Hati-hati Terhadap Doa Orang yang Teraniaya

BEBERAPA orang doanya akan dikabulkan oleh Allah. Di antaranya adalah doa seseorang untuk saudaranya dari kejauhan, doa orang pada saat lapang dan sempit, serta doa orang yang terzalimi atau teraniaya. Dan doa beberapa orang pada kondisi tertentu lainnya.

Kedzaliman adalah lawan dari adil. Berbuat dzalim merupakan perbuatan yang merugikan dan menyakiti orang lain atau pihak lain. Perbuatan dzalim meliputi segala perbuatan yang bermuara pada tidak memberikan hak orang lain tanpa alasan yang dibenarkan syariat. Perbuatan dzalim ini dilarang oleh agama kita.

Allah berfirman dalam hadits qudsi, “Wahai hambaKu, sesungguhnya Aku haramkan perbuatan zalim atas diriKu dan Aku haramkan kezaliman di antara kalian. Maka itu, janganlah kalian saling menzalimi”.

Doa orang teraniaya atau terdzalimi memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk diijabah Allah. Doa korban kedzaliman menjadi alarm tersendiri bagi orang yang telah menyakitinya/mendzaliminya. Doa tersebut tidak ada hijab atau penghalang antara dia dengan Allah.

Dari Muadz bin Jabalradhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.”Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)”. (Shahih Muslim)

Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri”. (HR. Ahmad). [*]

Tuli, Bisu dan Buta, Siapakah Mereka menurut Al-Qur’an?

Al-Qur’an sering mensifati kelompok manusia yang disebut tuli, bisu dan buta. Bahkan orang-orang semacam ini disebut oleh Al-Qur’an dengan sebutan “Orang-Orang Tak Berakal”.

Allah swt berfirman,

إِنَّ شَرَّ ٱلدَّوَآبِّ عِندَ ٱللَّهِ ٱلصُّمُّ ٱلۡبُكۡمُ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ

“Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah mereka yang tuli dan bisu (tidak mendengar dan memahami kebenaran) yaitu orang-orang yang tidak mengerti.” (QS.Al-Anfal:22)

Tentuk maksud dari tuli, bisu dan buta dalam ayat-ayat ini bukanlah secara fisik. Tapi disana ada manusia-manusia yang tidak menggunakan telinganya untuk mendengar kebenaran sehingga mereka disebut tuli.

Ada orang-orang yang tidak menggunakan lisannya kecuali untuk menebar kebencian, fitnah dan kebohongan. Tidak digunakan kecuali untuk menolak kebenaran dan memutar balikkan fakta, maka lisan semacam ini mendapat stempel “bisu” dari Al-Qur’an.

Disitu pula ada orang-orang yang menutup matanya dari kebenaran yang tampak nyata dihadapannya. Dan ia lebih suka melihat hal-hal yang keji dan tak pantas. Inilah mata yang disebut Al-Qur’an sebagai mata yang “buta”.

Mereka tidak memberi celah untuk informasi ataupun argumentasi dari para penyampai kebenaran sehingga mereka disebut tak lagi berakal.

Orang-orang semacam ini yang terang-terangan menutup diri dari kebenaran, maka Allah menyebut mereka :

صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَرۡجِعُونَ

“Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.” (QS.Al-Baqarah:18)

Dalam ayat lain Allah berfirman,

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ كَمَثَلِ ٱلَّذِي يَنۡعِقُ بِمَا لَا يَسۡمَعُ إِلَّا دُعَآءٗ وَنِدَآءٗۚ صُمُّۢ بُكۡمٌ عُمۡيٞ فَهُمۡ لَا يَعۡقِلُونَ

“Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang yang kafir adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (binatang) yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. (Mereka) tuli, bisu dan buta, maka mereka tidak mengerti.” (QS.Al-Baqarah:171)

Buka mata lebar-lebar untuk melihat kebenaran dan kebaikan.

Buka telinga untuk mendengar kebenaran dan kebaikan.

Dan sampaikan kebenaran dan kebaikan yang menyejukkan ditengah umat.

Jika tidak, kita tak lebih dari makhluk yang tuli, bisu dan buta di mata Allah swt. Kelompok semacam inilah yang disebut Al-Qur’an lebih hina dari binatang.

لَهُمۡ قُلُوبٞ لَّا يَفۡقَهُونَ بِهَا وَلَهُمۡ أَعۡيُنٞ لَّا يُبۡصِرُونَ بِهَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٞ لَّا يَسۡمَعُونَ بِهَآۚ أُوْلَٰٓئِكَ كَٱلۡأَنۡعَٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ

“Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.” (QS.Al-A’raf:179)

Semoga bermanfaat..

KHAZANAHALQURAN

Mencari Akhirat Bukan Berarti Mengharamkan Dunia

DUNIA bisa dijadikan sarana kita untuk mendapatkan surga. Dan bisa juga dunia mengantarkan pemiliknya kepada neraka. Bila ada segolongan orang yang menghindar dari dunia sama sekali, maka ia telah berbuat yang keliru. Bahkan ia bisa terjerumus pada menganiaya diri sendiri. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam jelas berlepas diri dari yang demikian.

Tersebut dalam sebuah hadit dari sahabat Anas radliyallahu anhu, bahwa ada tiga orang pada masa Nabi yang mereka masing-masing bertekad untuk tidak menikah, tidak makan minum atau ia akan berpuasa terus menerus, dan satu orang lagi tidak akan tidur melainkan akan shalat sepanjang malam. Semua mereka lakukan dalam rangka mementingkan akhirat.

Namun apa kata Nabi shalallahu alaihi wasallam ketika menjumpai mereka bertiga? Nabi bersabda, “Benarkan kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah, dan paling takwa kepada-Nya diantara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak berpuasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, ia bukan termasuk golonganku”. Hadits mulia tersebut dalam kitab ash-shahihain.

Kenikmatan di dunia yang tidak lepas dari harta, tahta, dan wanita hendaknya bukan sama sekali tidak diambil. Maka ambillah seperlunya dan gunakan dalam rangka taat kepada Allah. Bagi siapa yang menjabat suatu jabatan, maka gunakan agar tegak syariat Allah. Dan siapa yang diberi keluasan harta oleh Allah, maka gunakan ia di jalan yang Allah ridhai. Dan menikahlah, serta pergauli isteri dengan akhlak mulia.

Sesungguhnya, untuk meraih kehidupan akhirat yang sukses, yakni surga, maka bukan dengan cara mengharamkan sama sekali dunia. Namun sebaliknya, yakni dengan menggunakan dunia yang dimiliki sebagai sarana menuju kesuksesan akhirat. [*]

INILAH MOZAIK

 

 

Tiga Rahmat Allah di Balik Orbit Bintang

Bintang bercayaha selama jutaan tahun tanpa pernah padam.

Bintang merupakan ciptaan Allah yang menerangi langit pada malam hari. Makhluk ini terdiri dari gumpalan gas yang dapat membakar, menyala, dan bersinar dari dalam dirinya sendiri.

Dilansir dari Buku Pintar Sains Dalam Alquran karya Nadiah Thayyarag, bintang bercahaya selama jutaan tahun tanpa pernah padam.

Salah satu bintang terdekat dengan bumi adalah matahari. Jaraknya 150 juta kilometer. Pancaran cahayanya sampai di bumi setelah delapan menit tiga detik. Matahari terus bergerak.

Ketika melihatnya tentu yang sebenarnya dilihat adalah orbit yang telah dilalui. Ternyata ada banyak rahmat Allah yang diberikan dari salah satu ciptaannya ini, tiga di antaranya adalah sebagai berikut,

Sumpah Allah

“Maka aku bersumpah dengan tempat ber edarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui,” Alquran surah al-Waqiah ayat 75-76. Umat Islam bisa jadi heran atas sumpah tersebut.

Karena sebenarnya Allah sama sekali tidak perlu bersumpah untuk meyakinkan hamba-hambanya. Allah bersumpah bukan atas nama bintang, melainkan orbit bintangnya. Dari permukaan bumi tidak mungkin manusia bisa melihat bintang-bintang secara langsung, tetapi mereka hanya bisa melihat orbit atau garis edar yang telah dilalui bintang-bintang itu.

Ini karena pada saat cahaya sampai ke bumi, bintang itu telah bergerak ke tempat lain yang sangat jauh. Allah Jika melihat bintang secara langsung, manusia akan kehilangan penglihatannya.

Penunjuk Ruang dan Waktu

Orbit bintang juga menunjukkan ruang dan waktu. Besarnya suatu orbit menunjukkan adanya peningkatan waktu atau kematangan usia bintang.

Orbit bintang baik yang dekat maupun jauh selaras dengan usianya. Ruang dan waktu merupakan sunatullah yang mengendalikan setiap ujung jagat raya. Ilmu sains membuktikannya dengan adanya gravitasi.

Bukti Sains

Sumpah Allah demi orbit bintang ini dibuktikan dengan kajian ilmiah ilmu sains. Ini merupakan rahmat Allah yang juga dapat disyukuri. Pemantauan orbit bintang merupakan titik tolak pengetahuan manusia mengenai cara Allah menciptakan alam semesta. Ketika ilmuwan mengamati bintang-bintang, mereka mulai mempelajari orbitnya dan menentukan sifat fisik serta kimiawinya.

Salah satu buktinya adalah alam semesta ini meluas. Sehingga manusia tidak akan pernah bisa menemukan batas pinggir alam yang bisa diamati. “Dan langit dibangun dengan kekuasaan, dan kami benar-benar meluaskannya,” (QS adz-Dzariyat ayat 47).

 

KHAZANAH REPUBLIKA

Wudhu Mengaktifkan Titik-Titik Energi

Dalam berbagai penelitian, sejumlah pakar kesehatan telah mengungkapkan bahwa wudhu mampu merangsang irama energi yang ada dalam tubuh jika dilakukan secara benar oleh umat Islam. Selain itu, berwudhu juga dapat melancarkan peredaran darah.

Asisten di sebuah lembaga Kesehatan Umum dan Ekologi di Dagestan State Medical Academy, Dr Magomedov, menyimpulkan bahwa dengan berwudhu seluruh peredaran darah yang terkena wudhu akan menjadi lancar.

Menurut dia, rangsangan yang terjadi saat berwudhu akan muncul pada seluruh tubuh, khususnya pada area yang disebut biological active spot (BASes) atau titik-titik aktif biologis. Menurut penelitian ini, BASes mirip dengan titik-titik refleksiologi Cina.

Magomedov menjelaskan, sekitar 61 dari 65 titik refleksi Cina adalah bagian tubuh yang dibasuh air wudhu. Lima lainnya terletak antara tumit dan lutut. Buku Sehat dengan Wudhu ini mengungkapkan beberapa manfaat yang diperoleh dari wudhu dengan cara menekan atau mengusap bagian-bagian anggota wudhu, seperti wajah, telinga, kepala, hidung, tangan, sela-sela jari, dan kaki.

Dalam membasuh bagian wajah, misalnya, Syahruddin El-Fikri menjelaskan bahwa kulit wajah akan semakin kencang dan akan tampak bercahaya jika dilakukan dengan benar. Ketika berwudhu, disarankan agar membasuh wajah disertai dengan sedikit pijatan atau penekanan, sehingga akan memberikan efek positif pada usus, ginjal, dan sistem saraf maupun reproduksi.

Membasuh wajah dengan air bersih ketika berwudhu dapat merangsang titik-titik akupuntur (saraf) di bagian wajah yang efeknya sangat bermanfaat untuk kesehatan. Rangsangan yang ditimbulkan berfungsi sesuai dengan terapi akupuntur sebagaimana dijelaskan dalam buku ini.

Pada anggota tubuh yang dibersihkan dengan berwudhu, terdapat sekitar 493 titik akupuntur yang bisa digu na kan untuk menyembuhkan dan men cegah penyakit. Pada wajah ada 84 titik energi, tangan 95 titik, kepala 64 titik, telinga 125 titik, dan kaki 125 titik energi.

Setidaknya, wudhu menggabungkan empat teknik pengobatan dari metode klasik hingga modern, mulai dari akupuntur, refleksi, emotional freedom tech nique (EFT), hingga spiritual emotional freedom technique (SEFT).

KHZANAH REPUBLIKA

Haji Tahun 2018, 715 Kuota tak Terpakai

Kementerian Agama (Kemenag) mencatat ada sekitar 715 jamaah haji pada tahun 2018 tidak jadi berangkat. Banyak faktor penyebabnya kenapa jamaah tidak bisa diberangkatkan.

“Tahun lalu ada sekitar 715 kuota yang tidak terisi,” kata Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama (Kemenag) Mastuki saat berbincang dengan Republika.co.id, Senin (18/3).

Mastuki memastikan kuota sebanyak 715 itu tidak bisa secara otomatis diganti dengan calon jamaah haji lain yang masih nunggu di belakangnya. “Dan memang betul-betul tersisa dan tidak bisa diisi lagi karena waktunya sudah habis,” ujarnya.

Sehingga, bisa dikatakan kuota haji sebanyak 715 itu hangus bagitu saja karena sistem e-hajj tidak menghendaki jamaah yang tak bisa berangkat tahun ini diganti oleh jamaah haji tunggu lainnya dalam tahun yang sama. “Karena di dalam sistem e-hajj tidak bisa mengurus visa, waktunya sudah kurang tujuh hari menjelang keberangkatan terakhir haji,” katanya.

Untuk itu, kata Mastuki, kuota yang terpakai itu tidak boleh dan tidak bisa diisi oleh orang lain meskipun orang lain itu banyak yang mau berangkat. Padaha jika kuota sebanyak itu digunakan dapat mengurangi anterian panjang.

Mastuki mengatakan banyak faktor kenapa pada musim haji tahun lalu ada sekitar 715 kuota haji yang tidak terisi. Di antaranya adalah batas waktu yang penutupan sudah masuk sehingga tak bisa digunakan pelunasan.

“Karena sudah sampai batas tetentu  sudah ditutup untuk keberangkatan mereka tadi mungkin ada yang sakit, ada juga yang meninggal,” katanya.

Mastuki memastikan jamaah haji yang tahun lalu tidak bisa diberangkatkan selain karena meninggal bisa diberangkatkan tahun depan. Mereka masuk daftar prioritas tahap pertama untuk pelunasan.

“Dan itu yang disebut tahun berikutnya lunas tunda itu dan bisa melunasi tahun ini,” katanya.

Mastuki memastikan secara teknis sistem belum bisa membaca berapa jumlah kuota yang kembali tidak akan terisi pada tahun 2019 ini. Sistem baru bisa membaca setelah tujuh hari menjelang keberangkatan.

“Jadi sekarang belum kelihatan berapa kuota haji yang tak terpakai,” katanya.

 

IHRAM

Non Muslim yang Sangat Baik, Surga atau Neraka?

JAWABAN luar biasa ini membuat seorang Pemuda liberal terbungkam seribu bahasa!

Pemuda: Ada orang baik banget, anti korupsi, bangun masjid, rajin sedekah sampai hidupnya sendiri dikorbanin buat nolongin orang banyak, terus meninggal dan dia bukan Muslim, Dia masuk surga atau neraka?
Dr. Zakir Naik: Neraka!
Pemuda: Lah? Kan dia orang baik. Kenapa masuk neraka?
Dr. Zakir Naik: Karena dia bukan Muslim
Pemuda: Tapi dia orang baik. Banyak orang yang terbantu karena dia, bahkan umat Islam juga. Malah Bangun Masjid Raya segala. Jahat bener deh, Tuhan kalau orang sebaik dia dimasukkan neraka juga.
Dr. Zakir Naik: Allah tidak jahat, hanya adil.
Pemuda: Adil dari mana?

Dr. Zakir Naik: Kamu sekolahnya sampai tingkatan apa?
Pemuda: saya ini Master Sains lulusan US , kenapa?
Dr. Zakir Naik: Kenapa bisa kamu dapat titel Master Sains dari US?
Pemuda: Ya karena kemarin saya kuliah di sana, diwisuda di sana.
Dr. Zakir Naik: Namamu terdaftar disana? Kamu mendaftar?
Pemuda: Ya jelas dong tuan, ini ijazah juga masih basah.

Dr. Zakir Naik: Sekiranya waktu itu kamu tidak mendaftar, tapi kamu tetap datang kesana, hadir di perkuliahan, diam-diam ikut ujian, bahkan kamu dapat nilai sempurna, apakah kamu tetap akan dapat ijazah?
Pemuda: Jelas enggak, itu namanya mahasiswa ilegal, sekalipun dia pintar, dia nggak terdaftar sebagai mahasiswa, kampus ane mah ketat soal aturan gituan.
Dr. Zakir Naik: Berarti kampusmu jahat dong, ada orang sepintar itu tak dikasih ijazah hanya karena tidak mendaftar?
Pemuda: terdiam
Dr. Zakir Naik: Gimana?
Pemuda: Ya nggak jahat sih, itu kan aturan, salah si mahasiswa kenapa nggak mendaftar, konsekuensinya ya nggak dapat ijazah dan titel resmi dari kampus.
Dr. Zakir Naik: Nahhhh! kalau kampusmu saja ada aturan, apalagi dunia dan akhirat. Kalau surga diibaratkan ijazah, dunia adalah bangku kuliah, maka syahadat adalah pendaftaran awalnya. Tanpa pendaftaran awal mustahil kita diakui dan dapat ijazah, sekalipun kita ikut kuliah dan mampu melaluinya dengan gemilang. Itu adalah aturan, menerapkannya bukanlah kejahatan, melainkan keadilan.
Pemuda: kembali terdiam, tanpa berkata-kata. [*]

Kalimat Luar Biasa Diajarkan pada Isra Miraj

Pada malam Isra’ Mi’raj ada suatu kalimat yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mau tahu apa itu?

Dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ أُسْرِىَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَقَالَ مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ قَالَ هَذَا مُحَمَّدٌ.فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ. قَالَ « وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ». قَالَ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’, pernah melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Nabi Ibrahim ketika itu bertanya pada malaikat Jibril, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Ia menjawab, “Muhammad.” Ibrahim pun mengatakan pada Muhammad, “Perintahkanlah pada umatmu untuk membiasakan memperbanyak (bacaan dzikir) yang nantinya akan menjadi tanaman surga, tanahnya begitu subur, juga lahannya begitu luas.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa itu ghirosul jannah (tanaman surga)?” Ia menjawab, “Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).” (HR. Ahmad, 5: 418. Hadits ini secara sanad itu dha’if. Namun kata Syaikh Al-Albani isi atau matan hadits itu shahih karena punya berbagai macam penguat. Lihat Al-Isra’ wa Al-Mi’raj karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hlm. 107-108)

 

Ada beberapa faedah yang bisa dipetik dari hadits di atas:

  • Peristiwa Isra’ Mi’raj benar adanya.
  • Ketika melakukan isra’, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertemu para nabi di antaranya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam.
  • Nabi Muhammad ketika melakukan Isra’ Mi’raj ditemani oleh malaikat Jibril.
  • Umat Nabi Muhammad diajarkan oleh Nabi Ibrahim suatu kalimat yang menjadi tanaman di surga, menjadikan tanahnya di surga subur dan luas, yaitu kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah, pen.).
  • Makna kalimat laa hawla wa laa quwwata illa billah menunjukkan sifat pasrah dan tawakkal dalam hal menjauhi maksiat dan melakukan ketaatan, semuanya dimudahkan hanya dengan pertolongan Allah.

 

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindungan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”

Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27)

 

Catatan: Kalimat Laa hawla wa laa quwwata illa billah bukan menjadi ritual khusus pada malam Isra’ Mi’raj. Pembahasan ini juga bukan jadi dalil bagi kaum muslimin untuk merayakan Isra’ Mi’raj karena mengenai kapan peristiwa besar itu terjadi tidak diberitahukan kepada kita dalam riwayat yang shahih. Generasi terbaik dari umat ini dari para salaf pun tidak pernah merayakannya. Wallahu a’lam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

”Tidak dikenal dari seorang dari ulama kaum muslimin yang menjadikan malam Isra’ memiliki keutamaan dari malam lainnya, lebih-lebih dari malam Lailatul Qadr. Begitu pula para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tidak pernah mengkhususkan malam Isra’ untuk perayaan-perayaan tertentu dan mereka pun tidak menyebutkannya. Oleh karena itu, tidak diketahui tanggal pasti dari malam Isra’ tersebut.” (Zaad Al-Ma’ad, 1: 57)

Semoga jadi ilmu yang bermanfaat.

Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/15640-kalimat-luar-biasa-diajarkan-pada-isra-miraj.html

Cerita Siswi SMA Ar-Rohmah Hafal 30 Juz dalam 4,5 Bulan

Santri Ar Rohmah Putri Bey Fitria Salsabila hafal 30 juz Alquran dalam 4,5 bulan

Satu lagi santri SMA Ar-Rohmah Putri Boarding School Malang menorehkan prestasi di bidang Al-Qur’an. Bey Fitria Salsabila, santri ‘Program Kelas Takhassus’, mampu menghafal 30 juz Al-Qur’an dalam waktu 4,5 bulan saja.

Alumni SMP Ar-Rohmah Putri tersebut, menjadi santri tercepat yang menuntaskan target hafalannya. Sedianya hafalan Al-Qur’an 30 juz itu selesai dalam 8 bulan.

Penanggung Jawab ‘Program Kelas Takhassus’ Abidatul Muthi’ah mengatakan, kunci keberhasilan Bey menyelesaikan hafalan dalam waktu singkat itu adalah ketekunan dan kesabarannya.

“Tekadnya menjadi seorang hafizhah sangat kuat,” ujarnya.

Menurutnya, Bey memiliki motivasi yang tinggi untuk mengafal Al-Qur’an. Sejak awal santri asal Surabaya itu, telah berazam segera menuntaskan target hafalannya. Prinsipnya, lebih baik berpayah – payah di awal dari pada di akhir. Meski tak mudah, berbagai halangan dan rintangan dalam menghafal 30 juz Al-Qur’an itu, bisa ia lewati.

Dalam satu bulan, santri yang masih berusia 15 tahun itu bisa menghafal lebih dari empat juz. Agar kualitas hafalan tetap terjaga, ia menghindari berbagai hal yang dapat merusak hafalannya.

Tangis haru dan bahagia pun tampak dari wajah putri pasangan Yasna Mochamad Arifin dan Ida Mulyati itu. Saat setoran hafalan terakhir ia selesaikan. Menggenapi jumlah hafalan Al-Qur’annya menjadi 30 juz.

Wakil Kepala Madrasah Diniyah Ar-Rohmah Putri, Utifah mengemukakan, ‘Program Kelas Takhassus’ itu ditempuh selama empat tahun. Di tahun pertamanya para santri fokus menuntaskan hafalan Al-Qur’an 30 juz. Tidak ada pelajaran akademik maupun diniyah. Pembelajaran yang diterima hanya terkait dengan Al-Qur’an dan adab.

Di tahun kedua barulah mereka tercatat sebagai santri kelas 10 SMA. Mengikuti pembelajaran akademik maupun diniyah. Masuk di jurusan IPA atau IPS. Di tahun itu pula, meraka fokus memuraja’ah hafalan Al-Qur’an 30 juz yang dimiliki. Hingga memperoleh sanad di tahun keempat atau kelas 12 SMA.

Pengirim: Hery Purnama, Malang

REPUBLIKA