Ramadan di Tanah Suci, Ini Tips Buka Puasa di Masjidil Haram

Tak ada yang lebih indah dari melewati Bulan Suci di Tanah Suci. Kalau Anda salah satu orang yang ingin umroh saat Ramadan, ini tips buka puasa di Masjidil Haram saat Ramadan.

Jangankan Ramadan, hari biasa pun kota suci umat Muslim ini selalu dipenuhi pengunjung. Saat Ramadan, banyak yang ingin merasakan puasa di sana. Untuk urusan buka puasa di Masjidil Haram, ada tips tersendiri.

Inilah 5 tips buka puasa di Masjidil Haram:

1. Datang maksimal 1 jam sebelum azan

Saat Ramadan, hampir seluruh orang di Mekkah ingin melewati waktu salat di Masjidil Haram. Maka dari itu, waktu paling lambat untuk masuk ke dalam masjid adalah 1 jam sebelum azan.

Terlebih jika saat menjelang berbuka. Jangan datang 1 jam sebelum, maksimal datang 1,5 jam sebelum azan Magrib. Jika tidak begitu, kawasan masjid akan penuh dengan jamaah.

Karena jika sudah penuh, pintu masuk masjid otomatis ditutup oleh para askar (penjaga masjid). Kemungkinan masuk ke dalam masjid pun luruh sudah. Kalau sudah begitu, mau tak mau Anda harus rela salat Magrib di pelataran masjid.

2. Pastikan wudhu sebelum masuk

Satu hal yang paling penting adalah memiliki wudhu selama berada di dalam Masjidil Haram. Karena tempat berwudhu ada di luar masjid. Serta, jika pintu sudah ditutup dan Anda ke luar masjid, bisa-bisa tidak bisa masuk kembali ke dalam masjid.

Oleh karena itu, pastikan Anda sudah wudhu dari berangkat ke Masjid. Bisa berwudhu dari hotel, atau wudhu di pelataran masjid.

3. Bawa bekal untuk buka puasa

Satu hal yang harus dicoba saat Ramadan di Tanah Suci adalah berbuka di masjid. Masjid yang paling menggoda adalah Masjidil Haram.

Saat bukan bulan Ramadan saja, banyak orang yang menawarkan makanan kala Magrib. Apalagi saat Ramadan. Suasana berbuka di sana sungguh terasa hangat.

Tak bawa bekal pun Anda akan dibanjiri makanan yang diberikan oleh jamaah sekeliling. Namun ada baiknya membawa bekal untuk bertukar dengan makanan di sekeliling Anda.

4. Bawa botol minum

Saat berbuka puasa, biasanya haus dan butuh minum banyak. Walau ada begitu banyak galon air zam-zam lengkap dengan gelasnya, ada baiknya Anda membawa botol minum sendiri.

Isi botol minum sebelum berbuka. Sehingga saat azan Magrib, Anda bisa langsung berbuka dengan meminum air zam-zam dengan leluasa. Karena biasanya, kawasan air zam-zam akan dipenuhi orang yang ingin minum.

5. Pilih tempat yang nyaman

Pilihlah tempat yang nyaman untuk salat. Karena Anda akan lama berada di masjid. Pastikan tempat duduk Anda nyaman. Jika tak ingin pusing mencari jalan keluar masjid, pilihlah tempat salat dekat jalur masuk.

Jika lupa membawa Al Quran, pilihlah tempat salat yang dekat dengan rak Quran. Jadi mengambil dan mengembalikan Quran pun jadi lebih mudah.

Selamat melewati Ramadan di Tanah Suci!

DETIK TRAVEL

Atmosfer Alquran dalam Bulan Ramadhan di Turki

Di Turki, kita juga dapat tentunya merasakan atmosfer Alquran selama bulan Ramadhan seperti yang kita rasakan di Indonesia dan di berbagai negara muslim lainnya. Ini adalah bentuk bahwa umat islam masih dan akan terus menjaga Alquran kapanpun dan dimanapun. Terlebih, penjagaan ini, lebih dapat kita lihat dalam bulan Ramadhan. Meskipun Turki dengan sekulerismenya yang masih berakar, mereka berusaha untuk melestarikan budaya nenek moyangnya di zaman Khilafah Usmaniyah, Islam.

Ada beberapa hal yang mungkin sudah menjadi adat istiadat bagi mereka selama bulan ramadhan yang berkaitan dengan atmosfer Alquran, menghidupkan Alquran di Turki, khususnya di kota Isparta.

Mukabele.

Mukabele adalah bahasa Usmani serapan dari bahasa Arab. Dalam bahasa arab, Muqobalah artinya berhadapan, pertemuan, audiensi dan ada arti lain sesuai konteks kalimat yang digunakan. Mukabele layaknya seperti tasmi’ Alquran, seseorang membaca Alquran dan yang lain menyimak apa yang dibaca oleh Qori. Di Turki, rata–rata yang untuk mukabele ini di baca oleh para hafidz Alquran dari berbagai ma’had tahfidz dan madrasah.

Terkadang jika tidak ada, imam tetap masjid yang langsung turun tangan, jika sang imam bukanlah seorang hafidz, maka dia membaca dengan melihat Alquran.  Ini adalah kesempatan bagi para hafidz untuk mengulang dan mepersaksikan hafalannya di depan jamaah masjid. Para pendengar siap dengan Alquran yang sudah diletakkan di atas rehal.

Mukabele dilakukan antara dua waktu. Pertama diantara azan dan iqomah shalat subuh dan yang kedua adalah setelah shalat Ashar, ada juga yang melakukan setelah Zuhur.

Mungkin ada juga masjid yang melakukan dua waktu mukabele dalam satu hari. Ini tergantung kebijakan imam yang bertugas di masjid. Dengan seperti ini, meskipun partisipannya masih didominasi oleh orang tua, mereka yang tidak bisa membac Alquran dapat mengikuti, yang bisa membaca Alquran dapat melihat bagaimana bacaan yang benar dan dengan mukabele satu juz satu hari, selama bulan ramadhan mereka dapat mengkhatamkan Alquran minimal sekali.

Shalat Tarawih satu juz. Di kota ini, hampir setiap kecamatannya memilki masjid yang imamnya membaca Alquran satu juz selama proses ibadah Tarawih. Ini juga merupakan sebuah kesempatan bagi para hafidz Alquran untuk menguatkan hafalannya.

Sama seperti di atas, jika imam tetap masjid tidak hafidz, maka masjid akan mendatangkan imam dari luar. Kalau untuk yang ini partisipannya lebih banyak dari Mukabele. Baik tua maupun muda. Laki-laki maupun perempuan.

Format shalat Tarawih di Turki adalah 20 rakaat Tarawih dan 3 rakaat witir. Biasanya, untuk shalat Tarawih satu juz satu malam mereka menggunakan dua imam. Dipertengahan juz mereka bergantian.

Shalat Tahajud.

Di sepuluh akhir Ramadhan, sebuah masjid paripurna di kota ini, Kavaklı Cami, melaksankan shalat Tahajud berjamaah. Shalat Tahajud berjamaah biasanya dimulai pada pukul dua dini hari. Dalam shalat Tahajud berjamaah mereka membaca dua juz Alquran hingga waktu sahur tiba.

Masjid yang melaksanakan shalat Tahajud berjamaah pastinya menyediakan sahur untuk para jamaah. Mereka tidak perlu pulang untuk sahur dan kembali lagi untuk shalat Subuh. Dalam shalat Tahajud berjamaah ini mereka menggunakan empat orang imam, setiap setengah juz mereka bergatian. Terkadang hanya tiga orang.

Malam lailatul qadar.

Pada malam lailatul qadar, di Turki adalah malam yang sangat istimewa. Mereka secara penanggalan sudah menanggalkan tanggal 27 Ramadhan adalah malam lailatul qadar, sebagaimana penanggalan hari besar Islam lainnya. Pada malam ini selain Tarawih satu dan Tahajud 2 juz, mereka melaksanakan shalat tasbih. Setelah pukul 23.30 selesai shalat Tarawih dan witir mereka memberi jeda sekitar 30 menit dan pukul 24.00 mereka mulai shalat Tasbih yang berdurasi hampir satu jam. Ada jeda istirahat sebelum shalat Tahajud sekitar lima belas menit. Setelah itu mereka lanjutkan sholat Tahajud hingga waktu sahur tiba.

Undangan ke rumah. Di beberapa kecamatan yang berdekatan dengan ma’had tahfidz, rumah-rumah warga kerap sekali dikunjungi oleh para santri tahfidz untuk memenuhi undangan. Bukan hanya sekedar berbuka bersama, ev sahibi, tuan rumah minta dibacakan Alquran sambil menanti waktu berbuka puasa. Biasanya, mereka minta dibacakan surat-surat pilhan dari Alquran. Surat, Al-Rahman, Al-Waqi’ah, Yasin, Al-Mulk dan juz tiga puluh. Satu jam sebelum berbuka, para santri ma’had memulai tasmi’ dan diakhiri dengan doa untuk tuan rumah dan seluruh umat islam.

Wallahu a’lam.

 

REPUBLIKA

Oleh: Ridwan El-Mughomieru *)
*) Mahasiswa S1 Fakultas Ilahiyat di Suleyman Demirel Univeristy. Mahasiswa yang cukup aktif dalam dunia kepenulisan dan keorganisasian, salah satu pengurus di perkumpulan para peminat sastra dan tulis, FLP Turki. Juga salah satu pengurus di perkumpulan pelajar indonesia di Turki, PPI.

Pakar Bagi Trik Berolahraga Selama Puasa

Berpuasa di bulan suci Ramadhan ternyata bukan penghalang untuk tetap berolahraga secara teratur. Faktanya, olahraga yang tepat selama berpuasa dapat menunjang kebugaran tubuh sepanjang Ramadhan.

“Puasa nggak boleh olahraga itu mitos. Kita butuh bergerak termasuk saat puasa,” ujar konsultan gizi Seala Septiani dalam temu media bersama Lazada di Aston at Kuningan Suites, Jakarta.

Pendiri Sana Studio sekaligus instruktur zumba Laila Munaf mengatakan olahraga yang dilakukan saat puasa harus disesuaikan dengan kondisi tubuh. Individu yang terbiasa berolahraga rutin dan memiliki tubuh bugar misalnya, dapat melakukan olahraga kardio saat puasa.

“Tapi intensitasnya lebih diturunkan saat puasa,” ungkap Laila.

Laila juga tidak menyarankan olahraga angkat beban saat perut dalam keadaan kosong. Jika ingin melakukan olahraga angkat beban saat puasa, dianjurkan untuk memilih waktu di mana kondisi perut masih cukup terisi.

“Antara subuh sampai sebelum zuhur. Atau setelah buka puasa,” tambah Laila.

Untuk orang-orang yang hanya ingin menjaga kebugaran tubuh dan tidak ingin menurunkan berat badan, Laila menyarankan olahraga sederhana seperti pilates dan jalan kaki. Meski tidak membuat keringat bercucuran deras, kedua jenis olahraga ini efektif untuk membuat tubuh tetap aktif bergerak dan bugar.

“Sekedar jalan kaki di pagi hari atau menjelang puasa sambil ngabuburit. Agar tetap aktif,” terang Laila.

Para pekerja kantoran pun disarankan Laila untuk tetap bergerak aktif meski dari balik meja. Kursi kantor merupakan salah satu media yang bisa dimanfaatkan oleh pekerja kantoran untuk berolahraga ringan selama berpuasa.

Salah satu gerakan yang disarankan Laila ialah melakukan squat dengan kursi. Pekerja kantoran cukup melakukan gerakan seolah-olah akan duduk di kursi namun berdiri lagi sebelum bagian bokong benar-benar mengenai kursi.

“Inhale (tarik napas) saat gerakan mau duduk, exhale (hembuskan napas) saat mau berdiri,” jelas Laila.

Cara lain untuk berolahraga dengan memanfaatkan kursi ialah dengan mengangkat kaki sambil duduk. Kaki kanan dan kiri dalam posisi lutut tetap tertekuk di angkat ke atas secara bergantian. Untuk meningkatkan kesulitan, gerakan twist atau memutar tubuh bisa ditambahkan saat mengangkat kaki.

“Ini untuk otot perut. Memang nggak langsung bikin sixpack tapi seenggaknya otot di perut dibangunin,” terang Laila.

 

REPUBLIKA

Konsumsi Kiwi Gantikan Vitamin C yang Hilang Saat Puasa

Asupan makanan yang terbatas saat berpuasa harus dibarengi dengan kualitas asupan yang optimal. Salah satu makanan yang penting dalam menjaga kesehatan selama berpuasa adalah buah.

Kiwi merupakan salah satu buah yang dapat dijadikan kudapan bergizi saat bulan Ramadhan. Kadungan serat yang sangat tinggi dalam Kiwi sangat tepat disantap saat sahur agar dapat merasa tetap kenyang dengan lebih lama.

Ahli Gizi DR, Dr, Fiastuti Witjaksono Sp. GK (K) mengatakan, konsumsi buah saat sahur dapat dilakukan baik saat mengawali sahur maupun saat menjelang akhir waktu sahur. “Berbeda dengan saat berbuka puasa,” kata dia dalam media briefing yang digelar Zespri International Limited, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pasalnya, lanjut Fiastuti, saat berbuka, dianjurkan untuk mengawali dengan asupan makanan atau minuman yang sifatnya manis. Setelah makan-makanan yang manis, itulah saat yang tepat untuk mengonsumsi buah.

Kiwi yang umunya berukuran mungil ini dianjurkan menjadi hidangan pelengkap saat berbuka puasa karena dapat meningkatkan vitalitas dan mengembalikan vitamn C yang hilang usai berpuasa.

Apalagi, kandungan vitamin C dalam kiwi sangat penting bagi tubuh dan dapat memperbaiki imunitas. Selain itu, Kiwi juga optimal dalam meningkatkan pembentukan kolagen yang sangat baik bagi kulit.

 

 

REPUBLIKA

Haul Sukrno: Sukarno Minta Kesediaan Hamka Shalatkan Jenazahnya

Dr Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) salah satu ulama besar yang pernah bersitegang dengan Sukarno. Meski menjadi lawan politik, Hamka tidak pernah menyimpan dendam kepada Sukarno, pria yang dianggap sahabat namun pernah mengurungnya di jeruji besi selama dua tahun empat bulan tanpa proses pengadilan. Tuduhan kepada Hamka tidak main-main; terlibat dalam rencana pembunuhan

Anak kelima Buya Hamka, Irfan Hamka, dalam buku Ayah menceritakan bagaimana ayahnya bersikap terhadap pemerintahan Sukarno. Dalam suatu acara yang digelar Dewan Kesenian Jakarta pada 1969, Buya Hamka memaparkan dua hal, pertama pelarangan peredaran buku-buku Pramoedya Ananta Toer, dan kedua bagaimana sikapnya terhadap Pramoedya yang menjadi penyebab Hamka dipenjara.

Buya Hamka, tulis Irfan Hamka, tidak pernah menyetujui pelarangan tersebut, karena filsafat hidup Buya Hamka adalah cinta. “Kalau tidak suka pada isi sebuah buku, jangan buku itu dilarang, tapi tandingi dengan menulis buku pula, kata beliau,” tulis Taufiq Ismail menceritakan sosok Buya Hamka dalam pengantar buku Ayah.

Di sini kebesaran hati seorang Buya Hamka teruji. Ia memaafkan Pramoedya. Padahal, namanya dihancurkan Pramoedya lewat tulisan di surat kabar Bintang Timur yang merupakan media pro-PKI.

Dalam surat kabar ini terdapat kolom seni-budaya bernama Lentera. Kolom itu diasuh Pramoedya.

Dalam kolom itu, sejumlah satrawan yang kontra PKI diserang, seperti HB Jasin, Sutan Takdir Alisjahbana, Trisno Sumardjo, Asrul Sani, Misbach Yusa Biran, Bur Rasuanto, termasuk Buya Hamka. Hamka yang aktif di Muhammadiyah dan Masyumi yang jelas-jelas kontra PKI menjadi sasaran tembak.

Buya kemudian ditahan karena dianggap melanggar UU Anti-Subversif Pempres No. 11. Ia dituding terlibat dalam upaya pembunuhan Sukarno dan Menteri Agama saat itu, Syaifuddin Zuhri. Namanya dihancurkan, perekonomiannya dimiskinkan, kariernya dimatikan dan buku-bukunya dilarang beredar sejak itu.

Tetapi, Hamka yang seorang ulama besar Indonesia tidak pernah menyimpan dendam. Bukti shahihnya adalah saat Kafrawi, Sekjen Departemen Agama dan Mayjen Soeryo, ajudan Presiden Soeharto, datang ke rumah Hamka membawa pesan dari keluarga Sukarno pada 16 Juni 1970. Pesannya, Buya Hamka dengan sangat hormat diminta mengimami shalat jenazah Sukarno.

“Jadi beliau sudah wafat?” kata Hamka bertanya kepada Kafrawi.

“Iya Buya. Bapak telah wafat di RSPAD, sekarang jenazahnya telah dibawa ke Wisma Yaso.”

“Bila aku mati kelak, minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku,” kata Sukarno berpesan.

Hamka terkejut, pesan tersebut ternyata datang seiring dengan kabar kematian Sukarno. Tanpa pikir panjang, ia kemudian melayat ke Wisma Yaso, tempat jenazah Bung Karno disemayamkan. Sesuai wasiat Sukarno, Buya Hamka pun memimpin shalat jenazah mantan presiden yang pernah menjebloskannya ke penjara itu.

Hamka bahkan memuji Sukarno yang membangun Masjid Baitul Rahim di Istana Negara dan Masjid Istiqlal. Ia pun menyelesaikan tafsir Al-Azhar yang menjadi karya fenomenalnya berkat andil Sukarno. Sebab, tafsir yang mahsyur seantero Asia itu diselesaikan saat ia berada di penjara.

“Saya tidak pernah dendam kepada orang yang pernah menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa itu semua merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk menyelesaikan pekerjaan itu…”

 

Ramadan, Dibukanya Pintu-pintu Surga

SESUNGGUHNYA Allah Taala mengkhususkan bulan Ramadan di antara bulan-bulan lainnya dengan keutamaan yang agung dan keistimewaan yang banyak.

Allah Taala berfirman,

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Taala menyebutkan dua keistimewaan bulan Ramadan yang agung, yaitu:

Keistimewaan pertama, diturunkannya Alquran di dalam bulan Ramadan sebagai petunjuk bagi manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dengan kitab ini, Allah memperlihatkan kepada mereka kebenaran (al-haq) dari kebatilan. Kitab yang di dalamnya terkandung kemaslahatan (kebaikan) dan kebahagiaan (kemenangan) bagi umat manusia, serta keselamatan di dunia dan di akhirat.

Keistimewaan ke dua, diwajibkannya berpuasa di bulan tersebut kepada umat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, ketika Allah Taala memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya (yang artinya),” Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam [1], di antara kewajiban yang Allah Taala wajibkan, dan telah diketahui dengan pasti bahwa puasa Ramadan adalah bagian dari agama, serta berdasarkan kesepakatan (ijma) kaum muslimin. Barangsiapa yang mengingkarinya (kewajiban puasa Ramadan), maka dia telah kafir.

Barangsiapa yang berada di negeri tempat tinggalnya (mukim atau tidak bepergian) dan sehat, maka wajib menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan. Sebagaimana firman Allah Taala (yang artinya),” Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) Dan barangsiapa yang bepergian (musafir) atau sakit, maka wajib baginya mengganti puasa di bulan yang lain, sebagaimana firman Allah Taala (yang artinya), “Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Dari sini jelaslah bahwa tidak ada keringanan untuk tidak berpuasa di bulan tersebut, baik dengan menunaikannya di bulan Ramadan atau di luar bulan Ramadan kecuali bagi orang yang sudah tua renta atau orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya. Kedua kelompok tersebut tidaklah mampu berpuasa, baik di bulan Ramadan atau di luar bulan Ramadan. Bagi keduanya terdapat hukum (aturan) lain yang akan datang penjelasannya, in syaa Allah.

Dan termasuk di antara keutamaan bulan Ramadan adalah apa yang dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Jika bulan Ramadan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelenggu” [2]

Hadis ini menunjukkan atas keistimewaan yang agung dari bulan yang penuh berkah ini, yaitu,

Pertama, dibukanya pintu-pintu surga di bulan Ramadan. Hal ini karena banyaknya amal saleh yang disyariatkan di bulan tersebut yang menyebabkan masuknya seseorang ke dalam surga. Sebagaimana firman Allah Taala,

“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (QS. An-Nahl [16]: 32).

Kedua, ditutupnya pintu-pintu neraka di bulan ini, disebabkan oleh sedikitnya maksiat yang dapat memasukkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah Taala,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal (nya)” (QS. An-Naziat [79]: 37-39).

Dan juga firman Allah Taala,

“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” (QS. Jin [72]: 23).

Ketiga, setan-setan dibelenggu di bulan Ramadan. Setan tidak mampu untuk menggoda (menyesatkan) manusia, menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan, atau memalingkan manusia dari amal saleh, sebagaimana yang setan lakukan di selain bulan Ramadan. Tercegahnya manusia -di bulan yang penuh berkah ini- dari melakukan berbagai hal yang keji merupakan rahmat untuk kaum muslimin, sehingga mereka pun memiliki kesempatan untuk mengerjakan berbagai amal kebaikan dan menghapus dosa-dosa mereka.

Dan termasuk dalam keutamaan bulan yang penuh berkah ini adalah dilipatgandakannya amal kebaikan di dalamnya. Diriwayatkan bahwa amalan sunnah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang sama dengan amal wajib. Satu amal wajib yang dikerjakan di bulan ini setara dengan 70 amal wajib. Barangsiapa yang memberi buka puasa untuk seorang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka, dan baginya pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala oarang yang berpuasa tersebut sedikit pun.

Semua kebaikan, berkah, dan anugerah ini diberikan untuk kaum muslimin dengan datangnya bulan yang penuh berkah ini. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslimin menyambut bulan ini dengan kegembiraan dan keceriaan, memuji Allah yang telah mempertemukannya (dengan bulan Ramadan), dan meminta pertolongan kepada-Nya untuk dapat berpuasa dan mengerjakan berbagai amal shalih di bulan Ramadan.

Sesungguhnya Ramadan adalah bulan yang agung dan mulia, bulan yang penuh berkah bagi umat Islam. Kami memohon kepada Allah Taala untuk menganugerahkan keberkahan bulan Ramadan kepada kami. [3]. [M Syaifuddin Hakim/Muslimorid]

 

– See more at: http://ramadhan.inilah.com/read/detail/2383141/ramadan-dibukanya-pintu-pintu-surga#sthash.NAlqJInl.dpuf

Rasulullah Sebut Kesuksesan Abdurrahman Bin Auf Contoh Kebangkitan Muslim

Berkat kedekatannya sebagai sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq, Abdurrahman bin Auf menjadi salah seorang laki-laki yang paling awal masuk Islam. Sejarah mencatat, saudagar yang brilian itu merupakan orang kedelapan yang menyatakan diri Muslim kepada Rasulullah SAW pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi.

Begitu mengucapkan dua kalimat syahadat, kecintaannya terhadap Islam melampaui sayangnya terhadap dunia dan segala harta benda.

Seperti dinarasikan kitab al-‘Asyratu al-Mubasysyaruna bi al-Jannati karya Abdullatif Ahmad ‘Aasyur (1988), Abdurrahman telah teguh hatinya berjuang di jalan Allah. Ia mengorbankan harta benda serta jasadnya untuk kejayaan Islam.

Dalam Perang Uhud, misalnya, Abdurrahman mendapatkan 20 luka parah di tubuhnya. Salah satunya bahkan menyebabkan dirinya pincang dan beberapa giginya rontok sehingga mengurangi kemampuannya berbicara lancar.

Abdurrahman dikenal luas sebagai saudagar sukses, sebagaimana sahabatnya, Abu Bakar. Namun, kekayaan itu tidak menghalanginya dari beribadah kepada Allah. Ia merupakan salah satu pilar dakwah Islam yang telah dibina langsung Rasulullah.

Ketika peristiwa hijrah ke Madinah, Abdurrahman meninggalkan seluruh harta dan aset perdagangannya dirampas kaum kafir Quraisy di Makkah. Begitu pula sebelumnya, ketika ia ikut dalam rombongan Muslim hijrah ke negeri Habasyah.

Namun, kepergiannya dari kampung halaman belakangan menunjukkan kepiawaiannya berniaga. Mayoritas penduduk setempat Kota Madinah, yakni kaum Anshar, bekerja sebagai petani. Hal yang berbeda dengan karakteristik orang Makkah yang kebanyakan pedagang.

Ikatan persaudaraan dibentuk Rasulullah dengan tujuan mengasimilasikan dua potensi tersebut. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad ibnu ar-Rabi’ al-Autsari, sosok kaya raya di Madinah.

Saad berkata, Hartaku separuhnya untukmu (Abdurrahman) dan aku akan berusaha menikahkan kamu (dengan perempuan Anshar).

Mendengar itu, Abdurrahman  menjawab, Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja, di mana tempat pasar perdagangan? Diketahui, Abdurrahman  menikahi seorang perempuan dari kalangan Anshar dengan mahar emas seberat satu butir kurma.

Selama di Madinah, Abdurrahman merintis perniagaan keju dan minyak samin. Tidak membutuhkan waktu lama, laba perdagangan kian meningkat. Oleh Rasulullah SAW, apa yang dilakukan Abdurrahman dijadikan contoh bagaimana seorang Muslim bangkit.

Nabi SAW bersabda ketika ditanya perihal penghasilan apa yang paling baik, Apa yang dihasilkan orang dari pekerjaan tangannya dan semua jual beli mabrur (HR Bukhari dan al-Hakim).

Di Madinah, kaum Muslimin dari kalangan Anshar, terutama Muhajirin, mulai bangkit dari keterpurukan. Tidak ada di antara mereka yang menganggur dari pekerjaan.

Besarnya kafilah dagang Abdurrahman digambarkan dalam riwayat Imam Ahmad dari Anas RA. Ketika Aisyah RA sedang di rumahnya, ia mendengar suara gaduh menggema di Kota Madinah. Aisyah bertanya, “Apa itu?” Maka dijawab, “(Itu) kafilah unta milik Abdurrahman yang tiba dari Syam, membawa segala macam barang sebanyak 700 unta.” Aisyah berkata, “Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda, ‘Aku lihat Abdurrahman  memasuki surga dengan merangkak.”

Kesaksian Aisyah itu akhirnya sampai kepada Abdurrahman, yang lantas menyedekahkan muatannya itu untuk berjihad di jalan Allah. Ia tidak ingin harta bendanya memperlambat langkah kakinya kelak memasuki surga. Sebab, setiap orang Muslim akan dimintai pertanggungjawaban mengenai setiap harta benda yang dimilikinya di dunia.

Kecintaan Abdurrahman kepada Rasulullah SAW ditunjukkan dalam beragam cara. Ketika perniagaannya sudah berkembang pesat, Abdurrahman diberi anjuran oleh Nabi SAW, Wahai Abdurrahman, kamu sekarang menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Pinjamkanlah hartamu kepada Allah agar lancar kedua kakimu, (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).

 

 

REPUBLIKA

Abdurrahman bin Auf, Sang Kaya nan Dermawan

Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah karena akan masuk surga.

Ia juga termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa di Madinah selama Rasul masih hidup.

Pada masa jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam.

Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun, ia tetap sabar dan tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraisy.

Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi Al-Anshari.

Sa’ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, “Tunjukkanlah padaku di mana letak pasar di kota ini!”

Sa’ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, “Saya ingin menikah, ya Rasulullah,” katanya.

“Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?” tanya Rasul SAW. “Emas seberat biji kurma,” jawabnya. Rasulullah bersabda, “Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu.”

Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki ‘Sahabat Bertangan Emas’.

Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin Ka’ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah.

Pada waktu Perang Tabuk, Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka. Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan menyerahkan dua ratus uqiyah emas.

Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, “Sepertinya Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk keluarganya.”

 

Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, “Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk istrimu?” “Ya,” jawabnya. “Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang kusumbangkan.” “Berapa?” tanya Rasulullah. “Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah.”

Pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Dalam kesempatan ini, Allah memuliakan Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika waktu shalat tiba, Rasulullah terlambat datang.

Maka Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat berjamaah. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu shalat di belakangnya dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan utama daripada menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad SAW.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka bepergian.

Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan kepadanya, ia bertanya, “Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?”

“Abdurrahman bin Auf,” jawab si petugas. Aisyah berkata, “Rasulullah pernah bersabda, ‘Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar.”

Begitulah, doa Rasulullah bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah senantiasa melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat. Bisnisnya terus berkembang dan maju.

Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya, namun itu tidak memengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa.

Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan karunia dan kebahagiaan yang diberikan Allah kepadanya.

Ketika wafat, jenazahnya diiringi oleh para sahabat mulia seperti Sa’ad bin Abi Waqqash dan yang lain. Dalam kata sambutannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, “Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu.”

 

REPUBLIKA

Puasa untuk Orang Sakit

Sejumlah pakar kesehatan percaya bahwa sakit tidak jadi penghambat seseorang untuk berpuasa. Menahan lapar dan haus untuk mengatur metabolisme tubuh malah bisa jadi salah satu metode pengobatan.

Pakar kesehatan masyarakat, Dr. Hermawan Saputra mengatakan, ini terganting sejauh mana fase dan kadar penyakit yang diderita. Ia menyebut jenis penyakit dalam itu ada banyak, mulai dari penyakit yang berhubungan dengan pencernaan, pernafasan, jantung, syaraf, dan lainnya.

“Penyakit itu pasti ada fasenya, kadarnya, jika rematik atau asam urat, apa pun itu, jika tidak ada kendala berarti maka bisa berpuasa,” kata Dr. Hermawan saat ditemui Republika.co.id. Kecuali, jika seseorang memiliki suatu keterbatasan.

Misal sudah menderita kanker stadium tiga, harus menjalani cuci darah rutin atau pengobatan lain yang tidak bisa diundur. “Jika tidak ada indikasi demikian, maka puasa tidak menghambat orang sakit tersebut untuk puasa,” katanya.

Terkait dengan penderita kanker, seseorang bisa menggunakan puasa sesuai dengan saran pakar medis yang menanganinya. Dr. Hermawan percaya bahwa puasa jika diniatkan untuk sehat, maka seseorang akan mendapatkannya.

 

REPUBLIKA

Masjid Quba, Tempat Khusus di Hati Umat Muslim

Masjid Quba dikenal sebagai masjid terbesar kedua dan terkemuka di Madinah setelah Masjid Nabawi. Hal ini dianggap oleh banyak orang sebagai tempat suci paling suci ketiga setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi, dan tempat pemberhentian wajib bagi peziarah yang mengunjungi Madinah.

Menurut beberapa sumber, masjid ini didirikan pada 622 Masehi setelah Nabi Muhammad SAW tiba di ibukota Arab Saudi, Makkah. Disadur dari arabnews.com belum lama ini, Masjid Quba terletak di pinggiran Madinah, dimana Nabi biasa pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, “Nabi biasa pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu (kadang-kadang) berjalan dan (kadang-kadang) berkuda,” Ibn ‘Umar yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Dinar.

Renovasi pertama dilakukan oleh Khalifah ketiga Utsman Ibnu Affan. Khalifah Umayyah Umar bin Abdul Aziz membangun menara masjid pertama. Abu Yali Al-Husaini merenovasi kembali masjid tersebut pada tahun 435 H. Ia mendirikan sebuah tempat sholat yang dikenal sebagai Mihrab (tempat imam memimpin shalat berjamaah).

Fasilitas yang ada pada masjid ini terdapat 7 pintu masuk utama dan 12 stasiun pelengkap. Masjid ini didinginkan oleh tiga unit tengah, masing-masing memiliki kemampuan satu juta delapan puluh ribu unit pendingin.

Bagian utara diperuntukkan bagi jamaah wanita. Masjid tersebut sekarang memiliki empat menara dan 56 kubah yang terhubung ke rumah para imam dan muadzin, dan sebuah perpustakaan. Kemudian Masjid ini juga memiliki 64 toilet untuk pria dan 32 toilet untuk wanita, dan 42 unit wudhu.

 

IHRAM