Perlu tidaknya Kita Bersyahadat?

PERTANYAAN anda dengan sendirinya akan terjawab kalau kita perhatikan makna harfiyah kata “syahadat.” Apa sih arti kata syahadat itu? Syahadat artinya adalah persaksian. Seorang yang bersyahadat pada dasarnya dia sedang bersaksi. Pertanyaannya: mengapa harus bersaksi? Katakanlah sebagai contoh, mengapa seseorang harus bersaksi di pengadilan? Untuk apa bersaksi atau berikrar di depan hakim?

Jawabnya untuk menegaskan kepada khalayak tentang persepsi, pemahaman, keyakinan serta pendirian dirinya. Tetapi kenapa harus ada persaksian? Karena saat itu belum jelas pendirian seseorang, sehingga orang itu harus bersaksi di depan pengadilan.

Di masa lalu, ketika belum ada satu pun orang yang memeluk agama Islam, setiap kali ada yang masuk Islam, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta mereka melakukan persaksian ini, yaitu melafazkan dua kalimat syahadat. Sebagai tanda bahwa mulai saat itu dia sudah pindah agama dan menjadi pemeluk Islam. Pengucapan ini dilakukan untuk menegaskan bahwa seseorang sudah pindah agama, dari agama selain Islam menjadi beragama Islam.

Lalu bagaimana dengan orang yang sudah jadi muslim sejak lahir? Masihkah diperlukan persaksian? Jawabnya tentu saja tidak perlu bersyahadat lagi. Mengapa? Sebab dalam kehidupan sehari-hari, semua ciri, perilaku dan penampilannya sudah menunjukkan bahwa dirinya seorang muslim. Karena itu persaksian itu tidak lagi diperlukan. Toh tidak ada kepentingannya lagi.

Lagi pula secara akidah, keyakinan dan fikrah, sudah bisa dipastikan dirinya mentauhidkan Allah dan menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai nabi dan rasul-Nya, serta kesetiaan untuk menjalankan semua perintah Allah Ta’ala. Mengapa seorang yang sejak lahir sudah demikian masih dipertanyakan keIslamannya dengan harus syahadat ulang?

Apakah anak-anak para sahabat nabi, para tabi’in, para ulama salaf dan setiap lapis generasi muslim sepanjang 14 abad itu pernah melakukan proses syahadat ulang, padahal mereka lahir sudah jadi muslim? Jawabnya tidak pernah. Sebab mereka memang sudah muslim, sejak lahir dan selama 24 jam dalam setiap hari dalam kehidupan mereka.

Bahkan ketika mereka pergi ke masjid untuk salat, itu adalah ‘syahadat’ mereka. Ketika Ramadan mereka berpuasa, itu adalah syahadat mereka juga. Ketika bayar zakat atau pergi haji ke baitullah, itu adalah syahadat mereka. Lantas buat apa lagi mereka bersyahadat lagi? Adakah pihak-pihak yang meragukan atau mencurigai bahwa orang yang melakukan itu bukan muslim? Dan anda benar, bukankah tiap salat kita pasti sudah mengucapkan dua kalimat syahadat. Bukan hanya sekali seumur hidup saja, tetapi setiap hari tujuh belas kali, apa masih kurang?

Selain itu syahadat tidak harus di depan imam. Sebuah cara pandang yang keliru dan sesat adalah bila mensyaratkan bersyahadat di depan imam tertentu, atau pimpinan tertentu dari suatu jemaah. Pemikiran ini tidak datang dari ajaran Islam yang benar, tetapi merupakan hasil rekayasa palsu kelompok tertentu. Mereka menyamakan antara syahadat dengan bai’at. Seolah orang yang tidak berbai’at dengan kelompok mereka, masih belum muslim. Syahadatnya dianggap belum sah, kecuali setelah bersyahadat sekaligus berbai’at dengan kelompok mereka.

Ide harus adanya syahadat ulang buat semua umat Islam, biasanya datang dari kelompok-kelompok yang punya kepentingan tertentu. Syahadat ulang hanya diberlakukan kepada mereka yang murtad, yaitu ingkar kepada salah satu rukun iman dan rukun Islam, atau melakukan hal-hal yang kongkrit membatalkan syahadat. Itu pun ada perintah penguasa resmi, bukan orang perorang.

Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. [Ahmad Sarwat, Lc.]

 

INILAH MOZAIK

Minoritas Muslim Lithuania: Sedikit Namun Menggigit (3 -Habis)

Pesan Mufti Lithuania

Pria tinggi berkulit putih berwajah ramah dan enak dipandang itu bukan bintang film. Bukan juga orang Melayu, walau hari itu ia memakai peci khas Indonesia. Sebaliknya, jabatan-nya sangar : Mufti negara Lithuania, alias Pemimpin Muslim No. 1 di negeri Lithuania, negeri ex-okupasi Uni Soviet yang bercerai pada tahun 1991. Namanya Romas Jakubauskas.

“Nama belakang saya berasal dari nama “Yakub”, nama Muslim tentu saja,” ujarnya dalam bahasa Inggris yang amat lancar.

Ditemui di Desa 40 Tatars, 20 km di barat daya Vilnius, Mufti Romas berkisah banyak tentang umat-nya.

“Jumlah kaum Muslimin di Lithuania tidak banyak, hanya 5000 saja.Maka jangan bandingkan dengan Indonesia.Saya pernah ke Indonesia, Malaysia dan Thailand Selatan. Saya bisa merasakan kondisi di sana amat jauh berbeda dengan di sini, “ tukas Mufti Romas santai.

“Problem kita di dunia Islam adalah kita tidak saling mengenal. Tidak banyak orang Lithuania tahu tentang Indonesia, dan saya yakin juga sebaliknya. Sama halnya, banyak Muslim Lithuania Tatar yang tidak paham dengan dunia Islam di luar sana.  Apalagi dunia Islam di Indonesia. Dan saya yakin juga sebaliknya,” papar Mufti Romas.

Romas mengaku bersyukur pernah sekolah di  Libanon selama 7 tahun, berkenalan dengan Muslim dari banyak negara, termasuk dari Asia Tenggara.  Tapi ia khawatir tak punya penerus lagi yang menyebabkan komunitas Muslim yang sudah sedikit ini akan punah.

“Maka, jika Anda atau negara ada atau organisasi Anda bisa memberikan scholarship(beasiswa) untuk anak-anak kami untuk belajar di Indonesia, untuk ilmu apapun, saya akan bahagia sekali,” ujar Mufti Romas lugas.

Ketika ditanyakan kesan-nya tentang Indonesia beliau menjawab. “I like Indonesia, I like the people, completely different with Lithuania. Saya datang sebagai tamu undangan NU bersama-sama dengan Mufti-Mufti dari negara lain. Saya mengunjungi Masjid Istiqlal dan juga berfoto di Monumen Nasional (Monas). Saya suka dengan keterbukaan orang Indonesia, ketika saya di Monas, banyak orang yang berteriak ‘bule’ , ‘bule’ dan meminta berfoto bersama saya. Padahal kita tidak saling mengenal dan saya bukan celebrity. Juga, ketika di sana tak jarang orang Indonesia bertanya kepada saya: “Apakah Anda sudah menikah?” berapa jumlah anak Anda?” yang tentunya jarang ditanyakan di Eropa ini. Tapi saya OK saja, pertama-tama saya kaget, tapi lama-lama saya mulai terbiasa, saya malah lebih dahulu membuka percakapan tentang status pernikahan dan jumlah anak saya, ha ha ha…”

Khatimah

Melakukan safari Ramadhan ke negeri muslim minoritas seperti Lithuania dimana Islam dan Muslim dianggap asing, bahkan tak sedikit yang phobia (Islamophobia) dengan Muslim adalah suatu kenikmatan sekaligus tantangan tersendiri.

Berita dari mipia.lt (February 2018) menyebutkan bahwa lebih dari setengah penduduk Lithuania tidak nyaman apabila harus bertetangga dengan kaum Muslimin. Mayoritas penduduk Lithuania juga tidak familiar dengan Islam dan Kaum Muslimin.  Parahnya, hal yang sama terjadi dengan Muslim Tatar sendiri.  Berabad-abad tinggal di Lithuania,   mereka sudah kehilangan bahasa asli mereka sendiri dan mulai tercerabut identitas keislamanannya.Sehingga, mereka sendiri tak akrab dengan identitas keislamannya.

Maka, himbauan dari Mufti Romas tentang kesempatan ataupun beasiswa  untk studi maupun mengenal  negeri Muslim lain bagi pemuda/ pemudi Lithuanian Tatars sudah sepatutnya menjadi kepedulian kaum Muslimin sedunia,  termasuk Indonesia,  yang merupakan negeri Muslim terbesar di dunia.

Biarlah walaupun sedikit,  mereka menjadi minoritas yang mengigit,  bukan malah tercerabut dari akar budaya dan identias keislaman-nya.Wallahua’lam.*/kiriman Heru Susetyo. Oleh-oleh Perjalanan Ramadhan tujuh hari di Lithuania (20 – 27 Mei 2018) di sela-sela tugas sebagai visiting fellow  FHUI di Mykolas Romeris University, Vilnius-Lithuania

 

HIDAYATULLAH

Minoritas Muslim Lithuania: Sedikit Namun Menggigit (2)

Di bulan Ramadhan 1439 H ini,   menu buka puasa diberikan cuma-cuma oleh masjid untuk semua jama’ah yang hadir.Menunya khas Turki.  Dibuka dengan yoghurt,  lalu dilanjutkan makan nasi dengan daging sapi iris yang amat sedap.

Shalat tarawih di Islamic Cultural Center ini kendati bisa menampung sampai 6-7 shaf,  kenyataannya hanya dipadati 2-3 shaf saja,  di luar jamaah Muslimah yang shalat di ruang terpisah.  Imam-nya asal Turki. Jumlah raka’at ada 23 dan setiap 2 raka’at ada jama’ah yang membacakan do’a/ shalawat, mirip di masjid-masjid Indonesia.

Sepertiga jama’ah undur diri setelah raka’at ke -8 dan selebihnya melanjutkan tarawih dan witir hingga rakaat 23.    Karena saat ini sedang awal musim panas (summer) dan waktu Maghrib berkisar pukul 21.30 – 21.50,  maka shalat tarawih-pun  dimulai sekitar pukul 23.10 dan berakhir sekitar tengah malam.   Dan para jama’ah mesti bergegas santap sahur karena sekitar pukul 02.40-an waktu Subuh-pun tiba.

Jangan berharap bisa membeli makanan di warung sekitar juga seperti di Indonesia.  Karena untuk negeri sekecil Lithuania dengan penduduk hanya sebanyak Kota Jakarta Timur,  rata-rata restoran tutup menjelang pukul 8 malam. Itupun,  tak dijamin halal pula makanannya.

Kisah Desa 40 Tatars, Vilnius-Lithuania

Sekitar 20 kilometer dari downtown Vilnius ke arah barat daya, terdapat-lah desa minoritas Lithuanian (Muslim) Tatar, yang kerap disebut sebagai “Keturiasdesimt Totoriu Kaimas” atau Forty Tatars Village (English) atau Kirk atau Sorok Tatary (Belarus).

Berada di desa ini di akhir musim semi adalah luar biasa nyaman.Udara sejuk dan bersih, sejauh mata memandang hanya pemandangan hijau yang terhampar.Ladang, hutan, permukiman, semuanya hijau.

Ada sekitar 112 Lithuanian (Muslim) Tatar dari sekitar 500 penduduk di desa cantik yang berkontur berbukit ini.Dan mereka memang bukan satu-satunya komunitas Lithuanian Tatar di Lithuania.

Ada tujuh komunitas Lithuanian Tatar di seluruh Lithuania.Komunitas Lithuanian Tatar telah eksis sejak akhir abad ke 14, era Grand Duke Vytautas, penguasa Lithuania era kuno.

Menurut hikayat, Grand Duke ini yang membawa komunitas Tatar dari Semenanjung Crimea,  karena Crimean Tatar terkenal sebagai petarung yang tangguh dan setia kepada Grand Duke Vytautas.

Loyalitas komunitas Tatar terhadap Grand Duke Vytautas berbuah manis. Vytautas menghibahkan sejumlah tanah.Termasuk yang kini menjadi Forty Tatars Village.

Nama 40 Tatars Village ini memiliki legenda sendiri. Konon karena dulu ada seorang pria Tatar yang memiliki 4 istri, dan dari setiap istri ia memiliki 10 anak sehingga total semuanya ada 40 anak beranak dan membentuk komunitas Tatar di desa itu.  Benar atau salahnya kisah ini wallahua’lam,  namun legenda ini hidup di komunitas tersebut dan tercantum resmi dalam brosur desa mereka.

Salah satu jejak yang menunjukkan desa ini bersejarah panjang adalah sebuah masjid tua dari kayu yang berdiri sejak 1558. Masjid ini tidak luas, namun asri dan compact. Ruang shalat-nya bersegi empat dan bagian perempuan dan laki-laki dipisah.Ada balkon di lantai dua yang muat diisi dua shaf shalat jama’ah.

Uniknya masjid ini tak memiliki tempat wudhu maupun kamar mandi.Jadi, jama’ah harus sudah dalam keadaan berwudhu dan tak berhajat kecil maupun besar ketika datang ke masjid.

Lithuanian Tatar mayoritas adalah Sunni bermazhab Hanafi.Maka masjid 40 Tatars juga menuliskan nama-nya sebagai Masjid Sunni. Di sekitar masjid nampak banyak batu nisan tak bernama. Menandakan begitu banyak kuburan di sekitarnya yang juga sudah berusia sangat lama.

Menurut Mufti Lithuania, Romas Jakubauskas, ada dua pekuburan Muslim lain yang terletak di Desa 40 Tatars ini dan berada di luar pekarangan masjid.

Disamping batu nisan, ada juga satu prasasti yang bertanggal di tahun 1997 di pekarangan masjid. Prasasti ini menandakan bahwa areal desa dan tanah tempat dibangunnya masjid tersebut adalah pemberian dari Grand Duke Vytautas sejak abad 15, sebagai penghargaan Grand Duke terhadap loyalitas Lithuanian Tatar terhadap Grand Duchy of Lithuania.

Tak jauh dari masjid, berjarak 100 meter saja, di jalan yang bernama ‘Totoriu” alias “Jalan Tatar” dibangun Community Center Tatar sejak 2014. Rumah cantik satu lantai berhalaman ekstra luas yang dibangun atas dana pemerintah Lithuania ini sebenarnya bersifat sebagai ‘extention’ dari masjid. Karena di dalamnya, ada ruangan meeting, ruangan diskusi, dapur, toilet, dan fasilitas lain yang amat mendukung aktifitas Muslim Tatar.

Pemimpin komunitas Tatar di 40 Tatars adalah Fathimah, seorang sister berusia lanjut yang amat bersemangat.Walau tak sangat lancar berbahasa Inggris, Sister Fathimah amat bersemangat menjelaskan kegiatan komunitas-nya.Alhamdulillah di community centertersebut diperlengkapi dengan sejumlah foto-foto berpigura yang sebagian juga berusia sangat tua.“Kami mengadakan banyak kegiatan disini, pendidikan informal bagi anak-anak, juga bayram (festival) seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Akan banyak orang berkumpul dan makan bersama disini ketika bayram, “ ujar Sister Fathimah.

Komunitas ini memang amat sedikit, tapi amat menggigit, tetap bertahan di tengah keterpencilan dan keterasingan. “Saya belum pernah haji ataupun umrah, saya amat merindukan bisa berjumpa dengan komunitas Muslim di negara-negara lain…” tutur Sister Fathimah, sebelum kami berpisah.* (BERSAMBUNG)

 

HIDAYATULAH

Minoritas Muslim Lithuania: Sedikit Namun Menggigit

Apa, Lithuania?  Negara apa dan di mana?  Sampai kinipun, barangkali, banyak orang Indonesia tak punya ide,  apa dan dimana negara Lithuania.

Pertanyaan yang lazim muncul adalah:  Di mana tuh?  Di Eropa ya? Di sebelah mana Rusia? Memang ada Muslim ya di sana? Bukannya itu negara komunis? Dan lain sebagainya.

Tak mengherankan. Lithuania nyaris tak masuk hitungan turis Indonesia yang melakukan Euro Trip. Biasanya favorit turis Indonesia adalah Prancis, Inggris, Italia, Spanyol, Belanda, Jerman dan Swiss.  Petugas counter check in di bandara Soetta saja bingung ketika saya hendak terbang ke Vilnius dengan menggunakan Thai Airways via Bangkok dan Vienna.

“Wah jarang banget pak ada pax yang mau ke Vilnius,” ujar Mbak petugas dengan ringan-nya.

Berpergian di bulan Ramadhan ke teritori yang tak jelas apakah ada Muslim ataupun tidak-nya tentunya adalah tantangan tersendiri. Apalagi disana tengah memasuki awal summer (musim panas) ala northern hemisphere dimana siang lebih panjang dan malam lebih pendek.  Alias, Subuh lebih awal dan Maghrib lebih lambat.

Namun alhamdulilah,  dalam tujuh hari berada di Lithuania,  ternyata penulis dapat menjumpai saudara-saudara Muslim dan menyambangi masjid serta Islamic Center di tiga tempat,  dua di sekitar Kota Vilnius dan satu di Kota Kaunas,  yang berjarak sekitar 103 km di barat Vilnius.

Segelintir Masjid

Lithuania, atau Lietuva (dalam bahasa lokal) memang mantan jajahan Uni Soviet dalam kurun waktu 1940 – 1990.   Sejarah negeri ini sendiri eksis jauh ke belakang,  yaitu berdiri sejak tahun 1253 dengan wujud sebagai Kingdom of Lithuania dan kemudian Grand Duchy of Lithuania. Beberapa kali mengalami perubahan wujud sampai akhirnya tahun 1918 Lithuania dengan format negara republik ditahbiskan.

Sayangnya,  kemerdekaannya hanya berumur 22 tahun,  karena pada tahun 1940 Uni Soviet mengokupasi Lithuania,  secara bergantian dengan NAZI Jerman,  sampai dengan tahun 1990.

Keruntuhan Uni Soviet di akhir tahun 1980-an menjadi berkah bagi Lithuania,  karena ia menjadi negara pertama yang memproklamirkan kemerdekaannya dari Uni Soviet di antara banyak negeri-negeri lain yang diokupasi Uni Soviet.

Lithuania, yang secara akar etimologisnya bermakna ‘hujan’ (karena memang frekuensi hujan amat sering disana),  adalah salah satu negara bagian dari trio negara Baltic (karena berlokasi di tepian Laut Baltik) disamping, Latvia dan Estonia.  Secara geografis Lithuania berbagi batas negara dengan Polandia di Selatan, Belarus di Timur,  Latvia dan Laut Baltik di Utara,  serta Russia (daerah enclave Kaliningrad Oblast di barat daya.  Apabila dibandingkan dengan Indonesia,  luasnya hanya lebih kecil sedikit dari Sumatera Utara dan lebih besar sedikit dari Sulawesi Tengah.  Penduduknya-pun hanya 2.8 juta, alias hanya 1.07 persen saja dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 260 juta jiwa.Alias, hanya setara dengan jumlah penduduk Kota Jakarta Timur saja.

Apabila total penduduknya hanya 2.8 juta,  maka bisa dibayangkan bahwa jumlah penduduk Muslim-nya adalah, tentunya,  lebih kecil lagi.Dan memang demikian.Menurut Mufti Romas Jakubauskas, Mufti Lithuania, hanya ada sekitar 5000 muslim di Lithuania dan mayoritas adalah keturunan Tatar, biasa disebut sebagai Lithuanian Tatar.

Tatar adalah etnis yang berakar bahasa dari rumpun Turki dan umumnya berasal dari dua daerah, di Semenanjung Crimea (kini daerah sengketa antara Russia vs Ukraina) biasa disebut sebagai Crimean Tatar dan satu lagi adalah Volga Tatar, di daerah sekitar Volga-Ural, yang kini adalah bagian dari Republik Tatarstan (Rusia).

Selain Lithuanian Tatar,  Muslim Lithuania berasal dari imigran asal Turki, Pakistan-India, Suriah, Afrika, dan Asia Tenggara (walau amat sedikit jumlahnya).

Hanya ada lima masjid di seluruh negeri, dua di sekitar Vilnius (daerah Nemezis dan Keturiasdesimtu Totoriu, satu di Raiziai (distrik Alytus- Kaunas), satu di Kota Kaunas, dan satu lagi adalah Islamic Center/ Tatar Cultural Center di Kota VILNIUS yang juga digunakan untuk shalat dan menjadi pusat ibadah Muslim antar bangsa di Kota Vilnius.

Walau jejak Muslim di Lithuania bisa ditelusuri sejak abad 15 Masehi, di era Grand Duke Vytautas, namun secara jumlah mereka stagnan. Belum lagi Lithuania mengalami ‘keterputusan’ dengan dunia luar di era okupasi Uni Soviet tahun 1940  sampai menjumpai kemerdekaan kembali tahun 1990. Hal mana berdampak juga ke komunitas Muslim-nya. Di Era Uni Soviet, banyak gereja Katolik dan juga beberapa masjid yang ditutup, dihancurkan, atau dialihfungsikan.

Islamic Cultural Center Vilnius

Pusat kegiatan Islam di Vilnius atau biasa disebut Tatar Cultural Center, menempati lantai tiga dan empat dari suatu bangunan biasa di Smolensko,g. 19 di Vilnius Selatan.  Ia cukup jauh dari pusat kota Vilnius,  namun cukup dekat dengan Airport Vilnius, berjarak kurang dari lima kilometer saja.   Ia bukanlah masjid dan tidak disebut sebagai masjid oleh pengelolanya,  namun tersedia ruang besar berkarpet di lantai empat yang memang digunakan untuk shalat sehari-hari.  Sementara itu, lantai tiga digunakan untuk tempat pertemuan, tempat makan dan, dapur.

Kendati menjadi Pusat Kebudayaan Muslim Tatar,  sejatinya tempat ini banyak di-support oleh pemerintah Turki.  Biaya pengelolaan masjid dan  penyediaan Imam bulan Ramadhan dilakukan oleh Kedubes Turki di Vilnius, disamping swadaya para jama’ah mancanegara.  Dua motor Islamic Center ini antara lain Brother Belek,  pria asal Kyrgistan yang bekerja di Turkish Airways, dan Brother Ibrahim,  pria yang bekerja di Kedubes Turki.*  (BERSAMBUNG) >>>

 

HIDAYATLLAH

Kabid Fatwa MUI: Jangan Paksakan Belanja di Akhir Ramadhan

Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Huzaemah Tahido Yanggo mengatakan, di akhir Ramadhan biasanya memang banyak masyarakat Indonesia yang berbelanja di mal atau tempat perbelanjaan. Menurut dia, selain berbelanja untuk kebutuhan dirinya, mereka juga berbelanja untuk mempersiapkan acara silaturrahim pada saat lebaran.

“Mengenai belanja akhir Ramadhan yang banyak itu mungkin karena keperluan lebaran. Itu juga karena persiapan untuk orang silaturrahim. Masak orang yang silaturrahim enggak dikasih apa-apa,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/6).

Namun, menurut dia, dalam berbelanja di akhir Ramadhan, sebaiknya umat Islam tidak memaksakan diri dan berlebih-lebihan. Karena, Allah sangat membenci terhadap orang boros atau israf. “Tidak apa-apa tapi jangan paksakan diri belanja di akhir Ramadhan. Tapi tentunya boros itu tidak boleh memang di Bulan Ramadhan,” ucap tokoh perempuan kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah, 30 Desember 1946 ini.

Guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini menuturkan, sebaiknya di akhir Ramadhan ini umat Islam memperbanyak ibadah untuk lebih dekat kepada Allah SWT. Bukan justru sibuk untuk membeli kebutuhan yang sifatnya untuk bermewah-mewahan.

“Jadi yang benar itu adalah di akhir Ramadhan ini taqwanya ditambah bukan baju barunya. Walaupun itu budaya kita, secukupnya saja jangan berlebih-lebihan karena Idul Fitri itu bukan bajunya yang baru,” kata Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta ini.

Huzaemah juga mengimbau kepada umat Islam, khususnya kaum perempuan yang sedang berbelanja agar tidak konsumtif di akhir Ramadhan. Juga tidak memaksakan diri membeli makanan untuk menyambut tamu yang ingin bersilaturrahim di Bulan Ramadhan. “Diimbau kepada umat Islam terutama ibu-ibu yang senang berbalanja, supaya secukupnya saja dan semampunya. Jangan berlebih-lebihan dan memaksakan diri,” jelas Huzaemah.

 

REPUBLIKA

Keutamaan Ramadan sebagai Bulan Doa (2)

BULAN Ramadhan adalah kesempatan emas bagi orang-orang yang beriman untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai bentuk peribadahan. Terutama sekali dengan memperbanyak berdoa dan berdzikir karena doa orang yang sedang berpuasa sangat mustajab. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya, orang yang puasa sampai ia berbuka, imam (pemimpin) yang adil dan doa orang yang dizholimi. Allah akan mengangkat doanya ke atas awan dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berkata: Demi kemuliaanku benar-benar Aku akan menolongmu walaupun beberapa waktu lagi.” [Silsilah As Shahihah: 1797].

Di antara keutamaan berdoa antara lain:

3. Doa merupakan sebab yang bisa menolak takdir.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (artinya): “Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa.” [Shahih at-Targhib: 1638]

Takdir yang dimaksud adalah penulisan takdir harian dan tahunan pada malam lailatul qadar sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala (Artinya): “Allah menghapuskan apa yang dia kehendaki dan menetapkan (apa yang dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).” (QS. Ar Radu: 39).

4. Doa pasti akan dikabulkan oleh Allah Taala disadari maupun tidak.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda (artinya): “Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang bukan berisi dosa dan pemutusan silaturrahmi kecuali Allah akan mengabulkannya dengan tiga cara: Bisa disegerakan pengabulannya (di dunia), disimpankan untuknya di akhirat atau Allah akan hindarkan dia dari keburukan semisalnya”. Para sahabat berkata: “Kalau begitu kita akan memperbanyak doa (wahai Rasulullah)”. Beliau menjawab: “Allah akan mengabulkannya lebih banyak dari yang kalian minta.” [Shahih At Targhib wa At Tarhib: 1633]

5. Doa akan memberikan bermanfaat untuk masa yang telah lalu dan akan datang.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda (artinya): “Doa bermanfaat terhadap apa yang sudah terjadi dan yang belum terjadi. Maka wahai hamba Allah berdoalah.” [Shahih Al Jami: 3402]

Namun terkadang seseorang berdoa tetapi ia tidak pernah merasa dikabulkan. Maka dalam situasi seperti ini seorang muslim harus memperhatikan syarat-syarat dikabulkannya doa agar tercapai harapannya.

 

INILAH MOZAIK

Keutamaan Ramadan sebagai Bulan Doa (1)

BULAN Ramadhan adalah kesempatan emas bagi orang-orang yang beriman untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai bentuk peribadahan. Terutama sekali dengan memperbanyak berdoa dan berdzikir karena doa orang yang sedang berpuasa sangat mustajab. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya, orang yang puasa sampai ia berbuka, imam (pemimpin) yang adil dan doa orang yang dizholimi. Allah akan mengangkat doanya ke atas awan dan dibukakan untuknya pintu-pintu langit dan Allah berkata: Demi kemuliaanku benar-benar Aku akan menolongmu walaupun beberapa waktu lagi.” [Silsilah As Shahihah: 1797].

Di antara keutamaan berdoa antara lain:

1. Berdoa adalah ibadah yang sangat dicintai Allah.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah maka Allah murka kepadanya.” [Shahih Ibnu Majah: 3100].

2. Berdoa merupakan pertanda kuatnya semangat dan iman seseorang.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Selemah-lemah manusia adalah yang lemah dari berdoa dan sekikir-kikir manusia adalah yang pelit memberikan salam” [Silsilah Shahihah: 601]

 

INILAH MOZAIK

Misteri Malam Seribu Bulan

Lailatul Qadar adalah malam yang dinantikan oleh setiap umat Islam di bulan Ramadhan. Meski demikian, malam yang disebut malam yang lebih baik dari seribu bulan ini masih terus menjadi misteri.

Dalam QS Al-Qadr: 1-3, Allah SWT berfirman tentang keberadaan Lailatul Qadar“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al Qadr 1-3).

Dikutip dari buku Fikih Islam dari H. Sulaiman Rasjid, dengan ayat-ayat tersebut teranglah bahwa yang dimaksud dengan kelebihan malam qadar itu adalah gandanya pahala amal ibadah melebihi biasanya. Berlipat ganda pahala diperhitungkan sampai 29.500 kali karena ganjaran tersebut lebih dari ibadah seribu bulan.

Selain lebih baik untuk beribadah, malam ini juga baik untuk melantunkan doa pada Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW dari Aisyah, ia berkata:“Saya bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana jika saya ucapkan pada malam itu?” Jawab beliau “Ucapkanlah olehmu: Ya Allah, sesungguhnya Engkau pengampun, suka mengampuni kesalahan, maka ampunilah kiranya kesalahanku”” (Riwayat lima hadist, kecuali Abu Dawud dan Tarmizii menilainya sahih).

Dalam menentukan malam qadar, timbul beberapa pendapat dari para ulama. Yang lebih kuat diantara pendapat-pendapat ialah lailatul qadarjatuh pada malam ganjil sesudah tanggal dua puluh bulan Ramadhan. Seperti malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan yang lebih masyhur ialah malam 27 Ramadhan.

Sabda Rasulullah SAW dari Ibnu Umar,”Rasulullah SAW telah berkata “Barang siapa yang ingin menjumpai malam qadar, hendaklah ia mencarinya pada malam dua puluh tujuh” (Riwayat Ahmad dengan sanad yang sahih).

Meski demikian, rahasia malam qadar sering tidak ditentukan. Yaitu supaya orang-orang bersungguh-sungguh beramal karena mengharap-harapkannya. Wallahualam.

 

REPUBLIKA

Menjemput Kebahagiaan di Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang paling ditunggu-tunggu umat muslim di bulan Ramadhan. Karena malam Lailatul Qadar merupakan malam yang paling istimewa dan hanya ada di bulan Ramadhan.

Ustadz Alnofriadi mengatakan malam Lailatul Qadar merupakan malam di mana takdir manusia ditentukan untuk satu tahun yang akan datang. Apakah takdir seseorang akan bahagia atau tidak.

“Allah menentukan takdir yang akan terjadi pada manusia satu tahun yang akan datang sehingga disebut dengan qadar. Qadar berkaitan dengan takdir,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (3/6).

Malam Lailatul Qadar juga, jelas Dai ambassador Cordova Korea Selatan ini, merupakan malam yang paling diberkahi. Malam di mana Allah SWT menurunkan Alqur’an kepada Rasulullah SAW.

Dengan begitu banyaknya keistimewaan malam Lailatul Qadar, sambung Alnofriadi, Allah juga melipatgandakan ibadah seseorang di satu malam di bulan Ramadhan ini menjadi 1000. “Lailatul qadr Khoirunmin Alfi syahri, bahwa lailatul qadar itu Allah melipatkan pahala di malam itu lebih baik daripada beribadah 1000 bulan, maksudnya siang hari diisi dengan puasa, malam dengan tahajud,” terang dia.

Namun kapankah malam Lailatul Qadar itu terjadi? Yakni, pada malam-malam ganjil di penghujung bulan Ramadhan.

“Banyak Hadits yang meriwayatkannya, namun kejadian lailatul qadarsering terjadi pada malam 27 Ramadhan. Sehingga besar kemungkinan terjadinya pada malam-malam ganjil 10 hari terakhir Ramadhan,” ujarnya.

 

REPUBLIKA

Teladan Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah SAW meningkatkan ibadahnya dengan melakukan itikaf di masjid. Hingga sekarang banyak umat Islam yang melakukan itikaf di masjid sambil berharap mendapatkan manfaat lailatul qadar di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

“Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, Rasulullah itikaf di masjid, tidak pulang ke rumah,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Ustaz Tengku Zulkarnain kepada Republika.co.id, Senin (4/6).

Ustaz Zulkarnain menerangkan, saat melakukan itikaf, Rasulullah makan, minum dan tidur di masjid. Jadi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan setiap waktu penuh dengan aktivitas ibadah.

Ia menerangkan, diriwayatkan Rasulullah juga mengencangkan ikat pinggang saat itikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Mengencangkan ikat pinggang artinya Rasulullah tidak mencampuri istri-istrinya. Rasulullah meningkatkan ibadahnya serta fokus pada ibadahnya.

“Sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) betul-betul fokus ibadah kepada Allah SWT di masjid, jadi (ibadahnya) tidak dilalaikan sedikitpun oleh hal-hal yang lain,” ujarnya.

Menurut Ustaz Zulkarnain, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan merupakan puncak ibadah selama Ramadhan. Itu sebabnya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Rasulullah meningkatkan ibadahnya. Artinya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sudah mendekati finish atau akhir Ramadhan.

Maka, umat Islam harus sungguh-sungguh melaksanakan ibadah untuk mencapai garis finish dengan sebaik-baiknya. Rasulullah juga mengisyaratkan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ibadahnya semakin semangat.

“(Saat melakukan itikaf) kita merasakan kebesaran Allah SWT, kita meninggalkan anak dan istri di rumah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, lebih mencintai Allah SWT daripada segenap isi dunia ini,” jelasnya.

 

REPUBLIKA