Mengapa Orang Sholeh Mendapatkan Bermacam Ujian dan Cobaan?

Dalam kehidupan ini sering kita menyaksikan bahwa orang-orang sholeh atau orang baik banyak mendapatkan ujian dan cobaan yang berat. Sementara Al-Qur’an menjanjikan siapa yang beriman dan beramal sholeh akan mendapatkan kehidupan yang baik, seperti dalam firman-Nya :

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl:97)

Dalam ayat ini Allah menjanjikan kehidupan yang baik untuk orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, namun kenyataannya banyak dari mereka yang hidupnya penuh dengan ujian dan cobaan. Apakah janji Allah ini tidak bertentangan dengan kenyataan yang terjadi?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita harus mencari tau terlebih dahulu apa sebenarnya arti dari “kehidupan yang baik” yang dijanjikan Allah swt.

Arti kehidupan yang baik menurut Al-Qur’an bukan berarti seorang mukmin akan terlepas dari semua kesedihan, kemiskinan, musibah ataupun bencana yang menimpa. Karena bagi seorang mukmin, ujian dan cobaan menyimpan berbagai kebaikan dan keuntungan besar dibaliknya.

Ketika Allah swt menjanjikan kehidupan yang baik, bukan berarti kehidupan itu tidak dibarengi dengan ujian, kesedihan dan musibah. Kehidupan yang baik dalam pandangan Al-Qur’an adalah kehidupan yang menerima ketentuan Allah.

Perlu kita ketahui bahwa seorang yang menerima semua ketentuan Allah tidak akan sibuk dengan ujian yang menimpa. Ia tidak akan membesar-besarkan cobaan yang ia alami.

Mengapa demikian?

Karena orang semacam ini hatinya selalu bersama Allah swt. Dan ia yakin bahwa apa yang diberikan Allah untuknya adalah pilihan yang terindah.

Karena itu “kehidupan yang baik” bisa saja dirasakan dan dimiliki oleh orang yang sedang sakit. Bahkan oleh orang yang sedang tertimpa cobaan dan musibah.

Karena hati mereka tetap yakin bahwa semua ini adalah pemberian Allah dan pasti ada hikmah besar dibalik setiap kejadian yang menimpanya.

Cobaan dan ujian tidak sedang menguji kekuatan kita, namun Allah ingin melihat sejauh mana kepasrahan kita kepada-Nya. Sejauh mana kita menerima ketentuan-Nya.

Karena itulah para Nabi pun mendapatkan ujian dan cobaan, begitupula orang-orang sholeh. Karena kehidupan yang baik bukanlah kehidupan yang bebas masalah, tapi kehidupan yang penuh kepasrahan dalam menerima ketentuannya.

Semoga bermanfaat…

Orang Kaya yang ‘Kaya’

ALHAMDULILLAH, Segala puji hanya milik Allah yang Maha Menguasai langit dan bumi. Shalawat dan salam senantiasa tetap tercurah kepada kekasih Allah, Muhammad Saw.

Saudaraku, sungguh beruntung orang kaya yang kaya. Kaya akan harta dan hati. Kita terkadang melihat seseorang kaya karena banyaknya harta, mewahnya rumah dan bagusnya mobil. Pernahkah kita menilai orang yang miskin (papa) disebut kaya? Kita telah melupakan definisi kaya yang hakiki yaitu kekayaan seseorang yang tidak bisa diukur dari sisi hartanya, melainkan dari segi maknanya. Tidak sedikit kita menemukan bahwa orang yang memiliki kekayaan dinilai dari dunia. Padahal kekayaan yang sesungguhnya adalah kaya dengan ilmu.

llmu adalah kekayaan yang nilainya lebih tinggi dari materi, bahkan Allah meninggikan orang yang berilmu beberapa derajat. Karena orang yang berilmu akan dihargai daripada orang yang tidak berilmu. Ini definisi pertama dari orang kaya yang kaya.

Kedua, orang kaya yang memiliki hati ikhlas dan lapang. Seseorang diberi kekayaan dengan cinta yang lapang dan ikhlas akan merasakan sendiri kenikmatannya. Artinya, kaya bukanlah memiliki banyak materi melainkan memiliki hati yang ikhlas dan lapang.

Ketiga, seseorang yang memiliki kekayaan berupa anak saleh dan salehah. Anak yang saleh dan salehah merupakan aset terbesar bagi orangtua. Dalam hadis dikatakan bahwa jika anak Adam telah meninggal, maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara yaitu sedekah, ilmu bermanfaat, dan doa anak yang saleh.

Keempat, adalah kaya dengan infak atau sedekah. Karena ia yakin bahwa setiap harta yang digunakan di jalan Allah, tidaklah akan berkurang, bahkan terus bertambah, bertambah, dan bertambah. Dengan infak itulah rezeki kita akan menambah berat pahala di hari perhitungan nanti.

Saudaraku, marilah jadikan diri kita menjadi orang kaya yang kaya dan orang miskin yang kaya. Yakni kaya dengan ilmu, hati, anak saleh dan salehah, dan kaya dengan infak atau sedekah. Karena hal itu akan menjadi sumber kebahagiaan, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak. Insya Allah.[smstauhiid]

Oleh : KH Abdullah Gymnastiar

INILAH MOZAIK

Penyebab tak Tercatatnya Amal Selama di Dunia

INILAH pembahasan yang akan menyelamatkan kita di hari kiamat. Karena pada hari kiamat banyak manusia meratapi catatan amalnya. Apa yang mereka temukan dalam catatan amalnya? Ternyata banyak amal saleh yang dibuat di dunia tidak tercatat.

“Di mana salatku?”
“Di mana Itikafku?”
“Di mana hajiku?”
“Aku telah membantu mengayomi anak yatim.”
“Aku telah berbuat baik kepada ibu dan bapakku.”
“Aku telah menyambung silaturrahim.”
“Aku telah Umrah kenapa tidak tercatat?”
“Aku telah memburu malam lailatul qadr kenapa tidak satupun tertulis?”
“Aku rajin berinfak, aku membangun masjid. Kenapa tidak ada yang dicatat di buku catatan amal?”

Sungguh banyak orang yang nanti meratap. Dan ketika dijawab oleh Allah, jawaban itu mampu membungkam mulut-mulut mereka. Bahwa benar dahulu ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan amal-amalnya hilang. Inilah penghapus-penghapus amal yang bisa menyebabkan amalan saleh kita lenyap.

Pertama, Melakukan syitik akbar. Syirik ada dua macam. Yaitu syirik ashghar dan syirik akbar. Jika melakukan syirik ahsghar, maka dapat menghapus amalan, khusus yang saat itu ia lakukan saja. Sedangkan jika melakukan syirik akbar, maka seluruh amalan yang pernah di lakukan ketika hidup akan terhapus, dan ia akan kekal selama-lamanya di neraka (Jika tidak bertobat). Tidak ada seorangpun bisa menolongnya walaupun misal ayah kandungnya adalah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar : 65)

Ayat ini diturunkan untuk Nabi Muhammad dan berlaku untuk seluruh makhluk. Kira-kira, lebih banyak mana amalan kita atau amalan Nabi Muhammad? Inilah pelajaran besar untuk kita, bahwa apapun posisi kita, apapun maqom kita, jika syirik akbar dilakukan, meka terhapuslah seluruh amal yang telah dan akan kita lakukan. Seluruh syirik akbar akan menginduk kepada empat poin:

1. Syirkud Dua wal Ibadah. Ialah syirik dalam hal berdoa, yaitu berdoa kepada selain Allah. Misal berdoa pada jin, berdoa pada kuburan.
2. Syirkun Niyah wal Irodah wal Qosd. Ialah syirik dalam masalah niat, keinginan, dan cita-cita. “Saya hidup untuk partai.” “Saya hidup untuk tanah air.” “Saya rela mati demi tanah air.” Padahal, Allah telah menyuruh kita dalam surat cinta-Nya. “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.Al-Anam: 162)
3. Syirkut Thoat. Ialah mengambil ajaran lain selain ajaran Allah yang telah tertulis dalam Alquran dan Al-Hadis. Contohnya menganggap komunis adalah ajaran yang bagus. Jika ada yang menganggap bahwa ajaran Islam bagus, tapi juga menganggap bahwa ajaran lain juga sama baiknya. Maka orang yang menganggap seperti ini telah terjatuh dalam syirik akbar.
4. Syirkul Mahabbah. Ialah syirik dalam hal kecintaan. Seseorang memang mencintai Allah, akan tetapi fakta di lapangan terbukti bahwa kita mencintai selain Allah hampir sejajar dengan cinta kita kepada Allah. “Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS Al-Baqarah: 165)

Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

Ada delapan hal yang seringkali dicintai manusia ketimbang mencintai Allah diantaranya Bapak, Anak, Saudara, Istri, Keluarga, Harta, Perniagaan, dan Tempat tinggal. Contohnya ketika Allah memanggil, sementara salah satu dari ke delapan hal tersebut juga memanggil, maka yang lebih didahulukan panggilannya adalah bukan Allah. Juga ketika agama Allah menjerit membutuhkan pertolongan kita, kita lebih mendahulukan salah satu dari ke delapan hal di atas, sementara kita membiarkan agama Allah tertindas, terzalimi. Wallahi, hal itu telah membuat seseorang terjatuh dalam Syirul Mahabbah.

Wallahu alam bish shawab. [Zulkifli Muhammad Ali]

Islam tidak Mengajarkan Terorisme

INGATLAH bahwa Islam tidak mengajarkan terorisme, silakan mengkaji dalam Alquran dan hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan sebenarnya terorisme tidak bisa dikatakan dimonopoli oleh Islam.

Tindakan teror dalam bahasa Arab diistilahkan dengan kata irhab, bentuk mashdar dari kata arhaba, yurhibu, irhaban. Maksudnya adalah meneror atau menakut-nakuti orang lain. Jadi makna irhab, bukanlah membunuh, makna asalnya adalah takut. Contoh misalnya dalam dua ayat kita dapat melihat hal ini,

“Dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS. Al Baqarah: 40).

Contoh kedua pada ayat,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.” (QS. Al Anfal: 60).

Dalam Wikipedia disebutkan, “Teror atau terorisme selalu identik dengan kekerasan. Terorisme adalah puncak aksi kekerasan. Bisa saja kekerasan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan. Terorisme tidak sama dengan intimidasi atau sabotase. Sasaran intimidasi dan sabotase umumnya langsung, sedangkan terorisme tidak.”

Namun kalau dalam istilah media, terorisme lebih identik pada tindakan pembantaian yang menewaskan orang banyak. Istilah ini lebih disematkan pada Islam dibanding ajaran atau agama lainnya. [rumaysho]

Proses Pelunasan BPIH Mulai 19 Maret hingga 10 Mei

Pemerintah secara resmi menetapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) 2019 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 8 Tahun 2019 yang diterbitkan kemarin. Keppres tentang BPIH 2019 ini diterbitkan menindaklanjuti kesepakatan antara Kementerian Agama (Kemenag) dan DPR tentang besaran biaya ibadah haji tahun ini, pada pertemuan yang digelar 4 Februari lalu.

Keppres ini mengatur BPIH untuk jemaah haji reguler dan BPIH untuk Tim Petugas Haji Daerah (TPHD). Dengan terbitnya Keppres BPIH ini, maka tahapan selanjutnya adalah proses pelunasan BPIH. “Pelunasan tahap pertama akan berlangsung dari 19 Maret hinga 15 April. Sedangkan tahap kedua mulai 30 April hingga 10 Mei. Pelunasan BPIH ini dilakukan dengan mata uang rupiah,” kata Direktur Pengelolaan Dana Haji Kemenag Maman Saepulloh di Jakarta.

Maman menjelaskan bahwa BPIH disetorkan ke rekening atas nama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) pada Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenang telah merilis merilis daftar nama jemaah haji reguler yang berhak melunasi BPIH Reguler 2019 sejak 25 Februari lalu. Daftar nama tersebut juga bisa dilihat di laman haji.kemenag.go.id.

Maman menambahkan, untuk jamaah haji yang meninggal setelah ditetapkan berhak melakukan pelunasan bisa dilimpahkan porsinya kepada keluarga sesuai ketentuan. Pada tahun ini bakal diterapkan kebijakan baru pelunasan BPIH. Jika selama ini dilakukan secara konvensional, maka tahun ini sudah bisa dilakukan secara non-teller.

Artinya, jemaah tidak lagi harus datang ke Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH untuk melunasi biaya haji. “Tahun ini mulai diterapkan kebijakan pelunasan non-teller,” terang Dirjen PHU Kemenag Nizar. Sistem non-teller ini bersifat layanan tambahan. Dengan demikian, sistem pelunasan dengan membayar langsung ke bank tetap dibuka.

“Sistem pelunasan non-teller ini tidak akan menghapus layanan pelunasan BPIH di bank. Transaksi non-teller merupakan alternatif kemudahan pembayaran dalam pelunasan BPIH,” paparnya. Diharapkan layanan non-teller ini dapat memberikan kemudahan kepada jamaah.

Selain efisiensi waktu, mereka juga dapat melakukan pelunasan dari mana saja, bahkan tidak harus oleh jemaah haji. “Pelunasan dapat dilakukan dari rekening lain (bukan rekening jamaah) dengan syarat banknya sama. Sehingga, anak bisa melakukan pembayaran setoran lunas BPIH orang tuanya,” urai Nizar.

Setelah melakukan pelunasan non-teller, jamaah tinggal datang ke Kantor Kemenag kabupaten/kota tempat mendaftar dengan membawa bukti transaksi untuk melakukan tahapan selanjutnya. Direktur Layanan Haji dalam Negeri (Kemenag) Muhajirin Yanis menjelaskan ada tiga pilihan penggunaan transaksi non-teller dalam pelunasan biaya haji, yaitu ATM, internet banking, dan mobile banking.

Penggunaan ATM masih bersifat terbatas karena pihak bank juga harus melakukan installing program pada ribuan ATM untuk memasukan menu pelunasan haji reguler. “Pelunasan non-teller ini dengan cara memasukkan nomor porsi, baik melalui sistem internet dan mobile banking, maupun ATM,” tuturnya.Proses pelunasan BPIH juga terkait dengan persyaratan istitha’ah kesehatan jemaah. Sebab, Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) sudah terintegrasi dengan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) di Kementerian Kesehatan.

Data istitha’ah kesehatan jemaah didapat dari Siskohatkes. Bila jamaah belum memenuhi persyaratan istitha’ah kesehatan, maka tidak dapat melakukan pelunasan BPIH, baik teller maupun non-teller. Di sisi lain, penyediaan layanan akomodasi jamaah haji di Arab Saudi sudah mencapai 50%. Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan mengungkapkan hal tersebut seusai rapat bersama Komis VIII DPR di Makkah Al-Mukarramah, Arab Saudi.

Komisi VIII yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi Marwan Dasopang beserta Tim Panja BPIH tahun 2019 berkunjung ke Arab Saudi untuk meninjau proses penyiapan layanan kepada Jemaah haji di Arab Saudi. Nur Kholis menjelaskan, total kebutuhan akomodasi haji di Makkah mencapai 210.697 kapasitas. Kebutuhan ini mencakup 204.000 jamaah, petugas kloter, non-kloter, sisa penempatan, dan cadangan. Sedangkan kebutuhan akomodasi di Madinah berjumlah 209.967 kapasitas.

Dia menambahkan, penempatan akomodasi jamaah haji di Makkah tahun ini akan menggunakan skema baru. Jamaah akan ditempatkan berdasarkan pengelompokan asal daerah pada wilayah atau zona tertentu. Skema zonasi ini diharapkan akan mempermudah pengawasan pelayanan, serta meminimalisir munculnya permasalahan karena adanya perbedaan budaya dan kendala bahasa.

“Penerapan metode tersebut tentu akan dapat diikuti dengan penyesuaian pelayanan katering jemaah yang diharapkan akan semakin mudah pengkondisiannya dengan menyesuaian cita rasa sesuai dengan selera daerah masing-masing,” jelasnya.

Sementara itu, Marwan Dasopang mengatakan, terbitnya kepres tersebut sangat penting karena pemerintah dan DPR sudah membahas seluruh kebutuhan haji. Komisi VIII bersama dengan Kementerian Agama juga telah melakukan survei lapangan di Makkah untuk meninjau persiapan pelaksanaan ibadah haji 2019. “Kalau kepres sudah terbit, mereka (petugas di Mekkah) sudah bisa melakukan pengerjaannya. Mereka bisa panjari (kasih uang muka) semua (kebutuhan haji),” katanya.

Selain itu, pemerintah diharapkan bisa melakukan penghematan biaya karena sudah bisa melakukan negoisasi-negoisasi apa saja yang diperlukan untuk kebutuhan jamaah. Mulai dari kebutuhan hotel, kartering, dan lainnya. “Kalau banyak yang minat, kita bisa memilih. Keppres yang terbit ini membantu pemerintah sejak awal. Kita memberikan pengarahan apa yang mereka lakukan, tapi selama ini terganjal (belum adanya) keppres. Kini kita tinggal mendesak mereka apa yang dikerjakan bisa segera diselesaikan,” paparnya.

Bagi para calon jamaah haji, dengan terbitnya keppres ini juga bisa memberikan kepastian di lapangan siapa yang berangkat bisa segera melunasi pembayarannya. Menurutnya, biasanya ada beberapa calon jamaah yang tidak bisa berangkat haji karena faktor sakit atau meninggal dunia. “Nanti kalau sudah ada kepastian sejak awal, sisa kuota yang tidak berangkat bisa dimanfaatkan. Siapa yang berangkat, siapa mereka yang melunasi,” katanya.

Terkait penggunaan mata uang rupiah dalam pelunasan biaya haji, marwan mengatakan bahwa kepastian ini juga membuat calon jamaah lebih senang, meski juga ada kerentanan jika ada anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. “Tapi itu sudah diantisipasi semua, sekalipun ada risiko di pemerintah. Kalau sudah ada Keppres lebih awal kan bisa melakukan percepatan pembayaran kebutuhan haji. Kunci aja semua kalau kepres sudah keluar,” paparnya.

(don)

Merajut Keharmonisan Sosial

setiap Muslim hendaknya menjaga sikap, kata, dan tindakan

Sejatinya, Alquran dan As-Sunnah cukuplah menjadi pedoman bagi setiap Muslim dalam menata kehidupan, baik pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bangsa. Umat Islam adalah khairul ummah (umat terbaik) yang terwujud setelah terbentuk khairul jama’ah (masyarakat terbaik). Khairul jama’ah pun akan tercipta, jika lahir khairul usrah (keluarga terbaik). Khairul usrah juga tegak kalau di bangun oleh khairul bariyyah (pribadi terbaik). Itulah tujuan dakwah Islam yang hendak dicapai (QS 3:110, 98:7).

Jika demikian, setiap Muslim hendaknya menjaga sikap, kata, dan tindakan agar tercipta harmoni dalam keluarga dan masyarakat. Alquran, surah al-Hujurat ayat 6-13, mestinya menjadi pegangan untuk membangun masyarakat berkeadaban (civil society). Paling tidak, ada lima adab keharmonisan dalam menyikapi suasana kontestasi politik di negeri kita saat ini, yakni: Pertama, bersikap kritis terhadap informasi (QS 49: 6). Awal dari disharmoni sosial adalah ketika akal sehat tak berfungsi baik dalam mengelola informasi (berita). Apakah benar atau bohong (hoaks)? Jika benar, apakah baik disebarkan?Jangan mudah percaya tanpa klarifikasi (tabayun). Perlu disaring sebelum di-sharing atau diamkan saja.

Ayat ini mengingatkan kita akan kisah al- Walid Bin Uqbah yang diutus ke Bani Musthaliq. Melihat orang-orang ramai menyambut, justru ia takut dan melapor kepada Rasulullah SAW bahwa mereka murtad dan tidak mau bayar zakat. Hampir saja mereka diperangi jika Nabi SAW tidak tabayun terlebih dahulu.

Kedua, menjadi pendamai dalam pertikaian (QS 49:9). Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al- Azhar menyebutkan, kata “iqtatalu” tidak hanya berarti “perang”, tetapi juga “bertikai”. Bela kangan ini, menebar ungkapan ‘perang total’ dan ‘perang badar’. Seharusnya, ada yang mendama ikan dengan adil agar jangan sampai terjadi benturan sosial, yakni para ulama yang istiqamah.

Ketiga, jangan suka mengolok-olok (QS 49:11). Tidak patut orang yang beriman menge jek, merendahkan, atau menertawakan orang lain, apalagi sesama Muslim. Sikap itu ter masuk kesombongan yang sangat dimurkai Allah SWT (HR Bukhari). Ketika mencela orang lain, sebe narnya kita sedang mencela diri sen diri. Sebab, dengan mencela, dengan sendirinya orang pun akan mencela kita dengan aib yang lebih banyak.

Keempat, jangan mudah buruk sangka (QS 49:12). Manakala tidak suka pada seseorang, biasanya segala sesuatu yang dikerjakannya akan terlihat buruk. Orang yang buruk sangka akan selalu mencari-cari kesalahan (tajassas) dan mau tahu urusannya (tahassas) serta meng gunjing (ghibah) dengan membicarakan celanya (HR. Bukhari).

Kelima, jangan merasa paling mulia (QS 49:13). Simpul keharmonisan sosial adalah saling menghargai dan memahami perbedaan, bukan merendahkan. Berbeda itu naluriah manusia yang Allah titipkan bagi semesta, agar terjadi dinamika dan kompetisi dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Bukankah taman yang indah selalu ditumbuhi bunga yang beraneka ragam?

Orang bijak berkata, “Janganlah menghina seseorang sebab setiap orang ada kelebihan nya”. Tak seorang pun yang patut merasa paling suci sebab Allah SWT tahu siapa kita sebenarnya (QS 53:32). Akhirnya, setiap ucapan dan kelakuan adalah pembelajaran bagi anak-anak kita. Jika tidak mampu menjaga adab keharmonisan ini, boleh jadi akan lahir generasi tak beradab dan ke lak kita termasuk orang yang bangkrut amal ibadahnya (al-muflis). Allahu a’lam bish-shawab.

Oleh: Hasan Basri Tanjung

Ketika Kaki Nabi Muhammad SAW Terinjak

Setiap perbuatan Rasulullah Muhammad SAW didasarkan pada petunjuk kebenaran. Tidak ada manusia dengan contoh atau suri teladan yang lebih baik daripada beliau. Kisah berikut menggambarkan betapa hati-hatinya beliau dalam bersikap.

Suatu hari, Rasulullah SAW memimpin seluruh prajurit Muslimin yang baru saja pulang dari Ekspedisi Tabuk. Di antara pasukan terdapat seorang laki-laki yang bernama Abu Rahal al-Ghifari. Rupanya, Abu Rahal mengantuk berat saat sedang menunggangi untanya. Tanpa dia sadari, untanya berjalan terlalu dekat dengan Nabi SAW, yang juga sedang berada di atas unta.

Salah satu kaki Abu Rahal kemudian bersenggolan dengan sisi unta Rasulullah SAW. Tidak hanya itu, kaki salah seorang sahabat yang mulia ini lantas tidak sengaja menginjak kaki beliau.

Seketika, Nabi SAW mengaduh. Dengan tongkatnya, beliau kemudian mencolek kaki Abu Rahal agar sahabatnya itu bangun dari tidur dan tidak lagi menginjaknya.

Betapa terkejutnya Abu Rahal ketika mengetahui kaki Rasulullah SAW terinjak olehnya. Dia pun segera meminta maaf dan menjauhkan untanya dari beliau. Dia kemudian bergerak ke pinggir dan diam sejenak, sehingga posisinya kini berada di bagian akhir arak-arakan pasukan Muslimin.

Hati Abu Rahal dirundung ketakutan. Dia cemas, jangan-jangan nanti nasib buruk menimpanya. Bagaimana mungkin dia menyakiti Rasulullah SAW? Bagaimana jika Nabi SAW dan Allah tidak ridha padanya? Bagaimana kalau nanti turun ayat Alquran yang mengecam perbuatannya tadi? Betapa malunya Abu Rahal bila sampai semua kekhawatiran itu terjadi. Dia pun amat menyesali dirinya yang tadi mengantuk sehingga lalai.

Abu Rahal termasuk yang ikut dalam jihad ke Tabuk sembari membawa sejumlah hewan ternak. Adanya hewan itu berguna sebagai bekal para prajurit, baik untuk dimakan dagingnya maupun diperah susunya. Ketika rombongan pasukan beristirahat sejenak, Abu Rahal memutuskan untuk menggembala kambing-kambingnya di hamparan gurun yang cukup jauh dari tempat mereka singgah.

Dengan begitu, dia sengaja menghindar bila Rasulullah SAW mencari-carinya. Ketika dilihatnya dari kejauhan rombongan Muslimin kembali bergerak, maka Abu Rahal pun mengikuti dari belakang. Dia lantas menjumpai salah seorang kawannya dan bertanya, “Apakah tadi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menanyakan keberadaan saya?”

“Iya, beliau shalallahu ‘alaihi wasallam telah mencari Anda,” jawabnya.

Abu Rahal semakin khawatir, perkara dirinya menginjak kaki Nabi SAW tidaklah ringan. Dia pun menemui Rasulullah SAW ketika pasukan Muslimin kembali beristirahat.

Saat berada di hadapan Nabi SAW, Abu Rahal ditanya oleh beliau. “Wahai Abu Rahal, dari mana saja? Aku tadi mencari-cari engkau,” kata Rasulullah SAW.

“Ya, wahai Rasulullah. Tadi aku tidak sengaja menginjak kaki engkau lantaran aku mengantuk, sehingga tidak sadar untaku bersenggolan dengan engkau. Aku mohon maafkanlah aku,” pinta Abu Rahal.

“Aku sudah memaafkanmu,” kata Nabi SAW. Abu Rahal pun merasa lega.

“Tapi tadi sewaktu aku membangunkanmu, aku menyentuhmu dengan tongkatku ini. Karena itu, wahai Abu Rahal, ambil tongkatku dan lakukanlah kepadaku sekarang seperti apa yang telah kulakukan saat itu kepadamu,” jelas Nabi SAW.

Maksud Rasulullah SAW adalah hendak melaksanakan balasan (qisas). Beliau menghendaki keadilan karena itu mempersilakan sahabatnya ini untuk membalasnya setimpal.

“Aku tidak akan melalukannya, wahai Rasulullah. Sungguh aku sudah memaafkannya,” kata Abu Rahal.

Rasulullah SAW tersenyum. Beliau kemudian bertanya tentang keadaan kabilah tempat Abu Rahal berasal. Kabilah ini terkenal setia, selalu mendampingi Nabi SAW dalam setiap jihad.

Rupanya, dalam ekspedisi Tabuk ini ada beberapa orang dari kabilah tersebut yang tidak datang. Mereka berperawakan badan tinggi besar dan kekar. Rasulullah SAW mengklarifikasi keadaan mereka, dan Abu Rahal membenarkan bahwa mereka tidak turut dalam jihad kali ini.

“Mana di antara kabilah engkau yang bertubuh pendek dan berkulit sawo matang?” tanya Rasulullah SAW lagi. Ternyata, beliau amat jeli dalam memerhatikan ciri-ciri pasukannya.

“Kami tidak punya yang demikian, wahai Rasulullah,” jawab Abu Rahal.

“Tapi, aku pernah melihat mereka dari (kabilah) engkau,” ujar beliau lagi.

Maka Abu Rahal kemudian berusaha mengingat-ingat lagi. “Mungkin yang engkau maksud adalah sekutu kami dari Aslam. Setelah Perang Hunain, mereka tidak ikut bersama kami lagi,” tutur dia.

“Sungguh, keadaan yang berat bagiku adalah bila suku-suku Muhajirin, Anshar, Ghifar, dan Aslam tidak ikut (dalam jihad),” sebut beliau.

Sumber: Islam Digest Republika

Keppres BPIH 2019 Terbit, Ini Biaya Haji Per Embarkasi

Jakarta (Kemenag) — Keputusan Presiden (Keppres) tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 1440H/2019M sudah terbit. Keppres Nomor 8 Tahun 2019 mulai diundangkan hari ini, Kamis (14/03).

Keppres BPIH diterbitkan setelah Kementerian Agama dan DPR RI menyepakati besaran biaya haji tahun ini pada 4 Februari 2019. Keppres ini mengatur BPIH untuk jemaah haji reguler dan BPIH untuk Tim Petugas Haji Daerah (TPHD).

Setelah Keppres BPIH terbit, maka tahapan selanjutnya adalah pelunasan BPIH. “Pelunasan tahap pertama akan berlangsung dari 19 Maret – 15 April 2019 dan tahap kedua mulai tanggal 30 April – 10 Mei 2019. Pelunasan BPIH ini dilakukan dengan mata uang rupiah,” tegas Direktur Pengelolaan Dana Haji Maman Saepulloh di Jakarta.

“BPIH disetorkan ke rekening atas nama Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) pada Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH, baik secara tunai atau non teller,” lanjutnya.

Ditjen PHU sudah merilis daftar nama jemaah haji reguler yang berhak melunasi BPIH Reguler 1440H/2019M. Jemaah haji yang meninggal setelah ditetapkan berhak melakukan pelunasan, bisa dilimpahkan porsinya kepada keluarga sesuai ketentuan.

Berikut ini daftar besaran BPIH 1440H/2019M jemaah haji reguler per embarkasi:
1. Embarkasi Aceh Rp30.881.010;
2. Embarkasi Medan Rp31.730.375;
3. Embarkasi Batam Rp32.306.450;
4. Embarkasi Padang Rp32.918.065;
5. Embarkasi Palembang Rp33.429.575;

6. Embarkasi Jakarta (Pondok Gede) Rp34.987.280;
7. Embarkasi Jakarta (Bekasi) Rp34.987.280;
8. Embarkasi Solo Rp36.429.275;
9. Embarkasi Surabaya Rp36.586.945;
10. Embarkasi Banjarmasin Rp37.885.084;

11. Embarkasi Balikpapan Rp38.259.345;
12. Embarkasi Lombok Rp38.454.405; dan
13. Embarkasi Makassar Rp39.207.741.

Berikut ini daftar besaran BPIH 1440H/2019M TPHD per embarkasi:
1. Embarkasi Aceh Rp66.645.504;
2. Embarkasi Medan Rp67.363.504;
3. Embarkasi Batam Rp67.905.304;
4. Embarkasi Padang Rp68.363.504;
5. Embarkasi Palembang Rp68.566.804;

6. Embarkasi Jakarta (Pondok Gede) Rp69.963.504;
7. Embarkasi Jakarta (Bekasi) Rp69.963.504;
8. Embarkasi Solo Rp71.163.504;
9. Embarkasi Surabaya Rp71.492.104;
10. Embarkasi Banjarmasin Rp72.118.504;

11. Embarkasi Balikpapan Rp72.243.504;
12. Embarkasi Lombok Rp72.523.504; dan
13. Embarkasi Makassar Rp73.543.504.

(Siaran Pers)

Tahukah Anda Apa Obat dari Penyakit Ini?

Ada salah satu penyakit yang paling berbahaya bagi manusia. Bukan penyakit fisik, tetapi penyakit hati yang bisa menghancurkan kehidupan seseorang.

Penyakit ini adalah kesombongan diri sehingga ia merasa cukup dengan kemampuan dirinya, merasa tak lagi membutuhkan Allah swt.

Puncak kesombongan semacam inilah yang akan membuatnya berpaling dari semua kebaikan. Ia akan menerobos semua batas dalam hidupnya. Karena ia tak lagi merasa memerlukan sesuatu dari selainnya.

Maka tak heran bila kita temukan dalam Surat pertama yang Allah turunkan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman :

كَلَّآ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَيَطۡغَىٰٓ – أَن رَّءَاهُ ٱسۡتَغۡنَىٰٓ

“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas,apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS.Al-‘Alaq:6)

Mungkin salah satu hikmah dari diturunkannya surat ini sebagai yang pertama adalah ingin memberi pelajaran bahwa :

“Apabila manusia memiliki rasa congkak dan merasa cukup dengan apa yang ia miliki pasti ia akan menolak semua wahyu dan kebenaran yang disampaikan oleh utusan Allah swt.”

Akan tetapi Al-Qur’an tidak pernah mengabarkan sebuah penyakit tanpa memberi obatnya. Dalam Surat yang sama Allah swt memberi resep agar kita bisa terhindar dari penyakit sombong ini dalam beberapa ayat berikut ini :

(1) Ingatlah bahwa engkau adalah hamba, sementara disana ada Tuhan Menciptakanmu dan Mengatur semua urusanmu.

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS Al-‘Alaq:1)

(2) Ingatlah asal usulmu, apakah layak engkau menyombongkan diri sementara engkau tercipta dari sesuatu yang hina.

خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS Al-‘Alaq:2)

(3) Ingatlah pasti engkau akan dikembalikan kepada Tuhanmu.

إِنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلرُّجۡعَىٰٓ

“Sungguh, hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(mu).” (QS.Al-‘Alaq:8)

Tiga resep ini adalah resep terbaik untuk mengobati penyakit congkak dan sombong. Ingatlah bahwa dirimu adalah hamba, engkau diciptakan dari sesuatu yang hina dan suatu saat engkau pasti akan kembali kepada Allah swt !

Pantaskah engkau menyombongkan diri?

Dalam ayat lain Allah menceritakan bagaimana seorang pemilik kebun menyombongkan diri dihadapan kawannya yang miskin. Dari kisah ini kita akan menemukan resep yang hampir sama.

Allah swt menceritakan dalam firman-Nya,

وَكَانَ لَهُۥ ثَمَرٞ فَقَالَ لِصَٰحِبِهِۦ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَنَا۠ أَكۡثَرُ مِنكَ مَالٗا وَأَعَزُّ نَفَرٗا

Dan dia memiliki kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS.Al-Kahfi:34)

Kemudian kawan itu memberi resep kepadanya untuk menyembuhkan kesombongannya dengan sebuah nasihat,

قَالَ لَهُۥ صَاحِبُهُۥ وَهُوَ يُحَاوِرُهُۥٓ أَكَفَرۡتَ بِٱلَّذِي خَلَقَكَ مِن تُرَابٖ ثُمَّ مِن نُّطۡفَةٖ ثُمَّ سَوَّىٰكَ رَجُلٗا

Kawannya (yang beriman) berkata kepadanya sambil bercakap-cakap dengannya, “Apakah engkau ingkar kepada (Tuhan) yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna?” (QS.Al-Kahfi:37)

Kesombonganmu sama sekali tidak pantas karena engkau hanya tercipta dari sesuatu yang hina.

Dan kemudian pada ayat-ayat selanjutkan kembali diberi peringatan,

وَيَوۡمَ نُسَيِّرُ ٱلۡجِبَالَ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ بَارِزَةٗ وَحَشَرۡنَٰهُمۡ فَلَمۡ نُغَادِرۡ مِنۡهُمۡ أَحَدٗا -وَعُرِضُواْ عَلَىٰ رَبِّكَ صَفّٗا

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.” (QS.Al-Kahfi:47-48)

Resep utama untuk menghilangkan penyakit sombong adalah dengan mengingat asal usul kita dan mengingat hari dimana semua manusia akan kembali pada-Nya.

Semoga bermanfaat…

 

KHAZANAHALQURAN.COM

Bahagiakan Istri Melancarkan Rezeki

MENDAPATKAN isteri yang ideal mungkin adalah impian para lelaki. Begitupun dengan wanita, siapa wanita yang tidak ingin memiliki suami saleh dan sesuai kriteria ideal yang didambakan.

Namun kita tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kita hanya bisa mengusahakan agar dapat menjalankan peran masing-masing semaksimal mungkin dan sesuai dengan apa yang diridai Allah taala.

Ada sebuah nasihat bagi seorang suami. Bahagiakanlah isteri karena membahagiakan isteri dapat melancarkan rezeki. Benarkah demikian? Berikut sifat-sifat isteri yang bisa jadi akan mendatangkan rezeki bagi suaminya:

# 1. Wanita yang taat pada Allah dan rasul-Nya.

Ada empat faktor yang menjadi pertimbangan sebelum menikahi seorang wanita, yaitu karena (1) kecantikannya, (2) keturunannya, (3) hartanya dan (4) agamanya. Kita diperintahkan untuk memilih wanita karena faktor agamanya, beruntung sekali jika bisa mendapatkan keempatnya.

Wanita yang taat pada Allah dan Rasul-Nya akan membawa rumah tangga menuju surga, menuju ketentraman. Rumah tangga yang tentram, nyaman, bahagia adalah rezeki yang sangat berharga. Rumah tangga yang dinahkodai suami yang saleh didampingi istri yang juga saleh, akan menjadikan rumah tangga itu berkah, menghasilkan anak-anak yang saleh, mendapatkan rida dan rahmat Allah.

# 2. Wanita yang taat pada suaminya.

Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan menyuruh seorang isteri untuk sujud kepada suaminya (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Sepanjang perintah suami tidak bertentangan dengan agama, maka isteri wajib mentaatinya. Ketaatan seorang isteri pada suaminya akan membuat hati suami tenang dan damai dan bisa menjalankan kewajibannya mencari rezeki yang halal untuk keluarga. Akan halnya wanita yang berkarier di luar rumah bisa tetap bekerja sepanjang suaminya mengizinkan dan kewajibannya untuk menjaga diri dengan baik di tempat kerja.

Laki-laki adalah pemimpin atas wanita karena Allah telah melebihkan sebagian dari mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan dengan sebab sesuatu yang telah mereka (laki-laki) nafkahkan dari harta-hartanya. Maka wanita-wanita yang saleh adalah yang taat lagi memelihara diri di belakang suaminya sebagaimana Allah telah memelihara dirinya. (Q.S. An Nisa : 34).

# 3. Wanita yang melayani suaminya dengan baik.

Tugas utama isteri adalah menjalankan tugas rumah tangga dengan sebaik-baiknya, melayani suami dengan baik serta mendidik anak-anaknya. Isteri yang baik berusaha melayani suaminya dengan baik seperti menyiapkan makanannya, menyiapkan keperluannya, memenuhi kebutuhan biologisnya, menjaga perasaan suaminya jangan sampai suaminya terluka karena sikapnya.

Wanita yang demikian akan menjadi kesayangan suaminya dan bisa menjadi partner yang baik dalam mewujudkan rumah tangga yang sakinah dan menarik hal-hal positif dalam rumah tangganya, termasuk rezeki bagi suaminya.

# 4. Wanita yang berhias hanya untuk suaminya.

Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah (H.R. Muslim).

Adalah sifat wanita yang suka bersolek dan berhias, tapi wanita yang saleh hanya berhias dan menampakkan perhiasan untuk suaminya. Wanita yang jika dipandang suaminya selalu menyenangkan dan tahu bagaimana menyenangkan suaminya. Wanita yang bahkan malaikat pun mendoakannya akan memudahkan rezeki datang padanya.

# 5. Jika ditinggal menjaga kehormatan dan harta suami

Saat suami keluar mencari nafkah, isteri yang ditinggalkan di rumah harus menjaga kehormatannya, menjaga dirinya dari tamu yang tidak pantas, membatasi keluar rumah jika tidak terlalu penting. Harta suami yang dititipkan padanya dipergunakan pada hal-hal yang bermanfaat dengan seizin suaminya. Wanita seperti ini memudahkan rezeki masuk ke dalam rumahnya sebagai upah dari ketaatannya kepada Allah dan kesetiaan pada suaminya.

# 6. Wanita yang senantiasa meminta ridha suami atasnya

Wanita ini tahu bagaimana menyenangkan hati suaminya. Menjaga sikap dan perilaku agar tidak menyinggung dan melukai perasaan suaminya. Dia selalu berusaha agar suaminya tidak marah padanya. Dia tidak akan pergi tidur dalam keadaan marah atau meninggalkan suaminya dalam keadaan marah sampai memperoleh maafnya. Mengajak suaminya bercanda untuk menceriakan perkawinannya. Berusaha mendidik anak-anaknya dengan baik. Menjaga rahasia perkawinan dari orang lain.

Maukah kalian kuberitahu isteri-isteri yang menjadi penghuni surga yaitu isteri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya, dimana jika suaminya marah dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha (H.R.An Nasai).

Isteri seperti ini adalah isteri yang dimudahkan rezekinya melalui tangan suaminya karena amalan dan kesetiaan pada suaminya,

# 7. Wanita yang menerima pemberian suami dengan ikhlas

Wanita yang tidak pernah mengeluh berapapun rezeki yang dibawa pulang suaminya. Selalu ikhlas menerima dan menghargai apapun yang diberikan suami kepadanya. Banyak disyukuri sedikit pun diterima dengan ikhlas. Wanita seperti ini adalah wanita yang mensyukuri rezekinya. Allah sudah menjanjikan bahwa jika kita bersyukur Dia akan menambah rezeki kita. Wanita yang bersyukur dan ikhlas rezekinya senantiasa bertambah baik kuantitas maupun keberkahannya yang akan diberi Allah langsung padanya ataupun melalui suaminya.

# 8. Wanita yang bisa menjadi partner meraih ridha Allah.

Wanita yang menjadikan rumah tangganya sebagai ibadah, pengabdiannya kepada Allah. Bisa menjadi teman diskusi yang berimbang bagi suami. Bisa melakukan koreksi dan menyampaikan dengan lembut kepada suaminya. Mendengarkan nasihat dan kata-kata suaminya dengan penuh perhatian. Sebelum melaksanakan ibadah sunah seperti puasa sunnah meminta izin kepada suaminya dan tidak melaksanakan jika tidak diizinkan. Bisa menjadi pendorong dan motivator suami untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Itulah mengapa ada kalimat dibalik pria yang sukses ada wanita hebat di belakangnya. Karena wanita seperti ini adalah rezeki utama suaminya.

# 9. Wanita yang tak pernah putus doa untuk suaminya.

Wanita yang bersyukur adalah wanita yang menerima semua kehendak /takdir Allah padanya tapi tetap berusaha melakukan yang terbaik termasuk dengan mendoakan suami dan anak-anaknya agar sukses dunia akhirat. Wanita ini tidak pernah putus doa, tapi menjadikannya sebagai rutinitas harian, penghias bibir setelah shalat. Wanita ini tahu bahwa rezeki suaminya akan ditambah dan diberkahi jika dirinya senantiasa melibatkan Allah pada langkah suaminya melalui doa-doa yang dipanjatkannya setiap hari.

Dan betapa beruntungnya seorang laki-laki jika bisa mendapatkan isteri dengan ciri-ciri seperti di atas. Jika pun isteri ternyata belum memiliki ciri-ciri seperti di atas adalah tugas suami untuk mendidik isterinya, karena isteri adalah tanggung jawab suaminya dan dia akan ditanya di akhirat tentang hal itu. Wallahu alam.

[kabarmuslimah]