11 Kewajiban Umat Islam Kepada Nabi Muhammad SAW

RASULULLAH saw telah memberikan segala yang beliau miliki untuk umatnya. Jiwanya, hartanya dan sepanjang hidupnya beliau habiskan untuk menyelamatkan umat.

Pasti akan terbesit dibenak kita, dengan melihat jasa Rasulullah saw yang begitu besar, apa tugas dan kewajiban kita terhadap beliau?

Walaupun mustahil kita bisa membalas jasa Rasulullah saw namun Alquran dengan jelas mengabarkan kewajiban kita dihadapan beliau. Berikut ini adalah kewajiban seorang muslim dihadapan Nabi Muhammad saw.

1. Beriman kepadanya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”(An-Nisa 136)

Katakanlah (Muhammad), “Wahai manusia! Sesungguhnya aku ini utusan Allah bagi kamu semua, Yang Memiliki kerajaan langit dan bumi; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya). Ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.”(Al-Araf 158)

2. Taat dan mengikutinya.

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.”(An-Nisa 64)

Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul.”(Ali Imran 32)

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.”(Al-Hasyr 7)

Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah Mencintaimu dan Mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.(Ali Imran 31)

*Saat membicarakan hubungan antara Rasul dan pengikutnya, Allah selalu menggunakan kata Ittabaa yang artinya mengikuti.

Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin.”(Yusuf 108)

Kemudian jika mereka membantah engkau (Muhammad) katakanlah, “Aku berserah diri kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku.”(Ali Imran 20)

3. Mencintainya Melebihi Segala Sesuatu.

Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah Memberikan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(At-Taubah 24)

“Belum beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya melebihi dirinya, hartanya, anaknya dan seluruh manusia.”(Rasulullah saw)

4. Mengutamakannya atas segala sesuatu.

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang Mukmin dibandingkan diri mereka sendiri.”(Al-Ahzab 6)

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Hujurat 1)

5. Tidak memilih pilihan lain dihadapan pilihan dan ketentuannya.
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang Mukmin dan perempuan yang Mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah Menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka.”(Al-Ahzab 36)

6. Hanya Ada 2 Kata untuk segala keputusannya.

“Hanya ucapan orang-orang Mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang- orang yang beruntung.”(An-Nur 51)

7. Menerima Ketentuannya dengan senang hati dan tidak terpaksa.

Maka demi Tuhan-mu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(An-Nisa 65)

8. Berlaku Sopan dihadapannya.

“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).”(An-Nur 63)

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.”(Al-Hujurat 2)

“Sungguh, Kami Mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”(Al-Fath 8-9)

“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.”(Al-Hujurat 4)

9. Bersolawat Kepadanya.

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”(Al-Ahzab 56)

10. Membantu dan Membelanya.

“Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Alquran), mereka itulah orang-orang beruntung.”(Al-Araf 157)

11. Mencintai Keluarganya.

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kecintaan kepada keluarga(ku).”(Asy-Syura 23). [khazanahalquran]

 

INILAHcom

Kereta Api ‘Haramain’ Madinah-Makkah Mulai Diuji Coba

The Haramain Express Train tiba di stasiun Jeddah dari Stasiun Kota Ekonomi Raja Abdullah di Rabigh pada hari Selasa untuk pertama kalinya dalam test drive.

Presiden Komisi Pengawas Transportasi Umum dan Kepala Pelaksana Organisasi Perkeretaapian Saudi Rimaih Al-Rimaih mengatakan bahwa perjalanan dari Kota Ekonomi Raja Abdullah ke Rabigh ke Jeddah merupakan bagian dari rencana uji coba Kereta Api Haramain Express Train.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Penjaga Dua Masjid Suci dan Putra Mahkota karena mendukung proyek tersebut. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Emir Makkah, Emir Madinah dan otoritas keamanan dan pelayanan. Dukungan dan bantuan berbagai entitas pemerintah inilah yang membuat proyek ini sukses, “kata Al-Rimaih, seperti dilansir Saudigazette.com.

Dia juga mengatakan bahwa Saudi Railways Organization sedang mengerjakan pemenuhan Visi 2030.

“Kereta tersebut menghubungkan Makkah dengan Madinah yang melewati Jeddah, Bandara King Abdulaziz dan Raja Abdullah Economic City di Rabigh. Proyek ini berjalan lebih cepat dari yang direncanakan dan diharapkan selesai pada akhir 2017, “kata Al-Rimaih.

Dia juga mengucapkan terima kasih atas Dana Investasi Publik untuk mendanai proyek tersebut. Ada lagi test drive yang dijadwalkan setelah tiga bulan untuk kereta.

 

IHRAM

MUI Sambut Baik Presiden akan Perkuat Madrasah

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Zainut Tauhid Sa’adi menyambut baik pernyataan Presiden Joko Widodo yang ingin memperkuat karakter bangsa dengan menyiapkan generasi muda, terutama siswa madrasah diniyah.

“MUI menyambut gembira dan mengapresiasi yang setulus-tulusnya atas niat yang luhur Presiden Joko Widodo untuk memperkuat pendidikan diniyah dan pendidikan keagamaan di pesantren-pesantren dengan membangun karakter anak-anak bangsa,” kata Zainut di Jakarta, Sabtu (23/7).

Menurut dia, penguatan madrasah diniyah merupakan bentuk kepedulian dan antisipasi dini untuk mempersiapkan generasi emas yang kuat, tangguh dan berakhlak mulia. Dengan begitu, generasi mendatang bisa bersaing di dunia global tanpa kehilangan jati dirinya. MUI menyadari pengaruh era digital semakin sulit dihindari.

“Di satu sisi era digital banyak melahirkan manfaat, tapi di sisi lain juga banyak melahirkan mudarat. Di antara mudarat itu misalnya, mengubah ciri kehidupan masyarakat gotong royong menjadi individual, timbulnya sifat pragmatisme, ingin serba mudah dan gampang,” kata dia.

Selain itu, kata dia, perkembangan teknologi juga menyebabkan lenyapnya identitas kultural nasional serta lokal, hilangnya semangat nasionalisme dan patriotisme. Sementara hal paling mengkhawatirkan pihak yang cepat terserang budaya digital itu adalah generasi muda.

“Untuk itu, MUI berharap semoga apa yang menjadi harapan Bapak Presiden tersebut dapat segera ditindaklanjuti oleh kementerian terkait sehingga gagasan yang sangat mulia tersebut tidak menguap sia-sia,” kata dia.

Pria Ini Naik Haji Jalan Kaki dari Pekalongan ke Mekah

Keputusan luar biasa diambil Mochammad Khamim Setiawan. Pria berusia 28 tahun ini nekat memulai perjalanannya ke Mekah dengan berjalan kaki dari Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

 

Khamim telah berjalan kaki sejak satu tahun lalu. Khamin memiliki alasan kenapa harus berjalan kaki ribuan kilometer untuk menjalankan Rukun Islam kelima itu. Katanya, dalam Alquran disebutkan, berjalan adalah bentuk murni dalam ibadah haji. Menurutnya,  semua  manusia hanyalah tamu Tuhan di bumi, karena itu dengan ikhlas ia memulai perjalanannya.

Dilansir dari laman Khaleejtimes, ia memulai perjalanannya lebih dari 9.000 km pada tanggal 28 Agustus 2016 dengan berbekal beberapa kemeja, dua celana, dua sepatu, 12 pasang kaus kaki, beberapa pakaian dalam, kantong tidur dan tenda, obor portabel, ponsel cerdas dan GPS.

Semua barang bawaannya ia kemas dalam satu ransel yang dihiasi dengan bendera mini Indonesia, dan mengenakan baju yang berbunyi ‘Saya dalam perjalanan ke Mekah dengan berjalan kaki’.

Sebelum memutuskan perjalanannya, ia mengatakan, telah menghindari semua hal yang berbau duniawi. Salah satunya meninggalkan bisnisnya di Indonesia. Diketahui Khamim memiliki gelar sarjana ekonomi dari Universitas Negeri Semarang dan memiliki perusahaan kontraktor yang cukup berkembang. Meski demikian, ia hanya membawa beberapa lembar rupiah di sakunya.

Alasan yang mendasari perjalanannya adalah tes kekuatan fisik dan spiritualnya. Dan yang lebih penting lagi, untuk berbagi pesan harapan, toleransi dan harmoni.

“Saya percaya bahwa melakukan haji bukan hanya demonstrasi solidaritas dengan orang-orang Muslim,” kata Mochammad dalam obrolan di Konsulat Indonesia di Dubai, beberapa waktu lalu.

Berjalan kaki ribuan kilometer, kata dia, juga caranya menunjukkan ketaatannya kepada Allah (SWT). Karena itu dalam perjalannya ia mempelajari Islam dari cendekiawan Muslim dan orang-orang dengan berbagai macam keyakinan yang ia temui di jalan, sekaligus mempelajari budaya mereka dan memahami toleransi.

“Saya juga melakukan jihad yang lebih besar, yang mendisiplinkan diri saya dan mengatasi perjuangan spiritual melawan dosa,” ujarnya.

Yang menarik, Khamim juga melakukan puasa setiap hari sepanjang perjalanannya dan dalam lima tahun terakhir, kecuali selama libur keagamaannya.

 

Sebelum perjalanannya, Khamim mengatakan  ia menghabiskan dua minggu di hutan Provinsi Banten di Indonesia untuk berlatih dan pengondisian fisik. Dia juga menghabiskan beberapa minggu di masjid untuk penguatan spiritual.

Karena dia berpuasa, dia hanya melakukan perjalanan di malam hari, mencakup setidaknya 50 km setiap hari saat dia dalam kondisi baik. Jika ia merasa lututnya lemah, ia hanya berjalan sejauh 10-15 km.

Sepanjang perjalanan, Khamim mengalami dua kali jatuh ketika ia berada di India dan Malaysia. Dia hanya makan makanan halal dan tidak mengonsumsi suplemen makanan. Andalannya hanya madu dicampur dengan air untuk membangun kekebalan tubuhnya terhadap cuaca buruk.

Dia menuturkan tidak pernah bertemu dengan perampok di jalan, tapi setidaknya bertemu ular berbisa tiga kali di hutan Malaysia. “Tapi secara ajaib, sebelum mereka bahkan bisa menggigit saya, mereka tiba-tiba terjatuh dan mati,” ujarnya.

Sepanjang jalan ia bercerita tidak pernah berharap mendapatkan makanan gratis di jalan, namun ia mengaku sering bertemu dengan dermawan yang memberinya makanan dan bekal.

“Saya disambut di sebuah kuil Budha di Thailand, orang-orang desa di Myanmar memberi saya makan, saya belajar dan bertemu dengan ilmuwan Muslim dari berbagai negara di masjid Jamaah Tabligh di India; dan saya berteman dengan pasangan Kristen Irlandia yang mengendarai sepeda di Yangon,” kenangnya.

Saat ini Khamim masih melakukan perjalanan. Rencananya pada Sabtu 3 Juni 2017 ini ia akan tiba di KBRI Abu Dhabi untuk menunggu visanya. Dari sana, dia akan melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Ia berharap sudah mencapai kota suci umat Islamitu sebelum 30 Agustus tahun ini.

Konsul Indonesia Murdi Primbani di Dubai mengatakan, Mochammad adalah panutan bagi kaum muda Muslim atas kerendahan hati, spiritualitas, inklusivitas dan tekadnya.

 

 

VIVA

 

Mengaku Islam tapi Jauh dari Akhlak Islami

DEWASA ini, kemaksiatan semakin merajalela bahkan telah menjadi hal yang biasa. Sedangkan kebaikan menjadi hal yang tabu bahkan langka. Lantas apa sebenarnya yang terjadi pada umat ini?

Asy-Syaikh al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah mengatakan:

“Aku perhatikan, sangat disesalkan bahwa manusia pada hari ini mementingkan sisi pertama, yaitu ilmu, namun tidak mementingkan sisi yang lain, yaitu akhlak dan tata krama.

Apabila dulu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam nyaris membatasi dakwah beliau dalam rangka akhlak yang baik dan mulia, tatkala beliau menyatakannya dengan ungkapan pembatasan dalam sabda beliau:

“Hanyalah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Sabda beliau itu tidak lain menunjukkan bahwa akhlak yang mulia merupakan bagian asasi (mendasar) dari dakwah Rasulullah.

Pada kenyataannya sejak awal aku memulai menuntut ilmu dan Allah memberi hidayah kepadaku tauhid yang murni, dan aku tahu kondisi kehidupan alam Islami yang jauh dari tuntunan tauhid, ketika itu aku memandang bahwa problem pada alam Islami hanyalah karena mereka jauh dari memahami hakekat makna ‘Laa ilaaha illallah’.

Namun bersama dengan waktu, menjadi jelas bagiku bahwa di sana ada masalah lain di alam Islami ini, tambahan dari masalah asasi yang pertama yaitu jauhnya umat dari tauhid.

Masalah lainnya adalah mayoritas umat tidak berakhlak dengan akhlak Islami yang benar, kecuali dalam jumlah yang terbatas.”

 

MOZAIK

Tenang, Kunci Atasi Semua Persoalan Dunia

DUNIA semakin panas, amarah pun semakin mudah tersulut. Berbagai masalah dan konflik terus bermunculan. Dan penyebab terbesarnya adalah “salah faham”.

Ya, salah paham menjadi sumber terbesar yang menyumbang problem dalam hidup. Banyak orang yang cepat bereaksi, marah dan memberi respon negatif terhadap hal-hal yang tidak cocok dengan pemikirannya. Padahal ia belum tau apa yang sebenarnya terjadi.

Perkelahian, perceraian bahkan pertumpahan darah banyak terjadi akibat cepat bereaksi tanpa mencari tau apa yang terjadi. Ada yang salah di rumah, suami langsung marah. Suami tak memberi kabar, istri langsung berpikir yang tidak-tidak.

Anak pulang telat, orang tua langsung menghukumi “nakal”. Orang tua melarang, anak berpikir mereka jahat.Padahal mereka tak tau apa maksud dan kejadian sebenarnya. Andai mereka mau mendengar dan mencari tau sebelum bersikap, tidak akan muncul konflik dan masalah.

Allah berfirman, “Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (QS.Al-Kahfi: 68).

Coba kita ingat, betapa banyak kita sering marah kemudian menyesal setelah mengetahui kejadian sebenarnya. Betapa sering kita harus meminta maaf karena terlalu cepat mengambil sikap negatif, padahal kenyataannya tidak seperti yang kita bayangkan.

Fenomena ini memberi kita pelajaran untuk,

1. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap.

2. Cari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi.

3. Mintalah penjelasan dari orang yang menurut kita melakukan kesalahan. Karena tidak semua orang mampu mengutarakan alasannya jika tidak ditanya terlebih dahulu.

Ketenangan dan sikap bijak dalam mengambil keputusan dicontohkan secara sempurna oleh Nabi Sulaiman as. Ketika ia mengumpulkan seluruh rakyatnya, ia tidak menemukan burung kecil bernama Hud Hud. Nabi pun marah karena ketidak hadirannya.

Tapi lihat, saat itu Nabi masih memberi kesempatan Hud Hud untuk menyampaikan alasannya sebelum memberi sanksi kepadanya. “Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (QS.An-Naml: 21).

Banyak masalah muncul karena sifat tergesa-gesa. Berlatihlah untuk menjadi orang yang tenang, maka semua masalah akan menjadi ringan.

 

MOZAIK

Jangan Remehkan Sesuatu yang Kecil

BANYAK manusia yang cenderung meremehkan sesuatu yang terlihat kecil di matanya. Padahal dunia ini penuh dengan rahasia yang tak mampu kita ketahui hakikat aslinya.

Terkadang kita cenderung meremehkan orang lain dari penampilannya. Kita juga sering meremehkan amal baik karena terlihat tak ada artinya, bahkan maksiat pun seakan hal yang wajar saja. “Ah tenang saja, ini cuma dosa kecil.”

Berbeda dengan pandangan Khalifah Ali bin Abi Thalib, yang disebut Nabi SAW sebagai pintu kota ilmu. Beliau memiliki pandangan yang jauh dan tak pernah meremehkan hal sekecil apapun. Beliau pernah berpesan, “Sesungguhnya Allah swt menyembunyikan empat hal dalam empat hal lainnya,

  1. Dia Menyembunyikan Keridhoan-Nya dalam ketaatan kepada-Nya. Maka jangan pernah kau remehkan ketaatan sekecil apapun, karena bisa saja disitulah letak Keridhoan-Nya.
  2. Dia Menyembunyikan Kemarahan-Nya dalam kemaksiatan kepada-Nya. Maka jangan pernah kau remehkan maksiat sekecil apapun, karena bisa saja disitulah letak Kemarahan-Nya.
  3. Dia Menyembunyikan mana doa yang dikabulkan dalam doa-doa (seorang hamba). Maka jangan pernah kau remehkan doa apapun, karena bisa saja di situlah letak terkabulnya.
  4. Dia Menyembunyikan wali-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Maka jangan kau remehkan siapa pun, bisa saja dia adalah wali Allah swt.”

Sadari bahwa pengetahuan kita begitu kecil dibanding rahasia Allah yang amat besar. Jangan pernah remehkan sesuatu apapun, karena mungkin dibaliknya ada kemuliaan yang besar. Semoga kita termasuk orang-orang yang berakal dan mampu mengambil pelajaran.

“Dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.” (QS.An-Nur:15).

 

MOZAIK

Doa Malaikat untuk Mereka yang Beriman

Allah SWT berfirman: “Malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekitarnya bertasbih memuji Tuhan mereka dan mereka beriman kepada-Nya, serta memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman seraya berkata: Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu maka berikanlah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka Jahim.” (QS al-Mu’min [40] : 7).


Sungguh beruntung orang-orang yang beriman itu. Lantaran malaikat Allah pun peduli memintakan ampunan-Nya bagi mereka. Sepanjang orangorang yang beriman itu bertobat dan senantiasa mengikuti jalan Tuhan-Nya, malaikat tidak putusputusnya memintakan ampunan-Nya bagi mereka.

Lebih jauh, malaikat Allah pun memintakan ridha-Nya untuk memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam surga ‘Adn dan memelihara mereka dari siksaan neraka, yakni tempat pembalasan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan (al-sayyiat).

Allah berfirman: “(Malaikat berdoa) Wahai Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang saleh di antara ayah-ayah mereka dan istri-istri mereka dan keturunanketurunan mereka. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Mu’min [40] : 8).

Dalam ayat berikutnya: “Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS al-Mu’min [40] : 9). Selain itu, malaikat senantiasa memintakan ampunan dan rahmat Allah bagi orang-orang yang belum beranjak dari tempat shalatnya. Rasulullah SAW bersabda: “Dan malaikat bershalawat (mendoakan) orang yang masih berada di tempat shalatnya. Malaikat berkata: Wahai Allah berikanlah rahmat padanya. Wahai Allah terimalah tobatnya. Sepanjang orang itu tidak mengganggu orang lain dan sepanjang belum batal wudhunya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Luar biasa. Diamnya seseorang di tempat duduknya (bakda shalat berjamaah) berhasil mendapatkan kepedulian malaikat sehingga mereka pun memintakan rahmat Allah dan memintakan ampunan-Nya baginya. Apalagi, bila orang tersebut mengisinya dengan zikir, membaca Alquran, dan sebagainya. Ibnu Baththal berkata: “Barangsiapa yang ingin dosanya diampuni tanpa capek hendaknya mempergunakan kesempatan berada di tempat duduknya bakda shalat untuk mendapatkan doa dan istighfar dari malaikat.” Dalam kondisi seperti itu peluang doa mereka dikabulkan sangat besar.

Malaikat juga senantiasa memintakan ampunan Allah bagi orang-orang yang menjenguk saudaranya yang sakit. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seseorang menjenguk orang sakit pada sore (malam) hari kecuali 70 ribu malaikat keluar beristighfar baginya sampai pagi hari dan dia berada di taman surga. Barang siapa yang menjenguknya pada pagi hari 70 ribu malaikat akan keluar beristighfar untuknya sampai sore (malam) hari dan dia berada di taman surga.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi).

 

Oleh: Mahmud Yunus

REPUBLIKA

Orang-Orang yang Dirindukan Surga

Salah satu golongan yang dirindukan surga adalah orang-orang yang suka menadaburi Alquran. Semasa hidupnya, Ra sulullah SAW pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu surga, dan berlindung kepada-Mu dari (siksaan) neraka. “Doa itu dibaca Nabi SAW sebanyak tiga kali. Surga pun lantas berkata, “Ya Allah, dekatkanlah dia kepada ku.” Sementara, neraka berkata, “Yaa Allah, jauhkanlah dia dari ku,” (HR an-Nasa’i: 5536).

Hadis di atas menunjukkan, surga pun dapat meminta kepada Allah SWT untuk memasukkan orang-orang yang ia inginkan ke dalamnya. Pertanyaannya, siapa saja hamba-hamba Allah yang diinginkan atau dirindukan surga tersebut? Tema itulah yang menjadi fokus pembahasan Ustaz Ahmad Susilo dalam kajian Islam yang diadakan oleh Majelis Tak lim Sidra Masjid al-Hidayah Kompleks BI Pancoran Jakarta Selatan, Ahad (2/7) lalu.

Sambil mengutip sebuah hadis dari Abdullah ibn Abbas RA, Ustaz Ahmad Susilo mengungkapkan, ada empat golongan manusia yang sangat dirindukan surga. Golongan pertama adalah orang-orang yang senantiasa menadaburi (mempelajari) Alquran. “Untuk menjadi hamba yang dirindukan surga, kita tidak sekadar dituntut membaca Alquran. Tetapi, juga mempelajari, memahami, dan mengamalkannya sebagai petunjuk dalam kehidupan kita sehari-hari,” ujar Susilo.

Dia mengatakan, Allah SWT telah memberikan nikmat yang begitu besar kepada orang-orang yang beriman. Di antara nikmat tersebut adalah Alquran yang mulia. Oleh karena itu, sebagai Muslim, kita memiliki kewajiban untuk mempelajari kitab suci ter sebut dengan sungguh-sungguh se hingga kita pun dijauhkan Allah dari kesesatan yang dapat menjerumuskan kita kepada neraka.

Allah SWT berfirman, “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang menyampaikan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Alkitab (Alquran) dan al-Hikmah (sunah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nya ta,” (QS: ali-Imran [3]: 164).

Selanjutnya, golongan kedua yang dirindukan surga adalah orang-orang yang menjaga lisannya dari segala perkataan yang tidak berguna. Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah disebut mukmin orang yang suka mencela, yang gemar melaknat, yang suka berkata-kata keji, dan yang berkata-kata kotor,” (HR at-Tirmidzi: 1977).

“Hadis di atas secara tegas menyatakan, mereka yang kerjaannya suka mencela dan mengucapkan kata-kata kotor belum bisa disebut sebagai orang-orang yang beriman. Karena, Mukmin itu sudah pasti mampu menjaga lisannya dengan baik,” ucap Susilo.

Dia menuturkan, orang yang selama hidupnya di dunia suka mengucapkan kata-kata buruk dan keji, bakal kesulitan memperoleh syafa’at dari Rasulullah SAW di akhirat kelak. Sebab, salah satu syarat seorang hamba bisa mendapatkan syafa’at dari Nabi SAW adalah keridhaan Allah SWT terhadap ucapan-ucapannya.

Allah SWT berfirman, “Pada hari itu tidak berguna syafa’at (pertolongan), kecuali orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan yang telah Dia (Allah SWT) ridhai perkataannya,” (QS: Taha [20]: 109). “Ayat tersebut menyiratkan kepada kita tentang pentingnya untuk menjaga mulut dari perkataan yang tidak berguna, dalam kondisi apapun. Sebab, semua ucapan yang keluar dari lisan kita akan dihisab oleh Allah SWT di akhirat nanti,” kata Susilo.

Adapun golongan ketiga yang dirindukan surga adalah mereka yang memberi makan kepada orang-orang yang lapar. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman bahwa di antara penghuni surga kelak terdapat hamba-hamba-Nya yang gemar memberi makan kepada kaum dhuafa.

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur. (Yaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

Dan, mereka memberikan makanan yang disukainya kepa da orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih,” (QS: al-Insaan [76]: 5–9).

“Ayat-ayat di atas menjelaskan, Mukmin yang gemar memberi makan kepada orang-orang yang lemah bakal menjadi peng huni surga. Namun dengan catatan, amalan itu harus dilakukan karena mengharap ridha Allah SWT semata, bukan didasari oleh riya,” ujar Susilo.

Sementara, golongan keempat yang dirindukan surga adalah orang-orang yang berpuasa di Bulan Ramadhan. Begitu banyak hadis yang menjelaskkan keutamaan bagi mereka yang berpuasa di bulan suci. Salah satunya seperti yang diriwayatkan Abi Sa’id al-Khudri RA. Dia berkata “Telah bersabda Rasulullah, ‘Tiada seorang yang berpuasa satu hari saja karena Allah, melainkan Allah menjauhkan wajahnya dari api neraka dengan jarak 70 tahun.'”

Pada hari kiamat, orang yang berpuasa Ramadhan juga akan di panggil untuk masuk surga melalui pintu khusus. Pintu surga itu bernama ar-Rayyan. Yang bisa masuk ke sana hanyalah orang yang berpuasa.

Dari Sahl bin Sa’ad RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya, pada hari kiamat di surga ada pintu bernama ar-Rayyan. Tidak dapat masuk melalui pintu itu kecuali orang yang berpuasa, yang di panggil oleh penjaganya, ‘Di mana mereka yang berpuasa?. Tidak dapat masuk ke situ kecuali mereka saja, dan apabila telah selesai, pintu itu ditutup, tidak ada yang bisa masuk lagi seorang pun,” (HR Bukhari dan Muslim).

Majelis Taklim Sidra Masjid al-Hidayah Pancoran rutin mengadakan kajian Islam sejak 2016. Penceramah yang memberikan materi di majelis itu pun selalu berganti-ganti, dengan tema kajian yang cukup variatif. Mulai dari fikih, akidah, akhlak, hingga tafsir. “Informasi tentang agenda kajian di ini biasanya disebarkan melalui grup WA (Whatsapp) oleh para pengurus majelis taklim. Rekaman ceramahnya juga bisa disaksikan lewat laman Youtube,” kata salah satu anggota MT Sidra Denny Kurniawan.

 

REPUBLIKA

Anak Sebagai Ujian

ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Alloh Swt. Dzat Yang Maha Menguasai langit dan bumi beserta segala apa yang ada di dalamnya. Tiada yang patut disembah selain Alloh, tiada yang bisa dimintai pertolongan kecuali Alloh. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi Muhammad Saw.

Saudaraku, mudah-mudahan Alloh Swt. memberikan kita petunjuk dan kekuatan supaya kita bisa melalui setiap ujian dengan baik, karena hidup di dunia ini adalah rangkaian ujian demi ujian. Seperti anak yang akan naik kelas di sekolahnya, senantiasa akan dihadapkan dengan soal-soal ujian. Demikian pula kita dalam hidup ini. Setiap ujian yang kita hadapi hakikatnya adalah agar derajat kita naik di hadapan Alloh Swt.

Salah satu bentuk ujian dari Alloh itu adalah berupa anak atau keturunan. Jika dilihat dari satu dimensi, maka anak adalah karunia. Dilihat dari dimensi lain, anak merupakan amanah. Dan dilihat dari dimensi yang lain, anak merupakan ujian. Alloh Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal [8] : 27-28)

Oleh karena itu, melihat anak seperti melihat soal ujian. Orang akan stress menghadapi soal ujian kalau dia tidak belajar, meski jawaban dari soal itu sebenarnya sangat mudah. Dan, yang namanya ujian tidak selalu berupa kesusahan. Punya anak yang sukses itu juga bentuk ujian. Tidak jarang ada orangtua yang ujub, takabur, sombong, gara-gara kesuksesan anaknya. Kemana-mana memamerkan prestasi anaknya. Pada banyak kesempatan memamerkan anaknya sembari merendahkan anak orang lain yang tidak sukses sebagaimana anaknya.

Anak sukses itu adalah ujian. Jangan sampai kita yang sudah diamanahi oleh Alloh menjadi orangtua, merasa ujub, takabur, sombong karena kesuksesan anak kita. Karena sesungguhnya anak sukses adalah karunia dari Alloh Swt. Bersikap tawadhu dan berserahdiri kepada Alloh ketika melihat kesuksesan anak, maka itulah orangtua yang sukses. Sedangkan jika kita ujub, takabur, sombong, maka sesungguhnya kita sedang gagal menyikapi ujian berupa anak.

Anak-anak bisa berprestasi di sekolahnya, tinggi nilai ujiannya, lulus dengan nilai yang mengagumkan, tiada lain adalah karena Alloh mengkaruniakan kepadanya otak dan akal pikiran, kesehatan, dan perlindungan.

Demikian halnya ketika anak tidak sesuai harapan. Mungkin prestasi di sekolahnya yang biasa saja, atau bahkan mungkin sempat tidak naik kelas. Kuliahnya berlarut-larut. Atau secara duniawi pekerjaannya biasa saja dibandingkan teman-temannya yang lain. Ini juga ujian bagi orangtua. Ada orangtua yang malu, minder dan berkeluh kesah melihat anaknya yang demikian. Sampai orangtua lupa bahwa surga tidak identik dengan gelar sarjana, dengan rangking pertama atau dengan jabatan mentereng di kantornya.

Bukankah banyak anak-anak yang hanya lulus SMA, atau kuliah tapi tidak sampai jadi sarjana, namun mereka justru akhirnya mampu menggaji para sarjana. Anak-anak seperti ini banyak jumlahnya.

Maka dari itu, bagi para orangtua hendaknya senantiasa rendah hati, penuh syukur dan tawakal kepada Alloh Swt. menghadapi bagaimanapun kondisi anak-anak kita. Tugas para orangtua adalah merawatnya, membimbingnya, dan mendidiknya sesuai dengan apa yang Rosululloh Saw. ajarkan. Yang terpenting dari anak kita adalah mereka menjadi orang-orang yang beriman kepada Alloh dan cinta kepada rosul-Nya. Inilah prestasi tertinggi bagi sang anak dan orangtuanya. Wallohualam bishowab.

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

[smstauhiid]