Ini Syarat Orang yang Ingin Dapatkan Lailatul Qadar

Lailatul qadar merupakan malam yang lebih baik daripada seribu bulan, sehingga umat Islam banyak yang berburu untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis mengatakan, bila orang ingin mendapatkan malam itu, maka hatinya harus bersih.

“Sebenarnya orang bisa mendapatkan lailatul qadar itu karena hatinya sudah bersih,” ujarnya kepada Republika.co.id, Sabtu (17/6).

Kiai Cholil menuturkan, pada awal-awal Ramadhan barangkali hati umat Islam tidak bersih. Namun, semakin lama menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan akan menjadi bersih juga.

“Tambah lama akan tambah baik dan tambah bagus. Nah, pada sepuluh malam terakhir mingkin dia memaksimalkan ibadahnya seperti Iktikaf itu,” ucapnya.

Ia mengajak, kepada umat Islam tidak mencari lailatul qadar dan beribadah hanya pada tanggal ganjil saja. Karena, menurut dua, lailatul qadar hanya akan diterima oleh orang yang hatinya bersih. Sehingga ia pantas pula menerima sesuatu yang berharga.

“Qadar itu adalah syarif, mulia. Dan qadar adalah sesuatu yang bisa menetukan arah hidup yang akan datang,” kata Kiai Cholil.

 

REPUBLIKA

Gerakan Rp 5.000 Sehari untuk Berbagi Ifthar Palestina

Saat kita sibuk memilih menu apa untuk iftharatau buka puasa, saudara kita di Palestina tidak lagi memikirkannya. Bagi mereka sekadar melepas dahaga dan sedikit potongan roti sudah cukup sebagai menu berbuka.

Bahkan untuk mencari tempat-tempat kongkow ifthar bareng pun tidak lagi mereka hiraukan. Bagi mereka, Ramadhan ini merupakan momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan terus berharap akan datangnya sebuah hari kebebasan.

Kebebasan akan kemerdekaan sebagai bangsa yang merdeka, terlepas dari kekejaman dan penjajahan zionis Israel. Bahkan meski bulan Ramadhan, bom dan desingan peluru seakan menjadi teman mereka di kala sahur dan berbuka.

Bukan tidak mungkin di saat sahur mereka bersama, namun ada yang terpisahkan di waktu berbuka, yakni ajal yang menjemput. Sahabat, mari bantu saudara-saudara kita dengan donasi Berbagi Ifthar untuk Palestina. Dengan Rp 5.000 sehari bisa menjadi kontribusi kamu bagi rakyat Palestina.

Dana bisa disalurkan melalui rekening Bank Syariah Mandiri (BSM) 700 153 4917 – Dunia Islam. Bisa juga melalui QR Code BSM. Cukup pindai QR codenya dari ponsel atau smartphone. Pastikan sudah update BSM mobile banking terbaru ya.

Di sisi lain, di penghujung akhir Ramadhan 1439 Hijriah ini, Laz BSM Umat membuka penyaluran zakat bisa secara daring di www.bsmu.or.id atau www.pastiberkah.com. Penyaluran zakat juga bisa melalui telepon 021-4228999 dan Whatsapp 08119 466 466 atau 0813 1747 4702.

Laz BSM Umat juga menerima zakat melalui QR Code BSM dan rekening Bank Syariah Mandiri 702 620 2595 A/N Yayasan BSMU – ZKT 2. Diharapkan umat Muslim bisa menyalurkan zakatnya ke Laz BSMU, sehingga penggunaan dana zakat bisa terus disinergikan untuk kemaslahatan umat.

 

 

REPUBLIKA

Amalan Sunah yang Dijaga di Bulan Ramadan (4)

BERIKUT beberapa amalan sunah yang sebaiknya dijaga di bulan Ramadan:

g. Memperbanyak berdoa sepanjang hari berpuasa.

Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu anhu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: Imam yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka dan doanya orang yang terdzholimi.” (HR. Tirmidzi 3598, Berkata Al Hafidz: hadits hasan).

h. Memperbanyak dzikir bebas sepanjang hari baik tasbih (Subhanalloh), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (Laailaaha illalloh), takbir (Allahu Akbar) dan hauqolah (Laa haula wala Quwwata illa billah).

Dari Abu Hurairoh rodhiyallohu anhu, Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam bersabda:

“Ambillah perisai kalian”. Kami bertanya: “Wahai Rasulullah, dari musuh yang telah datang?” Beliau berkata: “Bukan, tapi perisai kalian dari neraka, ucapkanlah: “Subhanalloh Walhamdulillah wa Laa ilaaha illalloh wallohu Akbar”, karena itu akan datang pada hari kiamat sebagai penyelamat, terdepan dan ucapan ini adalah al baqiyat as sholihat (yang tetap langgeng pahalanya)” (HR. al hakim 1928 dan dihasankan oleh Syaikh Albaniy dalam Shohih at Targhib wat tarhib 1567).

Inilah sebagian kecil dari amalan sunnah yang akan mudah dikerjakan apabila amalan wajib sudah dijaga dan baru akan mendapatkan ganjaran yang berlipat jika dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan sunnah dengan dilandasi keyaikan (aqidah) yang benar.

Wallohu Alam. [Al-Hujjah]

 

INILAH MOZAIK

Amalan Sunah yang Dijaga di Bulan Ramadan (3)

BERIKUT beberapa amalan sunah yang sebaiknya dijaga di bulan Ramadan:

d. Memperbanyak membaca al Quran di bulan romadhon dengan tadabbur (dipahami maknanya).

Dari Abdulloh bin Masud rodhiyallohu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya kebaikan. Satu kebaikan adalah sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. At Tirmidzi 3158, Shohih At Targhib 1416).

e. Berusaha untuk menghadiri majelis ilmu.

Dari Abu Umamah rodhiyallohu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang berangkat di waktu pagi, tidaklah ia bertujuan kecuali untuk mengajarkan kebaikan atau belajar kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang haji, sempurna hajinya.” (HR. At Thobroni 7346, Shohih At Targhib 86).

f. Sholat tarawih berjamaah di masjid.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya barangsiapa yang sholat bersama Imam sampai selesai maka dituliskan baginya seperti sholat semalam suntuk.” (Diriwayatkan oleh Ahlus Sunan dan Imam At Tirmidzi berkata: hasan shohih).

Konsekuensinya jika pulang sebelum sholat witir bersama Imam atau sholat witirnya di rumah maka keutamaan ini tidak dapat diraih.

 

INILAH MOZAIK

Amalan Sunah yang Dijaga di Bulan Ramadan (2)

DARI Abu Dzar rodhiyallohu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Di pagi hari semua persendian anak adam wajib bershodaqoh, semua tasbih adalah shodaqoh, semua tahmid adalah shodaqoh, semua tahlil adalah shodaqoh, semua takbir adalah shodaqoh dan menyuruh kepada yang baik serta mencegah dari kejelekan adalah shodaqoh dan mencukupi yang demikian itu dengan dua rokaat di waktu dhuha.” (HR. Muslim 720).

Maknanya sholat dhuha pahalanya seperti bersedekah 360 kali setiap hari sebagai wujud syukur atas persendian yang Allah berikan.

Dari Abu Umamah al bahiliy rodhiyallohu anhu bahwa Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang keluar rumahnya dalam keadaan sudah bersuci untuk sholat wajib maka pahalanya seperti haji yang lagi ihram dan barangsiapa yang keluar untuk mengerjakan tasbih dhuha yaitu sholat dhuha, tidak ada yang mendorong selain niat itu maka pahalanya seperti umroh” (HR. Abu dawud 558 dan dihasankan oleh Syaikh Albaniy dalam Shohih Abu Dawud 567).

 

INILAH MOZAIK

Amalan Sunah yang Dijaga di Bulan Ramadan (1)

BERIKUT beberapa amalan sunah yang sebaiknya dijaga di bulan Ramadan:

a. Sholat dua rokaat sebelum subuh

Dari Aisyah rodhiyallohu anha dari Nabi bersabda: Dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. (HR. Muslim 725).

b. Menjaga sholat sunnah rowatib yang 12 rokaat dan sebaiknya dikerjakan di rumah.

Dari Ummu Habibah rodhiyallohu anha, ia mendengar Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang sholat 12 rokaat dalam sehari semalam sholat sunnah maka dibangunkan baginya sebuah rumah di syurga.” (HR. Muslim 728)

c. Duduk di masjid sambil berdzikir setelah sholat subuh sampai terbit matahari dan sholat dua rokaat (sholat dhuha di awal waktu).

Dari Anas bin Malik rodhiyallohu anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang sholat subuh secara berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Alloh sampai terbitnya matahari lalu ia sholat dua rokaat maka baginya pahala seperti haji dan umroh, sempurna.. sempurna.. sempurna..” (HR. At Tirmidzi 589 , Shohih at Targhib wa at Tarhib 464).

Jika tidak memungkinkan maka jangan tinggalkan sholat dhuha (sholat Isyroq/ awwabien) di mana saja anda berada. Waktunya sejak matahari naik sepenggalah sampai sebelum zawal (masuknya waktu dzhuhur).

INILAH MOZAIK

Kenapa Laki-Laki Pemimpin bagi Wanita?

ALLAH Taala berfirman,

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. An-Nisaa : 34)

Laki-Laki adalah Pemimpin bagi Wanita

Yang dimaksud adalah laki-laki sebagai pemimpin bisa memaksakan orang dalam rumah untuk menjalankan kewajiban kepada Allah, dan melarang mereka dari larangan Allah. Juga dinyatakan sebagai pemimpin karena laki-laki bertanggungjawab memberikan nafkah kepada istri berupa pakaian dan tempat tinggal.

Apa sebab sampai laki-laki dikatakan sebagai pemimpin? Sebab pertama, karena laki-laki telah dilebihkan dari perempuan. Dilebihkan di sini dalam beberapa hal:
– Dalam masalah kepemimpinan hanya laki-laki yang berhak.
– Kenabian dan kerasulan hanya diberikan kepada laki-laki.
– Ibadah-ibadah dipimpin oleh laki-laki seperti ibadah jihad, shalat ied, dan shalat Jumat.
– Dalam hal berpikir dan kesabaran, laki-laki lebih unggul daripada perempuan.

Sebab kedua, karena laki-laki yang bertanggungjawab memberikan nafkah kepada para istri.

 

INILAH MOZAIK

Tanda Lailatul Qadar, Doa, dan Ciri Orang yang Mendapatkannya

Lailatul qadar adalah malam yang diinginkan oleh seluruh kaum muslimin untuk mendapatkannya. Sebab malam itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Apa saja tanda lailatul qadar, bagaimana doa serta cara mendapatkannya serta ciri orang yang mendapatkannya? Insya Allah tulisan ini membahasnya.

Arti Lailatul Qadar

Lailatul qadar terdiri dari dua kalimah yakni lailah (ليلة) dan al qadr (القدر). Secara bahasa, lailah artinya adalah hitam pekat. Karenanya malam dan rambut hitam sam-sama disebut lail (ليل). Malam dimulai dari terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar.

Sedangkan al qadr artinya adalah kemuliaan atau penetapan. Dengan demikian, lailatul qadar secara bahasa artinya adalah malam kemuliaan atau malam penetapan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (QS. Al Qadr: 1)

Ketika menafsirkan ayat ini, Buya Hamka menjelaskan dalam Tafsir Al Azhar:

Artinya Allah Tuhan seru sekalian alam telah menurunkan Al Quran yang pertama kali kepada nabi-Nya pada lailatul qadar, malam kemuliaan.

Qadar artinya adalah kemuliaan. Boleh juga diartikan Lailatul Qadar adalah malam penentuan karena pada waktu itu lah mulai ditentukan langkah yang akan ditempuh oleh RasulNya dalam memberi petunjuk bagi umat manusia. Kedua arti ini boleh dipakai.

Kalau dipakai arti kemuliaan, maka mulai pada malam itu kemuliaan tertinggi dianugerahkan kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam ketika Malaikat Jibril menurunkan awal surat Al Alaq kepada beliau di Gua Hira. Sejak malam itu perikemanusiaan dicerahi kemuliaan dikeluarkan dari kegelapan menuju cahaya Allah yang gilang-gemilang.

Dan jika diartikan penentuan, berarti di malam itu dimulai menentukan garis pemisah di antara kufur dengan iman, jahiliyah dengan Islam, syirik dengan tauhid. Tidak berkacau balau lagi. Dan dengan dua kesimpulan ini, tampaklah sudah bahwa malam itu adalah malam istimewa dari segala malam.

Keutamaan Lailatul Qadar

Malam kemuliaan ini memiliki banyak keutamaan. Berikut ini adalah lima di antara keutamaan lailatul qadar:

1. Diturunkannya Al Quran

Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Qadr ayat 1 di atas: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (QS. Al Qadr: 1)

Ada dua penjelasan mengenai turunnya Al Quran yang dimaksud dalam surat Al Qadr ayat 1 ini karena pada faktanya Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur di berbagai hari, malam dan bulan selama sekitar 23 tahun.

Pertama, turunnya Al Quran secara sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah. Kedua, turunnya Al Quran pertama kali kepada Rasulullah Muhammad sekaligus menandai diangkatnya beliau sebagai Nabi. Yakni saat beliau mendapatkan wahyu pertama kali di gua hira.

2. Lebih baik dari seribu bulan

Inilah keutamaan luar biasa dari lailatul qadar sehingga setiap tahun ia dicari oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman-Nya:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadr: 3)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan bahwa amal shalih di malam lailatul qadar lebih baik daripada amal shalih dalam seribu bulan yang tidak ada lailatul qadarnya.

3. Malam yang penuh keberkahan

Lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan. Hal itu difirmankan Allah dalam Surat Ad Dukhan ayat 3: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”

4. Penentuan segala urusan

“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan” (QS. Al Qadr: 4)

Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan bahwa di malam itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan segala perkara yang Dia kehendaki selama setahun ke depan; perkara kematian, rezeki dan lainnya. Setelah menakdirkan segala perkara, Allah menyerahkannya kepada para malaikat yang mengaturnya, mereka berjumlah empat: Jibril , Mikail, Israfil dan Izrail ‘alaihimus salam.

5. Ampunan Allah

Sholat di malam ini, selain berpahala besar juga mendapat ampunan Allah atas dosa-dosa yang telah lalu. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa shalat di malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari)

Tanggal Lailatul Qadar

Kapankah tanggal lailatul qadar? Dalam Surat Al Baqarah ayat 185 dijelaskan bahwa turunnya Al Quran itu di bulan Ramadhan. Sedangkan di Surat Al Qadr ayat 1 disebutkan bahwa Allah menurunkan Al Quran di malam lailatul qadar. Sehingga disimpulkan, ia terjadi pada bulan Ramadhan dan ia turun setiap tahun pada bulan yang sama.

Buya Hamka menuliskan dalam Tafsir Al Azhar:
Kapankah waktu lailatul qadar itu? Al Quran telah menjelaskannya dalam surat Al Baqarah ayat 185 bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang padanya diturunkan Alquran menjadi petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan dari petunjuk itu dan pemisah di antara yang haq dengan yang batil.

Tetapi menjadi perbincangan panjang lebar di antara ahli hadits dan riwayat, kapankah datangnya lailatul qadar. Sehingga dalam kitab Fathul Bari Syarah Bukhari dari Ibnu Hajar al Asqalani yang terkenal itu, disalinkan beliau tidak kurang ada 45 qaul tentang malam terjadinya lailatul qadar masing-masing menurut catatan ulama-ulama yang merawikannya; sejak dari malam 1 Ramadan sampai malam 29 atau malam 30 Ramadan, ada saja ulama yang merayakan malam itu dalam kitab tersebut. Dan semua pun dinukilkan pula oleh Asy Syaukani di dalam Nailul Authar.

Ada satu riwayat dalam hadits Bukhari dirawikan Abu Said Al Khudri bahwa tentang malam berapa yang tepat, dianjurkan supaya setiap malam bulan Ramadhan itu diramaikan dan diisikan dengan aneka ibadah. Tetapi terdapat juga riwayat yang kuat bahwa lailatul qadar itu ialah pada malam sepuluh akhir dari Ramadhan. Karena sejak malam 21 itu Nabi lebih memperkuat ibadahnya daripada malam-malam yang sebelumnya, sampai beliau bangunkan keluarganya yang tertidur.

Jadi soal tanggal lailatul qadar, para ulama tidak bisa memastikannya. Namun pendapat yang kuat mengatakan bahwa ia jatuh pada malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah:

إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّى نُسِّيتُهَا ، وَإِنَّهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فِى وِتْرٍ

“Sungguh aku diperlihatkan lailatul qadar, kemudian aku dilupakan –atau lupa- maka carilah ia di sepuluh malam terakhir, pada malam-malam yang ganjil” (Muttafaq alaih)

Lebih spesifik, ada tiga hadits yang menyebutkan bahwa lailatul qadar jatuh pada tanggal 27 Ramadhan.

قَالَ أُبَىٌّ وَاللَّهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِنَّهَا لَفِى رَمَضَانَ – يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِى – وَوَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُ أَىُّ لَيْلَةٍ هِىَ. هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

Ubay (bin Ka’ab) berkata, “Demi Allah yang tiada ilah kecuali Dia. Sesungguhnya ia (lailatul qadar) terjadi di bulan Ramadhan. Dan demi Allah sesungguhnya aku mengetahui malam itu. Ia adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk qiyamullail, yaitu malam ke-27. Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya putih yang sinarnya tidak menyilaukan.” (HR. Muslim)

قَالَ أُبَىٌّ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُهَا وَأَكْثَرُ عِلْمِى هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ – وَإِنَّمَا شَكَّ شُعْبَةُ فِى هَذَا الْحَرْفِ – هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Ubay (bin Ka’ab) berkata tentang lailatul qadar, “Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui bahwa ia (lailatul qadar) adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk qiyamullail, yaitu malam ke-27.” Syu’bah (salah seorang perawi) ragu dengan kata “amarana” atau “amarana bihaa”. (HR. Muslim)

Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa ingin mencarinya, hendaklah ia mencarinya pada malam ke-27” (HR. Ahmad)

Berdasarkan hadits-hadits tersebut, sebagian ulama menyakini bahwa lailatul qadar terjadi pada malam ke-27. Namun, jumhur ulama menjelaskan bahwa hadits tersebut hanya menyatakan bahwa lailatul qadar pernah terjadi pada malam ke-27. Adapun pada tahun-tahun lainnya, ia tidak bisa dipastikan apakah terjadi pada malam ke-21, malam ke-23, malam ke-25, malam ke-27 atau malam ke-29.

Tanda Lailatul Qadar

Jumhur ulama tidak bisa memastikan tanggal berapa jatuhnya lailatul qadar. Namun, ada sejumlah hadits yang menyebutkan tanda lailatul qadar.

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi harinya matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dengan sanad yang baik menurut Haitsami)

إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ

“Sesungguhnya tanda lailatul qadar adalah jernih lagi terang, seakan-akan ada rembulan yang terang-benderang, tenang lagi sejuk, tidak ada dingin padanya tidak pula panas, dan tidak pula ada pelemparan bintang (meteor) pada malam itu hingga pagi, dan sesungguhnya tandanya adalah bahwa pada pagi hari, matahari keluar dengan sempurna tanpa ada kesilauan padanya, seperti bulan pada bulan purnama. Syaithan tidak halal untuk keluar bersama (lailatul qadr) pada hari itu.” (HR. Ahmad; hasan)

Ubay bin Ka’ab menjelaskan:

وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا

“..Dan sebagai tandanya adalah pada pagi harinya matahari terbit dengan cahaya putih yang tidak bersinar-sinar menyilaukan.” (HR. Muslim)

 

“Telah diperlihatkan kepadaku lailatul qadr, kemudian saya dibuat lupa terhadapnya, dan saya melihat bahwa diriku sujud di atas air dan tanah pada pagi hari.” (HR. Muslim)

Jadi secara ringkas, berdasarkan hadits-hadits di atas, tanda lailatul qadar ada lima yaitu:

  1. Malam itu langit relatif jernih dan terang
  2. Hawa malam itu tidak panas, juga tidak terlalu dingin
  3. Malam itu tidak ada meteor
  4. Terkadang malam itu turun hujan
  5. Pagi harinya matahari terbit dengan sempurna, cahayanya putih dan relatif tidak menyilaukan

Doa Lailatul Qadar

Ada doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk dibaca saat kita menjumpai lailatul qadar. Doa ini ditanyakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, mengisyarakatkan bahwa dengan memperhatikan tanda lailatul qadar, beliau tahu kapan terjadinya malam yang lebih baik dari seribu bulan itu.

Kalaupun kita tidak tahu persis meskipun telah membaca tanda lailatul qadar, doa ini perlu diamalkan di malam-malam bulan Ramadhan, khususnya 10 hari terakhir agar ketika waktu itu benar-benar lailatul qadar, kita telah berdoa dengan doa paling tepat yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Doa lailatul qadar tersebut adalah:

Allaahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii

Artinya: Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia, Engkau Mencintai Pemaafan, maka maafkanlah aku

Ciri Orang Mendapat Lailatul Qadar

Tidak ada ciri khusus orang yang mendapatkan lailatul qadar. Namun secara umum bisa diprediksi, siapa yang bersungguh-sungguh mencarinya sebagaimana anjuran Rasulullah, insya Allah ia mendapatkan lailatul qadar.

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ – يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ – فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى

Carilah ia di sepuluh malam terakhir. Jika salah seorang kalian lemah atau tidak mampu, maka janganlah ia kalah di tujuh malam terakhir. (HR. Muslim)

Berikut ini adalah ciri orang mendapat lailatul qadar, dilihat dari amal Ramadhan-nya:
Pertama, orang yang i’tikaf penuh pada 10 hari terakhir Ramadhan, insya Allah ia mendapatkan lailatul qadar.
Kedua, orang yang shalat Isya’ berjamaah, tarawih dan Subuh berjamaah di masjid pada 10 hari terakhir, insya Allah ia juga mendapatkan lailatul qadar

Sedangkan ciri orang mendapat lailatul qadar dilihat dari amal setelah Ramadhan adalah adanya perubahan positif; ia menjadi lebih baik dan lebih shalih. Sebagaimana dijelaskan Ustadz Abdul Somad. Awalnya pemarah, menjadi tidak pemarah dan pandai mengelola emosi. Awalnya pendendam menjadi mudah memaafkan orang lain. Awalnya emosional menjadi penyabar. Lebih banyak beribadah baik sholat maupun puasa sunnah dan tilawah. Serta lebih peka terhadap penderitaan sesama dan ringan tangan untuk menolong sesama.

Demikian pembahasan lailatul qadar mulai dari arti, keutamaan, tanda, doa hingga ciri orang yang mendapatkannya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 

BERSAMA DAKWAH

Sahur, Raih Salawat Allah dan Doa dari Malaikat

ORANG yang makan sahur mendapatkan shalawat (pujian) dari Allah dan doa dari para malaikat-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.” [HR. Ahmad dishahihkan Syuaib Al Arnauth]

Waktu sahur adalah waktu yang paling utama untuk memohon ampunan dari Allah Ta’ala.

Sebagaimana yang Allah abadikan dalam beberapa ayat tentang pujian-Nya kepada orang orang yang memohon Ampunan kepada Allah di kala sahur:

“Dan orang-orang yang memohon ampun di waktu sahur.” [QS. Ali Imran: 17].

“Dan selalu memohonkan ampunan di waktu sahur.” [QS. Adz Dzariyat: 18].

 

INILAHMOZAIK

Ternyata ini Sunah Sahur yang Banyak Dilupakan

YANG sangat perlu diperhatikan dalam sahur ini dan sunnah yang sangat banyak dilupakan kaum Muslimin sekarang adalah disunnahkannya mengakhirkan sahur sampai mendekati waktu Shubuh (fajar) sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .

Dijelaskan dalam hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

“Kami bersahur bersama Rasululluh Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian beliau pergi untuk shalat.” Aku (Ibnu Abbas) bertanya, “Berapa lama antara adzan dan sahur?” Beliau menjawab, “Sekitar membaca 50 ayat.” [HR Bukhari dan Muslim].

Maka seyogyanyalah bagi seorang Muslim mencontoh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam perbuatannya pada masalah ini, hingga memperoleh keberkahannya dan keutamaan-keutamaannya serta manfaat dunia dan akhirat.

Wallahu Alam. [Al-Hujjah]

 

INILAHMOZAIK