Rasul Tak Pernah Dekati Maksiat Sejak Kecil

KEHIDUPAN Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebelum masa kenabian adalah mulia dan gemilang. Beliau semenjak masa kecil hidup dalam akidah yang benar, tidak terpengaruh dengan akidah dan moral jahiliyah, walaupun dikelilingi oleh agama dan budaya. Berikut di antara beberapa bukti penjagaan Allah sebelum beliau diangkat menjadi seorang Nabi.

Beliau sama sekali belum pernah meminum khamar dan tidak pernah mendekati kemaksiatan, dan tidak terlibat dalam permainan judi, atau permainan tidak berguna, walaupun beliau shallallahu alaihi wa sallam senantiasa bergaul bersama masyarakatnya, hidup dengan mereka, dan menemani mereka dalam aktivitas keseharian yang dibolehkan.

Ada ke-mashum-an yang menjaganya dari kesalahan-kesalahan moral. Dalam Shahih Al-Bukhari, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Tatkala Kabah dibangun oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, ketika itu bersama Abbas memindahkan batu.

 

INILAH  MOZAIK

Sufi Menurut Penilaian Imam Asy Syafi’i

DI beberapa tempat, Imam As Syafi’i telah memberi penilaian terhadap para sufi. Yang sering dinukil dari perkataan beliau mengenai sufi bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi.

Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Beliau juga menyatakan,”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut.

Imam Asy Syafi’i Bedakan Antara Sufi Yang Benar dengan Sufi Klaim

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)

Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka. (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Imam Asy Syaf’i Mengambil Manfaah dari Sufi

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan,”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua kalimat ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).

Jelas, bahwa Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan di atas karena prilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Bahkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah menilai bahwa pernyataan Imam As Syafi’i yang menyebutkan behwa beliau mengambil dari para sufi dua hal atau tiga hal dalam periwayatan yang lain, sebagai bentuk pujian beliau terhadap kaum ini,”Wahai, bagi dua kalimat yang betapa lebih bermanfaat dan lebih menyeluruh. Kedua hal itu menunjukkan tingginya himmah dan kesadaran siapa yang mengatakannya. Cukup di sini pujian As Syafi’i untuk kelompok tersebut sesuai dengan bobot perkataan mereka.” (lihat, Madarij As Salikin, 3/129)

Imam As Syafi’i Memuji Ulama Sufi

Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’i memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut ciri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164)

Walhasil, Imam As Syafi’i disamping mencela sebagian penganut sufi beliau juga memberikan pujian kepada sufi lainnya. Dan Imam Al Baihaqi menilai bahwa celaan itu ditujukan kepada mereka yang menjadi sufi hanya dengan sebutan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya dan Imam As Syafi’i juga berinteraksi dan mengambil manfaat dari kelompok ini. Sedangkan Ibnu Qayyim menilai bahwa Imam As Syafi’i juga memberikan pujian kepada para sufi.

Demikianlah perkataan Imam Asy Syafi’i mengenai sufi, yang dipahami oleh para ulama besar, yakni Al Imam Al Baihaqi dan Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Kedua ulama besar itu lebih layak untuk diambil dalam memahami perkataan Imam Asy Syafi’i dibanding para individu yang tergesa-gesa menyimpulkan. Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.

 

HIDAYATULLAH

Menciptakan Kebiasaan Bermanfaat dalam Kehidupan Kita

DALAM kehidupan manusia, kebiasaan memiliki pengaruh yang besar. Tahukah Anda bahwa setiap orang dari kita selalu digerakkan oleh kebiasaan?

Jika Anda ragu dalam hal tersebut, ambillah satu contoh dalam kehidupan Anda yang Anda ketahui dengan baik. Biasanya ketika datang bulan Ramadhan, kehidupan seorang muslim mengalami perubahan, seperti kebiasaan makannya atau kebiasaan shalatnya di malam hari.

Puasa wajib di bulan Ramadhan yang datang sekali dalam setahun, dapat dijalani oleh setiap orang dari kita yang sebelumnya telah terbiasa dengan rutinitas keseharian dalam hidupnya, seperti berkaitan dengan makan, minum, tidur, maupun shalat. Akan tetapi dengan adanya bulan Ramadhan kebiasaan-kebiasaan tersebut diubah dan diganti dengan kebiasaan-kebiasaan baru.

Melakukan kebiasaan-kebiasaan baru merupakan suatu yang sulit dan membutuhkan kesabaran, maka tidaklah heran jika hari-hari pertama dari bulan tersebut dianggap paling sulit dan berat oleh mayoritas orang yang berpuasa

Setelah berlalunya hari-hari pertama, kita mulai terbiasa melakukan shalat malam. Rutinitas keseharian kita pun berubah. Kita dapat merasakan kemudahan dan tidak lagi merasa berat melakukan rutinitas di bulan Ramadhan.

Ketika datang akhir bulan Ramadhan pun, salah seorang di antara kita mungkin telah terbiasa untuk menjalani kehidupan yang berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Dia tidak lagi merasa berat menjalani puasa dan memperpanjang shalat malamnya, bahkan mungkin dirinya telah siap untuk terus menjalani kehidupannya dengan cara samacam itu.

Mengapa hal itu dapat terjadi? Itu karena dia telah terbiasa melakukannya dan dia telah mengubah kebiasaan-kebiasaan lamanya dengan kebiasaan-kebiasaan yang baru.

Apa yang kita perolah di bulan Ramadhan merupakan pelajaran penting dari Allah yang mengajarkan kepada kita bahwa mengubah kebiasaan sebenarnya adalah sesuatu yang mudah dan dapat dilakukan oleh setiap orang, baik lelaki maupun perempuan, bahkan oleh anak kecil sekalipun. Oleh karena itu, puasa pun diwajibkan kepada setiap orang dewasa, dengan syarat tidak membahayakan keselamatannya

Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kehidupan kita ini diatur oleh berbagai macam kebiasaan. Di antara kebiasaan-kebiasaan itu ada yang bermanfaat dan ada pula yang tidak bermanfaat. Dalam hal ini, kita dapat melestarikan kebiasaan-kebiasaan bermanfaat, sebagaimana kita juga dapat menjauhkan diri dari kebiasaan-kebiasaan yang membahayakan.*/Sudirman STAIL

Sumber buku: 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas. Penulis buku: Dr. Ibrahim Hamd Al-Qu’ayyid.

 

HIDAYATULLAH

Doa Rasulullah SAW Saat Memasuki Bulan Rajab

Dalam Islam, terdapat empat bulan haram yang artinya bulan yang dimuliakan, yakni bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan ini, Al-Qur’an menjelaskan:

Rasulullah mencontohkan, saat memasuki bulan Rajab beliau membaca:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wasya‘bâna waballighnâ ramadlânâ

“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.” (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)

Dilansir dari laman nu.or.id, selain berdzikir dan berdoa, pada bulan Rajab umat Islam juga dianjurkan untuk puasa sebanyak-banyaknya, sebagaimana juga pada bulan-bulan haram lainnya.

Sebutan sebagai bulan haram merujuk sejarah dilarangnya umat Islam mengadakan peperangan pada bulan-bulan itu. Wallâhu a’lam.

Hadis Keutamaan Rajab

Berikut beberapa hadis yang menerangkan keutamaan dan kekhususan puasa bulan Rajab:
Diriwayatkan bahwa apabila Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab beliau berdoa:“Ya, Allah berkahilah kami di bulan Rajab (ini) dan (juga) Sya’ban, dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan.” (HR. Imam Ahmad, dari Anas bin Malik).

“Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan.”

Riwayat al-Thabarani dari Sa’id bin Rasyid: “Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu surga, bila puasa 10 hari, Allah akan mengabulkan semua permintaannya…..”

‘Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut”.

Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Rajab itu bulannya Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku.”

Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”.

TRIBUN NEWS

 

Jelang Pelunasan BPIH, Calon Jamaah Diminta Waspada

Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama telah merilis daftar jamaah haji reguler yang berhak melunasi biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) tahun 2018. Proses pelunasan BPIH tersebut akan dilakukan pada awal April mendatang.

Karena itu, Kasubdit Pendaftaran Haji Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Noer Aliya Fitra alias Nafit mengimbau agar calon jamaah haji tidak mudah tertipu dengan adanya oknum. Pasalnya, kata dia, biasanya menjelang masa pelunasan BPIH ini, ada oknum yang merayu calon jamaah agar bisa berangkat lebih dulu.

“Kalau ada orang-orang atau oknum yang menawarkan bisa berangkat lebih dulu dari jamaah lain, mohon jangan mudah percaya dan tertipu, ” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (19/3).

Jika calon jamaah mengalami hal seperti itu, Nafit mengimbau agar menanyakan langsung kepada kantor Kementerian Agama setempat. “Karena biasanya menjelang pelunasan begini suka ada informasi yang kurang benar atau hoaks terkait dengan pelunasan,” ucapnya.

Nafit menjelaskan lebih lanjut, proses pelunasan BPIH tersebut hanya bisa dilakukan oleh calon jamaah yang memang sudah berhak. Pertama, kata dia, calon jamaah harus terlebih dahulu melakukan pemeriksaan tim kesehatan di kabulaten/kota.

Setelah pemeriksaan, calon jamaah akan mendapatkan berita acara tentang isthithaahkesehatan haji. Setelah jamaah mendapatkan berita acara itu, jamaah itu baru bisa melaksankan pelunasan BPIH tahap pertama.

Menurut Nafit, tahap pertama diperuntukkan bagi jamaah haji reguler yang lunas tunda tahun sebelumnya dan jamaah haji urutan masuk kuota tahun ini yang belum berhaji, telah berusia 18 tahun, atau sudah menikah.

Nafit mengatakan, saat ini pihak bank telah siap menerima pelunasan dari calon jamaah haji yang masuk daftar berangkat tahun ini. “Kalau bank itu insya Allah sampai saat ini sudah siap melayani pelunasan seperti biasanya,” katanya.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, tambah dia, proses pelunasan yang akan dilayani bank masih sama. Jadi, kata dia, calon jamaah haji hanya perlu datang ke bank dan melakukan setoran lunas sambil membawa bukti setoran awalnya dulu. Setelah itu, calon jamaah bisa melakukan transfer ke rekening Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) untuk pelunasan.

“Jadi, kalau dari sistem sudah ready, jadi sepeerti tahun lalu, tidak ada perubahan regulasi terkait dengan sistem,” ujarnya.

 

IHRAM

Menjaga Mata dan Hati dari Najis

PARA dokter hati (ulama) bertutur:

Antara mata dan hati ada kaitan yang sangat erat, bila mata telah rusak dan buruk, maka hatipun rusak dan buruk. Hati seperti ini ibarat tempat sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan.

Ia tidak layak dihuni cinta dan marifatullah, tidak akan merasa tenang dan damai bersama Allah Ta’ala dan tidak akan mau Inabah (kembali) kepada Allah Ta’ala. Yang tinggal di dalamnya adalah kebalikan dari semua itu.

Membiarkan pandangan lepas adalah maksiat kepada Allah Ta’ala dan dosa sebagaimana firmanNya pada An-Nur 30 dan 31 yang telah disebutkan.

Allah Ta’ala berfirman: “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (QS Ghafir/Al-Mukmin: 19)

Membiarkan pandangan lepas menyebabkan hati menjadi gelap, sebagaimana menahan pandangan menyebabkan hati bercahaya. Bila hati telah bersinar maka seluruh kebaikan akan masuk kedalamnya dari segala penjuru, sebaliknya apabila hati telah gelap maka akan masuk kedalamnya berbagai keburukan dan bencana dari segala penjuru.

Seorang yang shalih berkata, “Barangsiapa mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah, mengisi batinnya dengan muroqobah (merasa diawasi Allah Ta’ala), menjaga pandangannya dari yang diharamkan, menjaga dirinya dari yang syubhat (belum jelas halal haramnya) dan hanya memakan yang halal, pasti firasatnya tidak akan meleset.” [Abdullah Saleh Hadrami]

 

INILAH MOZAIK

Sibuklah denganNya Agar tak Sibuk dengan UrusanMu

ADA seorang shalihin yang senantiasa disibukkan orang-orang sekitarnya dengan berbagai masalah dan urusan. Beliau terus melayani dengan sabar sembari berdoa semoga yang dilakukannya adalah bagian dari pelayanan yang disukai Allah. Lama-lama, orang shalih ini merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, yaitu waktu bercengkerama dengan Allah, Rabbnya.

Beberapa malam beliau menutup pintu rumah untuk mengetuk pintu langit. Beliau berdoa: “Ya Allah, orang-orang yang telah menyibukkan aku dari diriMu, sibukkanlah mereka dengan diriMu, agar tak lagi menyibukkan diriku.”

Ada dua makna dari doa orang shalih itu: pertama, ternyata orang yang sibuk dengan Allah akan senantiasa ditolong oleh Allah dalam setiap urusannya sehingga tak butuh bantuan orang lain; kedua, ternyata bersahabat dengan orang shalih itu tak ada ruginya. Doanya selalu baik, walau direpotkan. Lalu bagaimana jika mereka tak direpotkan? Pastilah setiap saat nama kita berada dalam doanya.

Sibukkan diri dengan Allah, melakukan segenap ibadah dan amal kebaikan, mempersembahkan yang terbaik untuk agama Allah sebelum ajal menjemput dan semuanya dimintai pertanggungjawaban. Maafkan saya kalau menyibukkan diri para panjenengan dengan tulisan saya ini.

 

INILAH MOZAIK

 

 

The Power of Shadaqoh

SAAT ada di jalan tol Gresik-Surabaya, ada kabar bahwa ada tamu di pondok menunggu kami. Saya segerakan laju mobil karena kasihan kalau menunggu lama. Macet adalah tantangan utamanya. Jalan macet seperti melahirkan doa semoga jalan menuju surga tak tersendat-sendat karena pertanyaan pertanggungjawaban yang rumit atas segala amanah yang kita terima semasa di dunia.

Tamunya adalah suami isteri yang jarang sekali mengaji darat namun rajin mengaji udara (maya/online). Jarangnya bukan karena malas, namun karena lokasinya yang cukup jauh, yakni di Kabupaten Tuban.

Dengan senyumnya yang khas, muslim muallaf ini berpamitan akan berangkat ke New Zealand selama 12 hari. Berceritalah kita tentang New Zealand. Lalu beliau bilang: “Bangun pondok lagi ya, saya baca di BBM? Ini ada sedikit titipan kami untuk rumah akhirat kami,” sambil menyodorkan sebuah amplop tebal.

Saya dan isteri yang menemui mereka berdua terperanjat bahagia ada hamba Allah yang berbagi tanpa diduga. Kami masih ingat bahwa untuk bangunan yang sebelumnya beliau juga invest untuk akhirat.

Semoga beliau dan semua jamaah serta dermawan yang menitipkan hartanya untuk akhiratnya melalui pondok ini senantiasa dikayakan, dijayakan, dibahagiakan dan dilancarkan jalan hidupnya menuju ridla dan surga Allah.

 

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

INILAH MOZAIK

 

————————————-
Artikel keislaman di atas bisa Anda nikmati setiap hari melalui smartphone Android Anda. Download aplikasinya, di sini!

Share Aplikasi Andoid ini ke Sahabat dan keluarga Anda lainnya
agar mereka juga mendapatkan manfaat!

Kala Rasul Lebih Memilih Abu Bakar daripada Umar

KETIKA Nabi Shallallahualaihi Wasallam sakit keras, beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam salat berjemaah. Dalam Shahihain, dari Aisyah Radhiallahuanha ia berkata:

“Ketika Nabi Shallallahualaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah. Aisyah berkata: Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Quran. Nabi tetap berkata: Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah. Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah”

Oleh karena itu Umar bin Khattab Radhiallahuanhu berkata: “Apakah kalian tidak ridha kepada Abu Bakar dalam masalah dunia, padahal Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam telah ridha kepadanya dalam masalah agama?”

Juga diriwayatkan dari Aisyah Radhiallahuanha, ia berkata: “Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam berkata kepadaku ketika beliau sakit, panggilah Abu Bakar dan saudaramu agar aku dapat menulis surat. Karena aku khawatir akan ada orang yang berkeinginan lain (dalam masalah khilafah) sehingga ia berkata: Aku lebih berhak. Padahal Allah dan kaum muminin menginginkan Abu Bakar (yang menjadi khalifah). Kemudian datang seorang perempuan kepada Nabi Shallallahualaihi Wasallam mengatakan sesuatu, lalu Nabi memerintahkan sesuatu kepadanya. Apa pendapatmu wahai Rasulullah kalau aku tidak menemuimu? Nabi menjawab: Kalau kau tidak menemuiku, Abu Bakar akan datang” (HR. Bukhari-Muslim)

 

INILAH MOZAIK

Umar: Semoga Hari ini Aku bisa Kalahkan Abu Bakar

UMAR bin Khattab Radhiallahuanhu berkata:

“Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam memerintahkan kami untuk bersedekah, maka kami pun melaksanakannya. Umar berkata: Semoga hari ini aku bisa mengalahkan Abu Bakar. Aku pun membawa setengah dari seluruh hartaku. Sampai Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bertanya: Wahai Umar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?. Kujawab: Semisal dengan ini.

Lalu Abu Bakar datang membawa seluruh hartanya. Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam lalu bertanya: Wahai Abu Bakar, apa yang kau sisakan untuk keluargamu?. Abu Bakar menjawab: Ku tinggalkan bagi mereka, Allah dan Rasul-Nya. Umar berkata: Demi Allah, aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selamanya” (HR. Tirmidzi)

 

INILAH MOZAIK