Ingin Rezeki Lancar dan Utang Segera Lunas?

Syekh Muhammad kembali mengemukakan doa-doa hebat lainnya yang penting dibaca dan diamalkan di kehidupan sehari-hari. Ingin agar utang Anda cepat terbayar lunas dan diberikan rezeki yang lancar? Tampaknya memang perlu mempertimbangkan mengamalkan doa dan bacaan berikut.

Salah satunya yang diajarkan Rasul langsung kepada Aisyah: Allahumma farijal hamm kasyifal ghamm mujiba da’watal mudhtarrin, rahmanad dunya wal akhirata wa rahimaha, anta tarhamuni farhamni rahmatan tughnini biha ‘amman siwaka.

Abu Bakar memberikan testimoni khusus terkait doa dan amalan ini. Ia merasakan khasiat setelah membacanya. Ketika itu, ia memiliki utang dan segera ingin melunasinya, selang beberapa waktu setelah mengetahui doa ini dan mengamalkannya urusan utangnya terselesaikan.

Khasiat yang sama juga dirasakan langsung oleh Aisyah. Ia mengisahkan, ia pernah berutang kepada Asma’ dan sangat malu dengan keberadaan utang itu. Ia memutuskan membiasakan berdoa dengan doa dan amalan yang diajarkan Rasul tersebut. Tidak butuh waktu lama, Allah memberikan rezeki yang bukan berasal dari harta warisan atau sedekah, melainkan dari keringatnya sendiri.

Rasulullah juga mengajarkan doa dan amalan dengan redaksi lain kepada Mu’adz bin Jabal yang tengah terlilit utang dari seorang Yahudi. Rasul menganjurkannya membaca doa berikut:

Allahumma malikal mulki tu’til mulka man tasya’u wa tanzi’ul mulka mimman tasya’u, wa tu’izzu man tasya’u, wa tadzillu man tasya’u, biyadikal khaira, innaka ‘ala kulli syain qadir. Tulijullaila fin nahari wa tulijunnahara fillaili wa tukhrijul hayya minal maiti wa tukhrijul mayyita minal hayyi wa tarzuqu man tasya’u bighairi hisab. Rahmanaddunya wa rahimaha, tu’thi minhuma man taysa’u wa tamna’u mimman tasya’u, irhamni birahmatika tughnini biha ‘an rahmati man siwaka.

 

 

REPUBLIKA ONLINE

Usul Sahabat Sebelum Azan Disyariatkan

Seluruh umat Islam tentu mengenal kata azan, yaitu kalimat tauhid yang dilantunkan seorang muazin untuk memanggil kaum Muslim agar segera bersujud kepada Allah SWT.

Sedikitnya, ia dilantunkan lima kali dalam sehari semalam, yakni sejak terbit fajar di waktu Subuh, kemudian siang hari (Zhuhur), lalu dilanjutkan pada sepertiga hari (Ashar), kemudian mulai tenggelamnya matahari di ufuk barat, hingga menjelang malam. Begitu seterusnya, sepanjang hari, setiap saat.

Dalam sejarahnya, azan pertama kali disyariatkan pada tahun kedua hijriyah setelah Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Ketika itu, sahabat Rasulullah, Bilal bin Rabah, menjadi muazin pertama yang mengumandangkan azan untuk memanggil umat Islam, pertanda waktu shalat telah tiba. Dari situlah, akhirnya azan dijadikan syariat bagi umat Islam di seluruh dunia untuk memanggil umat Islam agar melaksanakan shalat.

Sebelum azan disyariatkan, sejumlah sahabat mengusulkan beberapa simbol untuk memanggil orang agar melaksanakan shalat. Di antaranya, dengan menggunakan bendera, terompet, lonceng, dan api. Namun, usulan ini ditolak Rasul dengan alasan hal itu menyerupai kelompok agama tertentu.

Misalnya, terompet biasa digunakan kaum Yahudi, lonceng oleh kelompok Nasrani, dan api oleh kaum Majusi. Karena itu, akhirnya azan dengan kalimat tauhid menjadi alat untuk memanggil umat Islam agar melaksanakan shalat.

 

 

REPUBLIKA ONLINE

Keajaiban Azan

Tak hanya fenomena, lafal azan yang berisi kalimat tauhid mampu menggugah sebagian pendengarnya. Dengan suara yang merdu, jernih, dan penuh penghayatan, azan mampu memberi hikmah dan hidayah bagi sekelompok orang. Beberapa di antaranya bahkan masuk Islam karena seringnya mendengar azan. Tak hanya terbatas pada waktu dan kondisi tertentu, seseorang yang dibukakan hidayah hatinya oleh Allah bisa mendengarkan suara azan kendati berada di atas ketinggian.

Itulah yang dialami Yenni Farida. Ia justru mendengar seruan azan saat berada di atas pesawat pada ketinggian sekitar 3000-3600 kaki dari permukaan laut. Konon, Neil Armstrong pernah mendengar kalimat serupa ketika sedang berada di bulan. Namun, kebenaran Neil Armstrong ini masih banyak diperdebatkan khalayak.

Tak hanya mereka, Wahyu Soeparno Putro dan Cicha Koeswoyo akhirnya memeluk Islam karena mendengar kesyahduan dan kerinduan hatinya pada kalimat tauhid itu. Bahkan, banyak mualaf lainnya yang juga akhirnya memeluk agama Islam dari azan. Inilah keajaiban azan, kalimat tauhid, penyeru umat untuk segera melaksanakan shalat.

Namun demikian, ternyata ada sekelompok orang yang ‘rupanya kurang senang’ dengan seruan azan ini. Bahkan, tak jarang ada yang marah dan menggugat lantunan azan yang diperdengarkan dari pengeras suara yang terdapat di menara-menara masjid, mushala, atau lainnya. Mereka merasa terusik dengan lantunan tauhid tersebut. Bahkan, hanya gara-gara pengeras suara yang mereka anggap berlebihan akhirnya merusak silaturahim di antara umat.

Itulah yang pernah dikemukakan seorang menteri di Maroko yang meminta masjid-masjid di negara Muslim itu untuk mengatur waktu kumandang azan. Menurut menteri perempuan yang bernama Nazha Shaqli itu, azan yang dikumandangkan saat waktu istirahat (Subuh) mengganggu para wisatawan. Namun, permintaan itu ditolak menteri wakaf Maroko yang menyatakan bahwa hal itu merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk memanggil saudaranya agar segera mengerjakan shalat.

”Hanya orang-orang yang telah ditutup telinganya oleh Allah yang merasa terganggu. Apalagi, perbedaan waktu antara satu daerah dan daerah lain tentu tidak memungkinkan azan dikumandangkan secara bersamaan,” terang Ahmad Taufik yang menjabat sebagai menteri wakaf dan agama, Maroko.

Di Indonesia pun terjadi hal serupa. Sekelompok umat Islam yang tinggal di sekitar masjid dan mushala juga ada yang merasa terganggu dengan lantunan kalimat tauhid yang diserukan oleh muazin melalui pengeras suara di masjid dan mushala.

Sebuah buku yang ditulis berdasarkan hasil diskusi kelompok anak muda Muslim mengenai azan dengan judul Islam tanpa TOA, seolah menyindir para muazin yang melantunkan kalimat tauhid sebagai pertanda waktu shalat.

Benarkah suara azan yang dilantunkan melalui pengeras suara mengganggu istirahat warga? Bukankah sesuatu yang baik harus disampaikan dan diserukan? Kurang bijaksanakah ketika Rasulullah memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan di puncak menara untuk memanggil umat Islam agar segera shalat sehingga suaranya bisa terdengar di mana-mana?

Hanya orang-orang yang tertutup hatinya yang enggan menerima hidayah Allah. Mungkin, sangat tepat Allah berfirman bahwa mereka punya mata, namun tak pernah digunakan untuk melihat; punya telinga, namun tak mau mendengar; dan punya hati, namun hatinya telah tertutup. ”Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.” (Alfurqan ayat 44, Al-A’raf ayat 179, dan Albaqarah ayat 171). Na’udzubillah.

Semoga Allah membukakan pintu hati umat manusia sehingga lapang dada menerima firman-firman Allah. Wa Allahu A’lam.

 

 

REPUBLIKA ONLINE

Ketimbang Bicara Keburukan Lebih Baik Doakan

Guru Tetap Majelis Taklim Masjid Kosgoro, Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat, Habib Umar Bin Ahmad Al Hamid, menyebut boleh menceritakan keburukan orang kepada pihak yang dapat dipercaya menyelesaikan persoalan. Dalam hal ini hakim dan orang orang yang dipercayai keilmuannya. Kasus hukum seperti ini jika tidak diceritakan keburukan orang lain apa adanya, masalah tidak akan pernah selesai.

Selain itu, ada batasan-batasan tertentu saat seorang pemimpin aibnya tidak boleh dibuka di hadapan publik. “Dari hadis Nabi beliau mengatakan, ‘Jangan kamu mencaci penguasa’,” kata Habib Umar dalam Dialog Jumat Republika Edisi 5 Februari 2015.

Dari hadis lain, disampaikan Habib Umar, daripada membicarakan keburukan seorang pemimpin lebih baik mendoakannya. “Kalau bisa doakan supaya mereka baik. Karena  baiknya dia (pemimpin) kamu bakal baik juga,” ujarnya.

Habib Umar berpesan kita dianjurkan untuk mendoakan karena dengan membicarakan kejelekan mereka, tidak menyelesaiakan masalah. Kita berharap doa untuk pemimpin yang melenceng akan dikabulkan oleh Allah. “Pemimpin itu butuh doa bukan kecaman.”

Sebagai individu jika ditanya, kita pun pasti tidak mau aibnya dibuka orang lain. Karena hakikatnya, membuka aib orang lain sama saja dengan memakan daging saudara sendiri. “Janganlah kamu satu sama lain mengghibah apakah kamu senang memakan daging saudaramu yang masih hidup.”

Karena itu, Nabi Muhammad SAW meminta kepada umatnya berdoa untuk kedua orang tua, saudara, dan para pemimpin. Karena, kata Habib Umar, disampaikan Imam Syafi’i doa itu bagaikan panah pada malam hari yang tepat sasaran.

“Jadi, yang kita lihat dalam sejarah penguasa-penguasa masa lalu itu mereka dibenahi oleh Allah dengan doa-doa orang-orang saleh,” katanya.

Habib Umar mengatakan sebuah ketetapan Allah seorang menjadi pemimpin Indonesia saat ini. Maka, tugas umat selanjutnya, yakni memohon kepada Allah agar pemimpin kita diberikan petunjuk.

“Yang jelas saat dia sudah menduduki kekuasaan, kita minta kepada Allah biar dia baik karena dengan baiknya dia, kita mendapatkan dampaknya,” ujarnya.

 

sumber: REPUBLIKA ONLINE

Keutamaan Membesuk Orang Sakit

Bagi mereka yang sehat, ajaran Islam juga memberikan tuntunannya. Dalam bukunya, Ensiklopedi Akhlak Muhammad SAW, Mahmud al-Mishri mengatakan, turut merasakan sakit orang yang sakit mendatangkan pahala yang besar. Adapun membesuknya memiliki kadar sunah yang begitu kuat dan berpengaruh baik bagi kalbu orang tersebut.

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasul menegaskan, membesuk orang sakit merupakan sunah yang diutamakan bagi seorang Muslim terhadap sesama Muslim. Seperti dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW yang selalu menengok sahabatnya yang terbaring sakit. Tujuan membesuk adalah menghibur keluarga orang yang sedang sakit.

Islam juga menetapkan syariat bagi Muslim ketika menengok orang yang tak sadarkan diri meski diyakini orang yang tak sadarkan diri itu tak mengetahui siapa saja yang datang menengoknya. Al-Mishri mengungkapkan, dianjurkan seseorang yang menjenguk itu mendoakan orang yang dijenguk.

Selain itu, si penjenguk juga menyampaikan duka cita dan nasihat kepada keluarganya agar bersabar. Jabir bin Abdullah mengisahkan, saat ia sedang sakit, Rasul dan Abu Bakar menjenguknya. Mereka berjalan kaki dan menemukan dirinya dalam keadaan pingsan.

Dahulu, jelas Shaleh Ahmad asy-Syami, Rasulullah selalu menjenguk para sahabatnya yang jatuh sakit. Ia tak segan pula menjenguk anak kecil dari Ahli Kitab yang sebelumnya berkhidmat kepadanya. Saat pamannya Abu Thalib sakit, ia pun bertandang ke rumahnya dan menjenguknya.

Ketika menjenguk orang sakit, Nabi Muhammad mendekat lalu duduk dekat kepala si sakit dan menanyakan keadaannya. Juga menanyakan sesuatu yang disukai oleh orang yang sedang sakit tersebut. Jika orang itu menginginkan yang disenanginya, beliau meminta bantuan sahabatnya untuk memperolehnya.

Shaleh melalui bukunya Berakhlak dan Beradab Mulia mengatakan, saat menjenguk, Rasul meletakkan tangan kanannya di atas bagian tubuh orang yang sakit dan mengucapkan doa, Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan karena hanya Engkaulah yang mampu menyembuhkan. Tak ada kesembuhan kecuali yang datang dari-Mu. Sembuhkanlah dengan bentuk kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi.”

 

REPUBLIKA 

Kesepian Buat Sakit Lebih Parah

Seberapa parah kesepian yang Anda alami ternyata bisa memprediksi seberapa berat penderitaan Anda kala sakit. Hal ini berdasarkan temuan para peneliti dari University of Houston and Rice University, yang mengevaluasi tingkat kesepian 213 orang beserta pertemanan mereka.

Peneliti lalu membuat para partisipan itu terjangkit flu dan mengarantina mereka dalam sebuah hotel selama lima hari.

Hasilnya, sekalipun semua partisipan berpeluang yang sama mengalami sakit, namun mereka yang merasa kesepian, justru merasakan sakit yang lebih parah ketimbang orang-orang yang tak merasa kesepian.

Temuan ini sekaligus menjukkan bahwa luas atau tidaknya jaringan pertemanan tak berarti Anda harus mengisolasi diri, atau merasa kesepian.

“Rasanya seperti kesepian padahal Anda berada di ruangan yang dipenuhi orang. Tak peduli berapa banyak teman Anda,  jika mereka merasa hubungannya dengan Anda tak bermakna, maka tak akan ada pengaruhnya,” ujar penulis tudi Angie LeRoy, kandidat PhD di University of Houston dan Rice University.

Kesepian telah lama dikenal sebagai faktor risiko yang bisa memperburuk kesehatan. Penelitian menujukkan orang yang kesepian berisiko 26 persen lebih tinggi menghadapi kematian dini daripada orang yang tak merasa kesepian.

Studi terbaru ini juga menambah bukti bahwa kesepian juga mempengaruhi seseorang mengalami penyakit dalam jangka pendek.

“Hal sederhana seperti kesepian bisa berefek pada kesehatan Anda,” kata LeRoy seperti dilansir Time.com.

 

Berobat dengan Kertas Bertuliskan Ayat Alquran, Bolehkah?

Kita sering melihat sejumlah tokoh ulama atau tabib menggunakan media-media tertentu untuk mengobati orang sakit. Di antara media itu adalah memakai ayat-ayat Alquran yang ditulis dalam sebuah kertas, lantas dimasukkan di air putih yang sudah dituang dalam gelas atau wadah. Air yang sudah bercambur kertas bertuliskan ayat-ayat suci Alquran itu lantas diberikan kepada pasien untuk diminum. Bolehkah hal ini dilakukan?

Terkait jawaban persoalan ini, ada jawaban cukup menarik dan gamblang dari Syekh Muhammad al-Alawy al-Maliky, guru dari ulama-ulama Indonesia selama di Makkah, dalam kitabnya yang berjudul Abwab al-Farah. 

Mengutip Ibn al-Hajj dalam kitab al-Madkhal, bahwa tidak mengapa berobat memakai kertas bersih dan suci bertuliskan ayat-ayat suci Alquran yang ditaruh dalam minuman untuk pasien. “Atas izin Allah SWT akan sembuh,” kata dia.

Syekh Abu Muhammad bin Abu Jamrah, kerap berobat memaki teknik ini. Ia sering melakukannya untuk mengobati dirinya sendiri, anak-anak, dan para sahabatnya. Dan, alhamdulillah diberi kesembuhan.

Dalam kitabnya Zaad al-Ma’ad fi Huda Khair al-‘Ibad, Ibn al-Qayyim memaparkan, kabar sakitnya al-Maruzi yang terserang demam sampai di telinga Ahmad bin Hanbal. Ibn Hanbal lantas menulis ayat-ayat suci Alquran dengan redaksi sebagai berikut:

“Bismillahirrahmanirrahim. Bismillah wabillah wa bimuhammadirasulillah. Ya narukuni bardan wa salaman ‘ala ibrahim, wa aradu bih kaidan faja’alnahumul akhsarin (QS al-Anbiya’ 69/QS al-Anbiya’ 70). Allhumma rabb jibrila wa mikaila wa israfila isyfi shahiba hadzal kitab bihaulika wa quwwatika wa jabrutika ilahal haqqi amin.”  

 

REPUBLIKA ONLINE

Keluarga Ada yang Sakit? Ikutilah Langkah Rasulullah SAW Berikut

Rasulullah SAW memiliki cara yang sangat khas untuk mengobati keluarganya yang sedang sakit. Termasuk mengambil langkah-langkah non-fisik yaitu dengan cara membacakan doa-doa khusus dengan teknik-teknik yang khusus pula.

Sayid Muhammad bin al-Alawy al-Maliki al-Hasani dalam kitabnya yang berjudul Abwab al-Farah membeberkan langkah yang diambil Rasulullah menyikapi anggota keluarganya yang sakit. Anas bin Malik dalam riwayat yang dinukilkan Imam Bukhari, mengisahkan ketika itu Tsabit mengeluhkan sakit kepada Anas.

Anas yang telah lama menjadi abdi ndalem keluarga Rasulullah mengatakan apakah Tsabit berkenan dibacakan doa khusus (ruqyah) yang pernah dibaca Rasulullah untuk orang sakit? Tsabit mengiyakan.

Anas menukilkan bacaan Rasulullah tersebut, yaitu:”Allahumma Rabbinnasa Mudzhibal ba’sa isyfi anta as-Syafi, la syafiya illa Anta Syifa’an la yughadiru saqman.”

Bagaimana dengan teknik khusus yang dimaksud? Dalam riwayat lain yang dinukilkan dari Aisyah RA, selain membacakan doa tersebut, Rasulullah tiap kali mendoakan anggota keluarganya yang tengah sakit, lalu mengusap dengan tangan kanannya kepala orang yang sakit.

Di riwayat lain juga dijelaskan, Rasulullah tidak hanya mencontohkan agar mengusap kelapa orang yang sakit, tetapi juga menyentuh bagian anggota tubuh yang sedang bermasalah lalu membacakan doa-doa khusus.

Suatu ketika, Utsman bin Abi al-Ash mengeluh sakit di badannya yang tak kunjung sakit sejak ia masuk Islam. Lalu Rasul meminta Utsman meletakkan tangannya tepat di atas bagian tubuh yang sakit kemudian mengucapkan basmalah tiga kali dan doa:”Audzu bi’izzatillahi wa qudratihi min syarri ma ajid wa uhadzir.”

Ulama juga menjelaskan teknik lain usai membaca doa-doa untuk orang sakit. Hendaknya, kata Qadi ‘Iyadh, setelah dia membaca bacaan tertentu segera meniup-niupkan atau menghembuskan nafas ke arah pasien. Ini tak lain adalah mencari efek udara yang telah dipengaruhi oleh doa dan kalimat-kalimat atau asma-asma Allah SWT yang agung.

 

REPUBLIKA ONLINE

Mbah Karyati Tidak Malu jadi Pemulung Demi Naik Haji

Tak sia-sia doa dan kerja keras yang dilakukan dari siang hingga malam hari oleh Karyati Binti Halil (69) setiap hari di Masjid Ar-Rahman, mengantarkannya naik haji, 29 September 2013.

“Ya, senang, tidak semua orang bisa berangkat naik haji,” kata ibu empat orang anak ini ditemui Surya (grup Tribunnews.com) di rumahnya, RT14/ RW05, Dusun Raas, Desa Pondok Wuluh, Kecamatan Leces, Probolinggo.

Maklum, nenek 11 cucu ini, sehari-hari hanya bekerja sebagai tukang urup-urup atau pengumpul rongsokan (pemulung) kertas bungkus makanan dan botol serta gelas plastik air mineral untuk mendapatkan uang.

Mbok Karyati, panggilan akrabnya, mengatakan, keinginanya untuk naik haji sudah ada sejak Tahun 2008. Pada waktu itu, ia mendaftar menjadi calon jemaah haji dengan membayar 20 juta rupiah. Uang tersebut merupakan hasil tabungan dan penjualan perabotan serta warung kelontong miliknya.

Karyati mengatakan, dia memutuskan untuk berhenti berjualan setelah sempat berselisih paham dengan penjual warung yang berada tak jauh dari warung miliknya.

Karena tidak memiliki pekerjaan lagi, akhirnya dia memutuskan untuk mencari uang dengan mengumpulkan rongsokan di halaman Masjid Ar-Rahman di Jalan Leces, sekitar 1 kilometer dari rumahnya.

Setelah lima tahun, uang tabungannya terkumpul Rp 16 juta, yang kemudian ia bayarkan untuk melunasi pembayaran biaya naik haji.

 

TRIBUN NEWS

Kisah Seorang Pemulung Naik Haji

Niat dan usaha yang sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang pada sesuatu yang dicita-citakannya. Setidaknya hal inilah yang diyakini dan dilakukan Karyati binti Halil, seorang pemulung asal Dusun Bringin Desa Pondok Wuluh Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo.

Meski secara logika pekerjaan yang dijalaninya merupakan pekerjaan rendahan, tetapi nenek yang berusia sekitar 69 tahun tersebut ternyata mampu mencapai cita-citanya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima naik haji ke tanah suci.

Namun demi bisa mencapai keinginannya tersebut, Karyati telah bekerja sangat keras. Bahkan selama 20 tahun lamanya, wanita paruh baya tersebut menyisihkan sebagian jerih payahnya sebagai pengais barang bekas plastik dan kertas.

Janda renta yang mempunyai 4 (empat) orang anak ini berkeyakinan bahwa suatu saat nanti dirinya bakal bisa naik haji ke tanah suci layaknya orang-orang lain yang berduit. Atas keyakinan tersebut, dirinya selalu menyisihkan hasil dari memulung untuk ditabung dan sebagian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Memang untuk mewujudkan impian naik haji ini penuh perjuangan. Karena saya harus menabung selama 20 tahun lamanya. Tetapi saya yakin Allah pasti mengabulkan doa saya untuk bisa melihat Ka’bah secara langsung,” ujar Karyati.

Menurut Karyati, cita-cita naik haji itu sudah lama terpendam semenjak 2002 lalu. Saat itu dirinya mengaku masih punya toko kelontong di desanya. Sekitar tahun 2004, Karyati mulai mendaftarkan diri sebagai haji Kabupaten Probolinggo. Pada waktu itu, tabungannya dari hasil menjadi pemulung sudah mencapai sekitar Rp. 20 juta. Selain dari hasil memulung, uang tersebut didapat dari beberapa sukarelawan.

Masa-masa sulit dilewatinya saat usaha kelontongnya bangkrut di pada tahun 2005. Namun untuk menyambung hidup, Karyati kemudian menjadi seorang pemulung atau pengumpul rongsokan di Masjid Ar-Rahmah milik PT. Kertas Leces (PTKL) Probolinggo. Meski pekerjaannya terbilang rendah, tetapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk bisa meraih cita-citanya untuk menunaikan ibadah haji.

“Pernah suatu ketika, tepatnya pada tahun 2010 saya pernah ditipu oleh seseorang yang mencoba menawarkan jasa. Namun tanpa disadari saya tertipu sebesar Rp. 10 juta dan uang tersebut tidak dikembalikan meskipun beberapa waktu kemudian akhirnya ditangkap oleh polisi,” jelas Karyati.

Dan selama mengejar impiannya, Karyati tidak mau kumpul atau tidur di rumah anak-anaknya. Bukannya tidak sayang kepada anak dan cucunya, namun nenek bercucu 12 orang ini tidak mau mengganggu atau menjadi beban hidup anak-anaknya. Dirinya lebih memilih tidur di toko usang miliknya. Terkadang pula tidur di masjid desanya. “Kalau pas bersih-bersih masjid ada orang kasih rejeki, saya tabung,” kata Karyati.

Biasanya menurut Karyati, setelah seharian mencari rongsokan biasanya dirinya beristirahat dan bermalam di masjid. Selama di masjid, ia tidak lupa bersembahyang lima waktu, mengaji dan shalat Tahajjud setiap malam.

“Ya Allah, saya sudah tidak punya suami dan punya anak tetapi tidak mempunyai penghasilan, saya ingin cari kerja tetapi juga sudah terlalu tua. Saya ingin nabung, untuk melunasi haji,” kata Karyati menyampaikan doa yang sering dibacanya setiap habis sholat.

Doa tersebut ia baca setiap hari usai melaksanakan sholat Tahajjud dan mengaji. Menurutnya, shalat dan mengaji merupakan kunci hingga akhirnya dia bisa berangkat naik haji. “Pokoknya jangan pernah putus asa untuk selalu sholat dan mengaji. Kalau sampai berhenti maka akan jauh dari rejeki,” terang Karyati.

Dalam menjalani profesinya sebagai pemulung, Karyati mengalami berbagai macam cobaan. Namun dengan tekad yang kuat, semua kejadian tersebut tidak mematahkan semangat Karyati untuk mewujudkan cita-citanya untuk dapat berangkat haji. “Saya hanya bisa pasrah namun saya tidak mau putus asa untuk tetap bisa berangkat haji ke tanah suci,” tegas Karyati.

Bermodalkan sebuah sepeda buntut, Karyati keliling dari kampung ke kampung mengumpulkan barang bekas. Sebagian hasilnya digunakan untuk makan dan sebagian lain ditabung untuk bisa naik haji. “Dalam sehari, upah memungut barang bekas sebesar Rp. 10 ribu. Yang Rp. 5 ribu ditabung dan yang Rp. 5 ribu untuk makan,” terang Karyati.

Dikatakan Karyati, sebelumnya ia pernah bermimpi aneh setelah sholat Tahajjud pertama kali dilakukan. Dalam mimpinya ia melihat dua buah sumur yang penuh terisi air. Menurutnya, arti mimpinya itu, dia akan segera mendapatkan rejeki.

Usaha yang dilakukan nenek Karyati tidak sia-sia. Semua hasil jerih payah dan keikhlasan hatinya membawa nenek Karyati berangkat haji di tahun 2013 ini. Nenek Karyati direncanakan akan berangkat ke tanah suci pada tanggal 29 September 2013 melalui kloter 43 Embarkasi Juanda, Surabaya.

Kegigihan yang dilakukan oleh Karyati mengundang keterharuan dari Bupati Probolinggo Hj. P. Tantriana Sari, SE. Rabu (18/9) kemarin, didampingi suaminya yang juga Mustasyar PCNU Kabupaten Probolinggo dan Kraksaan Drs. H. Hasan Aminuddin, M.Si, orang nomor satu di Kabupaten Probolinggo ini menyambangi rumah Karyati. (y0n)

 

sumber: PromolinggoKab.go.id