Wahai Manusia! Ini Wasiat Nabi Adam Sebelum Wafat

NABI Adam as sebelum meninggal dunia terlebih dahulu menderita sakit. Pada hari Jumat sebelum wafat, beliau memberikan wasiat kepada ahli warisnya.

Sebagai pedoman dari kisah ini adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Katsir, Al Qur’an, Ubay bin Ka’ab.

Setelah terbunuhnya putra Adam as yang bernama Habil, bukan main rasa sedih yang dialami oleh Nabi Adam as. Isak tangis pun terdengar bertahun-tahun mengiringi kepergiannya.

Pada akhirnya, Allah SWT memberikan pengganti, seorang anak yang bernama Syits. Syits artinya adalah pemberian Allah SWT untuk menggantikan Habil.

Setelah Syits beranjak dewasa, Nabi Adam pun memberikan kepercayaan kepada Syits serta memberikan semua ilmunya kepadanya. Bahkan ketika akan wafatpun Nabi Adam as memberikan wasiat kepada Syits untuk menggantikan dalam memimpin anak keturunannya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Setelah hidup selama 960 tahun dan sudah pula memiliki banyak keturunan, tibalah saatnya Nabi Adam as untuk bertemu Allah SWT.

Ibnu Katsir berkata, “Para ahli sejarah telah menceritakan bahwa Adam as tidak akan meninggal kecuali ia sudah melihat keturunannya, dari anak, cucu, cicit terus ke bawah yang jumlah mencapai 400 ribu jiwa.”

Dalam Al Qur’an, Allah SWT berfirman, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [1] Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain [2], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Penjelasan ayat: [1] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[2] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti: As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

Konon, Nabi Adam as jatuh sakit beberapa hari hingga pada hari Jumat datanglah malaikat untuk mencabut nyawanya sekalian bertakziah mengungkapkan bela sungkawa kepada pemegang wasiatnya yaitu Syits.

Ubay bin Ka’ab meriwayatkan, sesungguhnya ketika akan datang wafat, Nabi Adam as berkata kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya aku menginginkan buah dari surga.”

Maka, pergilah anak-anak beliau untuk mencari buah dari surga. Ketika dalam perjalanan, mereka bertemu dengan para malaikat yang membawa kain kafan, ramuan minyak wangi untuk mayat, kapak, cangkul dan keranda.

Para malikat itu berkata kepada anak-anak Adam as, “Wahai anak-anak Nabi Adam as, apa yang kalian kehendaki dan apa yang kalian cari?”

“Bapak kami sedang sakit, ia menginginkan buah dari surga,” kata salah satu anak Adam as.

“Kembalilah kalian, sungguh saat ini telah datang keputusan kematian bagi bapakmu,” kata malaikat.

Sesaat kemudian, malaikat sudah mendatangi Nabi Adam as. Ketika mereka tiba di rumah, Siti Hawa kaget sesaat sebelum akhirnya mengerti maksud kedatangan malaikat tersebut.

“Wahai Adam, minta tangguhlah kematianmu,” kata Siti Hawa.

“Pergilah engkau dariku, sungguh aku diciptakan sebelummu. Biarkan nyawaku dicabut oleh para malaikat Rabbku,” kata Nabi Adam as.

Akhirnya, para malikat mencabut nyawa Nabi Adam as pada hari Jumat. Para malaikat memandikannya, mengkafani, mengoleskan ramuan minyak wangi serta menggali liang kubur untuk Adam as.

Selanjutnya mereka menyalatinya lalu memasukkannya ke liang kubur dan menempatkannya di liang lahat.

Para malaikat juga meratakan tanah kuburnya. Lalu para malaikat berkata, “Wahai anak Adam, inilah tuntunan bagi kalian pada orang mati di antara kalian.”

 

INILAH MOZAIK

Obat untuk Anak-anak Penderita Leukemia di Gaza Nyaris Habis

GAZA, Senin (PIC): Rumah Sakit Anak Al-Rantisi di Gaza memperingatkan bahwa obat kanker yang dikenal dengan Mercaptopurine hampir habis. Obat ini digunakan dengan obat-obatan lain untuk mengobati anak-anak yang menderita jenis kanker tertentu, khususnya leukemia limfositik akut. Ini merupakan obat kemoterapi yang diminum.

Kepala farmasi darah dan tumor rumah sakit Talha Ba’lusha menjelaskan bahwa setiap anak dengan leukemia biasanya membutuhkan Mercaptopurine selama sekitar dua tahun dan ketiadaan obat penting ini akan mengancam kesehatan anak-anak yang sakit itu.

Ba’lusha menambahkan, puluhan anak yang sakit mendapatkan obat ini di seluruh tahap perawatan mereka. Oleh karena itu, ia mendesak otoritas berwenang untuk mengatasi masalah ini dan menyelamatkan puluhan anak-anak yang menderita penyakit ini. Ia juga menegaskan bahwa harga obat di Gaza empat kali lipat dari harga sebenarnya.* (PIC | Sahabat Al-Aqsha)

Berilah Perhatian pada yang Utama

KALAU ditanya tentang keinginan kita, pastilah kita sampaikan banyak hal mulai dari yang berkaitan dengan perbaikan fisik kita sampai pada perbaikan nasib kita, mulai dari urusan makan kita sampai pada makanan pekerjaan kita, mulai dari urusan duniawi kita sampai pada urusan ukhrawi kita. Ada banyak keinginan.

Misal saja hari ini kita didatangi Malaikat Jibril berbisik pada kita: “Anda punya kesempatan meminta satu hal saja yang pasti dikabulkan,” maka permintaan apakah yang akan kita ajukan? Satu permintaan saja, tidak lebih.

Mendengar bisikan Malaikat Jibril itu tentu akan memaksa kita menseleksi pilihan kita. Yang kita minta pada akhirnya adalah apa yang menurut kita adalah paling penting, paling berharga dan paling utama untuk kebahagiaan kita yang hakiki.

Mulai kini berikanlah perhatian lebih pada satu pilihan pinta kita yang utama itu. Jangan pernah tertipu dengan mendahulukan pilihan lainnya. Buatlah skala prioritas dalam pilihan aktifitas kita. Dahulukan yang wajib, baru yang sunnat. Jangan biarkan yang mubah memalingkan kita atau melalaikan kita dari yang wajib.

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi 

 

INILAH MOZAIK

Mulailah dengan Niat Baik, Buanglah Niat Tak Baik

PINTU-PINTU pintu menuju bahagia dicari oleh semua orang. Namun tak semua orang sampai ke depan pintu-pintu itu. Yang sampai ke depan pintu, tak semuanya berhasil membukanya.

Ada banyak usaha yang dilakukan untuk membukanya, namun tetap saja tak terbuka. Beberapa kunci yang dianggap kunci yang tepat ternyata gagal juga membuka paksa pintu bahagia itu. Alangkah senang dan nyamannya hidup jika ada yang menolong membukakan pintu itu. Alangkah bahagianya jika yang membukakan pintu itu adalah Sang Pemilik pintu bahagia, yakni Allah. Tapi bagaimana caranya?

Perhatikan dawuh Imam Junaid berikut ini: “Barangsiapa membukakan pintu niat baik untuk dirinya, maka Allah bukakan 70 pintu tawfiq (pertolongan) untuk dirinya.”

Rupanya, kunci paling utama adalah niat yang ada dalam hati kita. Mereka yang mengisi hati dengan niat baik maka akan DIBUKAKAN pintu pertolongan oleh Allah sendiri. Tidak tanggung-tanggung, satu niat baik berbalaskan 70 pintu pertolongan yang dibuka.

Mari kita belajar membersihkan hati kita dari niat tak baik. Mari kita hiasi hati kita dengan kemuliaan niat baik. Jangan ditunda-tunda, mulailah sekarang dengan istighfar, lalu bulatkan tekad “tak ada lagi niat jelek di hatiku.”

Oleh : KH Ahmad Imam Mawardi

 

INILAH MOZAIK

Apa Manfaat Memiliki Sifat Qanaah?

1- Mendapatkan dunia seluruhnya

Dari Ubaidillah bin Mihshan Al-Anshary radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi, no. 2346; Ibnu Majah, no. 4141. Abu Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib).

2- Menjadi orang yang beruntung

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ashradhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung orang yang telah masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah mengaruniakannya sifat qanaah (merasa puas) dengan apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim, no. 1054)

3- Mengatasi berbagai problema hidup seperti berutang

Karena kalau seseorang memiliki sifat qanaah, ia akan menjadikan kebutuhan hidupnya sesuai standar kemampuan, tak perlu lagi baginya menambah utang.

 

INILAH MOZAIK

Istirahat dari Dunia

Dunia telah banyak membuat manusia sibuk dengannya. Dari pagi, bahkan dini hari sampai petang, bahkan larut malam, orang sibuk mencari harta dunia hingga lupa dengan sesuatu yang sesungguhnya jauh lebih penting dan berharga dalam hidup, yaitu akhirat dan Allah.

Orang begitu sibuk dengan dunia nyaris tanpa jeda dan istirahat. Pikiran dan fisik dipaksa bekerja keras dan lebih keras lagi, dari waktu ke waktu, demi menghasilkan sesuatu yang sifatnya fana dan sementara.

Sesuatu yang sifatnya material, yang suatu saat rusak, habis, dan lenyap. Materi mungkin berhasil didapatkan, tetapi ruhani kosong. Allah sejatinya tak melarang seseorang mencari dunia, justru orang beriman mesti berikhtiar semaksimal mungkin mendapatkannya.

Orang beriman dilarang bersikap malas-malasan atau menjadi beban orang lain. Nabi bahkan pernah berdoa kepada Allah agar dilindungi dari kemalasan, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, ketakutan, keburukan di hari tua, dan kekikiran.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Nabi juga mengatakan, “Salah seorang di antara kalian mencari (mengambil) seikat kayu bakar di atas punggungnya, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta kepada orang lain, lalu orang itu memberinya atau (mungkin) tidak memberi nya.” (HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i). Allah tidak melarang orang beriman berusaha dan bekerja keras mencari rezeki, bahkan menganjurkan untuk itu. Allah hanya mengingatkan agar seseorang tidak terlalu tenggelam dalam aktivitas keduniaan sehingga lupa akhirat dan Allah.

Apalagi, jika aktivitas keduniaan itu justru mengandung halhal yang diharamkan. Misalnya, mencari materi dunia dengan jalan yang tidak halal, seperti mencuri, merampok, membegal, mencopet, menipu, korupsi, suap-menyuap, dan sejenisnya. Materi yang didapat dari hal-hal semacam ini tidak ada berkahnya dan justru merugikan diri sendiri dan orang lain. Ia melawan hukum, juga melanggar larangan Allah. Dalam kesibukan seseorang mencari dunia, Allah meng ingat kan selain agar berhati-hati jangan sampai menerabas yang dilarang oleh-Nya, juga mengingatkan agar ia berhenti sejenak, beristirahat, mengambil waktu sesaat untuk mengingat Allah.

Allahlah yang memberi dan mengatur rezeki manusia. Allahlah yang memberi, Dia juga yang menahan. Sepanjang seseorang mengingat Allah, berharap penuh kepada-Nya dalam hal rezeki, Allah tidak akan mengecewakannya. Allah justru mendekatinya dan memberinya, bahkan lebih dari yang ia minta, bahkan dari jalan yang tidak ia sangkasangka. Selalu ada keajaiban ketika seseorang mendekatkan diri kepada Allah dan memohon kepada-Nya.

Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab al-Hikam mengata kan, “Istirahatkan dirimu dari kesibukan mengurusi duniamu. Urusan yang telah diatur Allah tak perlu kausibuk ikut campur.” Dengan tegas, Allah mengingatkan, “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Ankabut: 60).

Materi dunia mesti dicari untuk dimanfaatkan di jalan Allah, yakni jalan kebaikan. Namun, ia tak perlu dicari dengan penuh ambisius hingga lupa daratan, lupa Allah. Kerja keras tanpa jeda untuk mengingat Allah akan membuat jiwanya jauh dari Allah. Jika jiwa sudah jauh dari-Nya, kerja kerasnya bisa jadi sia-sia dan tak ada berkahnya. Materi dunia yang baik adalah yang didapat dengan cara halal dan mengandung berkah. Wallahu a’lam.

 

REPUBLIKA

Akibat Maksiat

Dituturkan bahwa pada era Musa `alaihissalam, kaum Bani Israil ditimpa kelaparan dan kemarau panjang. Orang-orang pun berkumpul menemui Musa, seraya berkata: Hai Kalimullah (Musa), berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami. Kemudian Musa berdiri dan keluar bersama mereka menuju padang sahara, tempat jumlah mereka mencapai 70 ribu lebih.

Musa pun berdoa: Ilahi, turunkanlah hujan-Mu dan tebarkanlah rahmat-Mu kepada kami, serta kasihanilah kami, dengan anak-anak kami yang tengah menyusu, binatang gembalaan kami yang memerlukan kebun yang subur, dan orang-orang tua kami yang sudah bongkok

Setelah musa berdoa demikian, awan di langit justru menghilang dan matahari makin panas. Musa heran dengan hal itu, lalu bertanya kepada Rabbnya.

Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi Musa:Sesungguhnya di antara kamu sekalian, ada seorang hamba yang dengan terang-terangan maksiat kepada-Ku sejak 40 tahun lalu. Maka serulah orang- orang itu sehingga dia keluar di antara mereka, karena faktor orang itulah, doa kalian menjadi terhalang.

Duhai Tuhan dan Junjunganku, saya adalah hamba yang dhaif, dan suara saya pun lemah.Mungkinkah suara saya sampai kepada mereka, sedang jumlah mereka 70 ribu lebih. Engkau berseru, dan Aku yang menyampaikan kepada mereka, firman Allah kepada Musa.

Musa `alaihissalam pun bangkit dan menyeru mereka: Wahai hamba yang dengan terang-terangan maksiat kepada Allah selama 40 tahun, keluarlah dari tengah-tengah kami, karena engkaulah kami terhalang mendapatkan hujan.

Orang yang maksiat itu pun menoleh ke kiri dan ke kanan, dan tak ada seorang pun yang keluar dari kerumunan itu. Dia sadar bahwa dirinyalah yang dituju, lalu ia berujar pada dirinya sendiri: Jika saya keluar dari tengah-tengah mereka, berarti saya membuka aib diri sendiri. Sedang jika saya diam, mereka menjadi terhalang untuk mendapatkan hujan karena saya.

Kemudian, orang itu memasukkan kepalanya ke dalam bajunya, menyesali perbuatannya, seraya merintih: Duhai Tuhan dan Junjunganku, hamba sudah maksiat selama 40 tahun, dan Engkau sudah menangguhkan (siksaan) padaku. Kini aku datang kepada-Mu dengan ketaatan, maka terimalah aku….

Belum juga rampung rintihan penyesalan orang itu, awan putih pun membubung tinggi, lalu turunlah hujan dengan deras seperti keluar dari mulut geribah.

Duhai Tuhan dan Junjunganku, karena faktor apa Engkau beri kami hujan, sedang tiada seorang pun yang keluar dari tengah-tengah kami, tanya Musa.

Hai Musa, Aku telah memberi kalian hujan karena orang yang menyebabkan doa kalian terhalang (yakni orang yang maksiat dan bertobat itu).

Ilahi wa Sayyidi, perlihatkanlah kepada kami orang yang taat itu.

Hai Musa, Aku tidak menyingkap aibnya saat ia maksiat, lantas bagaimana mungkin Aku membuka aibnya ketika ia taat kepada-Ku.

Demikianlah (suratan Ilahi) mengajarkan, karena satu orang saja yang maksiat kepada Allah menjadi sebab terhalangnya turunnya hujan dari langit. Lantas bagaimana jika seluruh umat maksiat kepada Allah, kecuali orang-orang yang dirahmati oleh-Nya? Mahabenar Allah ketika berfirman: Dan sekiranya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (QS al- Jinn: 16).

Oleh: Makmun Nawawi

 

REPUBLIKA

Madrasah Husnul Khatimah

Seseorang datang menghadap Nabi SAW, memohon izin untuk ikut berperang. Rasulullah SAW bertanya: Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Orang itu menjawab, Ya. Nabi SAW bersabda, Lalu kepada keduanyalah kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (HR Abdullah bin Umar).

Mengurus dan berbakti sepenuh hati kepada orang tua sama nilainya dengan berjihad ke medan perang. Orang tua kita itu manusia istimewa dan terbaik. Jika orang tua itu sanggup mengurus 10 anaknya, 10 anak belum tentu sanggup dan mampu mengurus keduanya. Kesibukan bekerja dan berkarier terkadang menjadi alasan banyaknya anak yang tidak sanggup mengurusinya.

Berdasarkan data Kementerian Sosial pada 2015, tercatat ada 21 juta jiwa lansia (lanjut usia). Dengan populasi yang tinggi, negeri ini masuk pada negara dalam kelompok berstruktur lansia. Ironisnya, 9,55 persennya telantar, bahkan 23,52 persennya berpotensi telantar.

Hal tersebut menunjukkan betapa banyak orang tua yang lanjut usia tidak mendapatkan perhatian, terkhusus dari anak-anaknya. Bahkan, ada sebuah keluarga yang harus mencari orang lain untuk mengurus orang tuanya yang sakit hingga sembuh karena anaknya tidak sanggup mengurusi orang tuanya.

Orang beriman akan menunjukkan perhatian terbesarnya kepada orang tua. Memperlakukannya dengan rasa hormat, menanamkan kasih sayang, memperlakukan dengan baik, dan berusaha menyenangkan hati dengan ucapan yang baik dan bijaksana. Secara psikologis, orang tua membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan teman bercerita. Jangan biarkan orang tua kita kesepian, bahkan hidup sendirian, sebatang kara.

Salah satu solusinya adalah dengan membangun Madrasah Husnul Khatimah (MHK). MHK adalah sebuah konsep mempersiapkan masa depan orang tua dengan penuh perhatian, kasih sayang, dan saat ajal tiba, meraih husnul khatimah. Menciptakan lingkungan dan suasana yang religius dan menyenangkan bagi orang tua.

Jika tidak sempat dilakukan sendiri, carilah jasa orang lain untuk menemani orang tua kita. Sesibuk apa pun kita dan sesulit apa pun keadaannya, berbuat baik, memelihara, serta memuliakan orang tua adalah sebuah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT (QS Luqman:14) dan (QS al-Isra ayat 23).

Sehebat apa pun memuliakan orang tua, sampai kapan pun tidak akan dapat membalas kebaikan keduanya. Dari Abu Hurairah RA, Rasulul lah SAW bersabda, Seseorang tidak dapat membalas budi kedua orang tuanya kecuali jika menda patkan orang tuanya menjadi budak kemu dian ia beli dan memerde kakannya (HR Muslim).

OLEH PROF MAHMUD

 

REPUBLIKA

Terapi Kegagalan

Pepatah bijak mengatakan, “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Hanya, ketika kegagalan mengetuk pintu, kita belum siap menyambut dan menerimanya. Kita maunya sekali berjuang langsung berhasil. Padahal, kegagalan akan membawa kesuksesan dan keberhasilan, jika diterima dan disikapi dengan lapang dada serta dijadikan sebagai momentum introspeksi dan kontemplasi.

Bagi umat Islam, sesungguhnya Allah SWT telah memberikan terapi menghadapi kegagalan sebagaimana termaktub dalam surah as-Syarh ayat 1-8. Ayat pertama (Bukanlah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad); memberikan pesan moral agar siapa pun itu, dan apa pun profesi dan jabatannya, jika berkompetisi lalu gagal atau sukses, haruslah berlapang dada.

Ayat kedua dan ayat ketiga (Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu; yang memberatkan punggungmu); suatu kompetisi atau ujian pasti menyita waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit, di mana semua itu adalah sebuah beban yang memberatkan. Maka, jika Allah telah memberikan keputusan dengan menyukseskan salah satu pihak, meski dengan selisih yang tipis sekalipun, haruslah mampu menerima kegagalan itu serta janganlah kegagalan menjadi suatu beban baru yang memberatkan.

Ayat keempat (Dan Kami tinggikan sebutan (nama)-mu bagimu); jika ingin nama dan sebutan ditinggikan Allah, maka bersikaplah rasional dan proporsional dalam menerima kegagalan itu. Mampu mengakui kelebihan orang lain dibanding diri sendiri.

Ayat kelima dan ayat keenam (Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan; Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan); niscaya jika kita mampu menerima kegagalan itu pada saat ini dan tidak ngeyeldengan mencari-cari alasan dengan menuding bahwa seharusnya diri kita yang sukses, maka Allah akan memberikan kemudahan, baik itu dalam hal memudahkan diri kita dalam menerima kegagalan itu dengan ikhlas maupun tidak menutup kemungkinan memenangkan dan menyukseskan kita dalam kompetisi periode berikutnya atau dalam urusan yang lainnya.

Ayat ketujuh (Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain); tatkala kompetisi dan ujian telah usai, tugas baru menanti, bagi pihak yang sukses terbentang tugas baru yang tidak mudah diselesaikan.

Terpenting adalah bagi pihak yang gagal, tugas baru menanti pula, baik itu mempersiapkan diri untuk tampil lebih baik pada kompetisi periode berikutnya nanti maupun bisa turut membantu menyumbangkan tenaga membantu pihak yang sukses melaksanakan programnya, agar tercapai hakikat berkompetisi yang sehat, yakni kesuksesan bagi semua.

Ayat kedelapan (Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap); tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali kepada Allah.Innalillahi wainna ilaihi rajiun.Karena itu, dalam rangka berkompetisi, terutama setelah menerima hasil kompetisi itu, berserah dirilah dan hanya berharap kepada Allah. Wallahu a’lam.

OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN

 

REPUBLIKA

Gangguan Pernapasan Jadi Masalah Kesehatan Utama Jamah Haji

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat beberapa tahun terakhir, gangguan pernapasan menjadi penyakit paling banyak dialami jamaah haji Indonesia. Lebih dari 50 persen jamaah haji terkena keluhan saluran pernapasan, antara lain asma, pneumonia, bronchitis, TB paru, dan lainnya.

Kepala KKIH Madinah dr. Yanuar Fajar, mengatakan mayoritas jamaah haji yang mengalami gangguan pernapasan adalah perokok. “Jamaah haji Indonesia yang sakit rata-rata perokok. Kebiasaan tersebut menjadi pemicu timbulnya gangguan saluran pernapasan, apalagi iklim dan cuaca di Arab Saudi sangat berbeda dengan di Indonesia,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/6).

Untuk mengatasinya, dokter spesial paru ini berbagi tips kepada jamaah haji Indonesia agar dapat menjaga kesehatannya selama beribadah haji. Pertama, perbanyak minum. Kondisi panas dengan tingkat kelembaban rendah membuat tubuh mudah kehilangan cairan. Maka, jamaah haji harus banyak minum dengan jumlah minimal delapan gelas sehari.

“Banyak lah minum air putih. Tidak perlu takut sering buang air kecil karena di sana tersedia banyak toilet,” imbau Yanuar.

Kedua, makan dengan teratur. Haji adalah ibadah fisik, oleh karena itu diperlukan banyak energi yang bisa diperoleh dari makan. Apalagi sekarang Kemenag sudah menambah jumlah konsumsi, pergunakan fasilitas itu dengan baik.

Ketiga, istirahat yang cukup. Selain makan dan minum, istirahat yang cukup sangat diperlukan jamaah haji. Boleh ibadah, tapi harus pandai pula mengatur waktu istirahat.

Keempat, buat sirkulasi udara yang baik. Membuka jendela kamar/pondok di pagi hari akan membuat sirkulasi udara menjadi baik. Cukup buka jendela hingga pukul 07.00. Biarkan udara segar di luar masuk ke kamar.

Kelima, hentikan kebiasaan merokok sebelum keberangkatan sampai selesai proses ibadah haji. Jamaah diimbau untuk menghentikan kebiasaan merokok. Merokok dapat memperparah kondisi gangguan pernapasan. Karena itu, menghentikan kebiasaan merokok dapat membantu jamaah menjaga kondisi kesehatan selama ibadah haji berlangsung.

Terakhir, bawa obat-obatan pribadi. Jamaah yang memiliki riwayat penyakit dengan obat khusus diharapkan membawa obat-obatan pribadi. “Dikhawatirkan obat tersebut tidak tersedia di layanan kesehatan jamaah,” ucapnya.

IHRAM