuat mayit terhalang mendekatkan diri kepada Allah Taala sebagaimana sedekah dan haji.

Telah sahih bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkurban dengan dua kambing kibas, satu untuk dirinya dan satu untuk umatnya yang belum berkurban. Atas dasar ini, seandainya tujuh orang berpartisipasi dalam kurban Unta, lalu salah seorang ada yang wafat sebelum penyembelihan. Lalu ahli warisnya mengatakan dan mereka sudah baligh- : sembelihlah untuknya, maka itu boleh. Sedangkan kalangan Syafiiyah berpendapat tidak boleh berkurban untuk mayit tanpa diwasiatkan dan waqaf.

Wallahu a’lam. [Ustadz Farid Hasan Nu’man]

 

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323116/bolehkah-berkurban-untuk-orang-yang-sudah-wafat#sthash.BFOsmV8P.dpuf

Jenis Hewan Sembelihan

TIDAK semua hewan bisa dijadikan sembelihan qurban. Sebab, ini adalah ibadah yang sudah memiliki petunjuk bakunya dalam syariat yang tidak boleh diubah, baik dikurang atau ditambah. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata tentang hal ini:

“Ulama telah ijma (sepakat) bahwa hewan qurban itu hanya dapat diambil dari hewan ternak (An Naam). Mereka juga sepakat bahwa yang lebih utama adalah unta (Ibil), lalu sapi/kerbau (Baqar), lalu kambing (Ghanam), demikianlah urutannya. Alasannya adalah karena Unta lebih banyak manfaatnya (karena lebih banyak dagingnya, pen) bagi fakir miskin, dan demikian juga sapi lebih banyak manfaatnya dibanding kambing.”

Dalil-dalilnya adalah, dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu Anhu, “Kami haji bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kami berkurban dengan Unta untuk tujuh orang, dan Sapi untuk tujuh orang.”

Untuk kambing, dalilnya adalah, “Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyembelih Unta dengan tangannya sendiri sambil berdiri, di Madinah Beliau menyembelih dua ekor kambing Kibasy yang putih.”

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323102/jenis-hewan-sembelihan#sthash.E12N4kmW.dpuf

Ketika Pasukan Kerajaan Inggris Pertama Kali Berhaji

Ditengah merebaknya isu Islamophobia di Inggris, negara Ratu Elizabeth memberangkatkan 18.500 calon jamaah haji ke Arab Saudi pada musim haji tahun ini.

Namun, yang menarik, dari ribuan calon jamaah haji Inggris tersebut, terdapat beberapa tentara Kerajaan Inggris yang tahun ini pertama kali melakukan rukun Islam kelima tersebut.

Dilansir dari media Saudi, Asharq Al Aswat, Sabtu (10/9), Kantor Luar Negeri Inggris menerbitkan foto ketika beberapa tentara Inggris di Madinah melakukan ritual haji.

Lamin Camara, salah seorang delegasi haji dari pasukan Kerajaan Inggris, Royal Horse Artillery mengatakan, ia merasakan kerendahan hati dan tingkah lakunya selama prosesi haji.

“Ini merupakan perjalanan haji saya yang pertama, dan mengunjungi Masjid Nabawi dan Makam Rasulullah. Bagi saya seperti mimpi,” kata dia.

“Saya berutang budi kepada rantai komando saya atas dukungan mereka dalam hal ini. Pengalaman ini pasti akan membuat saya menjadi manusia yang lebih baik, dan karena itu seorang prajurit yang baik,” sambungnya.

Delegasi haji dari angkatan bersenjata Inggris mengunjungi dua kota suci, Madinah dan Makkah pada musim haji tahun ini berkat kerja sama dengan angkatan bersenjata Arab Saudi. Konsul Inggris di Jeddah Barry Beach mengatakan, pihaknya senang membantu 18.500 jamaah haji asal Inggris berhaji tahun ini.

Penasehat Islam untuk kepala staf pertahanan Inggris, Imam Asim Hafiz–yang juga memimpin delegasi haji Inggris– mengatakan ini menjadi bukti kemampuan tentara Inggris menjaankan perintah agama. Muslim di angkatan bersenjata Inggris yang beribadah haji telah menunjukkan bahwa tugas kemiliteran mereka harmonis dengan kewajiban Islam.

“Banyak nilai-nilai moral yang dimiliki oleh Angkatan Bersenjata sepenuhnya selaras dengan agama Islam,” ujar dia. Dalam pandangannya, kesempatan sebagai tentara untuk memenuhi rukun Islam kelima tidak diragukan lagi memperkuat nilai-nilai tersebut.

Usai ritual haji, kata Hafidz, para prajurit Muslim ini nilai rohaninya akan kembali direvitalisasi. Ini akan membuat mereka lebih baik pada pekerjaan yang mereka lakukan, dan membuat mereka lebih sadar memenuhi tanggung jawab mereka. Yakni, melakukan yang terbaik bagi negara dan agamanya.

 

sumber: Republika Online

Haji Mengubah Malcom X Melawan Diskriminasi Rasial di AS

Diperkirakan dua juta Muslim berkumpul dari seluruh dunia melaksanakan ritual puncak haji, yaitu wukuf di Padang Arafah. Pada 1964, seorang warga Afro Amerika, Malcom X juga pernah melakukan hal serupa di tempat yang sama.

Perjalanan haji dan wukuf di Arafah saat itu telah mengubah perjalanan hidupnya secara drastis, yakni melawan penindasan warga kulit hitam Amerika oleh warga kulit putih. Hal itu ia tuangkan dalam salah satu surat pribadinya, yang ditujukan kepada asisten setia di Harlem.

Dilansir dari Arysnews.tv, Ahad (11/9), berjudul ‘Historical letter that Malcolm X wrote after Hajj’, Malcom X menulis, “Amerika perlu memahami Islam, karena inilah satu-satunya agama yang menghapus dari masalah rasial dalam komunitas bangsa ini.”

Sepanjang perjalanan ke negara Muslim, Malcolm C mengau bertemu dan berbicara dan makan dengan orang yang mungkin di Amerika dianggap warga putih. Namun, kata dia, sikap rasial itu telah dihapus oleh Islam dari pikiran mereka.

“Aku belum pernah melihat persaudaraan yang tulus dan benar-benar dipraktikkan oleh semua warna bersama-sama, terlepas dari warna kulit mereka,” ujar Malcolm X.

“Anda mungkin terkejut dengan kata-kata saya ini, tapi perjalanan ziarah haji ini, apa yang saya lihat, rasakan telah memberikan kekuatan kepada saya untuk menyusun kembali dari pola pikir yang ada pada diri saya sebelumnya.”

“Selama 11 hari terakhir haji di negara Muslim, aku sudah makan dari piring yang sama, minum dari gelas yang sama, dan tidur di karpet yang sama, berdoa kepada Tuhan yang sama, dengan sesama Muslim. Dari mata yang berwarna paling biru, rambut yang paling pirang, dan kulit yang paling putih. Aku merasakan ketulusan yang sama bahwa aku merasa di antara muslim Afrika, Nigeria dan Ghana. Kami benar-benar sama bersaudara,” tulis dia dalam salah satu bagian suratnya.

Inilah yang ia yakini, pesan yang sama disampaikan Rasulullah 14 abad yang lalu. Saat wukuf di Arafah dalam Haji Wada (Haji perpisahan), beberapa pesan Rasulullah berisi ajaran kemanusiaan dan persaudaraan universal.

Rasulullah bersabda, “Wahai manusia, Tuhanmu hanyalah satu dan asalmu juga satu. Kamu semua berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Keturunan, warna kulit, bangsa tidak menyebabkan seseorang lebih baik dari yang lain. Orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling takwa. Orang Arab tidak lebih mulia dari yang bukan Arab, sebaliknya orang bukan Arab tidak lebih mulia dari orang Arab. Begitu pula orang kulit berwarna dengan orang kulit hitam dan sebaliknya orang kulit hitam dengan orang kulit berwarna, kecuali karena takwanya.”

“Wahai manusia! Sesungguhnya darah, harta kalian, kehormatan kalian sama sucinya seperti hari ini, pada bulan ini, di negeri ini. Sesungguhnya kaum mukmin itu bersaudara. Tidak boleh ditumpahkan darahnya, tidak boleh dirampas hartanya dan tidak boleh dicemarkan kehormatannya. Dengan demikian kamu tidak menganiaya dan tidak teraniaya,” sabda Rasulullah Dan dalam khutbah Wukufnya yang lain.

 

sumber: Republika Online

Beli Facebook

Haji Dullah betul-betul dibuat jengkel. Untuk kesekian kali seorang penguasaha warnet mengejek para santrinya sebagai gerombolan orang masa kini yang gaptek alias gagap teknologi. Cepat-cepat ia paksakan kaki tuanya itu bertandang ke warnet.

“Saya memang melarang santri saya main di warnet sampean. Tapi jangan seenaknya sendiri dong menghina santri-santri saya,” sergah Haji Dullah.

“Maksudnya, Yai?” pengusaha warnet belum paham.

“Kenapa santri saya dibilang gaptek?” Haji Dullah tak terima.

“Gimana enggak gaptek, Yai, kalau facebook saja tidak punya. Hari gini…”

“Memang berapa sih harganya facebook, saya beli semua.”

Pengusaha warnet: ????

 

 

 

Sumber: NU Online

Syarat-Syarat Hewan Layak Kurban

SYAIKH Sayyid Sabiq Rahimahullah menuliskan ada dua syarat:

Pertama, hendaknya yang sudah besar, jika selain jenis Adh Dhanu (benggala, biri-biri, kibasy, dan domba). Jika termasuk Adh Dhanu maka cukup jadza atau lebih. Jadza adalah enam bulan penuh dan gemuk badannya. Unta dikatakan besar jika sudah mencapai umur lima tahun. Sapi jika sudah dua tahun. Kambing jika sudah setahun penuh.

Bila hewan-hewan ini telah mencapai umurnya masing-masing maka sudah boleh dijadikan hewan kurban.

Kedua, hendaklah sehat dan tidak cacat. Maka tidak boleh ada pincang, buta sebelah, kurap (penyakit kulit), dan kurus. Dari Al Hasan: bahwa mereka berkata jika seorang membeli Unta atau hewan kurban lainnya dan kondisinya sehat-sehat saja, namun sehari sebelum hari H mengalami pincang, buta sebelah, atau kurus kering, maka hendaklah diteruskan penyembelihannya, karena yang demikian telah cukup memadai. (HR. Said bin Manshur).[6] Demikian dari Syaikh Sayyid Sabiq.

Jadi, bisa diringkas, jika hewan kurbannya adalah jenis kibas, biri-biri, dan domba, maka minimal adalah setengah tahun penuh. Jika selain itu maka hendaknya yang sudah cukup besar, biasanya ukuran besar bagi kambing biasa adalah setahun penuh. Sapi adalah dua tahun penuh, dan Unta adalah lima tahun.

Jantan dan Betina Sama Saja. Tidak sedikit yang bingung tentang ini, padahal keduanya boleh dan sah sebagai qurban.

Tertulis dalam Al Mausu’ah:

Syarat pertama, dan ini disepakati mazhab-mazhab, bahwa hewan qurban adalah dari golongan hewan ternak. Yaitu Unta, Sapi peliharaan termasuk jawamis (sejenis banteng), dan juga kambing baik yang benggala atau biasa. Dan semua itu sah baik jantan dan betina. (Al Mausu’ah, 5/81-82)

 

– See more at: http://mozaik.inilah.com/read/detail/2323105/syarat-syarat-hewan-layak-kurban#sthash.na2f9Htm.dpuf

Sebab Merpati-Merpati Kabah

Jamaah haji di Makkah dan Madinah pasti menyaksikan pemandangan kota yang sering diwarnai oleh ribuan burung merpati yang berkumpul dan beterbangan di udara. Tak ada seorang pun penduduk di sana yang memburunya.

Burung-burung merpati di sana, khususnya di Ka’bah, dibiarkan bebas dan berkembang biak. Ada satu kisah yang dikutip dari al-Ustaz Muhammad Rusli Amin yang mengutip Doston Ye Az Khudha oleh Ahmad Mir Khalaf Zadeh dan QWasim Mir Khlaf Zadeh tentang merpati ini.

Kisah ini diawali dari Imam Ali Zainal Abidin Al Sajjad yang bertanya kepada para sahabatnya, ”Apakah kalian tahu sebab keberadaan merpati-merpati di Ka’bah?” Para sahabatnya menjawab, ”Kami tidak mengetahuinya. Jelaskanlah kepada kami.”

Beliau berkata, ”Di zaman dahulu, hiduplah seorang laki-laki yang memiliki sebuah rumah. Di tengah rumah itu, tumbuhlah sebatang pohon kurma. Seekor burung merpati membuat sarangnya di atas pohon kurma itu. Setiap kali merpati itu menetaskan anak-anaknya, lelaki itu memanjat pohon kurma tersebut, lalu mengambil anak-anak merpati itu dan menyembelihnya.”

Kejadian tersebut berlangsung selama beberapa waktu. Akhirnya, burung merpati itu mengadukan perbuatan laki-laki tersebut kepada Allah. Kemudian, kepada merpati itu diilhamkan bahwa pada kali berikutnya, saat laki-laki itu memanjat pohon untuk mengambil anak-anak sang merpati, ia akan terjatuh dari atas pohon kurma dan meninggal dunia.

Burung merpati itu kembali menetaskan anak-anaknya. Suatu hari, ia melihat laki-laki itu memanjat pohon kurma. Sang induk merpati pun bertengger di atas sebuah dahan dan memperhatikan apa yang akan terjadi. Ketika laki-laki itu memanjat pohon, terdengarlah suara pengemis dari balik pintu rumah, meminta bantuan.

Lelaki itu pun segera turun dari pohon dan memberikan bantuan kepada sang pengemis. Lalu, ia kembali memanjat pohon, mengambil anak-anak merpati itu dan menyembelihnya. Tidak ada bahaya yang menimpanya.

Induk merpati pun mengadu kepada Allah, ”Ya Allah, mana janji-Mu yang telah Engkau sampaikan padaku?” Maka Allah mengilhamkan kepada induk merpati itu, ”Karena sedekah kepada pengemis yang dilakukan lelaki tersebut, maka ia terhindar dari bencana. Akan tetapi, dengan cepat Aku akan memperbanyak keturunanmu. Dan Aku akan memberikan kepadamu sebuah tempat tinggal yang aman, sehingga engkau tidak akan diganggu hingga hari kiamat.”

 

 

Sumber: Koran Republika

Maka, Allah SWT menempatkan merpati-merpati itu di Ka’bah, sebuah tempat yang aman dan tenteram. Tak seorang pun mampu memburu dan menangkap mereka. Wallahu a’lam.